• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHSAN

6.1 Identifikasi Karakteristik Pengusaha Tempe Pola Kemitraan dan Pola Mandir

Identifikasi karakteristik pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri berdasarkan karakteristik sosial ekonomi, karakteristik usaha tempe, dan karakteristik pemasaran. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbedaan sesial ekoomi, usaha tempe, dan wilayah pemasaran yang dijadikan tempat penjualan hasil produksi tempe.

6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Tempe Pola Kemitraan dan Pola Mandiri

Pengusaha responden dalam penelitian ini yaitu pengusaha tempe yang tergabung dalam anggota kemitraan KOPTI dan dan pola mandiri di Desa Cimanggu I Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Karakteristik sosial ekonomi pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri dapat dianalisis dalam beberapa kriteria yaitu meliputi usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan pengusaha tempe, dan pengalaman usaha tempe.

6.1.1.1 Usia

Aspek usia mempengaruhi responden pada kondisi fisiknya. Usia pengusaha tempe yang sudah tua akan sedikit lambat dalam bekerja karena kondisi fisik yang tidak lagi kuat akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam memproduksi tempe, disamping itu konsentrasi dan semangat juga sudah mulai menurun, sehingga efisiensi waktu dalam bekerja menjadi turun. Sedangkan pengusaha tempe yang lebih muda memiliki tenaga yang lebih baik dibandingkan dengan pengusaha yang lebih tua, sehingga yang lebih muda dapat bekerja dengan waktu yang lebih efisien. Sebaran jumlah pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri berdasarkan sebaran usia

Sebaran Usia Pola Kemitraan Pola Mandiri

Jumlah Presentase (%) Jumlah Presentase (%)

20-25 1 8 0 0 25-30 0 0 0 0 30-35 1 8 2 20 35-40 3 25 1 10 40-50 7 59 7 70 Jumlah 12 100 10 100

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa sebaran usia pengusaha tempe pola kemitraan Desa Cimanggu I cukup bervariasi dengan selang usia antara 20- 50 tahun. Begitupun dengan sebaran usia pengusaha tempe pola mandiri , petani yang memiliki usia paling muda adalah berumur 20-25 tahun dan usia paling tua adalah berumur 40-50 tahun. Sebaran usia pengusaha tempe pola kemitraan Desa Cimanggu I dengan persentase terbesar berada pada range usia 40-50 tahun dengan nilai 59%, sedangkan persentase terendah berada pada range usia 20-30 tahun dengan nilai persentase 8%. Hal ini dikarenakan beberapa dari warga Desa Cimanggu I menjadikan sektor usaha tempe bukan sebagai mata pencaharian pokok di usia produktif mereka, sehingga di usia produktif mereka lebih memilih sektor usaha lain ketimbang menggeluti usaha tempe yang turun temurun.

Sedangkan pengusaha tempe pola Mandiri memiliki sebaran usia pengusaha tempe tertinggi pada range usia 40-50 tahun dengan nilai persentase sebesar 70%. Sedangkan sebaran usia terendah berada pada range usia 20-30 tahun dengan nilai sebesar 0%. Hal ini dikarenakan warga Desa Cimanggu I pada usia produktif tidak memilih menjadikan usaha tempe sebagai pencaharian utama sehingga jumlah pengusaha tempe yang relatif muda jarang ada yang menekuni usaha tempe ini. Hal lain adalah ingin berusaha memperbaiki kehidupan dengan sektor usaha berbeda yang lebih baik dari usaha keluarga saat ini.

6.1.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden akan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam pengelolaan usaha tempe. Responden penelitian ini sebagian besar telah mendapatkan

pendidikan formal, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Akhir (SMA), hingga tingkat Perguruan Tinggi (PT). Sebaran pengusaha tempe responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri berdasarkan tingkat pendidikan

Status Pendidikan Pola Kemitraan Pola Mandiri

Jumlah Presentase (%) Jumlah Presentase (%)

Tidak tamat SD 1 8 0 0

SD 6 50 7 70

SMP 5 42 3 30

SMA 0 0 0 0

Jumlah 12 100 10 100

Berdasarkan data pada Tabel 10 menunjukkan sebaran tingkat pendidikan yang ditempuh oleh pengusah tempe pola kemitraan dan pola mandiri di Desa Cimanggu I. Persentase tertinggi sebanyak 50% dari total pengusaha tempe pola kemitraan Desa Cimanggu I merupakan pengusaha dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD). Sedangkan persentase terendah sebesar 0% dari total petani responden merupakan petani dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal yang hampir sama terjadi pada pengusaha tempe pola mandiri, petani dengan tingkat pendidikan terakhir SD menjadi persentase tertinggi yaitu sebesar 70%. Sedangkan persentase terendah yaitu petani dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan Tidak Tamat SD dengan nilai masing- masing sebesar 0%.

Pola pendidikan yang dijalani oleh pengusaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri di Desa Cimanggu I sangat rendah, sehingga banyak dari masyarakat Desa Cimanggu I hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD. Hal ini mengakibatkan tingkat penyerapan teknologi dalam mengembangkan usaha tempe pola kemitraan dan pola mandiri sangat rendah.

6.1.1.3 Pengalaman Usaha Tempe

Keberhasilan suatu usaha tempe responden tidak terlepas dari pengalamannya dalam mengelola usahanya. Semakin lama seorang pengusaha berwirausaha dalam bidang usaha tempe, maka semakin banyak pula pengalaman

usaha yang dimiliki oleh pengusaha dalam mengelola usahanya agar menjadi lebih baik.

Tabel 11 Jumlah pengusaha tempe pola kemitraan dan mandiri berdasarkan pengalaman usaha

Pengalaman Usaha

Pola Kemitraan Pola Mandiri

Jumlah Presentase (%) Jumlah Presentase (%)

0-5 2 17 0 0 5-10 0 0 1 10 10-15 2 17 1 10 15-20 0 0 1 10 20-25 8 66 7 70 Jumlah 12 100 10 100

Berdasarkan data pada Tabel 11 pengalaman usaha tempe pola kemitraan di Desa Cimanggu I beragam, dengan pengalaman paling rendah yaitu 0-5 tahun dan pengalaman paling lama yaitu 20-25 tahun. Begitupun pengalaman usaha tempe Pola Mandiri Desa Cimanggu I, pengalaman usaha tempe paling rendah yaitu 5-10 tahun dan pengalaman paling lama yaitu 20-25 tahun. Tabel 11 menunjukkan bahwa pengalaman usaha tempe pola kemitraan di Desa Cimanggu I sebagian besar (66%) berkisar pada 20-25 tahun, sedangkan pengusaha dengan pengalaman usaha 0-5 tahun merupakan range pengalaman usaha terendah (17%). Begitupun dengan pengusaha tempe pola mandiri, pengusaha tempe pola mandiri sebagian besar pegusahanya telah berpengalaman dalam usahatani selama 20-25 tahun, sedangkan petani dengan pengalaman 0-5 tahun menjadi range pengalaman usahatani terendah. Pengalaman usaha merupakan salah satu indikator keberhasilah suatu usaha, dimana dengan semakin lama pengalaman seorang pengusaha dalam mengelola ushanya, maka diharapkan produksi tempe akan lebih baik dan meningkat. Hal ini dikarenakan semakin lama pengalamana seorang pengusaha tempe dalam mengelola usahanya semakin banyak pula ilmu yang dimiliki yang akan berguna untuk dapat meningkatkan hasil produksi tempe dalam uahanya.

Dokumen terkait