• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat penting untuk diketahui, karena akan mempengaruhi pemikiran, motivasi, pengalaman, ketertarikan dan tanggapan dari masyarakat, hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepedulian masyarakat terhadap lingkungan (Ismail et.al. 2011). Identifikasi sosial ekonomi responden di Perumahan PGP berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 69 rumah tangga dari ketiga RW.

Karakteristik sosial ekonomi responden terdiri atas jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, status pernikahan, lama tinggal, alasan tinggal, status tempat tinggal, tingkat rumah, luas rumah dan ketinggian air banjir serta penilaian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan fasilitas umum pasca banjir.

6.1.1 Jenis Kelamin

Jenis kelamin dalam survei ini sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 52 orang atau setara dengan 75% sedangkan responden laki-laki berjumlah 17 orang atau setara dengan 25%. Hal ini dikarenakan pelaksanaan survei yang dilakukan sebagian besar pada hari kerja dan sisanya dilaksanakan pada hari libur. Perbandingan presentase jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 Laki-laki 17 25

2 Perempuan 52 75

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.2 Usia

Sebagian besar usia responden pada interval 46-51 tahun yang berjumlah 22 orang (32%) sedangkan sisanya 5 orang (7%) pada interval 28-33, 7 orang (10%) pada interval 34-39, 16 orang (23%) pada interval 40-45, 12 orang (17%) pada

27 interval 52-57 tahun, 5 orang (7%) pada interval 58-63 tahun dan 2 orang (3%) pada interval ≥ 64. Perbandingan presentase tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia

No Kelompok Umur Sampel

Jumlah Presentase (%) 1 28-33 5 7 2 34-39 7 10 3 40-45 16 23 4 46-51 22 32 5 52-57 12 17 6 58-63 5 7 7 ≥64 2 3 Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.3 Pendidikan Formal

Pendidikan formal responden berpengaruh terhadap keakuratan suatu informasi. Semakin tinggi pendidikan formal semakin tinggi pula keakuratan data yang diperoleh. Mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SLTA yang berjumlah 38 orang (55%) sedangkan pendidikan terakhir yang paling sedikit jenjang S2 sebesar 2 orang (2%). Perbandingan presentase pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan formal

No. Pendidikan Sampel

Jumlah Presentase (%) 1 SD 12 17 2 SLTP 8 12 3 SLTA 38 55 4 D3 5 7 5 S1 5 7 6 S2 1 1 Total 69 100

28

6.1.4 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan yang dimaksud dalam penelitian ini, semua anggota keluarga yang masih dibiayai oleh Kepala Keluarga. Anggota keluarga disini mencakup ayah, ibu dan anak termasuk tambahan tanggungan yang tinggal bersama dalam satu atap. Jumlah tanggungan responden terbanyak memiliki 4 orang tanggungan yang berjumlah 44 orang (33%), sedangkan sisanya yang paling sedikit memiliki tanggungan diatas 7 yang berjumlah 1 orang (1%) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan

No Tanggungan Sampel Jumlah Presentase (%) 1 1 1 1 2 2 6 9 3 3 11 16 4 4 33 48 5 5 12 17 6 6 5 7 7 ≥ 7 1 1 Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.5 Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden sangat bervariasi diantara lain pensiunan, pedagang, Ibu rumah tangga, pegawai swasta, Pegawai Negri Sipil (PNS), guru swasta, dan lainnya seperti tukang jahit, tukang cuci, kuli bangunan, Sales Promotion Girl (SPG) dan tukang pijat. Pekerjaan responden didominasi oleh ibu Rumah tangga sebesar 36 orang (52%) sedangkan jumlah pekerjaan yang paling sedikit adalah guru sebanyak 3 orang (4%). Hal ini dikarenakan survei dilakukan lebih banyak pada hari kerja yaitu senin sampai jumat. Perbandingan presentase jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 9.

29 Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 Pensiunan 4 6

2 Pedagang 8 12

3 Ibu Rumah tangga 36 52

4 Pegawai Swasta 4 6

5 PNS 6 9

6 Guru Swasta 3 4

7 Lainnya 8 12

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.6 Pendapatan Rumah tangga

Tingkat pendapatan rumah tangga dihitung berdasarkan semua anggota keluarga yang memiliki pekerjaan baik yang tinggal dalam satu atap maupun yang tidak dalam satu atap yang biasanya berupa besaran biaya pemberian anak kepada orang tuanya setiap bulan. Tingkat pendapatan rumah tangga terbanyak berada dikisaran Rp 1 900 001- Rp 3 200 000 yang berjumlah 31 orang (45%), sedangkan tingkat pendapatan rumah tangga paling sedikit berada dikisaran Rp 5 800 001 - Rp 7 100 001 yang berjumlah 1 orang (1%). Perbandingan presentase jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga

No Pendapatan Sampel Jumlah Presentase (%) 1 600000-1900000 16 23 2 1900001-3200000 31 45 3 3200001-4500000 7 10 4 4500001-5800000 5 7 5 5800001-7100000 1 1 6 7100001-8400000 3 4 7 ≥8400001 6 9 Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.7 Status Pernikahan

Status pernikahan akan mempengaruhi jumlah tanggungan keluarga dalam hal pengeluaran rumah tangga. Sebagian besar responden penelitian ini sudah

30

menikah yang berjumlah 56 orang (86%). Sisanya memiliki status pernikahan belum menikah yang berjumlah 1 orang (1%) dan janda sebanyak 9 orang (13%). Perbandingan presentase status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan

No Status Pernikahan Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 Sudah Menikah 59 86

2 Belum Menikah 1 1

3 Janda 9 13

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.8 Alasan Tinggal

Seluruh status kependudukan responden dalam penelitian ini adalah pendatang. Sebagian besar alasan tinggal responden memilih sesuai kondisi keuangan saat itu yang berjumlah 49 orang (71%). Sisanya memilih mengikuti suami yang berjumlah 13 orang (19%) dan dekat dengan tempat kerja responden yang berjumlah 7 orang (10%). Perbandingan presentase alasan tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan alasan tinggal

No Alasan Tinggal Sampel

Jumlah Presentase(%)

1 Ikut Suami 13 19

2 Dekat dengan tempat kerja 7 10

3 Sesuai Kondisi Keuangan 49 71

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.9 Lama Tinggal

Meskipun di Perumahan PGP menjadi kawasan rawan banjir, namun hal ini tidak menjadi alasan mereka untuk pindah rumah. Alasan masyarakat untuk tidak pindah dikarenakan faktor lingkungan seperti keeratan hubungan sosial masyarakat. Mayoritas responden telah tinggal diatas 21 tahun di Perumahan PGP yang berjumlah 33 orang (48%) sedangkan sisanya jumlah responden yang paling sedikit pada lama tinggal 4-6 tahun, 11-13 tahun dan 14-16 tahun yang berjumlah 3 orang (3%) . Perbandingan presentase lama tinggal dapat dilihat pada Tabel 13.

31 Tabel 13 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal

No Lama Tinggal (tahun) Sampel

Jumlah Presentase(%) 1 1-3 7 10 2 4-6 3 4 3 7-10 4 6 4 11-13 3 4 5 14-16 3 4 6 17-20 16 23 7 ≥21 33 48 Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.10 Status Tempat Tinggal

Status tempat tinggal juga salah satu faktor alasan responden memilih menetap. Hal ini dikarenakan harga jual rumah yang rendah akibat lokasi rumah yang rawan banjir. Mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai status tempat tinggal milik sendiri yang berjumlah 61 orang (89%). Sisanya mempunyai status tempat tinggal mengontrak yang berjumlah 4 orang (4%) dan menumpang pada anak atau warisan orang tuanya yang berjumlah 5 orang (7%). Perbandingan persentase status tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal

No Status Tempat Tinggal Sampel

Jumlah Presentase(%)

1 Milik Sendiri 61 88

2 Kontrakan 3 4

3 Menumpang 5 7

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.11 Jumlah Lantai Rumah

Jumlah lantai rumah akan mempengaruhi kerugian langsung (direct) yang dialami responden. Mayoritas responden memiliki rumah berlantai dua sebanyak 36 orang (52%) sedangkan sisanya tidak bertingkat (lantai dasar) berjumlah 30 orang (43%) dan berlantai tiga berjumlah 3 orang (4%). Perbandingan presentase tingkat rumah dapat dilihat pada Tabel 15.

32

Tabel 15 Karakteristik responden berdasarkan lantai rumah

No Tingkat Sampel

Jumlah Presentase(%)

1 Lantai dasar (Tak bertingkat) 36 52

2 Lantai 2 30 43

3 Lantai 3 3 4

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.12 Luas Rumah

Berdasarkan Tabel 16, sebagian besar luas tanah responden seluas 60 m2 sehingga menjadi acuan untuk pembagian luas bangunan rumah responden yang dijadikan sampel. Mayoritas responden memiliki luas bangunan rumah diatas 60 m2 yang berjumlah 33 orang (48%), sedangkan sisanya sebanyak 36 orang (52%) memiliki luas bangunan rumah ≤ 60 m2. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki luas diatas 60 m2 melakukan pencegahan untuk meminimalisir dampak banjir, sedangkan >60 m2 masih mempertahankan kondisi asli rumah.

Tabel 16. Karakteristik responden berdasarkan luas bangunan rumah

No Luas Rumah Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 ≤ 60 m2 36 52

2 >60 m2 33 48

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.13 Karakteristik Ketinggian Air Banjir

Berdasarkan Tabel 17, banjir yang terjadi di Perumahan PGP terjadi tiga kali dalam waktu dua bulan. Pada tanggal 18 Januari 2013, mayoritas ketinggian air banjir yang dialami responden setinggi dua sampai dengan tiga meter di dalam rumah sebanyak 35 orang (51%). Pada tanggal 4 Februari 2013, terjadi peningkatan ketinggian air dimana pada interval ketinggian air dua sampai dengan tiga meter sebanyak 36 orang (52%) dan untuk ketinggian diatas tiga meter sebanyak 25 orang (36%). Pada tanggal 12 Februari 2013, ketinggian banjir terjadi penurunan dikarenakan debit air yang dikirim dari kedua sungai tidak sebanyak banjir pertama dan kedua. Hal ini dibuktikan sebanyak 25 orang (36%)

33 menyatakan banjir terjadi di depan rumah (jalan) sedangkan sisanya sebanyak 42 orang (61%) mengalami banjir di dalam rumah dengan ketinggian diatas nol sampai dengan satu meter dan untuk ketinggian diatas satu meter sebanyak dua orang (3%).

Tabel 17 Karakteristik responden berdasarkan ketinggian air banjir di dalam rumah

No Tinggi banjir (m) Sampel

Jumlah Presentase(%) 1 Banjir tanggal 18 Januari 2013

a. ≤2 26 38

b. 2<x≤3 35 51

c. >3 8 12

2 Banjir tanggal 4 Februari 2013

a. ≤2 8 12

b. 2<x≤3 36 52

c. >3 25 36

3 Banjir tanggal 12 Februari 2013

a. 0 25 36

b. 0<x≤1 42 61

c. >1 2 3

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.14 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Fasilitas Umum

Dampak akibat banjir adalah endapan lumpur dan sampah yang terbawa dari air genangan yang mengakibatkan lingkungan tempat tinggal menjadi kotor. Lingkungan yang kotor menghambat aktivitas, kenyamanan, dan penggunaan fasilitas umum masyarakat. Fasilitas umum ini terdiri dari mesjid, lapangan dan POS RW. Indikator bersih disini tidak adanya sampah dan endapan lumpur yang ada di fasilitas umum, untuk cukup bersih masih terdapat sisa endapan lumpur di fasiltas umum, sedangkan kotor terdapat tumpukkan lumpur dan banyak sampah di fasilitas umum sehingga fasilitas umum tidak dapat dipakai. Mayoritas responden memberi penilaian tingkat kebersihan pada fasilitas umum sudah bersih yang berjumlah 48 orang (70%) sisanya memberi penilaian cukup bersih yang berjumlah 7 orang (10%) dan 14 orang (20%) lainnya memberi penilaian kotor. Perbandingan penilaian tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum dapat dilihat pada Gambar 2.

34

Gambar 2 Penilaian tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum

Sumber: data primer diolah, 2013

6.1.15 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Lingkungan Sekitar

Banjir juga mengotori lingkungan rumah dikarenakan sisa lumpur yang masih menempel pada dinding rumah dan menumpuk pada saluran air (got) warga. Sebagian besar responden sebesar 51 orang (74%) memberi penilaian kebersihan lingkungan rumah pasca banjir termasuk kategori bersih, dikarenakan adanya kegiatan kerja bakti warga sekitar namun kuantitas udara di sekitar lingkungan masih berbau lumpur. Sebanyak 18 orang (26%) memberi penilaian kebersihan cukup bersih pada lingkungan sekitar, dikarenakan ada rumah yang tidak berpenghuni sehingga sampah dan tumpukan lumpur masih menumpuk paDa rumah tersebut yang menimbulkan bau tidak sedap dapat dijelaskan pada Gambar 3.

Gambar 3 Penilaian Tingkat Kebersihan terhadap Lingkungan Rumah

Sumber: data primer diolah, 2013

70 10 20 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Bersih Cukup Bersih Kotor

R esp o n d en ( %)

Tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum

74 26 0 20 40 60 80

Bersih Cukup Bersih

R esp o n d en ( %)

35

VII ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT

PASCA BANJIR

Kerugian ekonomi masyarakat dalam penelitian ini hanya menghitung kerugian tangible. Kerugian tangible dibagi dua yaitu kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Informasi kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect) ini didapat melalui wawancara terbuka dan observasi langsung dengan masyarakat sekitar Perumahan PGP. Kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect) ini hanya dihitung pada tahun 2013, dikarenakan banjir yang dialami Perumahan PGP ini tidak terjadi setiap tahunnya hanya tahun-tahun tertentu dengan tingkat keparahan banjir yang berbeda-beda. Banjir membuat sebagian masyarakat kehilangan harta bendanya dan kebanyakan dialami oleh masyarakat yang tidak mempunyai tingkat rumah. Antisipasi yang dilakukan oleh masyarakat yang memiliki rumah bertingkat sampai saat ini masih menaruh harta bendanya di lantai dua sehingga semua aktivitas rumah tangga dilakukan di lantai dua, sedangkan lantai dasar dikosongkan dari harta-benda.

7.1 Kerugian Langsung (Direct)

Responden mengalami kerugian langsung (direct) seperti kehilangan perabotan rumah tangga, perbaikan peralatan rumah tangga dan perbaikan bangunan yang rusak. Kehilangan perabotan rumah tangga merupakan perabotan rumah tangga yang sudah tidak dapat diperbaiki kembali akibat banjir. Perbaikan perabotan rumah tangga merupakan perabotan rumah tangga yang rusak, namun masih bisa dipakai jika responden mengeluarkan biaya servis. Berdasarkan wawancara, masyarakat masih menunda untuk membeli perabotan rumah tangga baru, dikarenakan takut adanya banjir susulan dikemudian hari.

7.1.1 Kehilangan Perabotan Rumah tangga

Kehilangan perabotan rumah tangga dan jumlahnya sangat bervariasi setiap responden meliputi buffet, springbed, kipas angin, handphone, telpon rumah, kompor gas, tempat beras, dispenser, lemari es, lemari (Pajangan, Pakaian), penanak nasi, kursi (sofa, plastik), meja (Belajar, Makan, Tamu), mesin

36

cuci, rak piring, setrika, speaker, kasur kapuk, tempat tidur (kerangka ranjang), TV dan VCD. Pendekatan biaya kehilangan perabotan rumah tangga menggunakan penyusutan perabotan rumah tangga per tahunnya dengan metode garis lurus. Penentuan umur ekonomis disesuaikan dari karakteristik suatu barang yang dimiliki responden.

Berdasarkan perhitungan, biaya kehilangan didapatkan dari jumlah seluruh responden yang mengalami kehilangan perabotan rumah tangga saja sebesar Rp 57 035 975. Jumlah biaya ini dibagi 60 responden yang mengalami kerusakan perabotan sehingga didapat rata-rata biaya kehilangan perabotan sebesar Rp 950 600/KK

.

Jumlah proporsi masyarakat yang mengalami kehilangan perabotan rumah tangga sebesar 87% dari total populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 959 KK. Total biaya kehilangan perabotan rumah tangga yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 911 749 391 dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Total kehilangan perabotan rumah tangga

Hal Jumlah

Biaya kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) 57 035 975

Jumlah responden (KK) 60

Rata-rata kehilangan perabotan responden (Rp/KK) 950 600

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya kehilangan perabotan rumah

tangga (KK) 959

Total kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) 911 749 391

Sumber : data primer diolah, 2013

7.1.2 Perbaikan Perabotan Rumah tangga

Perbaikan perabotan rumah tangga perlu dilakukan responden agar perabotan rumah tangga dapat berfungsi kembali. Perabotan rumah tangga yang diperbaiki meliputi pompa air, kendaraan pribadi (motor, mobil, sepeda), buffet, mesin cuci, kipas angin, dispenser, lemari es, penanak nasi, radio, TV, komputer, handphone dan rak sepatu. Biaya pengeluaran perabotan rumah tangga dihitung berdasarkan responden yang melakukan perbaikan barang di tempat servis. Berdasarkan perhitungan, jumlah biaya perbaikan perabotan rumah tangga seluruhnya sebesar Rp 14 950 000 dengan jumlah responden 39 KK sehingga diperoleh rata-rata biaya perbaikan perabotan responden per periode banjir sebesar

37 Rp 383 333/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya perbaikan perabotan rumah tangga sebesar 57% dari total populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 623 KK. Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 238 983 126 dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga

Hal Jumlah

Biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) 14 950 000

Jumlah responden (KK) 39

Rata-rata biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp/KK) 383 333

Jumlah proporsi yang melakukan perbaikan perabotan (KK) 623

Total perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) 238 983 126

Sumber : data primer diolah, 2013

7.1.3 Perbaikan Bangunan

Perbaikan bangunan dilakukan oleh sebagian responden dikarenakan banjir luapan sungai ini merusak bangunan rumah di Perumahan PGP. Hal ini disebabkan derasnya air yang mengalir dari Kali Bekasi sehingga merusak bagian bangunan rumah. Bangunan yang rusak yang dialami responden meliputi dinding, lantai, pintu, jendela, plafon dan kusen. Berdasarkan perhitungan, jumlah biaya perbaikan bangunan rumah tangga per periode banjir sebesar Rp 33 253 000 dengan jumlah responden 33 KK sehingga diperoleh rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah tangga sebesar Rp 1 007 667/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan sebesar 48% dari total populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 528 KK. Total biaya perbaikan bangunan yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 531 566 248 dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Total biaya perbaikan bangunan

Hal Jumlah

Biaya perbaikan bangunan rumah tangga (Rp) 33 253 000

Jumlah responden (KK) 33

Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah tangga (Rp/KK) 1 007 667

Jumlah proporsi yang mengeluarkan perbaikan bangunan (KK) 528

Total perbaikan bangunan (Rp) 531 566 248

38

7.1.4 Total Kerugian Langsung (direct) yang Dialami Masyarakat

Berdasarkan perhitungan, diperoleh total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 1 682 298 765 dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat

No. Hal Jumlah (Rp)

1 Total biaya kehilangan perabotan rumah tangga 911 749 391

2 Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga 238 983 126

3 Total biaya perbaikan bangunan rumah tangga 531 566 248

Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp) 1 682 298 765

Sumber : data primer diolah, 2013

Dokumen terkait