• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT

PASCA BANJIR DI PERUMAHAN PONDOK GEDE

PERMAI, KELURAHAN JATIRASA

KOTA BEKASI

NITA SRI AHALIATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

(4)

ABSTRAK

NITA SRI AHALIATI. Estimasi kerugian ekonomi masyarakat pasca banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL.

Bekasi merupakan salah satu kota yang terkena dampak banjir luapan sungai. Pada tahun 2013, ada 28 titik genangan yang tersebar di delapan kecamatan salah satunya Kecamatan Jatirasa, tepatnya di Perumahan Pondok Gede Permai yang dikenal sebagai daerah rawan banjir karena terletak di dekat Kali Bekasi dan tempat bertemunya dua aliran sungai di Bekasi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi kerugian ekonomi masyarakat pasca banjir luapan sungai. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka diperlukan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi masyarakat, kerugian ekonomi masyarakat, dan upaya pemerintah untuk meminimalisir dampak banjir luapan sungai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan metode valuasi ekonomi. Berdasarkan perhitungan, total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat banjir sungai sebesar Rp 2 735 879 506. Oleh karena itu, total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat menjadi dasar pertimbangan pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk meminimalisir dampak banjir. Kata Kunci: banjir luapan sungai, kerugian ekonomi, Perumahan Pondok Gede

Permai

ABSTRACT

NITA SRI AHALIATI. Estimated value of economic losses of the local society postflood in Pondok Gede Permai Housing, Jatirasa sub-district, Bekasi city. Supervised by AHYAR ISMAIL.

Bekasi is one of many cities that has experienced flood caused by overflowing river. In 2013, there were 28 inundation spots which were scattered in eight subdistricts. Subdistricts of Jatirasa, precisely Pondok Gede Permai housing is well known as flood prone area because it is located near Kali Bekasi, the estuary of two rivers in Bekasi. The main objective of this research was to estimate the economic losses of the society due to river flooding. In line with these objective, it is necessary to know the socio-economic characteristics of the society, their physical and non-physical losses, and goverment efforts to minimize the impact of river flooding. The methods used in this research were descriptive analysis and economic valuation method. Based on the calculation, total economic losses suffered by the society due to river flooding in 2013 is about Rp 2 735 879 506. Therefore, considering the total economic losses suffered by the society, the concrete action was to maintain the river should be concerned to minimize the impacts of overflowing river.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT

PASCA BANJIR DI PERUMAHAN PONDOK GEDE

PERMAI KELURAHAN JATIRASA,

KOTA BEKASI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi

Nama : Nita Sri Ahaliati NIM : H44090020

Disetujui oleh

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengestimasi nilai moneter kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir luapan sungai. Tujuan lainnya adalah untuk menjadi referensi baik bagi semua pihak yang terkait. Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak arahan, saran, dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah (Sumarno), Ibu (Nur Aini), kakak tercinta Nani Suwarni dan Nina Zulaini, Muhammad Arief Santoso, keluarga Apriliana yang telah membantu, Nadia Wulandari yang sudah mengajari, sahabat tercinta Yuli Dwi Anggraeni, sahabat ESL 46, Rizqiyyah Yasmin, Hastin, Rahayu Eka Putri, Renita, Dwi Susan, Miranty, Charra Rosemarry, Febriana Aditya, Fernando Sinaga serta Novi Rizki Ramadhani yang telah memberikan spirit dan motivasi. Peneliti mengetahui bahwa karya ini belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Desember 2013

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Banjir Luapan Sungai ... 6

2.2 Penyebab Banjir ... 6

2.3 Kerugian Ekonomi yang Timbul Akibat Banjir ... 7

2.4 Sistem Pengendalian Banjir ... 8

2.5 Penelitian Terdahulu ... 9

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 12

3.1.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya ... 12

3.1.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) ... 13

3.1.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan yang Hilang ... 13

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 14

1V METODE PENELITIAN ... 17

4.1 Lokasi dan Waktu ... 17

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 17

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 17

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 18

4.4.1 Identifikasi Karakteristik Sosial dan Ekonomi Masyarakat ... 18

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Pasca Banjir... 19

4.4.3 Identifikasi Upaya Program Pemerintah dalam Meminimalir Dampak Banjir ... 22

V GAMBARAN UMUM ... 23

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 23

VI KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT ... 26

6.1 Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat ... 26

6.1.1 Jenis Kelamin ... 26

6.1.2 Usia ... 26

6.1.3 Pendidikan Formal ... 27

6.1.4 Jumlah Tanggungan ... 28

6.1.5 Pekerjaan ... 28

(11)

6.1.7 Status Pernikahan ... 29

6.1.8 Alasan Tinggal ... 30

6.1.9 Lama Tinggal ... 30

6.1.10 Status Tempat Tinggal ... 31

6.1.11 Jumlah Lantai Rumah ... 31

6.1.12 Luas Rumah ... 32

6.1.13 Karakteristik Ketinggian Air Banjir ... 32

6.1.14 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Fasilitas Umum ... 33

6.1.15 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Lingkungan Sekitar ... 34

VII ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT PASCA BANJIR . 35 7.1 Kerugian Langsung (Direct) ... 35

7.1.1 Kehilangan Perabotan Rumah tangga ... 35

7.1.2 Perbaikan Perabotan Rumah tangga ... 36

7.1.3 Perbaikan Bangunan ... 37

7.1.4 Total Kerugian Langsung (direct) yang Dialami Masyarakat ... 38

7.2 Kerugian Tidak Langsung (Indirect) ... 38

7.2.1 Biaya Pengobatan... 38

7.2.2 Pendapatan yang Hilang ... 39

7.2.3 Biaya Tambahan ... 39

7.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung (indirect) yang Dialami Masyarakat ... 40

7.3 Total Kerugian Ekonomi yang dialami Masyarakat ... 40

VIII IDENTIFIKASI UPAYA PROGRAM PEMERINTAH DALAM MEMINIMALISIR DAMPAK BANJIR ... 41

IX SIMPULAN DAN SARAN ... 44

9.1 Simpulan ... 44

9.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN ... 48

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah penduduk di Kota Bekasi pada tahun 2009-2012 ... 1

2. Matriks Metode Analisis Data ... 18

3. Luas wilayah dan jumlah penduduk di Kelurahan Jatirasa pada Bulan Februari 2013 ... 23

4. Debit air kiriman dari hulu Kali Bekasi... 25

5. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 26

6. Karakteristik responden berdasarkan usia ... 27

7. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan formal ... 27

8. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan ... 28

9. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ... 29

10.Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga ... 29

11.Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan ... 30

12.Karakteristik responden berdasarkan alasan tinggal ... 30

13.Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal ... 30

14.Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal ... 31

15.Karakteristik responden berdasarkan jumlah lantai rumah ... 32

16.Karakteristik responden berdasarkan luas rumah ... 32

17.Karakteristik responden berdasarkan ketinggian air banjir didalam rumah ... 33

18.Total kehilangan perabotan rumah tangga ... 36

19.Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga ... 37

20.Tiaya biaya perbaikan bangunan rumah tangga ... 37

21.Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat ... 38

22.Total biaya pengobatan ... 38

23.Total pendapatan yang hilang ... 39

24.Total biaya tambahan... 40

25.Total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat ... 40

26.Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat pasca banjir... 40

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram alur kerangka berfikir ... 16

2. Penilaian tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum ... 34

3. Penilaian tingkat kebersihan terhadap lingkungan sekitar ... 34

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Daerah aliran Kali ... 49

2. Kehilangan perabotan rumah tangga... 50

3. Perbaikan perabotan rumah tangga ... 60

4. Biaya perbaikan bangunan ... 63

5. Biaya tambahan ... 66

6. Biaya pengobatan ... 72

7. Kehilangan pendapatan ... 74

8. Kuesioner ... 75

(14)
(15)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bekasi merupakan kota penyangga bagi Ibukota Jakarta di wilayah bagian timur. Secara geografis, Kota Bekasi berada pada ketinggian 19 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 21 049 Ha. Kota ini terletak di sebelah timur Jakarta dan masuk dalam wilayah Jawa Barat. Menurut sejarahnya, Kota ini sebelumnya merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten Bekasi yang kemudian berkembang dan ditingkatkan statusnya pada tahun 1996 dari Kabupaten menjadi Kota yang terdiri dari kecamatan Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara, serta meliputi 12 Kecamatan, 18 Kelurahan dan delapan desa. Saat ini Kota Bekasi menjadi sektor industri dan sektor perumahan bagi kaum urban yang umumnya bekerja di Jakarta. Peralihan status menjadi Kota Bekasi menjadi daya tarik kaum urban untuk menetap.

Tabel 1 Jumlah penduduk di Kota Bekasi pada tahun tahun 2009-2013

Tahun Jumlah Jiwa (Orang)

2009 1 882 869

2010 2 084 420

2011 2 447 930

2012 2 334 142

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kota Bekasi

Seiring berjalannya waktu, Kota Bekasi mengalami peningkatan penduduk dan pembangunan yang pesat di Kota Bekasi. Berdasarkan tabel 1, terjadi peningkatan penduduk dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 dari 1 882 869 jiwa menjadi 2 334 142 jiwa. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka permintaan akan lahan untuk tempat tinggal semakin meningkat. Faktor permintaan ini memicu adanya konversi lahan yang seharusnya dijadikan ruang terbuka hijau namun harus beralih fungsi menjadi perumahan dan sektor usaha. Hal ini dibuktikan ruang terbuka hijau milik Pemerintah Kota Bekasi yang riil tersedia di tahun 2013 hanya tersisa 3.8 persen dari total luas wilayah Kota Bekasi 21 049

(16)

2

Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim yang ekstrim. Perubahan iklim menyebabkan intensitas hujan tinggi, suhu udara meningkat semakin panas dan naiknya permukaan air laut. Intensitas hujan yang tinggi pada musim penghujan di berbagai wilayah Indonesia berpotensi banjir. Hal ini dikarenakan tidak adanya lahan resapan air, pendangkalan sungai-sungai disepanjang hulu sampai hilir dan pembangunan pemukiman dibantaran sungai. Selain itu, banjir terjadi karena perilaku masyarakat yang tidak peduli lingkungan seperti membuang sampah ke sungai yang menghambat aliran air.

Suriya et al. (2011) menyatakan bahwa, dampak negatif dari banjir adalah hilangnya nyawa dan harta benda, hilangnya mata pencaharian, gangguan terhadap air bersih, transportasi, komunikasi dan kesehatan perawatan, migrasi massal, efek psikologis dan implikasi politik. Dampak sosial dan ekonomi dari banjir ini berpengaruh pada tingkat kesejahteraan manusia. Berbagai pengaruhnya dapat dirasakan lebih parah oleh masyarakat yang paling miskin, mereka yang hidup di wilayah paling pinggiran yang antara lain, rentan terhadap banjir dan longsor (UNDP 2007).

Banjir yang terjadi di Kota Bekasi menjadi salah satu bukti lumpuhnya perekonomian masyarakat setempat. Pada tahun 2013 terdapat 28 titik daerah genangan banjir yang tersebar di delapan Kecamatan.2 Mayoritas daerah rawan tersebut berada di lintasan Kali Bekasi yang merupakan pertemuan Sungai Cikeas dan Cileungsi di Kabupaten Bogor.3 Salah satu wilayah yang terkena dampak banjir terparah yaitu Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kecamatan Jatiasih. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat banjir luapan sungai.

1.2 Perumusan Masalah

Kali Bekasi adalah sungai yang membelah Kota Bekasi menjadi dua bagian, yang berasal dari aliran Sungai Cikeas dengan Sungai Cileungsi yang hulunya ada di wilayah Kabupaten Bogor. Sungai Cikeas merupakan sungai yang menjadi

2

http://www.bekasikota.go.id/read/6741/28-daerah-genangan---titik-banjir-di-kotabekasi diakses pada tanggal 26 Januari 2013

3

(17)

3 batas antara Kota Bekasi dengan Kabupaten Bogor yang memiliki panjang sungai 23.27 km sedangkan, Sungai Cileungsi yang memiliki panjang sungai 41.82 km. Aliran Kali Bekasi di bagian hilir ini mengalir dan masuk ke sistem saluran sungai Kabupaten Bekasi.

Intensitas curah hujan yang tinggi di daerah hulu pada bulan Januari sampai Februari 2013, mengakibatkan debit air meningkat di Sungai Cileungsi dan Sungai Cikeas. Menurut Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Bekasi, banjir di Kali Bekasi pada tahun-tahun mendatang akan bertambah parah.4 Hal tersebut disebabkan berbagai faktor, antara lain terjadinya sedimentasi di Sungai Cikeas, Cileungsi, dan Kali Bekasi serta berkurangnya jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Meningkatnya debit air di kedua sungai yang mengalir ke Kali Bekasi mengakibatkan banjir di beberapa Kecamatan seperti Kecamatan Rawa Lumbu, Jati Asih, Bekasi Timur, Bekasi, Pondok Gede, Bekasi Selatan, Pondok Melati dan Medan Satria. Daerah yang mengalami kerusakan paling parah adalah perumahan PGP di Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jati Asih. Pada tahun 2013 bulan Januari dan Februari, ketinggian air ± 3.5 meter dari permukaan tanah. Ketinggian genangan tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 sebesar 2.5 sampai 3 meter.

Jumlah penduduk yang bertempat tinggal di perumahan PGP mencapai 1 103 kepala keluarga. Lokasi ini menjadi salah satu lokasi terparah di Kota Bekasi, dikarenakan dua titik tanggul penahan rusak dengan panjang kurang lebih 50 meter dan 10 meter. Bagian tanggul penahan yang rusak di perumahan PGP berada di RW 08 dan RW 10. Meskipun banjir ini melanda selama dua hari, namun pasca banjir ini mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang tidak sedikit.

(18)

4

prioritas pemerintah Kota Bekasi yaitu: 1) penyelesaian dan pemeliharaan tanggul Kali Bekasi yang rusak akibat banjir; 2) mempersiapkan penambahan sarana dan prasarana banjir guna antisipasi musibah susulan; 3) upaya kerja bakti dengan melibatkan aparatur pemerintah setempat dari 44 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD); 4) menginstruksikan Dinas Kebersihan agar lumpur-lumpur yang ada di sejumlah saluran air segera dibersihkan; 5) menyiagakan tim medis di setiap Puskesmas untuk memprioritaskan pasien korban banjir; 6) memaksimalkan kinerja tim penanggulangan banjir agar seluruh bantuan banjir dalam bentuk logistik makanan maupun pakaian untuk segera dituntaskan pendistribusiannya.5 Pemerintah Jawa Barat juga ikut berpartisipasi untuk mengatasi persoalan banjir melalui pendekatan struktur dan non struktur. Pembangunan kirmir dan normalisasi sungai sebagai upaya mengatasi banjir dengan pendekatan struktur. Sementara untuk pendekatan non struktur, selain rencana pembangunan tanggul pemerintah sudah mengupayakan hal lainnya seperti melakukan konservasi, membuat danau buatan, kolam retensi.6 Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik sosial dan ekonomi masyarakat yang terkena dampak banjir?

2. Berapa besar kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat banjir?

3. Bagaimana upaya program pemerintah dalam meminimalir dampak banjir?

5

http://www.antarajawabarat.com/lihat/berita/41763/pemkot-bekasi-terapkan-enam-program-prioritas-pascabanjir diakses pada tanggal 21 Maret 2013

6

(19)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai kerugian ekonomi pasca banjir di Kelurahan Jatirasa, Bekasi tersebut dikaitkan dengan:

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial dan ekonomi masyarakat yang terkena dampak banjir.

2. Mengestimasi seberapa besar biaya kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat banjir.

3. Mengidentifikasi upaya program pemerintah dalam meminimalir dampak banjir.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

(20)

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Banjir Luapan Sungai

Ada dua peristiwa banjir, yaitu pertama peristiwa banjir atau genangan yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua peristiwa banjir terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit air tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada (Kodoatie dan Sugiyanto 2002). Banjir luapan sungai atau banjir kiriman merupakan jenis banjir yang biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama sekali tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda dataran dikarenakan peristiwa alam yang memicunya telah terjadi berminggu-minggu sebelumnya.7 Jenis banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama. Banjir luapan sungai ini kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan bisa berlangsung selama berhari- hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti. Banjir ini biasanya terjadi pada daerah-daerah lembah.

Banjir Sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di daerah aliran sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama. Selanjutnya, air sungai yang ada meluap dan menimbulkan banjir dan menggenangi daerah di sekitarnya. Tidak seperti banjir bandang, banjir sungai biasanya akan menjadi besar secara perlahan-lahan, dan sering kali merupakan banjir musiman dan bisa berlanjut sampai berhari-hari atau berminggu-minggu (Yulaelawati dan Syihab 2008).

2.2 Penyebab Banjir

Banyak faktor penyebab terjadinya banjir. Namun, secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia (Kodoatie dan Sugiyanto 2002). Penyebab banjir alami diantaranya adalah curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, dan kapasitas drainasi yang tidak memadai. Selain itu, adapun sebab-sebab banjir karena tindakan manusia antara lain perubahan kondisi Daerah Pengaliran Sungai

7

(21)

7 (DPS), kawasan kumuh, sampah, drainasi lahan, bendung dan bangunan air, kerusakan bangunan pengendali banjir, serta perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat.

Menurut Sebastian (2008)banjir dalam pengamatannya disebabkan oleh dua katagori yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan-perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat.

2.3 Kerugian Ekonomi yang Timbul Akibat Banjir

Kerusakan akibat banjir dapat bersifat tangibel dan intangibel (Suriya et al. 2011). Kerugian direct dapat dibagi menjadi kerugian langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) (Suriya et al. 2011). Kerugian langsung (direct) terjadi akibat dari kontak langsung air banjir dengan kerusakan properti dan tingkat kerusakan diasumsikan sebagai biaya perbaikan properti. Kerugian tidak langsung (indirect) adalah kerugian yang disebabkan oleh terganggunya hubungan fisik dan ekonomi termasuk hilangnya produksi, hilangnya pendapatan, kerugian bisnis dan keterlambatan dalam transportasi barang. Kerugian intangibel termasuk ketakutan, kecemasan, gangguan, kesehatan yang buruk dan korban jiwa.

(22)

8

Kerugian dihitung berdasarkan kerugian kerusakan perabotan rumah tangga, pendapatan dan peningkatan biaya medis (Suriya et al. 2011). Adapun metode penilaian terhadap dampak lingkungan telah dipraktikan dalam banyak proyek di berbagai negara. Metode-metode tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam metode (Suparmoko dan Ratnaningsih 2011) :

 Metode yang secara langsung didasarkan pada nilai pasar atau produktivitas;

 Metode yang menggunakan nilai pasar barang pengganti atau barang pelengkap;

 Metode dihasikan pada hasil survei.

2.4 Sistem Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir pada saranya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang paling optimal. Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi atau daerah pengendaliannya dapat dikelompokan menjadi dua (Kodoatie dan Sugiayanto 2002) :

1. Bagian atas, yaitu dengan membangun dam pengendalian banjir yang dapat memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir, pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan penghijauan di Daerah Aliran Sungai.

2. Bagian hilir, yaitu dengan melakukan normalisasi alur sungai dan tanggul, sudetan pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau floodway, pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin.

Upaya mengurangi resiko (mitigasi) ada yang dapat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah bersama masyarakat dan masyarakat atau individu. Dalam upaya mengurangi resiko banjir ada tiga cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat (Yulaelawati dan Syihab 2008):

1. Kegiatan fisik (struktur)

(23)

9 sistem pengendali banjir. Jenis kegiatan fisik seperti pembangunan waduk-waduk, tanggul dipinggiran sungai terutama di daerah rawan banjir, pembangunan interkoneksi antar sungai, pembangunan polder dan pelurusan sungai

2. Kegiatan non-struktur

Kegiatan non-struktur bertujuan untuk menghindari dan juga menekan besarnya masalah yang ditimbulkan oleh banjir, antara lain dengan cara mengatur pembudidayaan lahan di dataran banjir dan di DAS. Upaya non-struktur dapat berupa, konservasi tanah air di hulu sungai, pengelolaan dataran banjir berupa penataan ruang, penanggulangan banjir untuk menekan besarnya bencana dan megatasi secara darurat, penerapan sistem perkiraan dan peringatan dini untuk menekan besarnya bencana, pengamanan terhadap banjir, pemetaan dataran banjir, pengawasan penegak hukum, penetapan sempadan sungai yang didukung dengan penegakan hukum, penyuluhan dan pendidikan masyarakat serta penanggulangan kemiskinan.

3. Kombinasi Upaya Struktur dan Non-Struktur

Masing-masing jenis upaya struktur berupa prasarana fisik dapat berdiri sendiri ataupun dikombinasikan dengan upaya non struktur sehingga membentuk satu kesatuan sistem pengendali banjir yang menyeluruh dan terpadu. Kombinasi kedua jenis upaya tersebut berfungsi untuk memperkecil besarnya masalah banjir. Kondisi dan permasalahan pada setiap sungai selalu berbeda-beda, sehingga penetapan sistem pengendali banjir yang optimal pada setiap sungai harus melewati suatu kajian yang menyeluruh dengan membandingkan beberapa alternatif kemungkinan.

2.5 Penelitian Terdahulu

(24)

10

menghadapi dampak anjir pasang terhadap kesehatan, aktifitas dan transportasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerugian fisik yang timbul akibat banjir pasang pada tahun 2007-2009 adalah biaya perbaikan dan biaya kehilangan yang ditanggung oleh rumah tangga. Rata-rata biaya perbaikan akibat banjir selama tahun 2007-2009 sebesar Rp 3 994 125 per rumah tangga sedangkan rata-rata biaya kehilangan akibat banjir selama tahun 2007-2009 sebesar Rp 526 304 per rumah tangga. Rumah tangga yang tidak melakukan tindakan pencegahan selama kurun waktu 2007-2009, rata-rata biaya perbaikannya sebesar Rp 1 818 563. Rumah tangga yang melakukan tindakan pencegahan dengan biaya lebih dari Rp 0 s.d Rp 5 000 000, rata-rata biaya perbaikannya sebesar Rp 10 264 342.

Rumah tangga yang melakukan tindakan pencegahan dengan biaya lebih dari Rp 5 000 000, rata-rata biaya perbaikannya sebesar Rp 1 820 331. Kerugian

non-fisik terhadap pengeluaran berobat rata-rata sebesar Rp 10 000 s.d. Rp 70 000. Kerugian non-fisik seperti terganggunya aktivitas akibat banjir pasang sebanyak 92 persen merasa ternganggu dan 80 persen rumah tangga mengatakan bahwa tidak terjadi kenaikan biaya transportasi ketika banjir terjadi. Selain itu, kerugian non-fisik lainnya akibat banjir pasang seperti padamnya listrik dan adanya aktifitas tambahan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan alternatif penerangan ini sebesar Rp 5 275 per rumah tangga.

(25)

11 unit usaha rata-rata estimasi kerugian akibat banjir pasang sebesar Rp 4 133 910 setip satu usaha.

(26)

12

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa pendekatan pasar untuk menilai dampak lingkungan dibedakan menjadi 3 pendekatan yaitu pendekatan harga pasar yang sebenarnya, pendekatan modal manusia, dan pendekatan kesempatan atau pendapatan yang hilang. Pada penelitian ini, ketiga metode tersebut digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat pasca banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi. Kerugian yang diestimasi meliputi kerugian direct dan kerugian indirect.

3.1.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya

Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa dalam menelusuri langkah-langkah dalam penilaian dampak lingkungan itu, terlihat bahwa sesungguhnya kita memberikan nilai ekonomi terhadap dampak perubahan kualitas lingkungan terhadap barang dan jasa alami maupun barang dan jasa buatan manusia. Dalam menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek, selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau timbul dari adanya suatu proyek, sebaiknya digunakan harga pasar. Pendekatan harga pasar sebenarnya tersebut terdiri dari:

1. Biaya kehilangan dan biaya perbaikan

Metode ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian direct rumah tangga berupa kehilangan harta benda akibat banjir dan perbaikan bangunan serta peralatan rumah tangga yang masih bisa diperbaiki. Nilai kerugian ekonomi dari kerusakan peralatan rumah tangga yang belum diperbaiki atau sudah dibuang diestimasi melalui nilai sisa barang pada tahun kerusakan sedangkan nilai kerugian perbaikan peralatan dan bangunan rumah tangga diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan.

2. Biaya tambahan

(27)

13 maupun setelah banjir. Nilai kerugian ini diestimasi melalui pendekatan biaya tambahan.

3.1.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach)

Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) menilai nilai lingkungan melalui dampak kerusakan lingkungan terhadap kuantitas dan kualitas tenaga kerja (Garrod dan Willis 1999). Pendekatan modal manusia ini berfokus pada dampak kondisi lingkungan yang merugikan kesehatan masyarakat seperti pendapatan yang hilang (Loss of Earning) karena sakit dan biaya perawatan medis (Cost of Illness) yang dikeluarkan masyarakat (Garrod dan Willis 1999). Pendekatan ini disebut pula cost of illness approach, diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek (Suparmoko dan Ratnaningsih 2011).

3.1.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan yang Hilang

(28)

14

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) menyatakan bahwa, Kali Bekasi merupakan perpaduan Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi yang berhulu di Kabupaten Bogor yang sangat rentan terhadap rusaknya tanggul penahan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa tingginya curah hujan yang terjadi pada bulan Januari sampai Maret 2013 di Kabupaten Bogor menyebabkan debit air meningkat sehingga berpotensi banjir di daerah hilir. Banjir yang melanda perumahan PGP di Bekasi akibat rusaknya tanggul penahan sepanjang ± 90 meter di Kali Bekasi.

Pada tahun 2013 sudah terjadi banjir luapan sungai sebanyak tiga kali di perumahan PGP dalam waktu dua bulan yaitu bulan Januari sampai Februari. Banjir luapan sungai ini menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat sekitar. Kerugian ekonomi masyarakat terbagi dua yaitu kerugian tangible dan intangible. Dalam penelitian ini hanya menghitung kerugian tangible yaitu kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian langsung (direct) merupakan kerugian fisik yang ditimbulkan akibat banjir sedangkan kerugian tidak langsung (indirect) merupakan kerugian yang timbul secara tidak langsung akibat adanya banjir.

Tujuan pertama dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat dengan analisis deskriptif. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, status pernikahan, lama tinggal, alasan tinggal, status tempat tinggal, tingkat rumah, luas rumah dan ketinggian air banjir serta penilaian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan fasilitas umum pasca banjir.

(29)

15 banjir. Kerugian banjir tahun 2013 ini diestimasi dengan menggunakan metode biaya kehilangan, biaya perbaikan, biaya tambahan, Cost of Illness dan Loss of Income.

Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi upaya program pemerintah dalam meminimalir dampak banjir dengan analisis deskriptif. Identifikasi upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah diperoleh dari hasil wawancara dengan Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi, Kelurahan Jatirasa dan masyarakat setempat. Kemudian hasilnya juga diharapkan dapat menjembatani harapan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(30)

16

Intensitas curah hujan yang tinggi di daerah hulu (Kabupaten Bogor)

Meningkatnya debit air di Sungai Cileungsi dan Sungai Cikeas

Rusaknya tanggul di Kali Bekasi

Kerugian ekonomi yang dialami masyarakat Banjir luapan sungai di Perumahan Pondok

Gede Permai

Keterangan: Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 1. Diagram alur kerangka berfikir Pendapatan

Total kerugian yang dialami masyarakat

Rekomendasi kebijakkan pencegahan untuk pemerintah dalam mengatasi banjir Biaya

Kehilangan Properti Kondisi sosial dan ekonomi

(31)

1V METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini berlokasi di perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kelurahan Jatirasa, Kota Bekasi. Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan sengaja, karena perumahan PGP merupakan salah satu lokasi yang letaknya berdekatan dengan pertemuan dua sungai dan rawan terkena banjir. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara menggunakan kuesioner kepada masyarakat. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait Dinas Bina Tata dan Marga Air dan Kelurahan Jatirasa. Data sekunder ini diperlukan untuk mengetahui kondisi wilayah Perumahan PGP dan studi literatur serta hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh suatu instansi, perorangan atau lembaga yang terkait.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

(32)

18

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2010. Setelah itu, data diolah dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk gambar, tabel, dan perhitungan matematis. Matriks metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1 Identifikasi karakteristik sosial

dan ekonomi masyarakat yang terkena dampak banjir

Data Primer dan Data Sekunder (Rumah tangga)

Analisis Deskriptif

2 Estimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir:

Data Primer dan Data Sekunder (Rumah tangga)

Metode Valuasi Ekonomi

 Biaya kehilangan perabotan rumah tangga

Data perabotan rumah tangga yang hilang

Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya

 Biaya perbaikan perabotan rumah tangga dan bangunan rumah tangga

 Pendapatan yang hilang Data pendapatan harian Loss of Income

 Biaya kesehatan Data pengobatan Cost of Illness

 Biaya tambahan Data biaya tambahan Pendekatan Harga

Pasar yang Sebenarnya

3 Identifikasi upaya program pemerintah dalam meminimalir dampak banjir

4.4.1 Identifikasi Karakteristik Sosial dan Ekonomi Masyarakat

(33)

19 adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2003).

4.4.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Pasca Banjir

Penelitian ini menghitung nilai kerugian ekonomi masyarakat pasca banjir yaitu kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian langsung (direct) mencakup biaya kehilangan perabotan rumah tangga dan biaya perbaikan peralatan rumah tangga. Kerugian tidak langsung (indirect) mencakup biaya pengobatan, kehilangan pendapatan, dan biaya tambahan. Berikut metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Biaya kehilangan perabotan rumah tangga

Nilai kerugian ekonomi pasca banjir diestimasi dari perabotan rumah tangga yang mengalami kerusakan dan perabotan rumah tangga tersebut tidak bisa digunakan sesuai fungsinya. Metode yang digunakan dalam mengestimasi kerugian ini adalah pendekatan harga pasar. Kehilangan perabotan rumah tangga yang dialami masyarakat dapat dilihat dari harga beli perabotan rumah tangga tersebut, tahun pembelian dan umur ekonomis. Metode yang digunakan untuk penyusutan suatu barang dalam penelitian ini adalah metode garis lurus (Straight Line Method). Metode garis lurus akan menghasilkan beban penyusutan aset tetap yang sama dari tahun ke tahun (Rudianto 2012). Biaya yang dapat disusutkan dibagi dengan umur manfaat untuk menentukan penyusutan per tahun (Horngren dan Harrison Jr 2007). Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini nilai sisa pada akhir umur ekonomis sama dengan nol. Jika tidak ada nilai residu, biaya suatu aset tetap akan disusutkan sepenuhnya dimana biaya dikurangi nilai sisa disebut biaya yang dapat disusutkan (depreciable cost) (Horngren dan Jr Harrison 2007). Perhitungan penyusutan suatu barang per tahun dapat dihitung dengan Persamaan 1 di bawah ini:

... (1) Keterangan:

(34)

20

UE = Umur Ekonomis (tahun)

Komite Standar Akuntasi Pemerintahan (2007) menyatakan bahwa, ukuran manfaat setiap aset tetap berbeda-beda, ada yang dapat diukur dengan indikator yang terkuantifikasi dan ada yang tidak. Masa manfaat ini secara teknis akan bergantung dari karakteristik fisik atau teknologi, cara pemanfaatan atau intensitas pemanfaatannya (KSAP 2007). Biaya kehilangan perabotan rumah tangga merupakan nilai sisa pada tahun terjadinya kerusakan kemudian dikurangkan dengan harga beli barang responden dapat dilihat pada Persamaan 2 dibawah ini. KP = HB-AP ... (2) Keterangan:

KP = Biaya kehilangan perabotan (Rp) HB = Harga beli (Rp)

AP = Akumulasi penyusutan (Rp)

Nilai rata-rata biaya kehilangan perabotan (Rp) dapat dilihat pada Persamaan 3 di bawah ini.

... (3)

Keterangan:

RKP = Rata-rata kehilangan perabotan rumah tangga (Rupiah/KK) KPi = Biaya kehilangan responden ke-i (Rp)

n = Jumlah responden (KK) i = Responden ke-i (1,2,3,…..,n) b. Biaya perbaikan

(35)

21

̅̅̅̅ ∑

... (4) Keterangan:

BB = Rata-rata biaya perbaikan (Rp/KK) BBi = Biaya perbaikan responden i (Rp) n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1,2,3,…..,n) c. Biaya pengobatan

Kerugian ketiga yang timbul dari adanya biaya pengobatan pasca banjir dilihat dari pengeluaran sejumlah biaya oleh responden untuk pengobatan akibat penyakit yang berasal dari genangan air banjir. Metode yang digunakan dalam mengestimasi kerugian ini adalah cost of illness. Pendekatan ini menggunakan harga pasar dan tingkat upah untuk menilai dampak proyek terhadap pendapatan masyarakat. Pendekatan ini diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek (Suparmoko dan Ratnaningsih 2011). Dalam penelitian ini hanya menghitung biaya perawatan medis pasien itu sendiri yang besarnya dapat berbeda setiap pasiennya. Nilai rata-rata kerugian yang dilihat dari jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh responden dihitung menggunakan Persamaan 5 dibawah ini.

̅̅̅̅ ∑

... (5) Keterangan:

BO = Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK) BOi = Biaya pengobatan responden i (Rp) n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1,2,3,…..,n)

d. Pendapatan yang hilang

(36)

22

pendapatan responden selama banjir dihitung menggunakan Persamaan 6 di bawah ini.

̅̅̅̅̅ ∑ ... ...(6)

Keterangan:

HH = Rata-rata hilangnya pendapatan (Rp/KK) HHi = Pendapatan harian responden i (Rp) LB = Lama tidak masuk kerja (hari) n = Jumlah responden (KK) i = Responden ke-i (1,2,3,....,n) e. Biaya tambahan

Kerugian ini dilihat dari pengeluaran responden untuk membeli kebutuhan yang tak terduga disaat banjir dan setelah banjir. Metode yang digunakan dalam mengestimasi kerugian ini adalah pendekatan harga pasar sebenarnya. Nilai rata-rata biaya tambahan yang dihitung berupa alat kebersihan, sedot WC, dan lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan responden saat itu dapat dilihat pada Persamaan 7.

̅̅̅̅ ∑

... ...(7) Keterangan:

BT = Rata-rata biaya tambahan (Rp/KK) BTi = Biaya tambahan responden i (Rp) n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1,2,3,…..,n)

4.4.3 Identifikasi Upaya Program Pemerintah dalam Meminimalir Dampak Banjir

(37)

23

V GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Daerah penelitian ini terletak di Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi. Penelitian ini difokuskan di wilayah Perumahan Pondok Gede Permai, karena lokasinya yang merupakan pertemuan dua sungai dan berdekatan dengan Kali Bekasi. Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari 26 RT dari tiga RW. Berikut adalah batas-batas wilayah Perumahan Pondok Gede Permai:

Sebelah Utara : Kali Bekasi

Sebelah Barat : Perumahan Sinar Pondok Benda Sebelah Timur : Kali Bekasi

Sebelah Selatan : Sungai Cikeas

Luas wilayah Kelurahan Jatirasa seluas 27.945 Ha. Kelurahan Jatirasa terdiri dari tujuh perumahan yaitu PPA Jatiasih Indah, Sinar Pondok Benda, Pondok Gede Permai, Villa Jatirasa, Pondok Mitra Lestari, Kemang IFI Graha dan Bumi Asih Indah. Sebaran batas cakupan untuk perumahan PPA Jatiasih Indah terdiri dari RW 6 dan 7. Batas cakupan perumahan PGP terdiri dari RW 8, 9 dan 10. Menurut data yang diperoleh dari Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi (2013), wilayah perumahan Pondok Gede Permai memiliki 26 RT

(38)

24

Berdasarkan Tabel 3, jumlah kepala keluarga di Kelurahan Jatirasa sebanyak 8 440 dengan total penduduk 31 616 jiwa. Peruumahan PGP merupakan perumahan yang mengalami banjir paling parah dan memiliki luas lahan paling luas sebesar 196.732 Ha dengan jumlah KK sebanyak 1 103. Lingkup dari masing-masing RW di PGP yaitu RW 08 terdiri dari delapan RT, RW 09 terdiri dari sembilan RT dan RW 10 terdiri dari sembilan RT.

Perumahan ini dibangun sejak tahun 1988 dan termasuk perumahan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) BTN dengan biaya kredit per bulannya yang cukup terjangkau. Hal inilah yang menarik kaum urban yang mayoritas bekerja di Jakarta. Lokasi perumahan ini dikelilingi oleh Kali Bekasi sehingga dengan seiring berjalannya waktu pembangunan Kali Bekasi sudah tidak ideal dengan aturan Garis Sempadan Sungai (GSS). Hal tersebut yang memicu terjadinya banjir saat hujan deras yang terjadi di bagian hulu sehingga meluapnya air ke pemukiman.

Sungai Cikeas merupakan sungai yang menjadi pembatas antara Kota Bekasi dengan Kabupaten Bogor yang memiliki panjang sungai 23.27 Km. Kali Bekasi berasal dari aliran Sungai Cikeas dengan Sungai Cileungsi yang hulunya ada di wilayah Kabupaten Bogor. Luas tangkapan air yang mengalir dari Sungai Cikeas sebesar 955 Ha, Kali Bekasi sebesar 1 796 Ha dan Sungai Cileungsi sebesar 2 751 Ha.

(39)

25 Tabel 4 Debit air kiriman dari hulu Kali Bekasi

No Hari

Sungai

Cileungsi

(m/detik)

Sungai

Cikeas

(m/detik)

Bendungan

Kali Bekasi

(m/detik)

Waktu Tiba

di Bendungan

Kali Bekasi

(WIB)

1 18 Januari 2013 350 336 524,876 13.00

2 4 Februari 2013 650 366 515,427 04.00

3 12 Februari 2013 80 132 294 24.00

Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi, 2013

Berdasarkan Tabel 4, total debit air kiriman terbesar dari kedua sungai yang mengalir ke Bendungan Kali Bekasi terjadi pada tanggal 18 Januari 2013 sebesar 524,876 m/detik dengan waktu tiba pukul 13.00 WIB. Namun, terjadi peningkatan ketinggian banjir yang dialami masyarakat pada tanggal 4 Februari 2013 dari banjir sebelumnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan waktu debit air kiriman dari kedua sungai tidak dalam waktu yang bersamaan saat tiba di bendungan Kali Bekasi.

(40)

VI KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

6.1 Identifikasi Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat penting untuk diketahui, karena akan mempengaruhi pemikiran, motivasi, pengalaman, ketertarikan dan tanggapan dari masyarakat, hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepedulian masyarakat terhadap lingkungan (Ismail et.al. 2011). Identifikasi sosial ekonomi responden di Perumahan PGP berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 69 rumah tangga dari ketiga RW.

Karakteristik sosial ekonomi responden terdiri atas jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jumlah tanggungan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, status pernikahan, lama tinggal, alasan tinggal, status tempat tinggal, tingkat rumah, luas rumah dan ketinggian air banjir serta penilaian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan fasilitas umum pasca banjir.

6.1.1 Jenis Kelamin

Jenis kelamin dalam survei ini sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 52 orang atau setara dengan 75% sedangkan responden laki-laki berjumlah 17 orang atau setara dengan 25%. Hal ini dikarenakan pelaksanaan survei yang dilakukan sebagian besar pada hari kerja dan sisanya dilaksanakan pada hari libur. Perbandingan presentase jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 Laki-laki 17 25

2 Perempuan 52 75

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.2 Usia

(41)

27 interval 52-57 tahun, 5 orang (7%) pada interval 58-63 tahun dan 2 orang (3%) pada interval ≥ 64. Perbandingan presentase tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia

No Kelompok Umur Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 28-33 5 7

2 34-39 7 10

3 40-45 16 23

4 46-51 22 32

5 52-57 12 17

6 58-63 5 7

7 ≥64 2 3

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.3 Pendidikan Formal

Pendidikan formal responden berpengaruh terhadap keakuratan suatu informasi. Semakin tinggi pendidikan formal semakin tinggi pula keakuratan data yang diperoleh. Mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SLTA yang berjumlah 38 orang (55%) sedangkan pendidikan terakhir yang paling sedikit jenjang S2 sebesar 2 orang (2%). Perbandingan presentase pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan formal

No. Pendidikan Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 SD 12 17

2 SLTP 8 12

3 SLTA 38 55

4 D3 5 7

5 S1 5 7

6 S2 1 1

Total 69 100

(42)

28

6.1.4 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan yang dimaksud dalam penelitian ini, semua anggota keluarga yang masih dibiayai oleh Kepala Keluarga. Anggota keluarga disini mencakup ayah, ibu dan anak termasuk tambahan tanggungan yang tinggal bersama dalam satu atap. Jumlah tanggungan responden terbanyak memiliki 4 orang tanggungan yang berjumlah 44 orang (33%), sedangkan sisanya yang paling sedikit memiliki tanggungan diatas 7 yang berjumlah 1 orang (1%) dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan

No Tanggungan Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 1 1 1

2 2 6 9

3 3 11 16

4 4 33 48

5 5 12 17

6 6 5 7

7 ≥ 7 1 1

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.5 Pekerjaan

(43)

29 Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 Pensiunan 4 6

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.6 Pendapatan Rumah tangga

Tingkat pendapatan rumah tangga dihitung berdasarkan semua anggota keluarga yang memiliki pekerjaan baik yang tinggal dalam satu atap maupun yang tidak dalam satu atap yang biasanya berupa besaran biaya pemberian anak kepada orang tuanya setiap bulan. Tingkat pendapatan rumah tangga terbanyak berada dikisaran Rp 1 900 001- Rp 3 200 000 yang berjumlah 31 orang (45%), sedangkan tingkat pendapatan rumah tangga paling sedikit berada dikisaran Rp 5 800 001 - Rp 7 100 001 yang berjumlah 1 orang (1%). Perbandingan presentase jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga

No Pendapatan Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 600000-1900000 16 23

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.7 Status Pernikahan

(44)

30

menikah yang berjumlah 56 orang (86%). Sisanya memiliki status pernikahan belum menikah yang berjumlah 1 orang (1%) dan janda sebanyak 9 orang (13%). Perbandingan presentase status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan

No Status Pernikahan Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 Sudah Menikah 59 86

2 Belum Menikah 1 1

3 Janda 9 13

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.8 Alasan Tinggal

Seluruh status kependudukan responden dalam penelitian ini adalah pendatang. Sebagian besar alasan tinggal responden memilih sesuai kondisi keuangan saat itu yang berjumlah 49 orang (71%). Sisanya memilih mengikuti suami yang berjumlah 13 orang (19%) dan dekat dengan tempat kerja responden yang berjumlah 7 orang (10%). Perbandingan presentase alasan tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan alasan tinggal

No Alasan Tinggal Sampel

Jumlah Presentase(%)

1 Ikut Suami 13 19

2 Dekat dengan tempat kerja 7 10

3 Sesuai Kondisi Keuangan 49 71

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.9 Lama Tinggal

(45)

31 Tabel 13 Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal

No Lama Tinggal (tahun) Sampel

Jumlah Presentase(%)

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.10 Status Tempat Tinggal

Status tempat tinggal juga salah satu faktor alasan responden memilih menetap. Hal ini dikarenakan harga jual rumah yang rendah akibat lokasi rumah yang rawan banjir. Mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai status tempat tinggal milik sendiri yang berjumlah 61 orang (89%). Sisanya mempunyai status tempat tinggal mengontrak yang berjumlah 4 orang (4%) dan menumpang pada anak atau warisan orang tuanya yang berjumlah 5 orang (7%). Perbandingan persentase status tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Karakteristik responden berdasarkan status tempat tinggal

No Status Tempat Tinggal Sampel

Jumlah Presentase(%)

1 Milik Sendiri 61 88

2 Kontrakan 3 4

3 Menumpang 5 7

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.11 Jumlah Lantai Rumah

(46)

32

Tabel 15 Karakteristik responden berdasarkan lantai rumah

No Tingkat Sampel

Jumlah Presentase(%)

1 Lantai dasar (Tak bertingkat) 36 52

2 Lantai 2 30 43

3 Lantai 3 3 4

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.12 Luas Rumah

Berdasarkan Tabel 16, sebagian besar luas tanah responden seluas 60 m2 sehingga menjadi acuan untuk pembagian luas bangunan rumah responden yang dijadikan sampel. Mayoritas responden memiliki luas bangunan rumah diatas 60 m2 yang berjumlah 33 orang (48%), sedangkan sisanya sebanyak 36 orang (52%) memiliki luas bangunan rumah ≤ 60 m2. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki luas diatas 60 m2 melakukan pencegahan untuk meminimalisir dampak banjir, sedangkan >60 m2 masih mempertahankan kondisi asli rumah.

Tabel 16. Karakteristik responden berdasarkan luas bangunan rumah

No Luas Rumah Sampel

Jumlah Presentase (%)

1 ≤ 60 m2 36 52

2 >60 m2 33 48

Total 69 100

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.13 Karakteristik Ketinggian Air Banjir

(47)

33 menyatakan banjir terjadi di depan rumah (jalan) sedangkan sisanya sebanyak 42 orang (61%) mengalami banjir di dalam rumah dengan ketinggian diatas nol sampai dengan satu meter dan untuk ketinggian diatas satu meter sebanyak dua orang (3%).

Tabel 17 Karakteristik responden berdasarkan ketinggian air banjir di dalam rumah

No Tinggi banjir (m) Sampel

Jumlah Presentase(%) 1 Banjir tanggal 18 Januari 2013

a. ≤2 26 38

b. 2<x≤3 35 51

c. >3 8 12

2 Banjir tanggal 4 Februari 2013

a. ≤2 8 12

b. 2<x≤3 36 52

c. >3 25 36

3 Banjir tanggal 12 Februari 2013

a. 0 25 36

b. 0<x≤1 42 61

c. >1 2 3

Sumber : data primer diolah, 2013

6.1.14 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Fasilitas Umum

(48)

34

Gambar 2 Penilaian tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum

Sumber: data primer diolah, 2013

6.1.15 Penilaian Tingkat Kebersihan Pasca Banjir terhadap Lingkungan Sekitar

Banjir juga mengotori lingkungan rumah dikarenakan sisa lumpur yang masih menempel pada dinding rumah dan menumpuk pada saluran air (got) warga. Sebagian besar responden sebesar 51 orang (74%) memberi penilaian kebersihan lingkungan rumah pasca banjir termasuk kategori bersih, dikarenakan adanya kegiatan kerja bakti warga sekitar namun kuantitas udara di sekitar lingkungan masih berbau lumpur. Sebanyak 18 orang (26%) memberi penilaian kebersihan cukup bersih pada lingkungan sekitar, dikarenakan ada rumah yang tidak berpenghuni sehingga sampah dan tumpukan lumpur masih menumpuk paDa rumah tersebut yang menimbulkan bau tidak sedap dapat dijelaskan pada Gambar 3.

Gambar 3 Penilaian Tingkat Kebersihan terhadap Lingkungan Rumah

Sumber: data primer diolah, 2013

70

Tingkat kebersihan terhadap fasilitas umum

74

(49)

35

VII ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI MASYARAKAT

PASCA BANJIR

Kerugian ekonomi masyarakat dalam penelitian ini hanya menghitung kerugian tangible. Kerugian tangible dibagi dua yaitu kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Informasi kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect) ini didapat melalui wawancara terbuka dan observasi langsung dengan masyarakat sekitar Perumahan PGP. Kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect) ini hanya dihitung pada tahun 2013, dikarenakan banjir yang dialami Perumahan PGP ini tidak terjadi setiap tahunnya hanya tahun-tahun tertentu dengan tingkat keparahan banjir yang berbeda-beda. Banjir membuat sebagian masyarakat kehilangan harta bendanya dan kebanyakan dialami oleh masyarakat yang tidak mempunyai tingkat rumah. Antisipasi yang dilakukan oleh masyarakat yang memiliki rumah bertingkat sampai saat ini masih menaruh harta bendanya di lantai dua sehingga semua aktivitas rumah tangga dilakukan di lantai dua, sedangkan lantai dasar dikosongkan dari harta-benda.

7.1 Kerugian Langsung (Direct)

Responden mengalami kerugian langsung (direct) seperti kehilangan perabotan rumah tangga, perbaikan peralatan rumah tangga dan perbaikan bangunan yang rusak. Kehilangan perabotan rumah tangga merupakan perabotan rumah tangga yang sudah tidak dapat diperbaiki kembali akibat banjir. Perbaikan perabotan rumah tangga merupakan perabotan rumah tangga yang rusak, namun masih bisa dipakai jika responden mengeluarkan biaya servis. Berdasarkan wawancara, masyarakat masih menunda untuk membeli perabotan rumah tangga baru, dikarenakan takut adanya banjir susulan dikemudian hari.

7.1.1 Kehilangan Perabotan Rumah tangga

(50)

36

cuci, rak piring, setrika, speaker, kasur kapuk, tempat tidur (kerangka ranjang), TV dan VCD. Pendekatan biaya kehilangan perabotan rumah tangga menggunakan penyusutan perabotan rumah tangga per tahunnya dengan metode garis lurus. Penentuan umur ekonomis disesuaikan dari karakteristik suatu barang yang dimiliki responden.

Berdasarkan perhitungan, biaya kehilangan didapatkan dari jumlah seluruh responden yang mengalami kehilangan perabotan rumah tangga saja sebesar Rp 57 035 975. Jumlah biaya ini dibagi 60 responden yang mengalami kerusakan perabotan sehingga didapat rata-rata biaya kehilangan perabotan sebesar Rp 950 600/KK

.

Jumlah proporsi masyarakat yang mengalami kehilangan perabotan rumah tangga sebesar 87% dari total populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 959 KK. Total biaya kehilangan perabotan rumah tangga yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 911 749 391 dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Total kehilangan perabotan rumah tangga

Hal Jumlah

Biaya kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) 57 035 975

Jumlah responden (KK) 60

Rata-rata kehilangan perabotan responden (Rp/KK) 950 600

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya kehilangan perabotan rumah

tangga (KK) 959

Total kehilangan perabotan rumah tangga (Rp) 911 749 391

Sumber : data primer diolah, 2013

7.1.2 Perbaikan Perabotan Rumah tangga

(51)

37 Rp 383 333/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya perbaikan perabotan rumah tangga sebesar 57% dari total populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 623 KK. Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 238 983 126 dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga

Hal Jumlah

Biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) 14 950 000

Jumlah responden (KK) 39

Rata-rata biaya perbaikan perabotan rumah tangga (Rp/KK) 383 333

Jumlah proporsi yang melakukan perbaikan perabotan (KK) 623

Total perbaikan perabotan rumah tangga (Rp) 238 983 126

Sumber : data primer diolah, 2013

7.1.3 Perbaikan Bangunan

Perbaikan bangunan dilakukan oleh sebagian responden dikarenakan banjir luapan sungai ini merusak bangunan rumah di Perumahan PGP. Hal ini disebabkan derasnya air yang mengalir dari Kali Bekasi sehingga merusak bagian bangunan rumah. Bangunan yang rusak yang dialami responden meliputi dinding, lantai, pintu, jendela, plafon dan kusen. Berdasarkan perhitungan, jumlah biaya perbaikan bangunan rumah tangga per periode banjir sebesar Rp 33 253 000 dengan jumlah responden 33 KK sehingga diperoleh rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah tangga sebesar Rp 1 007 667/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya perbaikan bangunan sebesar 48% dari total populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 528 KK. Total biaya perbaikan bangunan yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 531 566 248 dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Total biaya perbaikan bangunan

Hal Jumlah

Biaya perbaikan bangunan rumah tangga (Rp) 33 253 000

Jumlah responden (KK) 33

Rata-rata biaya perbaikan bangunan rumah tangga (Rp/KK) 1 007 667

Jumlah proporsi yang mengeluarkan perbaikan bangunan (KK) 528

Total perbaikan bangunan (Rp) 531 566 248

(52)

38

7.1.4 Total Kerugian Langsung (direct) yang Dialami Masyarakat

Berdasarkan perhitungan, diperoleh total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 1 682 298 765 dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat

No. Hal Jumlah (Rp)

1 Total biaya kehilangan perabotan rumah tangga 911 749 391

2 Total biaya perbaikan perabotan rumah tangga 238 983 126

3 Total biaya perbaikan bangunan rumah tangga 531 566 248

Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp) 1 682 298 765

Sumber : data primer diolah, 2013

7.2 Kerugian Tidak Langsung (Indirect)

Kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat seperti biaya pengobatan, kehilangan pendapatan dan pengeluaran tak terduga akibat banjir. Kerugian ini dihitung selama banjir terjadi dan setelah banjir surut.

7.2.1 Biaya Pengobatan

Penyakit yang ditimbulkan akibat banjir seperti gatal-gatal, kutu air, demam, ispa dan cikungunya. Dalam penelitian ini, didapat sebanyak 25 Kepala Keluarga yang terjangkit penyakit dan mengeluarkan biaya berobat ke dokter atau klinik. Sisanya sebanyak 27 Kepala Keluarga yang sakit namun mendapatkan bantuan kesehatan dari posko kesehatan sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk berobat, sedangkan 17 Kepala Keluarga lainnya tidak menderita sakit. Rata-rata biaya pengobatan setiap responden sebesar Rp 663 600/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya berobat sebesar 36% dari total populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 400 KK. Total kerugian masyarakat untuk biaya pengobatan yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 265 199 565 dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Total biaya pengobatan

Hal Jumlah (Rp)

Biaya pengobatan (Rp) 16 590 000

Jumlah responden yang mengeluarkan biaya pengobatan (KK) 25

Rata-rata biaya pengobatan setiap responden (Rp/ KK) 663 600

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya berobat (KK) 400

Total biaya pengobatan (Rp) 265 199 565

(53)

39

7.2.2 Pendapatan yang Hilang

Kerugian tidak langsung (indirect) lainnya yang dialami masyarakat adalah kehilangan pendapatan baik selama banjir maupun setelah banjir. Selama banjir berlangsung aktifitas bekerja masyarakat setempat terhenti, dikarenakan ketinggian banjir yang parah. Dalam penelitian ini, kehilangan pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan rumah tangga terdiri dari semua anggota keluarga yang bekerja di rumah tersebut dan berasal dari golongan pekerja non pegawai. Hal ini dikarenakan pegawai memiliki gaji tetap sehingga tidak mengurangi pendapatan meskipun tidak bekerja (dimasukkan ke dalam cuti kerja). Pendapatan harian yang hilang dari keseluruhan responden sebesar Rp 34 621 000 yang berjumlah 12 Kepala Keluarga (17%) sehingga diperoleh rata-rata pendapatan yang hilang sebesar Rp 2 885 083/KK. Jumlah proporsi masyarakat yang mengalami kehilangan pendapatan sebesar 17% dari total populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 192 KK. Total pendapatan yang hilang per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 553 434 182 dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Total pendapatan yang hilang

Hal Jumlah

Pendapatan harian yang hilang keseluruhan responden (Rp) 34 621 000

Jumlah responden (KK) 12

Rata-rata pendapatan harian setiap responden (Rp/ KK) 2 885 083

Jumlah proporsi yang mengalami pendapatan yang hilang (KK) 192

Total pendapatan yang hilang (Rp) 553 434 182

Sumber : data primer diolah, 2013

7.2.3 Biaya Tambahan

(54)

40

proporsi masyarakat yang mengeluarkan biaya tambahan sebesar 72% dari total populasi sebesar 1103 KK sehingga didapat 799 KK. Total biaya tambahan yang dialami masyarakat per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 234 946 993 dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Total biaya tambahan

Hal Jumlah

Biaya tambahan rumah tangga (Rp) 14 697 500

Jumlah Responden (KK) 50

Rata-rata biaya tambahan rumah tangga (Rp/KK) 293 950

Jumlah proporsi yang mengeluarkan biaya tambahan (KK) 799

Total biaya tambahan (Rp) 234 946 993

Sumber : data primer diolah, 2013

7.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung (indirect) yang Dialami Masyarakat

Berdasarkan perhitungan, diperoleh total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 1 053 580 740 dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat

No. Hal Jumlah (Rp)

1 Total biaya pengobatan 265 199 565

2 Total pendapatan yang hilang 553 434 182

3 Total biaya tambahan 234 946 993

Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp) 1 053 580 740

7.3 Total Kerugian Ekonomi yang dialami Masyarakat

Berdasarkan perhitungan, total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat pasca banjir per periode banjir pada bulan Januari sampai Februari 2013 sebesar Rp 2 735 879 506 dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Total kerugian yang dialami masyarakat pasca banjir

No. Hal Jumlah (Rp)

1 Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat 1 682 298 765

2 Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat 1 053 580 740

Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat (Rp) 2 735 879 506

Gambar

Tabel 1  Jumlah penduduk di Kota Bekasi pada tahun tahun 2009-2013
Gambar 1. Diagram alur kerangka berfikir
Tabel 2  Matriks metode analisis data
Tabel 3  Luas wilayah dan jumlah penduduk di Kelurahan Jatirasa pada Bulan Februari 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait