(Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)
SYAFIRA SALZABELLA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
`
Bogor, Desember 2014
SYAFIRA SALZABELLA. Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat,
Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi). Dibimbing oleh TRIDOYO
KUSUMASTANTO dan NUVA.
Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir. Genangan banjir yang terjadi menimbulkan kerugian bagi masyarakat sehingga dibutuhkan upaya perbaikan lingkungan perumahan untuk meminimalisir banjir di kemudian hari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik responden, mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat, mengkaji besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penelitian ini menggunakan empat metode analisis, yaitu (1) analisis deskriptif, (2) analisis penilaian kerusakan, (3) analisis willingness to pay, dan (4) analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak dari banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02 adalah terganggunya aktivitas dan kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan perumahan yang menjadi tidak terawat dan kotor. Total kerugian ekonomi masyarakat di Perumahan Dosen IKIP RW 02 pada banjir periode bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp1.055.129.468,20. Hasil rata-rata kesediaan membayar dari 95 responden untuk upaya perbaikan lingkungan adalah sebesar Rp26.736,84 per bulan per kepala keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat sampai pada taraf alpha 5% adalah pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan, status tempat tinggal, dan ketinggian banjir.
and Willingness to Pay for Environmental Improvement (Case Study in RW 02
IKIP Lecture’s Housing Complex). Supervised by TRIDOYO
KUSUMASTANTO and NUVA.
RW 02 IKIP Lecture’s Housing Complex in one of the housing areas in Jatiasih District that has been affected by flood. As flood water had brought loss to the society, it takes effort to restore the residential neighborhood, to minimize the effect of flood in the future. The purposes of this study are to identify the characteristic of respondents, to estimate the economic loss, to estimate willingness to pay for environmental improvement, and to identify the factors that influence willingness to pay for the environmental improvement. This study used four methods of analyses, namely: (1) descriptive analysis, (2) damage assessment analysis, (3) willingness to pay analysis, and (4) multiple linear regression
analysis. The result showed that the impact of flood in RW 02 IKIP Lecture’s
Housing Complex are the disruption of activity, public health, income losses, the damage on houses and household furniture also the decreasing of housing environmental condition. Total estimated of economic loss of the society in RW
02 IKIP Lecture’s Housing Complex by flood in January to February period 2014 was as much as IDRRp1,055,129,468.20. The mean value of willingness to pay for 95 respondents, who are willing to pay for environmental improvement is IDR26,736.84 per month per household. Factors that influence the willingness to pay were education, family dependent, income, housing status, and flood elevation.
KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP
UPAYA PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN
(Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)
SYAFIRA SALZABELLA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2014 Skripsi
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)”. Penulis menyadari bahwa skripsi dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Kepada orang tua tercinta, yaitu Bapak Almendri dan Ibu Komariah, adik tersayang, segenap keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Ibu Nuva, SP, MSc selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Rizal Bahtiar SPi, MSi selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Fitria DR MSi selaku Dosen Penguji Wakil Departemen atas masukan dan saran yang telah diberikan.
4. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL.
5. Seluruh warga Perumahan Dosen IKIP, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih.
6. Khibran Ridwan yang telah memberi semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman bimbingan skripsi, yaitu Intan, Putri Nurul, Try, Taufiq, Reza, Laras, dan Tudrika atas semangat dan dukungannya selama menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan, yaitu Donna, Intan, Miranti, Naya, Retno, Ayu, Esatri, Tuty, Syafira, Hernita, Puti, Yola, Fakhri, danRifal yang telah memberikan bantuan, motivasi dan semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengkaji nilai kerugian ekonomi akibat banjir dan upaya perbaikan lingkungan perumahan.
Bogor, Desember 2014
DAFTAR ISI
2.2 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) ... 8
2.2.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya ... 11
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21
IV. METODE PENELITIAN ... 25
4.5.1 Identifikasi Karakteristik Responden yang Terkena Dampak Banjir ... 29
4.5.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir ... 30
4.5.3 Analisis WTP terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan ... 33
4.5.3.1 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP responden ... 36
4.5.3.2 Pengujian Parameter ... 38
4.6 Batasan Penelitian ... 41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
5.2 Karakteristik Responden yang Terkena Dampak Banjir ... 45
5.2.1 Karakteristik Demografi Responden ... 46
5.2.1.2 Pendidikan Formal ... 47
5.2.2 Karakteristik Tempat Tinggal Responden di Perumahan Dosen IKIP RW 02 ... 51
5.2.2.1 Jumlah Tingkat Rumah ... 51
5.2.2.2 Luas Rumah ... 52
5.2.2.3 Karakteristik Ketinggian Air Banjir... 52
5.2.3 Persepsi Responden terhadap Dampak Banjir di Lingkungan Perumahan... 53
5.3 Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir... 55
5.3.1 Kerugian Langsung ... 56
5.3 Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat ... 63
5.4 WTP Masyarakat Terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan... 64
5.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP ... 69
5.6 Kebijakan Pengelolaan Perawatan Tanggul untuk Meminimalisir Dampak Banjir ... 73
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 76
6.2 Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
LAMPIRAN ... 80
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Tahun 2010-2012 ... 1
2. Jenis dan Sumber Data ... 26
3. Matriks Metode Analisis Data ... 28
4. Matriks Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden ... 36
5. Wilayah Menurut Rukun Warga di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ... 42
6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ... 63
7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ... 63
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 45
9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal ... 46
10.Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 47
11.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 47
12.Karakteristik Responden Bersadarkan Pendapatan Rumah Tangga ... 49
13.Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal ... 50
14.Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal ... 50
15.Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Rumah ... 51
16.Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Rumah ... 52
17.Karakteristik Responden Berdasarkan Ketinggian Air Banjir ... 53
18.Persepsi Responden terhadap Dampak Banjir di Lingkungan Perumahan .... 54
19.Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Tinggal ... 55
20.Rata-rata Biaya Kehilangan Perabotan Rumah Tangga ... 57
21.Rata-rata Biaya Perbaikan Perabotan Rumah Tangga... 58
22.Rata-rata Biaya Perbaikan Bangunan Rumah ... 59
23.Total Kerugian Langsung yang Dialami Masyarakat ... 59
24.Rata-rata Biaya Pengobatan ... 61
25.Rata-rata Pendapatan yang Hilang ... 62
26.Rata-rata Biaya Tambahan ... 62
27.Total Kerugian Tidak Langsung yang Dialami Masyarakat ... 63
28.Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat ... 63
29.Distribusi Nilai WTP yang Bersedia Dibayarkan oleh Responden ... 65
30.Distribusi Rataan WTP Respoden ... 67
31.Distribusi Total WTP Responden ... 69
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 22
2. Kurva WTP Respodnen ... 68
3. Usulan Mekanisme Perawatan Tanggul di Perumahan Dosen IKIP ... 74
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta Wilayah Kota Bekasi ... 82
2. Kondisi Lokasi Penelitian ... 83
3. Kuesioner Penelitian ... 84
4. Perhitungan Biaya Kehilangan Perabotan Rumah Tangga ... 90
5. Biaya Perbaikan Perabotan Rumah Tangga ... 101
6. Biaya Perbaikan Bangunan Rumah... 107
7. Biaya pengobatan ... 113
8. Biaya Kehilangan Pendapatan ... 118
9. Biaya Tambahan ... 119
10.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 130
11.Hasil Uji Normalitas, Hasil Uji White dan Hasil Uji Breusch-Godfrey... 131
1.1 Latar Belakang
Banjir termasuk bencana alam yang sering terjadi pada musim penghujan di
beberapa wilayah Indonesia. Banjir terdiri dari dua perisistiwa, yaitu pertama,
peristiwa yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua,
terjadi akibat limpasan air dari sungai karena debit air tidak mampu dialirkan oleh
alur sungai atau debit air lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada
(Kodoatie, 2013). Setiap tahunnya lebih dari 300 peristiwa banjir yang
menggenangi 150.000 ha dan merugikan sekitar satu juta orang. Kecenderungan
bencana banjir pun terus bertambah, khususnya di daerah perkotaan yang jumlah
penduduknya meningkat setiap tahun, kebutuhan akan lahan semakin tinggi yang
berdampak pada perubahan tata guna lahan secara signifikan sehingga
menyebabkan hilangnya daerah resapan air (Kodoatie, 2013), seperti terjadi di
Kota Bekasi.
Kota Bekasi merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang berbatasan
langsung dengan Provinsi DKI Jakarta. Kota Bekasi (lokasi penelitian disajikan
pada Lampiran 1) dengan luas wilayah sekitar 210,49 km2 terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Seiring
berjalannya waktu, Kota Bekasi mengalami peningkatan penduduk yang pesat.
Data mengenai kepadatan penduduk Kota Bekasi tahun 2010-2012 dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut,
Tabel 1. Kepadatan penduduk Kota Bekasi tahun 2010-2012
Tahun Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
2012 210.49 2.523.032 11.632
2011 210.49 2.453.328 11.292
2010 210.49 2.384.032 11.093
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS),Kota Bekasi(2012)
Berdasarkan Tabel 1, jumlah penduduk di Kota Bekasi mengalami
peningkatan setiap tahunnya, hal ini terlihat pada tahun 2010 jumlah penduduk
sebesar 2.384.032 jiwa meningkat menjadi 2.523.032 jiwa pada tahun 2012. Hal
ini menyebabkan kepadatan penduduk di Kota Bekasi pada tahun 2012 mencapai
jumlah penduduk yang pesat seperti di Kota Bekasi memerlukan berbagai fasilitas
dan kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap
terjadinya masalah banjir. Salah satunya adalah pembangunan di daerah dataran
rendah atau daerah rawan banjir untuk berbagai keperluan seperti pemukiman,
industri, dan perkantoran yang kurang memperhatikan adanya resiko genangan
banjir yang bisa terjadi setiap saat.
Kondisi topografi Kota Bekasi sebagian besar berada pada dataran rendah
dengan kemiringan antara 0-2% dan ketinggian antara 0 - 25 m di atas permukaan
laut. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab Kota Bekasi selalu mengalami
banjir setiap musim penghujan terlebih lagi karena kota ini terletak di bagian hilir
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekasi Hulu (Bappeda Kota Bekasi, 2013).
Pembangunan di daerah dataran rendah atau daerah rawan banjir untuk kawasan
pemukiman, industri, perkantoran, dan untuk kepentingan lainnya dapat berakibat
semakin berkurangnya daerah resapan air yang menyebabkan sedikitnya air yang
terserap ke dalam tanah dan menyebabkan banjir. Pada awal tahun 2014, banjir
melanda Kota Bekasi yang diakibatkan oleh meningkatnya debit air di Kali Bekasi
yang merupakan aliran dari Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi. Selain itu,
minimnya ruang terbuka hijau sebagai lahan resapan air, sistem drainase yang
kurang baik serta limpasan air sungai menjadi pemicu terjadinya banjir. Pada awal
tahun 2014, tercatat 71 titik daerah rawan banjir yang tersebar di 10 kecamatan di
Kota Bekasi, salah satunya adalah Kecamatan Jatiasih1.
Pada tahun 2013, Kecamatan Jatiasih merupakan kecamatan yang memiliki
luas genangan banjir paling besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya, yaitu
sebesar 330 ha dengan rata ketinggian genangan sebesar 148,75 cm dan
rata-rata lama genangan banjir sebesar 26,5 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Salah
satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang mengalami banjir adalah Perumahan
Dosen IKIP RW 02. Perumahan ini terletak di daerah cekungan dengan dataran
rendah serta dataran perumahan lebih rendah daripada sungai yang melintas.
Banjir yang terjadi di perumahan ini menimbulkan kerugian sosial, ekonomi
dan lingkungan bagi masyarakat sekitar. Upaya perbaikan lingkungan menjadi
salah satu cara untuk memimalisir dampak banjir di kemudian hari. Oleh karena
itu, berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang “Analisis Kerugian
Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya
Perbaikan Lingkungan Perumahan” penting dilakukan untuk melihat
dampak-dampak yang ditimbulkan akibat banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat lebih menjaga lingkungan
sekitar dan mendorong pemerintah untuk lebih berperan aktif dalam
penanggulangan di daerah yang rentan terhadap banjir.
1.2 Perumusan Masalah
Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di
Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir pada tahun 2014. Perumahan ini dilintasi
oleh aliran sungai Jatikramat atau anak Kali Cakung yang mempunyai hulu di
Pondok Melati dan berujung di Banjir Kanal Timur (BKT). Penyebab banjir di
perumahan ini adalah kondisi saluran air di perumahan tidak dapat berfungsi
dengan baik untuk mengaliri air akibat dari timbunan beton dan sampah. Selain
itu, perumahan ini juga berlokasi di daerah cekungan yang memungkinkan air
mudah tergenang akibat tidak ada lagi lahan resapan. Kondisi tersebut diperparah
dengan kebaradaan kali di depan pintu masuk perumahan. Kali ini mengalami
penyempitan akibat penggunaan lahan untuk perumahan, sehingga ketika curah
hujan tinggi kali akan meluap ke perumahan.
Pada tahun 2007, perumahan ini mengalami banjirselama tiga hari dengan
ketinggian air mencapai kurang lebih 300 cm dari permukaan jalan. Lalu banjir
kembali terulang pada awal tahun 2013 dengan ketinggian 250 cm dengan lama
genangan 30 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Pada awal tahun 2014,
perumahan ini kembali terkena banjir dengan ketinggian kurang lebih 100 cm
sampai 250 cm dari permukaan jalan dengan lama genangan 24 jam. Masyarakat
Perumahan Dosen IKIP secara swadaya membuat tanggul di perumahan ini untuk
mengurangi luapan banjir dari saluran air yang ada di perumahan. Swadaya ini
berupa iuran warga dan bersifat sukarela. Sementara itu, Pemda Kota Bekasi telah
melakukan penanggulangan banjir di perumahan ini melalui pembuatan pintu air
dirasakan masyarakat dapat mengurangi banjir di perumahan ini, oleh karena itu
masyarakat perlu melakukan perawatan tanggul untuk menjaga keberlangsungan
fungsinya. Selama ini masyarakat hanya melakukan perbaikan tanggul untuk
mengantisipasi banjir dengan melakukan peninggian tanggul setiap musim
penghujan. Upaya perawatan tanggul ini akan bersifat swadaya karena
perwatannya dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan tujuan untuk melindungi
tempat tinggal mereka dari banjir.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi di daerah penelitian, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Karakteristik responden banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02.
2. Besarnya nilai kerugian yang ditanggung masyarakat pada periode banjir bulan
Januari sampai Februari 2014 di Perumahan Dosen IKIP RW 02 belum
teridentifikasi dengan baik.
3. Besarnya Willingness to Pay (WTP) masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan belum teridentifikasi dengan baik.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat terhadap upaya
perbaikan lingkungan perumahan belum teridentifikasi dengan baik.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penelitian
ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak-dampak yang timbul akibat
banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Adapun tujuan khusus tersebut dapat
dijawab dengan tujuan-tujuan penelitian di bawah ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi karakteristik responden yang terkena banjir di Perumahan
Dosen IKIP RW 02
2. Mengestimasi nilai kerugian yang ditanggung oleh masyarakat pada periode
banjir bulan Januari sampai Februari 2014.
3. Mengkaji besarnya WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan
perumahan.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini mengestimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir dan
kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan
perumahan di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Penelitian ini hanya difokuskan
untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang terkena banjir, mengestimasi
kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir berupa kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung pada bulan Januari sampai Februari 2014, mengkaji
besarnya WTP masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan serta
faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat terhadap upaya
perbaikan lingkungan. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik responden ini adalah analisis deskriptif. Selanjutnya besarnya
kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat dilihat dari kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yang dihitung dalam penelitian ini
antara lain biaya kehilangan perabotan rumah tangga, biaya perbaikan perabotan
rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan rumah tangga. Kerugian tidak
langsung mencakup biaya pengobatan, biaya kehilangan pendapatan dan biaya
tambahan.
Penelitian ini juga mengkaji kesediaan membayar masyarakat terhadap
upaya perbaikan lingkungan melalui analisis willingness to pay (WTP). Hasil dari kesediaan membayar masyarakat tersebut akan diperoleh faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya
perbaikan lingkungan melalui analisis regresi linear berganda. Estimasi nilai
kerugian ekonomi akibat banjir dan kesediaan membayar masyarakat terhadap
upaya perbaikan lingkungan perumahan dievaluasi untuk memberikan informasi
mengenai informasi terkait nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan
perumahan di Perumahan Dosen IKIP RW 02.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti, masyarakat, dan pemerintah
dalam mengambil kebijakan. Hasil penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan
1. Bagi peneliti, hasil penelitian menjadi syarat kelulusan di Departemen
Ekonomi Sumberdaya Lingkungan dan diharapkan bermanfaat secara
akademis sebagai sarana memperoleh pengetahuan dan pengalaman penelitian,
serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga
faktor-faktor lingkungan agar tetap dapat dimanfaatkan tanpa mengurangi
kualitasnya.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan akan membuat masyarakat di
kawasan perumahan tersebut lebih mengedepankan kualitas lingkungandan
mengupayakan pencegahan banjir untuk mengurangi kerugian yang
ditimbulkan.
3. Bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat
mendorong pemerintah untuk lebih berperan aktif dalam penanggulangan di
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Banjir dan Penyebab Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang menyebabkan kerusakan pada
kehidupan, sumberdaya alam, lingkungan, dan juga berdampak pada kesehatan
manusia (Suriya et al, 2012). Menurut Asdak (2002), banjir luapan sungai berbeda dari banjir dadakan karena banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama.
Selain itu, banjir luapan sungai kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan
dapat berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti.
Penyebab dari banjir luapan sungai adalah hutan gundul, kelongsoran
daerah-daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan air ataupun perubahan
suhu/musim. Besarnya banjir tergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi tanah
yang meliputi kelembaban tanah, vegetasi, perubahan suhu/musim, keadaan
permukaan tanah yang tertutup rapat oleh bangunan batu bata, semen, beton,
pemukiman atau perumahan dan hilangnya kawasan-kawasan tangkapan air.
Berbagai aktivitas manusia dan pembangunan yang pesat akan
mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan. Perubahan
penggunaan lahan dari lahan pertanian atau lahan hutan menjadi lahan untuk
perumahan akan berpengaruh pada berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam
tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan menurunnya permukaan
air tanah. Penyebab banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah pembangunan rumah yang melewati batas
Garis Sempadan Bangunan (GSB), sistem drainase yang tidak terencana dengan
baik dan masih kurangnya kesadarannya masyarakat terhadap pengelolaan
sampah (Kodoatie, 2013).
Secara umum penyebab banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori,
yaitu banjir yang disebabkan oleh alam dan banjir yang disebabkan oleh manusia.
Penyebab banjir karena alam diantaranya curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi
dan sedimentasi, kapasitas sungai, dan kapasitas drainase yang tidak memadai.
Selain itu juga, penyebab banjir karena tindakan manusia antara lain perubahan
bangunan liar, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan perencanaan sistem
pengendalian banjir yang tidak tepat (Kodoatie, 2013).
2.2 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL)
Sumberdaya alam lingkungan menyediakan berbagai layanan barang dan
jasa yang sangat bernilai bagi manusia (Hanley dan Barbier 2009). Hanley et al
(2000) dalam Hanley dan Barbier (2009) menyatakan bahwa keterkaitan antara
sumberdaya alam dan lingkungan dengan aspek ekonomi dan kebutuhan manusia
dicirikan dalam empat peran, yaitu:
1. Peran SDAL sebagai pemasok input energi dan material untuk proses
produksi seperti minyak, biji besi, dan kayu
2. Peran SDAL sebagai penyerap sisa produksi dan konsumsi, seperti limbah
domestik atau emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan makan
minyak.
3. Peran SDAL sebagai sumber langsung kesenangan (amenity) dan perbaikan kualitas hidup manusia, seperti duck watching dan bird watching.
4. Peran SDAL sebagai penyedia dukungan kehidupan dasar (basic life support), seperti pengaturan iklim global, daur ulang dan nutrien.
Menurut Fauzi (2014), fungsi dan peran dari SDAL tersebut dalam
kehidupan manusia sebagian dapat dilihat dari “nilai” barang dan jasa dari SDAL
melalui mekanisme pasar. Pemahaman mengenai konsep “nilai” dalam sumber
daya alam dan lingkungan akan sangat membantu dalam memahami dampak dari
kebijakan publik baik sebelum terjadinya kebijakan maupun setelah terjadinya
kebijakan, serta perilaku individu terhadap sumberdaya alam dan lingkungan.
Penilaian dampak kebijakan sebelum dilaksanankan disebut sebagai penilaian ex-ante sedangkan penilaian ketika dampak telah timbul khususnya yang terkait dengan degradasi dan kerusakan lingkungan disebut sebagai penilaian ex-post.
Kedua penilaian dampak kebijakan tersebut didasarkan pada premis yang
sama, yakni adanya perubahan dalam layanan barang dan jasa dari sumberdaya
alam dan lingkungan yang mengubah kesejahteraan maupun kepuasan individu
dapat saja berdampak negatif pada SDAL yang menyebabkan perubahan pada
layanan barang dan jasa SDAL. Perubahan tersebut pada akhirnya akan mengubah
kesejahteraan individu melalui perubahan manfaat dan biaya. Analisis yang
berkaitan dengan dampak negatif suatu kebijakan publik atau tindakan individu
dalam kerusakan sumberdaya alam lingkungan disebut dengan damage
assessment atau penilaian kerusakan (Fauzi, 2014).
Menurut Bureau Land Management (BLM) (2008), penilaian kerusakan sumberdaya alam adalah sebuah proses penilaian di mana pihak yang melakukan
penilaian mengumpulkan informasi mengenai sumberdaya alam yang rusak untuk
menunjukkan bahwa dibutuhkan tindakan pemulihan dan tindakan pemulihan
yang dipilih dirasakan cukup mengompensasi masyarakat. Tujuan utama dari
penilaian kerusakan sumberdaya alam adalah untuk mengidentifikasikan tindakan
yang diperlukan untuk memulihkan sumberdaya alam yang rusak dan memberikan
kompensasi pada layanan yang rusak sementara. Proses penilaian kerusakan
sumberdaya ini terdiri dari tiga langkah yaitu menentukan layanan sumberdaya
yang terkena dampak, menghitung tingkat layanan setelah terkena dampak dan
menentukan layanan yang hilang berdasarkan selisih nilai sebelum dan sesudah
terkena dampak.
1. Menentukan layanan sumberdaya yang terkena dampak
Langkah ini mengidentifikasi metodologi pengumpulan data dan analisis
yang digunakan untuk menilai tipe sumberdaya yang berpotensi terkena kerusakan
dengan menggunakan metode yang dipilih dan dilakukan dengan biaya yang tepat.
Biaya ini termasuk dalam biaya yang digunakan untuk mempelajari kerusakan,
menentukan kerusakan dan mengidentifikasi kegiatan restorasi yang sebanding
dengan nilai dari sumberdaya tersebut. Langkah ini pun menentukan apakah telah
terjadi kerusakan pada sumberdaya alam dan berdampak luas bagi lingkungan
yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitar. Langkah ini diharapkan
dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara layanan yang rusak dan
2. Menguantifikasikan tingkat layanan setelah terkena dampak
Perhitungan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan bermanfaat untuk
menginformasikan berapa besar perikraan kerugian yang ditanggung. Beberapa
kunci kuantifikasi perhitungan kerusakan tersebut adalah:
a. Karakteristik kondisi dasar atau kondisi awal: kuantifikasi terhadap kondisi
dan jasa sumberdaya jika pencemaran menyebabkan kerusakan tidak terjadi
b. Kuantifikasi kondisi spasial dan temporal dari kerusakan: penentuan lokasi
dan waktu terjadinya kerusakan, kemudian dibandingkan dengan kondisi
dasar atau level jasa sumberdaya alam dan lingkungan, menggunakan data
zat pencemar, data respon biologis terhadap zat pencemar, krononologi
pencemaran, dan informasi pengguna sumberdaya alam dan lingkungan oleh
masyarakat
c. Kuantifikasi kondisi spasial dan temporal bagi jasa sumberdaya alam dan
lingkungan yang hilang: penentuan jasa lingkungan yang biasanya
disediakan oleh sumberdaya alam dan lingkungan di bawah standar atau
kondisi dasar dan perbandingannya dengan jasa lingkungan yang disediakan
sumberdaya alam dan lingkungan ketika pencemaran telah terjadi
d. Kuantifikasi pengembaliaan kondisi standar sumberdaya alam dan
lingkungan: estimasi terhadap waktu yang dibutuhkan untuk merusak
sumberdaya dan jasa lingkungan yang disediakan oleh sumberdaya alam
dan lingkungan untuk mengembalikan ke kondisi awal, umumnya termasuk
beberapa responden nyata dan skenario pengembalian jasa lingkungan
tersebut.
3. Menentukan layanan yang hilang berdasarkan selisih nilai sebelum dan
sesudah terkena dampak.
Perhitungan kerusakan dimaksdukan untuk menetapkan jumlah uang yang
harus disediakan untuk mengompensasi sumberdaya alam dan lingkungan yang
rusak yang disebabkan oleh zat berbahaya dan zat pencemar. Perhitungan
kerusakan termasuk dalam biaya untuk pemulihan sumberdaya ke kondisi
awalnya dan kompensasi terhadap jasa lingkungan yang hilang. Perhitungan ini
didasarkan pada kebijakan BLM dalam menentukkan kerugiaan yang didasarkan
sumberdaya alam dan lingkungan yang rusak atau nilai moneter dari layanan jasa
lingkungan yang hilang. Kegiatan restorasi terdiri dari restorasi, rehabilitasi dan
penggantian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan yang rusak
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) (2006), perusakan
lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau
tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pemabangunan
berkelanjutan. Penurunan kualitas SDAL dapat diukur dengan menggunakan
metode before and after project, penilaian untuk waktu atau tahun yang berbeda secara kuantitatif, dinilai secara ekonomi dengan menggunakan teknik penilaian
yang bergantung pada jenis dan manfaat atau pelayanan jasa lingkungan yang ada
(Suparmoko, 2006).
Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), menyatakan bahwa
pendekatan harga pasar untuk menilai dampak lingkungan dibedakan menjadi tiga
pendekatan, yaitu pendekatan harga pasar yang sebenarnya, pendekatan modal
manusia, dan pendekatan biaya kesempatan.
2.2.1 Pendekatan Harga Pasar yang sebenarnya
Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa dalam
menelusuri langkah-langkah dalam penilaian dampak lingkungan itu terlihat
bahwa sesungguhnya kita memberikan nilai ekonomi terhadap dampak perubahan
kualitas lingkungan terhadap barang dan jasa alami maupun barang dan jasa
buatan. Pada saat menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek,
selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau timbul dari
adanya suatu proyek, sebaiknya digunakan harga pasar.
2.2.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital)
Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), pendekatan ini disebut pula
cost of illness approach, diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan sebagainya
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2012, pendekatan ini
melakukan valuasi guna memberikan nilai pada modal manusia yang terkena
dampak akibat perubahan kualitas SDAL. Pendekatan ini sedapat mungkin
menggunakan harga pasar yang sebenarnya ataupun harga bayangan. Hal ini
terutama dapat dilakukan untuk memperhitungkan efek kesehatan dan bahkan
kematian dapat dikuantifikasikan harganya di pasar. Pendekatan ini dapat
dilakukan melalui teknik, yaitu (1) pendekatan pendapatan yang hilang, (2) biaya
pengobatan, dan (3) keefektifan biaya penanggulangan.
1. Pendapatan yang hilang (loss of earning)
Pendekatan ini dapat digunakan untuk menghitung kerugian akibat
pendapatan yang hilang karena perubahan fungsi lingkungan berdampak pada
kesehatan manusia. Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1)
memastikan bahwa terjadi dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia
akibat adanya perubahan fungsi lingkungan sehingga menyebabkan seseorang
kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan, (2) mengidentifikasi
sumber pendapatan yang hilang akibat terganggunya kesehatan masyarakat, misal
upah yang hilang selama sakit, (3) mengetahui lamanya waktu yang hilang akibat
gangguan kesehatan yang terjadi, dan (4) menghitung seluruh potensi hilangnya
pendapatan.
2. Pendekatan biaya pengobatan (cost of illness)
Dampak perubahan kualitas lingkungan dapat berakibat negatif pada
kesehatan, yaitu menyebabkan sekelompok masyarakat menjadi sakit. Adapun
tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) mengetahi bahwa telah terjadi
gangguan kesehatan yang berakibat perlunya biaya pengobatan atau kerugian
akibat penurunan produktivitas kerja, (2) mengetahui biaya pengobatan yang
dibutuhkan sampai sembuh, (3) mengetahui kerugian akibat penurunan
produktivitas kerja, dan (4) menghitung total biaya pengobatan dan penurunan
produktivitas. Apabila dampak perubahan kualitas lingkungan menyebabkan
kematian, maka nilai kematian dapat dihitung dengan pendekatan ganti rugi
3. Pendekatan keefektifan biaya penanggulangan
Pendekatan ini dilakukan apabila perubahan fungsi atau kualitas SDAL
tidak dapat diduga nilainya namun dipastikan bahwa tujuan dari
penanggulangannya penting. Fokus pendekatan ini adalah mencapai tujuan
dengan biaya yang paling efektif. Pendekatan ini dapat diterapkan untuk
mengetahui harga moneter dari suatu efek kesehatan atau perubahan kualitas air
atau harga, dan untuk mengalokasikan dana yang tersedia secara lebih efektif.
Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) menetapkan target
tingkat perubahan kualitas, (2) menetapkan berbagai alternatif untuk mencapai
target, dan (3) mengevaluasi berbagai alternatif dan memilih alternatif biaya
terkecil.
2.2.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2012, apabila
data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia, biaya kesempatan atau
pendapatan yang hilang dari penggunaan SDAL dapat digunakan sebagai
pendekatan. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya yang harus
dikeluarkan guna melestarikan suatu manfaat, dan bukan untuk memberikan nilai
terhadap manfaat itu sendiri. Sebagai contoh, untuk menilai besaran manfaat
ekonomi yang harus dikorbankan jika terjadi perubahan yang menyebabkan
kualitas lingkungan tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula. Adapun
tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) mengidentifikasi kesempatan
yang hilang karena suatu kegiatan lain atau perubahan, (2) menilai besaran setiap
jenis manfaat ekonomi yang hilang, dan (3) menjumlahkan besaran semua
manfaat ekonomi yang hilang.
2.3 Konsep Willingness To Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA)
Menurut Freeman (2003) dalamFauzi (2014), salah satu transmisi nilai
ekonomi SDAL pada aspek kesejahteraan terjadi pada perubahan kepuasan
dengan asumsi bahwa preferensi individu memiliki sifat substitutability
(kemampuan untuk mengganti) antara komoditas yang memiliki nilai pasar dan
didasarkan pada substutability dapat diindikasikan baik melalui WTP atau kesanggupan membawayar dan WTA atau kemauan menerima kompensasi.
Willingness to Pay (WTP) adalah kesediaan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. WTP
memiliki basis atau titik referensi ketiadaan perubahan, misalnya tidak ada
perbaikan lingkungan. Sehingga WTP dapat digunakan untuk melihat kesediaan
membayar seseorang untuk memulihkan kembali barang dan jasa SDAL yang
rusak, sebagai contoh adalah nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan dapat
diukur dari kesediaan seseorang untuk membayar agar kembali ke aslinya (Fauzi,
2014). Sementara itu, Willingness to Accept (WTA) adalah kesediaan menerima seseorang terhadap kompensasi yang diberikan kepada seseorang untuk manfaat
yang hilang dalam satuan moneter. WTA memiliki basis atau titik referensi yakni
perubahan yang terjadi sebagai basis pengukuran kesejahteraan, misalnya
perbaikan lingkungan. Pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai WTP
digunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM).
Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non
pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan.
CVM pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui kesediaan membayar (WTP)
dari masyarakat dan kesediaan menerima (WTA). Metode CVM didasarkan pada
asumsi hak kepemilikian individu, jika individu yang ditanya tidak memiliki hak
atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang
relevan adalah dengan mengukur seberapa besar kesediaan membayar masyarakat
untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya
memiliki hak atas sumber daya, pengukuran yang relevan adalah dengan seberapa
besar kesediaan membayar masyarakat untuk menerima kompensasi yang paling
minimum untuk hilang atau rusaknya sumberdaya yang dimiliki. Terdapat lima
tahapan operasional dalam pendekatan CVM, yaitu (Fauzi, 2006):
1. Membuat hipotesis pasar
Pada awal proses kegiatan CVM, terlebih dahulu membuat hipotesis pasar
2. Mendapatkan nilai lelang (bids)
Tahapan berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang
melalui survei, baik melalui survei langsung dengan kuesioner atau wawancara.
Tujuan dari survei ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum kesediaan
membayar (WTP) dari responden terhadap suatu proyek, misal perbaikan
lingkungan. Nilai lelang dapat dilakukan dengan teknik:
Permainan lelang (bidding game). Pada teknik ini responden diberikan
pertanyaan secara berulang-ulang apakah mereka ingin membayar sejumlah
tertentu. Nilai ini kemudian dapat dinaikan atau diturunkan tergantung
respon atas pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan dihentikan sampai nilai
tetap diperoleh.
Pertanyaan terbuka. Pada teknik ini responden diberikan kebebasan untuk menyatakan nilai rupiah yang bersedia dibayarkan untuk suatu proyek
lingkungan.
Payment Cards. Pada teknik ini responden diberikan pertanyaan apakah
ingin membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah ditentukan
sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui kartu.
Model referendum (dichotomous choice). Pada teknik ini responden diberikan suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak.
3. Menghitung rataan WTP
Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai
rataan WTP setiap individu. Perhitungan ini didasarkan pada nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah).
4. Memperkirakan kurva lelang (bid curve)
Kurva lelang diperoleh dengan meregresikan WTP sebagai variabel tidak
bebas dengan beberapa variabel bebas.
5. Mengagregatkan data
Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengangregatkan rataan lelang
yang diperoleh pada tahap ketiga. Proses ini melibatkan koversi data rataan
sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk
2.4 Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan
antara peubah respon dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu
prediktor. Regresi linear berganda hampir sama dengan regresi linear sederhana,
hanya saja pada regresi linear berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel
penduga. Tujuan analisis regresi linear berganda adalah untuk mengukur
intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat prediksi
perkiraan nilai Y atas X. Pada regresi linear berganda variabel tidak bebas (Y)
tergantung kepada dua atau lebih variabel bebas (X). Bentuk persamaan regresi
linear berganda yang mencakup dua atau lebih variabel dapat ditulis sebagai
berikut (Gujarati, 2007):
Y= β0 + β1X1+ β2X2+ β3X3+…..+ βnXn+ ε
Dimana :
Y : variabel tak bebas
β0 : konstanta
β1,β2,…,βn : koefisien regresi
n : ukuran sampel
ε : galat
Sebelum melakukan analisis regresi linear, terlebih dahulu dilakukan
pengujian terhadap data, apakah data yang kita gunakan dalam penelitian ini layak
untuk digunakan dalam penelitian atau tidak. Pada data yang bersifat skala
menggunakan uji kelayakan dengan asumsi klasik berupa uji normalitas,uji
heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Pada dasarnya
pengujian regresi linear berganda dapat dikatakan baik bila telah memenuhi
kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat tercapai apabila telah memenuhi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas,dan
autokorelasi. Jika terdapat heteroskedastisitas, varian dikatakan tidak konstan,
sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat
multikolinearitas, akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari
variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Adanya
konsisten, hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji
asumsi klasik (Sugiyono 2005).
2.5 Penelitian Terdahulu
Hasiani et al (2013) melakukan penelitian mengenai Analisis Kesediaan Membayar (WTP) dalam Upaya Pengelolaan Obyek Wisata Taman Alun Kapuas
Pontianak, Kalimantan Barat. Penelitian ini memiliki lima tujuan, yaitu (1)
mengidentifikasi kondisi lingkungan sekitar Taman Alun Kapuas, (2)
mengidentifikasi karakteristik pengunjung terhadap kondisi lingkungan obyek
wisata Taman Alun Kapuas, (3) menganalisis faktor-faktor kesediaan pengunjung
membayar dalam upaya pengelolaan obyek wisata Taman Alun Kapuas, (4)
mengestimasi besarnya nilai WTP yang diberikan oleh pengunjung dalam upaya
pelestarian lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas, dan (5) menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pengunjung dalam upaya
pengelolaan obyek wisata Taman Alun Kapuas.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistic dalam mengalisis faktor-faktor kesediaan pengunjung untuk membayar sedangkan metode CVM
(Contingent Valuation Method) digunakan untuk mengestimasi biaya yang akan dikeluarkan oleh pengunjung dan metode regresi linear berganda digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi besar kesediaan membayar
pengunjung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 84% responden
bersedia membayar dalam upaya pengelolaan lingkungan obyek wisata Taman
Alun Kapuas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar responden
dalam upaya pengelolaan lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas antara
lain pendapatan dan pengetahuan. Nilai rata-rata WTP responden adalah sebesar
Rp3.360,00 per orang. Faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden yaitu
usia.
Berina (2011) melakukan penelitian mengenai Strategi dan Biaya Adaptasi
Masyarakat Teluk Jakarta terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menginterpretasikan persepsi masyarakat
mengenai perubahan iklim dan dampak banjir rob; (2) mengidentifikasi strategi
mengestimasi besar biaya adaptasi yang ditanggung masyarakat akibat banjir rob;
(4) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi
masyarakat terhadap dampak banjir rob; dan (5) mengkaji program dan rencana
program pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara untuk
mengatasi banjir rob di wilayah Kelurahan Penjaringan dan kesesuainnya dengan
harapan masyarakat. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif, averting behavior method, dan analisis regresi linear berganda. Proses interpretasi persepsi masyarakat, identifikasi strategi adaptasi, dan kajian program menggunakan metode analisis deskriptif. Sementara
itu, biaya adaptasi diperoleh melalui pendekatan averting behavior method, dan analisis faktor yang mempengaruhi biaya adaptasi menggunakan regresi linear
berganda dengan model double log.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar masyarakat
Keluarahan Penjaringan belum memahami istilah perubahan iklim. Saat banjir
terjadi, masyarakat lebih memilih untuk menetap di rumah dibandingkan
mengungsi ke tempat lain. Hal ini menimbulkan biaya yang harus ditanggung
masyarakat untuk beradaptasi. Biaya adaptasi total yang harus ditanggung
masyarakat Kelurahan Penjaringan adalah sebesar Rp50.775.927,44. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besar biaya adaptasi tersebut yaitu pendapatan rumah tangga,
jarak rumah ke laut, dan status kepemilikan rumah. Masyarakat berpendapat
bahwa fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah kurang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi lingkungan. Pemerintah telah menyiapkan beberapa
program terkait dengan antisipasi banjir rob dan penurunan lahan, yaitu reklamasi
pantai dan Giant Sea Wall sepanjang garis pantai Jakarta Utara.
Ahaliati (2013) melakukan penelitian mengenai Kerugian Ekonomi
Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa,
Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat; (2) mengestimasi
besarnya kerugian yang ditanggung masyarakat pasca banjir; dan (3)
mengidentifikasi upaya pemerintah untuk meminimalisir dampak banjir luapan
sungai.metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
ditanggung masyarakat akibat banjir sebesar Rp2.735.879.506. Sementara itu,
upaya program pemerintah kedepannya masih berupa usulan program
meminimalisir dampak banjir seperti boor file atau tiang pancang yang idealnya mengikuti Garis Sempadan Sungai (GSS) yang secara teknis masih disesuaikan
dengan masing-masing kontur tanah dan kondisi badan sungai serta menambah
daya tamping Kali Bekasi sebsar 689 m3/detik di bantaran sungai.
Han et al. (2009) melakukan estimasi WTP untuk konservasi lingkungan pada studi kasus Cagar Alam Kanas di Xinjiang, China. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi WTP masyarakat untuk konservasi lingkungan dan
mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTP. Hasil dari
penelitian akan membantu pembuat kebijakan dan pengelola lokasi di China untuk
memperhatikan tambahan yang berarti untuk meningkatkan status keuangan
cagar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 81% responden menyatakan
bahwa penting untuk menjaga keaslian dari lingkungan di Kanas, yang berarti
responden memiliki pandangan yang baik terhadap Cagar Alam Kanas dan
mendukung perlindungan lingkungan. Responden bersedia membayar bid di
US$20, US$50, US$100 yang paling banyak dipilih. Sekitar 27% tidak bersedia
membayar. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah pandangan dan
perlakuan terhadap Cagar Alam Kanas, sedangkan jenis kelamin, umur,
pendapatan, dan lokasi asal tidak berpengaruh nyata.
Breffle et al. (1997) melakukan penelitian tentang analisis WTP masyarakat sekitar untuk melestarikan lahan yang belum dikembangkan yang menyediakan
ruang terbuka, pemandangan alam, dan sebagai habitat satwa liar pada properti
Cunningham di Boulder, Colorado. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi
besarnya kesediaan membayar responden untuk menjaga dan melestarikan seluruh
lahan yang belum dikembangkan di Boulder. Hasil estimasi WTP terbaik dari
seluruh rumah tangga adalah sebesar US$774.000. Berdasarkan model yang telah
diestimasi, isu ikatan lingkungan dapat meningkatkan pajak properti rumah tangga
satu waktu sebesar US$192. Median WTP akan melewati jumlah tersebut dan
meningkat hingga US$493.000, karena lebih banyak responden yang daerah
asalnya jauh dari lahan properti tersebut dan WTP menurun karena adanya
mengusulkan variasi pajak yang bergantung jarak tempat tinggal. Pendapatan juga
berpengaruh nyata terhadap WTP, maka isu ikatan lingkungan akan meningkat
jika rumah tangga dengan pendapatan menengah ke bawah dimasukkan ke dalam
pengecualian.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hasiani et al (2013), Berina (2011), Ahaliati (2013), Han et al (2009), dan Breffle et al (1997). Penelitian sebelumnya membahas mengenai banjir rob dan teknis penanggulangan
banjir rob. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ahaliati (2013) hampir
sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Hal ini dapat dilihat
dari lokasi penelitian di mana kedua penelitian ini mengambil lokasi perumahan di
wilayah Bekasi serta kedua penelitian ini juga mengestimasi kerugian akibat
banjir di perumahan. Namun terdapat perbedaan antarapenelitian yang dilakukan
oleh Ahaliati dengan penelitian yang akan dilakukan penulis di mana penulis tidak
hanya mengestimasi kerugian pasca banjir, tetapi juga mengestimasi kesediaan
membayar masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan untuk
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kondisi topografi Kota Bekasi sebagian besar berada pada dataran rendah
dengan kemiringan antara 0-2% dan ketinggian 0-25 m diatas permukaan laut.
Kondsi tersebut menjadi salah satu penyebab Kota Bekasi rentan mengalami
banjir setiap musim penghujan terlebih lagi karena kota ini terletak di bagian hilir
DAS Bekasi Hulu (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Minimnya ruang terbuka hijau
sebagai lahan resapan air, sistem drainase yang kurang baik, serta limpasan air
sungai menjadi pemicu terjadinya banjir. Seperti halnya banjir yang terjadi pada
tahun 2014 di Kota Bekasi, banjir diakibatkan oleh meningkatnya debit air di Kali
Bekasi. Pada awal tahun 2014, tercatat 71 titik daerah rawan banjir yang tersebar
di 10 kecamatan di Kota Bekasi2. Salah satu wilayah yang terkena banjir adalah
Perumahan Dosen IKIP RW 02 di Kecamatan Jatiasih.
Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di
Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir. Penyebab banjir di perumahan ini adalah
kondisi saluran air di perumahan tidak dapat berfungsi dengan baik untuk
mengaliri air akibat dari timbunan beton dan sampah. Selain itu, perumahan ini
juga berlokasi di daerah cekungan yang memungkinkan air mudah tergenang
akibat tidak ada lagi lahan resapan. Kondisi tersebut diperparah dengan
kebaradaan kali yang terdapat di depan pintu masuk perumahan. Banjir yang
terjadi di perumahan ini menimbulkan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan.
Kerugian yang ditanggung masyarakat dibedakan atas kerugian langsung
dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yang dihitung dalam penelitian
ini hanya kerugian yang timbul akibat banjir berupa biaya kehilangan perabotan
rumah tangga,biaya perbaikan perabotan dan bangunan.Sementara itu, kerugian
tidak langsung yang dihitung dalam penelitian ini adalah hilangnya pendapatan
responden, biaya pengobatan dan biaya tambahan.Berdasarkan hasil perhitungan
kerugian tersebut, dibutuhkan upaya perbaikan lingkungan untuk meminimalisir
kerugian akibat banjir di masa datang. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran
Banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02
Analisis
Nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan perumahan Estimasi Nilai
1. Intensitas curah hujan yang tinggi di daerah hulu (Kabupaten Bogor)
2 Kondisi topografi di Perumahan Dosen IKIP RW 02 berada di cekungan dengan dataran rendah
3. Saluran air perumahan tidak berfungsi dengan baik akibat timbunan beton dan sampah 4. Terjadi penyempitan pada kali yang berada di pintu masuk perumahan
Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik
responden dengan menggunakan analisis deskriptif. Karakteristik responden
terbagi menjadi tiga bagian yaitu karakteristik demografi, karakteristik tempat
tinggal responden, dan persepsi responden terhadap dampak banjir terhadap
lingkungan sekitar. Karakteristik demografi meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan, jumlah tanggungan, pekerjaan, dan pendapatan rumah tangga.
Karakteristik tempat tinggal responden meliputi lama tinggal, status tempat
tinggal, tingkat rumah, luas rumah, dan ketinggian air banjir. Persepsi responden
terhadap dampak banjir di lingkungan sekitar meliputi tingkat kebersihan dan
tingkat partisipasi masyarakat pasca banjir.
Tujuan kedua dari penelitian ini adalah mengestimasi kerugian ekonomi
masyarakat pasca banjir. Kerugian akibat banjir yang dalam penelitian ini
dibedakan atas kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian
langsung adalah biaya yang ditanggung karena kehilangan perabotan rumah
tangga, biaya yang ditanggung masyarakat untuk perbaikan perabotan dan
bangunan rumah tangga sedangkan kerugian tidak langsung adalah hilangnya
pendapatan masyarakat akibat tidak bekerja selama banjir, biaya yang ditanggung
untuk berobat akibat terserang penyakit dan biaya tambahan. Kerugian banjir ini
diestimasi dengan menggunakan pendekatan harga pasar yang sebenarnya dan
pendekatan modal manusia.
Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengkaji besarnya kesediaan
membayar atau WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan di
Perumahan Dosen IKIP RW 02 berupa perawatan tanggul. Tujuan ini didasarkan
pada hasil perhitungan kerugian yang diestimasi pada tujuan pertama penelitian,
upaya perawatan tanggul ini diharapkan dapat meminimalisir kerugian akibat
banjir di perumahan tersebut. Upaya ini dapat diestimasi denganmenggunakan
analisis willingness to pay (WTP).
Tujuan keempat dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya WTPmasyarakat terhadap upaya perbaikan
masyarakat adalah tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga, status tempat tinggal, lama tinggal, jumlah tingkat rumah, luas rumah,
dan ketinggian banjir. Faktor-faktor ini diidentifikasi dengan menggunakan
analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai kerugian ekonomi
yang ditanggung oleh masyarakat serta upaya masyarakat dalam memperbaiki
lingkungan melalui perawatan tanggul untuk meminimalisir kerugian banjir di
masa datang. Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi
mengenai nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan perumahan dalam
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah Perumahan Dosen IKIP RW
02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih. Kecamatan Jatiasih merupakan
salah satu dari bagian wilayah tingkat II Kota Bekasi yang terdiri dari enam
Kelurahan. Secara geografis Kecamatan Jatiasih terletak di bagian Selatan Kota
Bekasi pada posisi 106°55' Bujur Timur dan 6°15' Lintang Selatan dengan
ketinggian 20 m diatas permukaan laut.
Wilayah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dikarenakan Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan
Jatiasih yang terkena banjir. Selain itu pemilihan dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan Kecamatan Jatiasih merupakan wilayah dengan genangan paling
luas yaitu 330 Ha dengan rata-rata lama genangan adalah 26,5 jam dan rata-rata
ketinggian genangan 148,75 cm. Sementara rata-rata ketinggian genangan yang
terjadi di Kota Bekasi adalah 90,81 cm dengan rata-rata lama genangan adalah
18,24 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013).
Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di
Kecamatan Jatiasih yang mengalami banjir terparah setelah Perumahan Pondok
Gede Permai dilihat dari ketinggian air banjir dan lama genangan banjir yang
terjadi selama banjir (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Kondisi lingkungan
perumahan Dosen IKIP RW 02 pada saat terjadi banjir disajikan pada Lampiran 2.
Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Maret sampai April 2014.
4.2 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut
Nazir (2005), metode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada serta mencari
keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari
suatu kelompok atau pun suatu daerah. Pelaksanaan metode survei membutuhkan
perencanaan yang matang dan terfokus pada permasalahan. Pengamatan langsung
gejala yang ada di lapangan dan membantu menjelaskan data kuantitatif terkait
penelitian.
Pada penelitian ini teknik wawancara dengan memberikan kuesioner
bertujuan untuk memperoleh informasi yang didasarkan pada pengetahuan dan
pendapat responden. Informasi yang diharapkan berupa informasi mengenai
kerugian ekonomi yang ditanggung serta kesediaan responden dalam melakukan
upaya perbaikan lingkungan melalui perawatan tanggul untuk meminimalisir
kerugian banjir di masa datang.
4.3 Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan
wawancara menggunakan kuesioner (kuesioner penelitian disajikan pada
Lampiran 3) kepada responden. Penjelasan mengenai jenis dan sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
No Jenis Parameter Sumber Data
1. Data Primer Data masyarakat Perumahan Dosen IKIP RW 02 yang terkena banjir
Ketua RW
Perumahan Dosen IKIP RW 02
Data karakteristik responden yang terkena banjir
Data kerugian dan kerusakan yang dialami masyarakat
Data mengenai besarnya nilai WTP responden dalam upaya perbaikan lingkungan
Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat
Data monografi menurut kecamatan di Kota Bekasi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Pemerintah Daerah
Kota Bekasi, Perpustakaan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Kelurahan
IKIP RW 02 dan studi literatur serta hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
suatu instansi, perorangan dan lembaga yang terkait.
4.4 Metode Pengambilan Sampel
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal
di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Pemilihan responden dilakukan dengan
metode probability sampling yaitu dengan teknik simple random sampling. Simple random sampling adalah bentuk pengambilan sampel acak yang bersifat sederhana di mana tiap sampel yang berukuran sama memiliki peluang yang sama
untuk terpilih dari populasi. Terdapat dua metode yang digunakan untuk
pengambilan sampel yaitu metode undian dan metode tabel random.
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode undian. Awalnya
peneliti mengumpulkan nomor rumah responden yang ada di tiap RT. Setiap
nomor rumah responden ditulis dalam secarik kertas. Kertas-kertas tersebut
kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak. Setelah dikocok,
sejumlah gulungan kertas diambil sesuai dengan jumlah sampel yang
direncanakan yaitu 95 responden. Nomor yang terambil akan menjadi sampel
dalam penelitian ini. Metode pengambilan sampel ini dilakukan apabila (1)
elemen-elemen populasi yang bersangkutan homogen dan (2) hanya diketahui
identitas-identitas dari satuan-satuan individu (elemen) dalam populasi, sedangkan
keterangan lain mengenai populasi, seperti derajat keseragaman, pembagian
dalam golongan-golongan tidak diketahui, dan sebagainya (Hasan, 2008).
Pada pelaksanaannya responden yang terpilih berasal dari tujuh RW yang
ada di perumahan ini. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian ini
sebanyak 95 kepala keluarga. Penentuan responden untuk masing-masing RT
dilakukan dengan mengambil sepertiga jumlah kepala keluarga dari
masing-masing RT karena jumlah tersebut sudah mewakili dampak banjir yang dirasakan
masyarakat dan kesediaan membayar masyarakat di RT tersebut.
4.5 Metode Analisis
Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara
komputer, yaitu Microsoft Office Excell 2010 dan Eviews 6. Data selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel dan
perhitungan matematis. Matriks metode analisis data yang digunakan untuk
menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Matriks metode analisis data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis
Data 1 Mengidentifikasi karakteristik responden
yang terkena banjir
Data Primer Analisis Deskriptif
2 Mengestimasi besarnya nilai kerugian yang ditanggung masyarakat ketika terjadinya banjir.
Data Primer dan Data Sekunder
Biaya kehilangan perabotan
Biaya perbaikan bangunan rumah tangga
Pendapatan yang hilang Data pendapatan harian
Loss of Earnings
Biaya Pengobatan Data pengobatan Cost of Illness
Biaya tambahan Data biaya
tambahan
Pendekatan harga pasar yang sebenarnya
3 Mengestimasi besarnya WTP reponden dalam upaya perbaikan lingkungan Perumahan.
Data Primer Analisis WTP
4 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP responden.
Data Primer Analisis Regresi linear Berganda
Hasil analisis tersebut dikaji untuk melihat kerugian ekonomi masyarakat
akibat banjir dan kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan
lingkungan melalui empat tujuan penelitian. Tujuan pertama, mengidentifikasi
karakteristik responden dengan menggunakan kuesioner dan menganalisisnya
dengan metode analisis deskriptif. Tujuan kedua, mengestimasi nilai kerugian
ekonomi masyarakat akibat banjir, data-data yang dibutuhkan untuk menjawab
tujuan penelitian ini adalah data kehilangan perabotan, data perbaikan perabotan
dan bangunan rumah, data pengobatan, data kehilangan pendapatan dan data biaya
tambahan. Adapun data-data tersebut akan dianalisis dengan metode harga pasar
yang sebenarnya, metode cost of illness dan metode loss of earning.
Kemudian untuk mengkaji kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya