• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kerugian ekonomi dan kesediaan membayar masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan (Studi kasus Perumahan Dosen IKIP, RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kerugian ekonomi dan kesediaan membayar masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan (Studi kasus Perumahan Dosen IKIP, RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)

SYAFIRA SALZABELLA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

`

Bogor, Desember 2014

(4)
(5)

SYAFIRA SALZABELLA. Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat,

Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi). Dibimbing oleh TRIDOYO

KUSUMASTANTO dan NUVA.

Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir. Genangan banjir yang terjadi menimbulkan kerugian bagi masyarakat sehingga dibutuhkan upaya perbaikan lingkungan perumahan untuk meminimalisir banjir di kemudian hari. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik responden, mengestimasi nilai kerugian ekonomi masyarakat, mengkaji besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penelitian ini menggunakan empat metode analisis, yaitu (1) analisis deskriptif, (2) analisis penilaian kerusakan, (3) analisis willingness to pay, dan (4) analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak dari banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02 adalah terganggunya aktivitas dan kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan perumahan yang menjadi tidak terawat dan kotor. Total kerugian ekonomi masyarakat di Perumahan Dosen IKIP RW 02 pada banjir periode bulan Januari sampai Februari 2014 sebesar Rp1.055.129.468,20. Hasil rata-rata kesediaan membayar dari 95 responden untuk upaya perbaikan lingkungan adalah sebesar Rp26.736,84 per bulan per kepala keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat sampai pada taraf alpha 5% adalah pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat pendapatan, status tempat tinggal, dan ketinggian banjir.

(6)

and Willingness to Pay for Environmental Improvement (Case Study in RW 02

IKIP Lecture’s Housing Complex). Supervised by TRIDOYO

KUSUMASTANTO and NUVA.

RW 02 IKIP Lecture’s Housing Complex in one of the housing areas in Jatiasih District that has been affected by flood. As flood water had brought loss to the society, it takes effort to restore the residential neighborhood, to minimize the effect of flood in the future. The purposes of this study are to identify the characteristic of respondents, to estimate the economic loss, to estimate willingness to pay for environmental improvement, and to identify the factors that influence willingness to pay for the environmental improvement. This study used four methods of analyses, namely: (1) descriptive analysis, (2) damage assessment analysis, (3) willingness to pay analysis, and (4) multiple linear regression

analysis. The result showed that the impact of flood in RW 02 IKIP Lecture’s

Housing Complex are the disruption of activity, public health, income losses, the damage on houses and household furniture also the decreasing of housing environmental condition. Total estimated of economic loss of the society in RW

02 IKIP Lecture’s Housing Complex by flood in January to February period 2014 was as much as IDRRp1,055,129,468.20. The mean value of willingness to pay for 95 respondents, who are willing to pay for environmental improvement is IDR26,736.84 per month per household. Factors that influence the willingness to pay were education, family dependent, income, housing status, and flood elevation.

(7)

KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP

UPAYA PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN

(Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)

SYAFIRA SALZABELLA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014 Skripsi

(8)
(9)
(10)
(11)

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan (Studi Kasus Perumahan Dosen IKIP RW 02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi)”. Penulis menyadari bahwa skripsi dapat diselesaikan tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kepada orang tua tercinta, yaitu Bapak Almendri dan Ibu Komariah, adik tersayang, segenap keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Ibu Nuva, SP, MSc selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Rizal Bahtiar SPi, MSi selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Fitria DR MSi selaku Dosen Penguji Wakil Departemen atas masukan dan saran yang telah diberikan.

4. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL.

5. Seluruh warga Perumahan Dosen IKIP, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih.

6. Khibran Ridwan yang telah memberi semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman bimbingan skripsi, yaitu Intan, Putri Nurul, Try, Taufiq, Reza, Laras, dan Tudrika atas semangat dan dukungannya selama menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan, yaitu Donna, Intan, Miranti, Naya, Retno, Ayu, Esatri, Tuty, Syafira, Hernita, Puti, Yola, Fakhri, danRifal yang telah memberikan bantuan, motivasi dan semangat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengkaji nilai kerugian ekonomi akibat banjir dan upaya perbaikan lingkungan perumahan.

Bogor, Desember 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

2.2 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) ... 8

2.2.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya ... 11

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.5.1 Identifikasi Karakteristik Responden yang Terkena Dampak Banjir ... 29

4.5.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir ... 30

4.5.3 Analisis WTP terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan ... 33

4.5.3.1 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP responden ... 36

4.5.3.2 Pengujian Parameter ... 38

4.6 Batasan Penelitian ... 41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

5.2 Karakteristik Responden yang Terkena Dampak Banjir ... 45

5.2.1 Karakteristik Demografi Responden ... 46

(14)

5.2.1.2 Pendidikan Formal ... 47

5.2.2 Karakteristik Tempat Tinggal Responden di Perumahan Dosen IKIP RW 02 ... 51

5.2.2.1 Jumlah Tingkat Rumah ... 51

5.2.2.2 Luas Rumah ... 52

5.2.2.3 Karakteristik Ketinggian Air Banjir... 52

5.2.3 Persepsi Responden terhadap Dampak Banjir di Lingkungan Perumahan... 53

5.3 Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat Pasca Banjir... 55

5.3.1 Kerugian Langsung ... 56

5.3 Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat ... 63

5.4 WTP Masyarakat Terhadap Upaya Perbaikan Lingkungan Perumahan... 64

5.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP ... 69

5.6 Kebijakan Pengelolaan Perawatan Tanggul untuk Meminimalisir Dampak Banjir ... 73

VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 76

6.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 80

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Tahun 2010-2012 ... 1

2. Jenis dan Sumber Data ... 26

3. Matriks Metode Analisis Data ... 28

4. Matriks Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden ... 36

5. Wilayah Menurut Rukun Warga di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ... 42

6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ... 63

7. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013 ... 63

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 45

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal ... 46

10.Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 47

11.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 47

12.Karakteristik Responden Bersadarkan Pendapatan Rumah Tangga ... 49

13.Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal ... 50

14.Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal ... 50

15.Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Rumah ... 51

16.Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Rumah ... 52

17.Karakteristik Responden Berdasarkan Ketinggian Air Banjir ... 53

18.Persepsi Responden terhadap Dampak Banjir di Lingkungan Perumahan .... 54

19.Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Tinggal ... 55

20.Rata-rata Biaya Kehilangan Perabotan Rumah Tangga ... 57

21.Rata-rata Biaya Perbaikan Perabotan Rumah Tangga... 58

22.Rata-rata Biaya Perbaikan Bangunan Rumah ... 59

23.Total Kerugian Langsung yang Dialami Masyarakat ... 59

24.Rata-rata Biaya Pengobatan ... 61

25.Rata-rata Pendapatan yang Hilang ... 62

26.Rata-rata Biaya Tambahan ... 62

27.Total Kerugian Tidak Langsung yang Dialami Masyarakat ... 63

28.Total Kerugian Ekonomi yang Dialami Masyarakat ... 63

29.Distribusi Nilai WTP yang Bersedia Dibayarkan oleh Responden ... 65

30.Distribusi Rataan WTP Respoden ... 67

31.Distribusi Total WTP Responden ... 69

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 22

2. Kurva WTP Respodnen ... 68

3. Usulan Mekanisme Perawatan Tanggul di Perumahan Dosen IKIP ... 74

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta Wilayah Kota Bekasi ... 82

2. Kondisi Lokasi Penelitian ... 83

3. Kuesioner Penelitian ... 84

4. Perhitungan Biaya Kehilangan Perabotan Rumah Tangga ... 90

5. Biaya Perbaikan Perabotan Rumah Tangga ... 101

6. Biaya Perbaikan Bangunan Rumah... 107

7. Biaya pengobatan ... 113

8. Biaya Kehilangan Pendapatan ... 118

9. Biaya Tambahan ... 119

10.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 130

11.Hasil Uji Normalitas, Hasil Uji White dan Hasil Uji Breusch-Godfrey... 131

(17)

1.1 Latar Belakang

Banjir termasuk bencana alam yang sering terjadi pada musim penghujan di

beberapa wilayah Indonesia. Banjir terdiri dari dua perisistiwa, yaitu pertama,

peristiwa yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir dan kedua,

terjadi akibat limpasan air dari sungai karena debit air tidak mampu dialirkan oleh

alur sungai atau debit air lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada

(Kodoatie, 2013). Setiap tahunnya lebih dari 300 peristiwa banjir yang

menggenangi 150.000 ha dan merugikan sekitar satu juta orang. Kecenderungan

bencana banjir pun terus bertambah, khususnya di daerah perkotaan yang jumlah

penduduknya meningkat setiap tahun, kebutuhan akan lahan semakin tinggi yang

berdampak pada perubahan tata guna lahan secara signifikan sehingga

menyebabkan hilangnya daerah resapan air (Kodoatie, 2013), seperti terjadi di

Kota Bekasi.

Kota Bekasi merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang berbatasan

langsung dengan Provinsi DKI Jakarta. Kota Bekasi (lokasi penelitian disajikan

pada Lampiran 1) dengan luas wilayah sekitar 210,49 km2 terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Seiring

berjalannya waktu, Kota Bekasi mengalami peningkatan penduduk yang pesat.

Data mengenai kepadatan penduduk Kota Bekasi tahun 2010-2012 dapat dilihat

pada Tabel 1 sebagai berikut,

Tabel 1. Kepadatan penduduk Kota Bekasi tahun 2010-2012

Tahun Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

2012 210.49 2.523.032 11.632

2011 210.49 2.453.328 11.292

2010 210.49 2.384.032 11.093

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS),Kota Bekasi(2012)

Berdasarkan Tabel 1, jumlah penduduk di Kota Bekasi mengalami

peningkatan setiap tahunnya, hal ini terlihat pada tahun 2010 jumlah penduduk

sebesar 2.384.032 jiwa meningkat menjadi 2.523.032 jiwa pada tahun 2012. Hal

ini menyebabkan kepadatan penduduk di Kota Bekasi pada tahun 2012 mencapai

(18)

jumlah penduduk yang pesat seperti di Kota Bekasi memerlukan berbagai fasilitas

dan kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap

terjadinya masalah banjir. Salah satunya adalah pembangunan di daerah dataran

rendah atau daerah rawan banjir untuk berbagai keperluan seperti pemukiman,

industri, dan perkantoran yang kurang memperhatikan adanya resiko genangan

banjir yang bisa terjadi setiap saat.

Kondisi topografi Kota Bekasi sebagian besar berada pada dataran rendah

dengan kemiringan antara 0-2% dan ketinggian antara 0 - 25 m di atas permukaan

laut. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab Kota Bekasi selalu mengalami

banjir setiap musim penghujan terlebih lagi karena kota ini terletak di bagian hilir

Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekasi Hulu (Bappeda Kota Bekasi, 2013).

Pembangunan di daerah dataran rendah atau daerah rawan banjir untuk kawasan

pemukiman, industri, perkantoran, dan untuk kepentingan lainnya dapat berakibat

semakin berkurangnya daerah resapan air yang menyebabkan sedikitnya air yang

terserap ke dalam tanah dan menyebabkan banjir. Pada awal tahun 2014, banjir

melanda Kota Bekasi yang diakibatkan oleh meningkatnya debit air di Kali Bekasi

yang merupakan aliran dari Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi. Selain itu,

minimnya ruang terbuka hijau sebagai lahan resapan air, sistem drainase yang

kurang baik serta limpasan air sungai menjadi pemicu terjadinya banjir. Pada awal

tahun 2014, tercatat 71 titik daerah rawan banjir yang tersebar di 10 kecamatan di

Kota Bekasi, salah satunya adalah Kecamatan Jatiasih1.

Pada tahun 2013, Kecamatan Jatiasih merupakan kecamatan yang memiliki

luas genangan banjir paling besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya, yaitu

sebesar 330 ha dengan rata ketinggian genangan sebesar 148,75 cm dan

rata-rata lama genangan banjir sebesar 26,5 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Salah

satu perumahan di Kecamatan Jatiasih yang mengalami banjir adalah Perumahan

Dosen IKIP RW 02. Perumahan ini terletak di daerah cekungan dengan dataran

rendah serta dataran perumahan lebih rendah daripada sungai yang melintas.

Banjir yang terjadi di perumahan ini menimbulkan kerugian sosial, ekonomi

dan lingkungan bagi masyarakat sekitar. Upaya perbaikan lingkungan menjadi

salah satu cara untuk memimalisir dampak banjir di kemudian hari. Oleh karena

(19)

itu, berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang “Analisis Kerugian

Ekonomi Akibat Banjir dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Upaya

Perbaikan Lingkungan Perumahan” penting dilakukan untuk melihat

dampak-dampak yang ditimbulkan akibat banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat lebih menjaga lingkungan

sekitar dan mendorong pemerintah untuk lebih berperan aktif dalam

penanggulangan di daerah yang rentan terhadap banjir.

1.2 Perumusan Masalah

Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di

Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir pada tahun 2014. Perumahan ini dilintasi

oleh aliran sungai Jatikramat atau anak Kali Cakung yang mempunyai hulu di

Pondok Melati dan berujung di Banjir Kanal Timur (BKT). Penyebab banjir di

perumahan ini adalah kondisi saluran air di perumahan tidak dapat berfungsi

dengan baik untuk mengaliri air akibat dari timbunan beton dan sampah. Selain

itu, perumahan ini juga berlokasi di daerah cekungan yang memungkinkan air

mudah tergenang akibat tidak ada lagi lahan resapan. Kondisi tersebut diperparah

dengan kebaradaan kali di depan pintu masuk perumahan. Kali ini mengalami

penyempitan akibat penggunaan lahan untuk perumahan, sehingga ketika curah

hujan tinggi kali akan meluap ke perumahan.

Pada tahun 2007, perumahan ini mengalami banjirselama tiga hari dengan

ketinggian air mencapai kurang lebih 300 cm dari permukaan jalan. Lalu banjir

kembali terulang pada awal tahun 2013 dengan ketinggian 250 cm dengan lama

genangan 30 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Pada awal tahun 2014,

perumahan ini kembali terkena banjir dengan ketinggian kurang lebih 100 cm

sampai 250 cm dari permukaan jalan dengan lama genangan 24 jam. Masyarakat

Perumahan Dosen IKIP secara swadaya membuat tanggul di perumahan ini untuk

mengurangi luapan banjir dari saluran air yang ada di perumahan. Swadaya ini

berupa iuran warga dan bersifat sukarela. Sementara itu, Pemda Kota Bekasi telah

melakukan penanggulangan banjir di perumahan ini melalui pembuatan pintu air

(20)

dirasakan masyarakat dapat mengurangi banjir di perumahan ini, oleh karena itu

masyarakat perlu melakukan perawatan tanggul untuk menjaga keberlangsungan

fungsinya. Selama ini masyarakat hanya melakukan perbaikan tanggul untuk

mengantisipasi banjir dengan melakukan peninggian tanggul setiap musim

penghujan. Upaya perawatan tanggul ini akan bersifat swadaya karena

perwatannya dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan tujuan untuk melindungi

tempat tinggal mereka dari banjir.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi di daerah penelitian, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Karakteristik responden banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02.

2. Besarnya nilai kerugian yang ditanggung masyarakat pada periode banjir bulan

Januari sampai Februari 2014 di Perumahan Dosen IKIP RW 02 belum

teridentifikasi dengan baik.

3. Besarnya Willingness to Pay (WTP) masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan perumahan belum teridentifikasi dengan baik.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat terhadap upaya

perbaikan lingkungan perumahan belum teridentifikasi dengan baik.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penelitian

ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak-dampak yang timbul akibat

banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Adapun tujuan khusus tersebut dapat

dijawab dengan tujuan-tujuan penelitian di bawah ini, yaitu:

1. Mengidentifikasi karakteristik responden yang terkena banjir di Perumahan

Dosen IKIP RW 02

2. Mengestimasi nilai kerugian yang ditanggung oleh masyarakat pada periode

banjir bulan Januari sampai Februari 2014.

3. Mengkaji besarnya WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan

perumahan.

4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat

(21)

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian ini mengestimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir dan

kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan

perumahan di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Penelitian ini hanya difokuskan

untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang terkena banjir, mengestimasi

kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir berupa kerugian langsung dan

kerugian tidak langsung pada bulan Januari sampai Februari 2014, mengkaji

besarnya WTP masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan serta

faktor-faktor apa yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat terhadap upaya

perbaikan lingkungan. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

karakteristik responden ini adalah analisis deskriptif. Selanjutnya besarnya

kerugian ekonomi yang ditanggung masyarakat dilihat dari kerugian langsung dan

kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yang dihitung dalam penelitian ini

antara lain biaya kehilangan perabotan rumah tangga, biaya perbaikan perabotan

rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan rumah tangga. Kerugian tidak

langsung mencakup biaya pengobatan, biaya kehilangan pendapatan dan biaya

tambahan.

Penelitian ini juga mengkaji kesediaan membayar masyarakat terhadap

upaya perbaikan lingkungan melalui analisis willingness to pay (WTP). Hasil dari kesediaan membayar masyarakat tersebut akan diperoleh faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya

perbaikan lingkungan melalui analisis regresi linear berganda. Estimasi nilai

kerugian ekonomi akibat banjir dan kesediaan membayar masyarakat terhadap

upaya perbaikan lingkungan perumahan dievaluasi untuk memberikan informasi

mengenai informasi terkait nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan

perumahan di Perumahan Dosen IKIP RW 02.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti, masyarakat, dan pemerintah

dalam mengambil kebijakan. Hasil penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan

(22)

1. Bagi peneliti, hasil penelitian menjadi syarat kelulusan di Departemen

Ekonomi Sumberdaya Lingkungan dan diharapkan bermanfaat secara

akademis sebagai sarana memperoleh pengetahuan dan pengalaman penelitian,

serta pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga

faktor-faktor lingkungan agar tetap dapat dimanfaatkan tanpa mengurangi

kualitasnya.

2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan akan membuat masyarakat di

kawasan perumahan tersebut lebih mengedepankan kualitas lingkungandan

mengupayakan pencegahan banjir untuk mengurangi kerugian yang

ditimbulkan.

3. Bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat

mendorong pemerintah untuk lebih berperan aktif dalam penanggulangan di

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Banjir dan Penyebab Banjir

Banjir merupakan fenomena alam yang menyebabkan kerusakan pada

kehidupan, sumberdaya alam, lingkungan, dan juga berdampak pada kesehatan

manusia (Suriya et al, 2012). Menurut Asdak (2002), banjir luapan sungai berbeda dari banjir dadakan karena banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama.

Selain itu, banjir luapan sungai kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan

dapat berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti.

Penyebab dari banjir luapan sungai adalah hutan gundul, kelongsoran

daerah-daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan air ataupun perubahan

suhu/musim. Besarnya banjir tergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi tanah

yang meliputi kelembaban tanah, vegetasi, perubahan suhu/musim, keadaan

permukaan tanah yang tertutup rapat oleh bangunan batu bata, semen, beton,

pemukiman atau perumahan dan hilangnya kawasan-kawasan tangkapan air.

Berbagai aktivitas manusia dan pembangunan yang pesat akan

mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan. Perubahan

penggunaan lahan dari lahan pertanian atau lahan hutan menjadi lahan untuk

perumahan akan berpengaruh pada berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam

tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan menurunnya permukaan

air tanah. Penyebab banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya adalah pembangunan rumah yang melewati batas

Garis Sempadan Bangunan (GSB), sistem drainase yang tidak terencana dengan

baik dan masih kurangnya kesadarannya masyarakat terhadap pengelolaan

sampah (Kodoatie, 2013).

Secara umum penyebab banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori,

yaitu banjir yang disebabkan oleh alam dan banjir yang disebabkan oleh manusia.

Penyebab banjir karena alam diantaranya curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi

dan sedimentasi, kapasitas sungai, dan kapasitas drainase yang tidak memadai.

Selain itu juga, penyebab banjir karena tindakan manusia antara lain perubahan

(24)

bangunan liar, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan perencanaan sistem

pengendalian banjir yang tidak tepat (Kodoatie, 2013).

2.2 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL)

Sumberdaya alam lingkungan menyediakan berbagai layanan barang dan

jasa yang sangat bernilai bagi manusia (Hanley dan Barbier 2009). Hanley et al

(2000) dalam Hanley dan Barbier (2009) menyatakan bahwa keterkaitan antara

sumberdaya alam dan lingkungan dengan aspek ekonomi dan kebutuhan manusia

dicirikan dalam empat peran, yaitu:

1. Peran SDAL sebagai pemasok input energi dan material untuk proses

produksi seperti minyak, biji besi, dan kayu

2. Peran SDAL sebagai penyerap sisa produksi dan konsumsi, seperti limbah

domestik atau emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan makan

minyak.

3. Peran SDAL sebagai sumber langsung kesenangan (amenity) dan perbaikan kualitas hidup manusia, seperti duck watching dan bird watching.

4. Peran SDAL sebagai penyedia dukungan kehidupan dasar (basic life support), seperti pengaturan iklim global, daur ulang dan nutrien.

Menurut Fauzi (2014), fungsi dan peran dari SDAL tersebut dalam

kehidupan manusia sebagian dapat dilihat dari “nilai” barang dan jasa dari SDAL

melalui mekanisme pasar. Pemahaman mengenai konsep “nilai” dalam sumber

daya alam dan lingkungan akan sangat membantu dalam memahami dampak dari

kebijakan publik baik sebelum terjadinya kebijakan maupun setelah terjadinya

kebijakan, serta perilaku individu terhadap sumberdaya alam dan lingkungan.

Penilaian dampak kebijakan sebelum dilaksanankan disebut sebagai penilaian ex-ante sedangkan penilaian ketika dampak telah timbul khususnya yang terkait dengan degradasi dan kerusakan lingkungan disebut sebagai penilaian ex-post.

Kedua penilaian dampak kebijakan tersebut didasarkan pada premis yang

sama, yakni adanya perubahan dalam layanan barang dan jasa dari sumberdaya

alam dan lingkungan yang mengubah kesejahteraan maupun kepuasan individu

(25)

dapat saja berdampak negatif pada SDAL yang menyebabkan perubahan pada

layanan barang dan jasa SDAL. Perubahan tersebut pada akhirnya akan mengubah

kesejahteraan individu melalui perubahan manfaat dan biaya. Analisis yang

berkaitan dengan dampak negatif suatu kebijakan publik atau tindakan individu

dalam kerusakan sumberdaya alam lingkungan disebut dengan damage

assessment atau penilaian kerusakan (Fauzi, 2014).

Menurut Bureau Land Management (BLM) (2008), penilaian kerusakan sumberdaya alam adalah sebuah proses penilaian di mana pihak yang melakukan

penilaian mengumpulkan informasi mengenai sumberdaya alam yang rusak untuk

menunjukkan bahwa dibutuhkan tindakan pemulihan dan tindakan pemulihan

yang dipilih dirasakan cukup mengompensasi masyarakat. Tujuan utama dari

penilaian kerusakan sumberdaya alam adalah untuk mengidentifikasikan tindakan

yang diperlukan untuk memulihkan sumberdaya alam yang rusak dan memberikan

kompensasi pada layanan yang rusak sementara. Proses penilaian kerusakan

sumberdaya ini terdiri dari tiga langkah yaitu menentukan layanan sumberdaya

yang terkena dampak, menghitung tingkat layanan setelah terkena dampak dan

menentukan layanan yang hilang berdasarkan selisih nilai sebelum dan sesudah

terkena dampak.

1. Menentukan layanan sumberdaya yang terkena dampak

Langkah ini mengidentifikasi metodologi pengumpulan data dan analisis

yang digunakan untuk menilai tipe sumberdaya yang berpotensi terkena kerusakan

dengan menggunakan metode yang dipilih dan dilakukan dengan biaya yang tepat.

Biaya ini termasuk dalam biaya yang digunakan untuk mempelajari kerusakan,

menentukan kerusakan dan mengidentifikasi kegiatan restorasi yang sebanding

dengan nilai dari sumberdaya tersebut. Langkah ini pun menentukan apakah telah

terjadi kerusakan pada sumberdaya alam dan berdampak luas bagi lingkungan

yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitar. Langkah ini diharapkan

dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara layanan yang rusak dan

(26)

2. Menguantifikasikan tingkat layanan setelah terkena dampak

Perhitungan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan bermanfaat untuk

menginformasikan berapa besar perikraan kerugian yang ditanggung. Beberapa

kunci kuantifikasi perhitungan kerusakan tersebut adalah:

a. Karakteristik kondisi dasar atau kondisi awal: kuantifikasi terhadap kondisi

dan jasa sumberdaya jika pencemaran menyebabkan kerusakan tidak terjadi

b. Kuantifikasi kondisi spasial dan temporal dari kerusakan: penentuan lokasi

dan waktu terjadinya kerusakan, kemudian dibandingkan dengan kondisi

dasar atau level jasa sumberdaya alam dan lingkungan, menggunakan data

zat pencemar, data respon biologis terhadap zat pencemar, krononologi

pencemaran, dan informasi pengguna sumberdaya alam dan lingkungan oleh

masyarakat

c. Kuantifikasi kondisi spasial dan temporal bagi jasa sumberdaya alam dan

lingkungan yang hilang: penentuan jasa lingkungan yang biasanya

disediakan oleh sumberdaya alam dan lingkungan di bawah standar atau

kondisi dasar dan perbandingannya dengan jasa lingkungan yang disediakan

sumberdaya alam dan lingkungan ketika pencemaran telah terjadi

d. Kuantifikasi pengembaliaan kondisi standar sumberdaya alam dan

lingkungan: estimasi terhadap waktu yang dibutuhkan untuk merusak

sumberdaya dan jasa lingkungan yang disediakan oleh sumberdaya alam

dan lingkungan untuk mengembalikan ke kondisi awal, umumnya termasuk

beberapa responden nyata dan skenario pengembalian jasa lingkungan

tersebut.

3. Menentukan layanan yang hilang berdasarkan selisih nilai sebelum dan

sesudah terkena dampak.

Perhitungan kerusakan dimaksdukan untuk menetapkan jumlah uang yang

harus disediakan untuk mengompensasi sumberdaya alam dan lingkungan yang

rusak yang disebabkan oleh zat berbahaya dan zat pencemar. Perhitungan

kerusakan termasuk dalam biaya untuk pemulihan sumberdaya ke kondisi

awalnya dan kompensasi terhadap jasa lingkungan yang hilang. Perhitungan ini

didasarkan pada kebijakan BLM dalam menentukkan kerugiaan yang didasarkan

(27)

sumberdaya alam dan lingkungan yang rusak atau nilai moneter dari layanan jasa

lingkungan yang hilang. Kegiatan restorasi terdiri dari restorasi, rehabilitasi dan

penggantian terhadap sumberdaya alam dan lingkungan yang rusak

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) (2006), perusakan

lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau

tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan

lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pemabangunan

berkelanjutan. Penurunan kualitas SDAL dapat diukur dengan menggunakan

metode before and after project, penilaian untuk waktu atau tahun yang berbeda secara kuantitatif, dinilai secara ekonomi dengan menggunakan teknik penilaian

yang bergantung pada jenis dan manfaat atau pelayanan jasa lingkungan yang ada

(Suparmoko, 2006).

Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), menyatakan bahwa

pendekatan harga pasar untuk menilai dampak lingkungan dibedakan menjadi tiga

pendekatan, yaitu pendekatan harga pasar yang sebenarnya, pendekatan modal

manusia, dan pendekatan biaya kesempatan.

2.2.1 Pendekatan Harga Pasar yang sebenarnya

Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menyatakan bahwa dalam

menelusuri langkah-langkah dalam penilaian dampak lingkungan itu terlihat

bahwa sesungguhnya kita memberikan nilai ekonomi terhadap dampak perubahan

kualitas lingkungan terhadap barang dan jasa alami maupun barang dan jasa

buatan. Pada saat menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek,

selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau timbul dari

adanya suatu proyek, sebaiknya digunakan harga pasar.

2.2.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital)

Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), pendekatan ini disebut pula

cost of illness approach, diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan sebagainya

(28)

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2012, pendekatan ini

melakukan valuasi guna memberikan nilai pada modal manusia yang terkena

dampak akibat perubahan kualitas SDAL. Pendekatan ini sedapat mungkin

menggunakan harga pasar yang sebenarnya ataupun harga bayangan. Hal ini

terutama dapat dilakukan untuk memperhitungkan efek kesehatan dan bahkan

kematian dapat dikuantifikasikan harganya di pasar. Pendekatan ini dapat

dilakukan melalui teknik, yaitu (1) pendekatan pendapatan yang hilang, (2) biaya

pengobatan, dan (3) keefektifan biaya penanggulangan.

1. Pendapatan yang hilang (loss of earning)

Pendekatan ini dapat digunakan untuk menghitung kerugian akibat

pendapatan yang hilang karena perubahan fungsi lingkungan berdampak pada

kesehatan manusia. Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1)

memastikan bahwa terjadi dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia

akibat adanya perubahan fungsi lingkungan sehingga menyebabkan seseorang

kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan, (2) mengidentifikasi

sumber pendapatan yang hilang akibat terganggunya kesehatan masyarakat, misal

upah yang hilang selama sakit, (3) mengetahui lamanya waktu yang hilang akibat

gangguan kesehatan yang terjadi, dan (4) menghitung seluruh potensi hilangnya

pendapatan.

2. Pendekatan biaya pengobatan (cost of illness)

Dampak perubahan kualitas lingkungan dapat berakibat negatif pada

kesehatan, yaitu menyebabkan sekelompok masyarakat menjadi sakit. Adapun

tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) mengetahi bahwa telah terjadi

gangguan kesehatan yang berakibat perlunya biaya pengobatan atau kerugian

akibat penurunan produktivitas kerja, (2) mengetahui biaya pengobatan yang

dibutuhkan sampai sembuh, (3) mengetahui kerugian akibat penurunan

produktivitas kerja, dan (4) menghitung total biaya pengobatan dan penurunan

produktivitas. Apabila dampak perubahan kualitas lingkungan menyebabkan

kematian, maka nilai kematian dapat dihitung dengan pendekatan ganti rugi

(29)

3. Pendekatan keefektifan biaya penanggulangan

Pendekatan ini dilakukan apabila perubahan fungsi atau kualitas SDAL

tidak dapat diduga nilainya namun dipastikan bahwa tujuan dari

penanggulangannya penting. Fokus pendekatan ini adalah mencapai tujuan

dengan biaya yang paling efektif. Pendekatan ini dapat diterapkan untuk

mengetahui harga moneter dari suatu efek kesehatan atau perubahan kualitas air

atau harga, dan untuk mengalokasikan dana yang tersedia secara lebih efektif.

Adapun tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) menetapkan target

tingkat perubahan kualitas, (2) menetapkan berbagai alternatif untuk mencapai

target, dan (3) mengevaluasi berbagai alternatif dan memilih alternatif biaya

terkecil.

2.2.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2012, apabila

data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia, biaya kesempatan atau

pendapatan yang hilang dari penggunaan SDAL dapat digunakan sebagai

pendekatan. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya yang harus

dikeluarkan guna melestarikan suatu manfaat, dan bukan untuk memberikan nilai

terhadap manfaat itu sendiri. Sebagai contoh, untuk menilai besaran manfaat

ekonomi yang harus dikorbankan jika terjadi perubahan yang menyebabkan

kualitas lingkungan tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula. Adapun

tahapan pelaksanaan dalam pendekatan ini yaitu (1) mengidentifikasi kesempatan

yang hilang karena suatu kegiatan lain atau perubahan, (2) menilai besaran setiap

jenis manfaat ekonomi yang hilang, dan (3) menjumlahkan besaran semua

manfaat ekonomi yang hilang.

2.3 Konsep Willingness To Pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA)

Menurut Freeman (2003) dalamFauzi (2014), salah satu transmisi nilai

ekonomi SDAL pada aspek kesejahteraan terjadi pada perubahan kepuasan

dengan asumsi bahwa preferensi individu memiliki sifat substitutability

(kemampuan untuk mengganti) antara komoditas yang memiliki nilai pasar dan

(30)

didasarkan pada substutability dapat diindikasikan baik melalui WTP atau kesanggupan membawayar dan WTA atau kemauan menerima kompensasi.

Willingness to Pay (WTP) adalah kesediaan membayar seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. WTP

memiliki basis atau titik referensi ketiadaan perubahan, misalnya tidak ada

perbaikan lingkungan. Sehingga WTP dapat digunakan untuk melihat kesediaan

membayar seseorang untuk memulihkan kembali barang dan jasa SDAL yang

rusak, sebagai contoh adalah nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan dapat

diukur dari kesediaan seseorang untuk membayar agar kembali ke aslinya (Fauzi,

2014). Sementara itu, Willingness to Accept (WTA) adalah kesediaan menerima seseorang terhadap kompensasi yang diberikan kepada seseorang untuk manfaat

yang hilang dalam satuan moneter. WTA memiliki basis atau titik referensi yakni

perubahan yang terjadi sebagai basis pengukuran kesejahteraan, misalnya

perbaikan lingkungan. Pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai WTP

digunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM).

Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non

pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan.

CVM pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui kesediaan membayar (WTP)

dari masyarakat dan kesediaan menerima (WTA). Metode CVM didasarkan pada

asumsi hak kepemilikian individu, jika individu yang ditanya tidak memiliki hak

atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang

relevan adalah dengan mengukur seberapa besar kesediaan membayar masyarakat

untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya

memiliki hak atas sumber daya, pengukuran yang relevan adalah dengan seberapa

besar kesediaan membayar masyarakat untuk menerima kompensasi yang paling

minimum untuk hilang atau rusaknya sumberdaya yang dimiliki. Terdapat lima

tahapan operasional dalam pendekatan CVM, yaitu (Fauzi, 2006):

1. Membuat hipotesis pasar

Pada awal proses kegiatan CVM, terlebih dahulu membuat hipotesis pasar

(31)

2. Mendapatkan nilai lelang (bids)

Tahapan berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang

melalui survei, baik melalui survei langsung dengan kuesioner atau wawancara.

Tujuan dari survei ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum kesediaan

membayar (WTP) dari responden terhadap suatu proyek, misal perbaikan

lingkungan. Nilai lelang dapat dilakukan dengan teknik:

 Permainan lelang (bidding game). Pada teknik ini responden diberikan

pertanyaan secara berulang-ulang apakah mereka ingin membayar sejumlah

tertentu. Nilai ini kemudian dapat dinaikan atau diturunkan tergantung

respon atas pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan dihentikan sampai nilai

tetap diperoleh.

 Pertanyaan terbuka. Pada teknik ini responden diberikan kebebasan untuk menyatakan nilai rupiah yang bersedia dibayarkan untuk suatu proyek

lingkungan.

Payment Cards. Pada teknik ini responden diberikan pertanyaan apakah

ingin membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah ditentukan

sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui kartu.

 Model referendum (dichotomous choice). Pada teknik ini responden diberikan suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak.

3. Menghitung rataan WTP

Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai

rataan WTP setiap individu. Perhitungan ini didasarkan pada nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah).

4. Memperkirakan kurva lelang (bid curve)

Kurva lelang diperoleh dengan meregresikan WTP sebagai variabel tidak

bebas dengan beberapa variabel bebas.

5. Mengagregatkan data

Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengangregatkan rataan lelang

yang diperoleh pada tahap ketiga. Proses ini melibatkan koversi data rataan

sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk

(32)

2.4 Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan

antara peubah respon dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu

prediktor. Regresi linear berganda hampir sama dengan regresi linear sederhana,

hanya saja pada regresi linear berganda variabel bebasnya lebih dari satu variabel

penduga. Tujuan analisis regresi linear berganda adalah untuk mengukur

intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat prediksi

perkiraan nilai Y atas X. Pada regresi linear berganda variabel tidak bebas (Y)

tergantung kepada dua atau lebih variabel bebas (X). Bentuk persamaan regresi

linear berganda yang mencakup dua atau lebih variabel dapat ditulis sebagai

berikut (Gujarati, 2007):

Y= β0 + β1X1+ β2X2+ β3X3+…..+ βnXn+ ε

Dimana :

Y : variabel tak bebas

β0 : konstanta

β1,β2,…,βn : koefisien regresi

n : ukuran sampel

ε : galat

Sebelum melakukan analisis regresi linear, terlebih dahulu dilakukan

pengujian terhadap data, apakah data yang kita gunakan dalam penelitian ini layak

untuk digunakan dalam penelitian atau tidak. Pada data yang bersifat skala

menggunakan uji kelayakan dengan asumsi klasik berupa uji normalitas,uji

heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Pada dasarnya

pengujian regresi linear berganda dapat dikatakan baik bila telah memenuhi

kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat tercapai apabila telah memenuhi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas,dan

autokorelasi. Jika terdapat heteroskedastisitas, varian dikatakan tidak konstan,

sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat

multikolinearitas, akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari

variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Adanya

(33)

konsisten, hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji

asumsi klasik (Sugiyono 2005).

2.5 Penelitian Terdahulu

Hasiani et al (2013) melakukan penelitian mengenai Analisis Kesediaan Membayar (WTP) dalam Upaya Pengelolaan Obyek Wisata Taman Alun Kapuas

Pontianak, Kalimantan Barat. Penelitian ini memiliki lima tujuan, yaitu (1)

mengidentifikasi kondisi lingkungan sekitar Taman Alun Kapuas, (2)

mengidentifikasi karakteristik pengunjung terhadap kondisi lingkungan obyek

wisata Taman Alun Kapuas, (3) menganalisis faktor-faktor kesediaan pengunjung

membayar dalam upaya pengelolaan obyek wisata Taman Alun Kapuas, (4)

mengestimasi besarnya nilai WTP yang diberikan oleh pengunjung dalam upaya

pelestarian lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas, dan (5) menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP pengunjung dalam upaya

pengelolaan obyek wisata Taman Alun Kapuas.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistic dalam mengalisis faktor-faktor kesediaan pengunjung untuk membayar sedangkan metode CVM

(Contingent Valuation Method) digunakan untuk mengestimasi biaya yang akan dikeluarkan oleh pengunjung dan metode regresi linear berganda digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi besar kesediaan membayar

pengunjung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 84% responden

bersedia membayar dalam upaya pengelolaan lingkungan obyek wisata Taman

Alun Kapuas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar responden

dalam upaya pengelolaan lingkungan obyek wisata Taman Alun Kapuas antara

lain pendapatan dan pengetahuan. Nilai rata-rata WTP responden adalah sebesar

Rp3.360,00 per orang. Faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden yaitu

usia.

Berina (2011) melakukan penelitian mengenai Strategi dan Biaya Adaptasi

Masyarakat Teluk Jakarta terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menginterpretasikan persepsi masyarakat

mengenai perubahan iklim dan dampak banjir rob; (2) mengidentifikasi strategi

(34)

mengestimasi besar biaya adaptasi yang ditanggung masyarakat akibat banjir rob;

(4) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi

masyarakat terhadap dampak banjir rob; dan (5) mengkaji program dan rencana

program pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kotamadya Jakarta Utara untuk

mengatasi banjir rob di wilayah Kelurahan Penjaringan dan kesesuainnya dengan

harapan masyarakat. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode analisis deskriptif, averting behavior method, dan analisis regresi linear berganda. Proses interpretasi persepsi masyarakat, identifikasi strategi adaptasi, dan kajian program menggunakan metode analisis deskriptif. Sementara

itu, biaya adaptasi diperoleh melalui pendekatan averting behavior method, dan analisis faktor yang mempengaruhi biaya adaptasi menggunakan regresi linear

berganda dengan model double log.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebagian besar masyarakat

Keluarahan Penjaringan belum memahami istilah perubahan iklim. Saat banjir

terjadi, masyarakat lebih memilih untuk menetap di rumah dibandingkan

mengungsi ke tempat lain. Hal ini menimbulkan biaya yang harus ditanggung

masyarakat untuk beradaptasi. Biaya adaptasi total yang harus ditanggung

masyarakat Kelurahan Penjaringan adalah sebesar Rp50.775.927,44. Faktor-faktor

yang mempengaruhi besar biaya adaptasi tersebut yaitu pendapatan rumah tangga,

jarak rumah ke laut, dan status kepemilikan rumah. Masyarakat berpendapat

bahwa fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah kurang sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi lingkungan. Pemerintah telah menyiapkan beberapa

program terkait dengan antisipasi banjir rob dan penurunan lahan, yaitu reklamasi

pantai dan Giant Sea Wall sepanjang garis pantai Jakarta Utara.

Ahaliati (2013) melakukan penelitian mengenai Kerugian Ekonomi

Masyarakat Pasca Banjir di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa,

Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk (1)

mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat; (2) mengestimasi

besarnya kerugian yang ditanggung masyarakat pasca banjir; dan (3)

mengidentifikasi upaya pemerintah untuk meminimalisir dampak banjir luapan

sungai.metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan

(35)

ditanggung masyarakat akibat banjir sebesar Rp2.735.879.506. Sementara itu,

upaya program pemerintah kedepannya masih berupa usulan program

meminimalisir dampak banjir seperti boor file atau tiang pancang yang idealnya mengikuti Garis Sempadan Sungai (GSS) yang secara teknis masih disesuaikan

dengan masing-masing kontur tanah dan kondisi badan sungai serta menambah

daya tamping Kali Bekasi sebsar 689 m3/detik di bantaran sungai.

Han et al. (2009) melakukan estimasi WTP untuk konservasi lingkungan pada studi kasus Cagar Alam Kanas di Xinjiang, China. Penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi WTP masyarakat untuk konservasi lingkungan dan

mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTP. Hasil dari

penelitian akan membantu pembuat kebijakan dan pengelola lokasi di China untuk

memperhatikan tambahan yang berarti untuk meningkatkan status keuangan

cagar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 81% responden menyatakan

bahwa penting untuk menjaga keaslian dari lingkungan di Kanas, yang berarti

responden memiliki pandangan yang baik terhadap Cagar Alam Kanas dan

mendukung perlindungan lingkungan. Responden bersedia membayar bid di

US$20, US$50, US$100 yang paling banyak dipilih. Sekitar 27% tidak bersedia

membayar. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah pandangan dan

perlakuan terhadap Cagar Alam Kanas, sedangkan jenis kelamin, umur,

pendapatan, dan lokasi asal tidak berpengaruh nyata.

Breffle et al. (1997) melakukan penelitian tentang analisis WTP masyarakat sekitar untuk melestarikan lahan yang belum dikembangkan yang menyediakan

ruang terbuka, pemandangan alam, dan sebagai habitat satwa liar pada properti

Cunningham di Boulder, Colorado. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi

besarnya kesediaan membayar responden untuk menjaga dan melestarikan seluruh

lahan yang belum dikembangkan di Boulder. Hasil estimasi WTP terbaik dari

seluruh rumah tangga adalah sebesar US$774.000. Berdasarkan model yang telah

diestimasi, isu ikatan lingkungan dapat meningkatkan pajak properti rumah tangga

satu waktu sebesar US$192. Median WTP akan melewati jumlah tersebut dan

meningkat hingga US$493.000, karena lebih banyak responden yang daerah

asalnya jauh dari lahan properti tersebut dan WTP menurun karena adanya

(36)

mengusulkan variasi pajak yang bergantung jarak tempat tinggal. Pendapatan juga

berpengaruh nyata terhadap WTP, maka isu ikatan lingkungan akan meningkat

jika rumah tangga dengan pendapatan menengah ke bawah dimasukkan ke dalam

pengecualian.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hasiani et al (2013), Berina (2011), Ahaliati (2013), Han et al (2009), dan Breffle et al (1997). Penelitian sebelumnya membahas mengenai banjir rob dan teknis penanggulangan

banjir rob. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ahaliati (2013) hampir

sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Hal ini dapat dilihat

dari lokasi penelitian di mana kedua penelitian ini mengambil lokasi perumahan di

wilayah Bekasi serta kedua penelitian ini juga mengestimasi kerugian akibat

banjir di perumahan. Namun terdapat perbedaan antarapenelitian yang dilakukan

oleh Ahaliati dengan penelitian yang akan dilakukan penulis di mana penulis tidak

hanya mengestimasi kerugian pasca banjir, tetapi juga mengestimasi kesediaan

membayar masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan perumahan untuk

(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kondisi topografi Kota Bekasi sebagian besar berada pada dataran rendah

dengan kemiringan antara 0-2% dan ketinggian 0-25 m diatas permukaan laut.

Kondsi tersebut menjadi salah satu penyebab Kota Bekasi rentan mengalami

banjir setiap musim penghujan terlebih lagi karena kota ini terletak di bagian hilir

DAS Bekasi Hulu (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Minimnya ruang terbuka hijau

sebagai lahan resapan air, sistem drainase yang kurang baik, serta limpasan air

sungai menjadi pemicu terjadinya banjir. Seperti halnya banjir yang terjadi pada

tahun 2014 di Kota Bekasi, banjir diakibatkan oleh meningkatnya debit air di Kali

Bekasi. Pada awal tahun 2014, tercatat 71 titik daerah rawan banjir yang tersebar

di 10 kecamatan di Kota Bekasi2. Salah satu wilayah yang terkena banjir adalah

Perumahan Dosen IKIP RW 02 di Kecamatan Jatiasih.

Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di

Kecamatan Jatiasih yang terkena banjir. Penyebab banjir di perumahan ini adalah

kondisi saluran air di perumahan tidak dapat berfungsi dengan baik untuk

mengaliri air akibat dari timbunan beton dan sampah. Selain itu, perumahan ini

juga berlokasi di daerah cekungan yang memungkinkan air mudah tergenang

akibat tidak ada lagi lahan resapan. Kondisi tersebut diperparah dengan

kebaradaan kali yang terdapat di depan pintu masuk perumahan. Banjir yang

terjadi di perumahan ini menimbulkan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan.

Kerugian yang ditanggung masyarakat dibedakan atas kerugian langsung

dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung yang dihitung dalam penelitian

ini hanya kerugian yang timbul akibat banjir berupa biaya kehilangan perabotan

rumah tangga,biaya perbaikan perabotan dan bangunan.Sementara itu, kerugian

tidak langsung yang dihitung dalam penelitian ini adalah hilangnya pendapatan

responden, biaya pengobatan dan biaya tambahan.Berdasarkan hasil perhitungan

kerugian tersebut, dibutuhkan upaya perbaikan lingkungan untuk meminimalisir

kerugian akibat banjir di masa datang. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini

disajikan pada Gambar 1.

(38)

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

Banjir di Perumahan Dosen IKIP RW 02

Analisis

Nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan perumahan Estimasi Nilai

1. Intensitas curah hujan yang tinggi di daerah hulu (Kabupaten Bogor)

2 Kondisi topografi di Perumahan Dosen IKIP RW 02 berada di cekungan dengan dataran rendah

3. Saluran air perumahan tidak berfungsi dengan baik akibat timbunan beton dan sampah 4. Terjadi penyempitan pada kali yang berada di pintu masuk perumahan

(39)

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik

responden dengan menggunakan analisis deskriptif. Karakteristik responden

terbagi menjadi tiga bagian yaitu karakteristik demografi, karakteristik tempat

tinggal responden, dan persepsi responden terhadap dampak banjir terhadap

lingkungan sekitar. Karakteristik demografi meliputi jenis kelamin, usia,

pendidikan, jumlah tanggungan, pekerjaan, dan pendapatan rumah tangga.

Karakteristik tempat tinggal responden meliputi lama tinggal, status tempat

tinggal, tingkat rumah, luas rumah, dan ketinggian air banjir. Persepsi responden

terhadap dampak banjir di lingkungan sekitar meliputi tingkat kebersihan dan

tingkat partisipasi masyarakat pasca banjir.

Tujuan kedua dari penelitian ini adalah mengestimasi kerugian ekonomi

masyarakat pasca banjir. Kerugian akibat banjir yang dalam penelitian ini

dibedakan atas kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian

langsung adalah biaya yang ditanggung karena kehilangan perabotan rumah

tangga, biaya yang ditanggung masyarakat untuk perbaikan perabotan dan

bangunan rumah tangga sedangkan kerugian tidak langsung adalah hilangnya

pendapatan masyarakat akibat tidak bekerja selama banjir, biaya yang ditanggung

untuk berobat akibat terserang penyakit dan biaya tambahan. Kerugian banjir ini

diestimasi dengan menggunakan pendekatan harga pasar yang sebenarnya dan

pendekatan modal manusia.

Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengkaji besarnya kesediaan

membayar atau WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan di

Perumahan Dosen IKIP RW 02 berupa perawatan tanggul. Tujuan ini didasarkan

pada hasil perhitungan kerugian yang diestimasi pada tujuan pertama penelitian,

upaya perawatan tanggul ini diharapkan dapat meminimalisir kerugian akibat

banjir di perumahan tersebut. Upaya ini dapat diestimasi denganmenggunakan

analisis willingness to pay (WTP).

Tujuan keempat dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi besarnya WTPmasyarakat terhadap upaya perbaikan

(40)

masyarakat adalah tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan

keluarga, status tempat tinggal, lama tinggal, jumlah tingkat rumah, luas rumah,

dan ketinggian banjir. Faktor-faktor ini diidentifikasi dengan menggunakan

analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai kerugian ekonomi

yang ditanggung oleh masyarakat serta upaya masyarakat dalam memperbaiki

lingkungan melalui perawatan tanggul untuk meminimalisir kerugian banjir di

masa datang. Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi

mengenai nilai kerugian dan upaya perbaikan lingkungan perumahan dalam

(41)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah Perumahan Dosen IKIP RW

02, Kelurahan Jatikramat, Kecamatan Jatiasih. Kecamatan Jatiasih merupakan

salah satu dari bagian wilayah tingkat II Kota Bekasi yang terdiri dari enam

Kelurahan. Secara geografis Kecamatan Jatiasih terletak di bagian Selatan Kota

Bekasi pada posisi 106°55' Bujur Timur dan 6°15' Lintang Selatan dengan

ketinggian 20 m diatas permukaan laut.

Wilayah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dikarenakan Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di Kecamatan

Jatiasih yang terkena banjir. Selain itu pemilihan dilakukan secara sengaja dengan

pertimbangan Kecamatan Jatiasih merupakan wilayah dengan genangan paling

luas yaitu 330 Ha dengan rata-rata lama genangan adalah 26,5 jam dan rata-rata

ketinggian genangan 148,75 cm. Sementara rata-rata ketinggian genangan yang

terjadi di Kota Bekasi adalah 90,81 cm dengan rata-rata lama genangan adalah

18,24 jam (Bappeda Kota Bekasi, 2013).

Perumahan Dosen IKIP RW 02 merupakan salah satu perumahan di

Kecamatan Jatiasih yang mengalami banjir terparah setelah Perumahan Pondok

Gede Permai dilihat dari ketinggian air banjir dan lama genangan banjir yang

terjadi selama banjir (Bappeda Kota Bekasi, 2013). Kondisi lingkungan

perumahan Dosen IKIP RW 02 pada saat terjadi banjir disajikan pada Lampiran 2.

Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Maret sampai April 2014.

4.2 Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut

Nazir (2005), metode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk

memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada serta mencari

keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari

suatu kelompok atau pun suatu daerah. Pelaksanaan metode survei membutuhkan

perencanaan yang matang dan terfokus pada permasalahan. Pengamatan langsung

(42)

gejala yang ada di lapangan dan membantu menjelaskan data kuantitatif terkait

penelitian.

Pada penelitian ini teknik wawancara dengan memberikan kuesioner

bertujuan untuk memperoleh informasi yang didasarkan pada pengetahuan dan

pendapat responden. Informasi yang diharapkan berupa informasi mengenai

kerugian ekonomi yang ditanggung serta kesediaan responden dalam melakukan

upaya perbaikan lingkungan melalui perawatan tanggul untuk meminimalisir

kerugian banjir di masa datang.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan tujuan penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka

data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan

wawancara menggunakan kuesioner (kuesioner penelitian disajikan pada

Lampiran 3) kepada responden. Penjelasan mengenai jenis dan sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

No Jenis Parameter Sumber Data

1. Data Primer  Data masyarakat Perumahan Dosen IKIP RW 02 yang terkena banjir

Ketua RW

Perumahan Dosen IKIP RW 02

 Data karakteristik responden yang terkena banjir

 Data kerugian dan kerusakan yang dialami masyarakat

 Data mengenai besarnya nilai WTP responden dalam upaya perbaikan lingkungan

 Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP masyarakat

 Data monografi menurut kecamatan di Kota Bekasi

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Pemerintah Daerah

Kota Bekasi, Perpustakaan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Kelurahan

(43)

IKIP RW 02 dan studi literatur serta hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh

suatu instansi, perorangan dan lembaga yang terkait.

4.4 Metode Pengambilan Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal

di Perumahan Dosen IKIP RW 02. Pemilihan responden dilakukan dengan

metode probability sampling yaitu dengan teknik simple random sampling. Simple random sampling adalah bentuk pengambilan sampel acak yang bersifat sederhana di mana tiap sampel yang berukuran sama memiliki peluang yang sama

untuk terpilih dari populasi. Terdapat dua metode yang digunakan untuk

pengambilan sampel yaitu metode undian dan metode tabel random.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode undian. Awalnya

peneliti mengumpulkan nomor rumah responden yang ada di tiap RT. Setiap

nomor rumah responden ditulis dalam secarik kertas. Kertas-kertas tersebut

kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak. Setelah dikocok,

sejumlah gulungan kertas diambil sesuai dengan jumlah sampel yang

direncanakan yaitu 95 responden. Nomor yang terambil akan menjadi sampel

dalam penelitian ini. Metode pengambilan sampel ini dilakukan apabila (1)

elemen-elemen populasi yang bersangkutan homogen dan (2) hanya diketahui

identitas-identitas dari satuan-satuan individu (elemen) dalam populasi, sedangkan

keterangan lain mengenai populasi, seperti derajat keseragaman, pembagian

dalam golongan-golongan tidak diketahui, dan sebagainya (Hasan, 2008).

Pada pelaksanaannya responden yang terpilih berasal dari tujuh RW yang

ada di perumahan ini. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian ini

sebanyak 95 kepala keluarga. Penentuan responden untuk masing-masing RT

dilakukan dengan mengambil sepertiga jumlah kepala keluarga dari

masing-masing RT karena jumlah tersebut sudah mewakili dampak banjir yang dirasakan

masyarakat dan kesediaan membayar masyarakat di RT tersebut.

4.5 Metode Analisis

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara

(44)

komputer, yaitu Microsoft Office Excell 2010 dan Eviews 6. Data selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif serta disajikan dalam bentuk tabel dan

perhitungan matematis. Matriks metode analisis data yang digunakan untuk

menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks metode analisis data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis

Data 1 Mengidentifikasi karakteristik responden

yang terkena banjir

Data Primer Analisis Deskriptif

2 Mengestimasi besarnya nilai kerugian yang ditanggung masyarakat ketika terjadinya banjir.

Data Primer dan Data Sekunder

 Biaya kehilangan perabotan

 Biaya perbaikan bangunan rumah tangga

 Pendapatan yang hilang Data pendapatan harian

Loss of Earnings

 Biaya Pengobatan Data pengobatan Cost of Illness

 Biaya tambahan Data biaya

tambahan

Pendekatan harga pasar yang sebenarnya

3 Mengestimasi besarnya WTP reponden dalam upaya perbaikan lingkungan Perumahan.

Data Primer Analisis WTP

4 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP responden.

Data Primer Analisis Regresi linear Berganda

Hasil analisis tersebut dikaji untuk melihat kerugian ekonomi masyarakat

akibat banjir dan kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya perbaikan

lingkungan melalui empat tujuan penelitian. Tujuan pertama, mengidentifikasi

karakteristik responden dengan menggunakan kuesioner dan menganalisisnya

dengan metode analisis deskriptif. Tujuan kedua, mengestimasi nilai kerugian

ekonomi masyarakat akibat banjir, data-data yang dibutuhkan untuk menjawab

tujuan penelitian ini adalah data kehilangan perabotan, data perbaikan perabotan

dan bangunan rumah, data pengobatan, data kehilangan pendapatan dan data biaya

tambahan. Adapun data-data tersebut akan dianalisis dengan metode harga pasar

yang sebenarnya, metode cost of illness dan metode loss of earning.

Kemudian untuk mengkaji kesediaan membayar masyarakat terhadap upaya

Gambar

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Matriks metode analisis data
Tabel 4. Matriks faktor-faktor yang mempengaruhi WTP responden
Tabel 5. Wilayah menurut Rukun Warga di Kelurahan Jatikramat Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

61 Juliati Br Tarigan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi Lobi 09.30-10.00 62 Rodiah Rahmawaty Lubis Kedokteran Penelitian

Menurutnya, ada tiga asumsi dasar yang melandasi bahwa laki-laki lebih unggul dari perempuan (1) bahwa makhluk pertama yang diciptakan Tuhan adalah laki-laki, bukan perempuan,

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Waskito (2008), Astuti dan Cahyadi (2007) yang menemukan bukti bahwa kualitas persepsi mempunyai

CIDR menggunakan VLSM (Variable-Length Subnet Masks) untuk mengalokasikan alamat IP sesuai dengan kebutuhannya, daripada menggunakan mengikuti aturan-aturan

Berdasarkan waktu pengukuran, terdapat perbedaan frekuensi respirasi domba pada sore hari lebih dengan frekuensi respirasi domba pada pagi hari yang sejalan

Kesimpulan hasil dari penelitian ini adalah terdapat delapan jenis isu lingkungan global dalam komik Doraemon Petualangan volume ke-10: Nobita dan Planet

(3) Untuk memperoleh hasil yang lebih baik tentang peningkatan aktivitas emosional siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 41 Kecamatan Sungai Kakap dalam pembelajaran

Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan pada Clowor Distro Semarang belum baik karena dalam menerima order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi kas dengan menggunakan