• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan usaha ekowisata di Suaka Margasatwa Cikepuh dan sekitarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan usaha ekowisata di Suaka Margasatwa Cikepuh dan sekitarnya"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN USAEA EKOWISATA

DI S U A M MARGASATWA C I m P U N

DAN SEKITARNYA

Vitriana Yulalita Manvitawati

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESlS DAN SUMBER WFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Usaha Ekowisata Di Suaka Margasatwa Cikepuh clan Sekitarnya adalah merupakan hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalarn teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis

ini.

Vitriana Yulalita Marwitawati

(3)

ABSTRACT

VITRIANA WLALITA MARWITAWATI. Ecotourism Bussiness Development a t Cikepuh Wildlife Reserve a n d It's Surrounding Area.

Under the supervisions of E.K.S. HARDTI MUNTASIB and HARDJANTO.

Sukabumi Regency has three nearby sites located on one shoreline south of the regency. These t h e e sites have various potentiais and managed rrnder different authorities. Ecotourism bussiness has not well developed due to unintegrated management of the three ecotourism sites. Thus strategy on ecotourism bussiness is needed in order to improve such bussiness. This research was conducted on May-July 2007 at Cikepuh Wildlife Reserve (CWR), Pangumbahan Beach and Ujung Genteng Bay. The research used descriptive and SWOT (Strength, Weaknesesses, Opportunities, Threats) analyses.

CWR and its surrounding areas (CWRSA) have potentials such as scenery, landscape, (traditional) community activities, art and culture, which had been supported by Xrastmctures. These potentials, packed into various ecotourism programs, would produce interesting products however, there are some weaknesses such as low accesibility, lack of educated and skilled human resources to fulfill job competency, low variation of souvenirs and lack of understanding of ecotourism by the local people. Local government has not conducted any promotion optimally although one private sector had conducted promotion activities through internet albeit under budget constrains. Natural resources of the three sites are facing disturbances from natural causes, the area development and mass tourism activities. On the other hand, lack of law enforcement has contributed to the production of an unhealthy bussiness development situation.

SWOT analysis resulted in position on first quadrant, while the external- internal matrix showed the position on fifth quadrant. Therefore, the proposed strategy is using the strengths to obtain maximum opportunities. The strategy was directed to broaden the bussiness by developing products and services, while maintaining the stability of the existing condition to avoid profit decline. The main strategy should be implemented by prioriting on the use of natural resources potentials; creating variation of ecotourism packages; improving the community's active participation by developing community's activities and traditional culture, and food product; and promoting ecotourism concepts and packages to the visitors. The second priority strategy were implemented by overcoming the identified weaknesses and threats and The third priority strategy was consider threats which have the potential disturb the development of ecotourism bussiness by developing collaboration among stakeholders.

(4)

community empowerment activities, trainings, and capital support for the community could also be allocated from the profit. While In the separated management, the profit was distributed on personals doing the guide bussiness. Detail ecotourism bussiness calculation and study on the implementation measures, and further research on ecotourism and interpretation development in the areas are needed.

(5)

VITRIANA YLJLALITA MARWITAWATI. Pengembangan Usaha Ekowisata di Suaka Margasatwa Cikepuh dan Sekitarnya. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan HARDJANTO.

Kabupaten Sukabumi memiliki 3 lokasi yang berdekatan di satu garis pantai selatan kabupaten ini, yaitu Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh, Pantai Pangumbahan dan Pantai Ujung Genteng. Ketiganya memiliki keunggulan potensi serta pengelolaan yang berbeda. Pengelolaan yang masih terkotak

-

kotak menyebabkan tidak sinergisnya upaya pengembangan, sehingga justru menimbulkan ancaman terhadap sumberdaya d a m yang menjadi potensinya. Pengembangan usaha ekowisata dilakukan untuk meningkatkan secara optimal dan lestari manfaat ekonomi, ekologi dan sosial. Maka perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi kondisi dan menyusun strategi pengembangan usaha ekowisata.

Tujuan penelitian adalah 1) melakukan identifikasi kondisi pengusahaan ekowisata yang sudah berjalan pada saat ini dari aspek produk, sumberdaya manusia (SDM), pemasaran dan keuangan serta telaah peraturan perundangan dan 2) melakukan penyusunan rencana pengembangan usaha ekowisata.

Penelitian dilaksanakan di SM Cikepuh, Pantai Pangumbahan dan Pantai Ujung Genteng selama Bulan Mei sampai dengan Juli 2007.

Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung

di

lapangan. Sampel diperoleh dengan penarikan contoh acak (random sampling), yaitu dilakukan terhadap staf pengelola kawasan, pengusaha sarana wisata dan karyawan pengusaha sarana. Accidental sampling dilakukan kepada pengunjung, masyarakat dan masyarakat pemilii usaha pendukung. Sedangkan quota sampling dilakukan terhadap masyarakat dengan kategori terlibat langsung, terlibat tidak langsung dan tidak terlibat. Data sekunder diperoleh dari kantor pemerintahan daerah, kantor pemerintahan desa, laporan penelitian terdahulu, literatur, publikasi ilmiah dan internet. Analisis data akan dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT (Strength, Weaknesesses, Opportunities, Threats). Sintesis dilakukan untuk menyusun rencana pengembangan usaha ekowisata.
(6)

Ujung denteng, penataan blok di SM Cikepuh, pembentukan dasar hukum

pengusahaan ekowisata penyu di Pantai Pangumbahan.

Hasil analisis SWOT mendapatkan posisi kondisi usaha ekowisata SM Cikepuh dan sekitamya adalah pada kuadran pertama, sedangkan posisi pada matrik internal ekstemal adalah kuadran kelima. Maka strategi yang perlu dilakukan adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar - besamya. Strategi ini mengarahkan untuk memperluas usaha dengan meningkatkan jenis produk serta jasa. Hal ini dibarengi menjaga stabilitzs kondisi yang sudah ada supaya tidak mengurangi keuntungan yang telah dicapai. Strategi tersebut diterapkan dengan memprioritaskan pemanfaatan potensi SDA, menciptakan variasi

-

variasi paket ekowisata, mengembangkan produk pangan dengan bahan baku ikan yang mudah didapat dan disukai pengunjung, aktivitas dan budaya tradisional masyarakat dan meningkatkan pemahaman untuk partisipas; aktif sebagai mitra, memperkenalkan koGep ekowisata dan paket

-

paket nya kepada k o m d t a s pengunjung yang strategis bagi promosi. Se-bag& prioritas kedua adalah mengatasi kelemahan dan ancaman yang juga telah berhasil diidentiiikasi, mengupayakan peningkatan dukungan terhadap populasi penyu dan mengurangi gangguan akibat teknis pelaksanan wisata yang tidak tepat, meningkatkan aksesibilitas di kawasan zona pemanfaatan intensif. untuk memudahkan dan menjaring pengunjung lebih banyak, pelatihan ketrampilan SDM di berbagai bidang pelayanan, diversifikasi produk berorientasi pasar sesuai dengan potensi yang dimiliki, penataan zonasi, memperkaya variasi paket kunjungan yang tidak mengganggu kelestarian di SM Cikepuh. serta mendukung terbentuknya dasar hukum dan penataan pengembangan produk dan keprofesionalan Adapun prioritas ketiga adalah tetap memperhatikan potensi ancaman yang dapat mengganggu jalannya pengembangan usaha ekowisata yaitu dengan mengembangkan ke rjasama stakeholder
(7)

O Hak cipta mili IPB, tahun 2007 Hak cipta dihdungi Undang -undang

I. Dilarang mengutip sebagian atau sluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber.

a. pen&tipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penttlisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepeniingan yang wajar bagi IPB

(8)

PENGEMBANGAN USAHA EKOWISATA

DI

SUAKA MARGASATWA CIKEPUH

DAN

SEKITARNYA

Vitriana Yulalita Marwitawati

Tesis

sebagai salah satu syarat mtuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judd Tesis : Pengembangan Usaha Ekowisata di Suaka Margasatwa-- Cikepuh dan Sekitarnya

Nama : Vitriana Yulalita Marwitawati

NIM : E051054095

Disetujui : Komisi Pembiibing,

Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Ketua

Prof. Dr. 11. Hardianto, MS Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Ilmu Pengetahan Kehutanan

Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc. Khairil A. Notodiputro,MS

(10)

"3'%fdadaL$mu

a a r a n j si9a mem2ef(tiarinya kmena Z f f a 6 itu takwa

%enun~utnya, itu idadok

Z n 4 u f a n 3

-

ufan3nya, itu tas&iK

%fiaKasnY a itu

jihbd

%en3ajarkmnaa2ada d o r m y y ~ tidaktaKu itu se&XaL

X m f i b i k a n n y a &ada aKfhya, itu men&RatQn &ri kVa&

ZEffaL"

(aT

3Y&f&u

%kG~2 dm

f&u

&~r~&m,

$+&S&Z&,

9'9)

.,

k a y a ini aXu 2ersemdaG&

dagi

sumi

dm

anak- anadRu

tercinta, atns~en3ertia,~en3orfianm

dm

dukunjannya

yay

,>

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga penulisan tesis dengan judul Pengembangan Usaha Ekowisata di SM Cikepuh dan Sekitarnya berhasil diselesaikan. Tesis merupakan salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Magister di Sekolah Pasca Sarjana, Program Magister Profesi Konservasi Keanekaragaman Hayati pada Departemen Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan tesis ini dapat terlaksana atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. selaku ketua komisi pembimbing

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS. selaku anggota komisi pembimbing

3. Bapak Ir. Ikin Zainal Mutaqin selaku Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I tahun 2006

-

2007

4. Bapak Ir. Tubagus Unu Nitibaskara selaku Kepala Balai Besar Konservasi Jawa Barat

5. S e l d tenaga lapangan Resort SM Cikepuh, BBKSDA Jawa Barat

6. Pihak

-

pihak terkait lain yang turut mendukung terselesaikannya penulisan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sadar akan kerkurangan dalam penulisan ini. Saran dan kritik perbaikan sangat di harapkan guna penyempurnaan laporan ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2008

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 30 Mei 1974 dari pasangan Margono dan Widjanti Judhaningsih. Penulis merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Penulis menikah pada tahun 1999 dengan Defi Dradjat dan dikaruniai seorang putri.

Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Malang dan menempuh

pendidikan sarjana di Universitas Brawijaya, Fakultas Perikanan. Penulis memilii Jurusan Manajemen Sumberdaya Perikanan, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan menamatkan pendidikan pada tahun 1997. Sejak tahun 1999 penulis diterima sebagai tenaga fungsional Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan pada saat ini bertugas di Balai Sumber Daya Alam Jawa Barat I di Bandung. Kesempatan menempuh jenjang pendidikan pascasarjana diperoleh dari

(13)

Halaman

DAFTAR GAMBAR

...

xvi

...

I

.

PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang

...

1

...

1.2. Perutnusan Masalah

. .

3

...

1.3. Kerangka Pemikiran 5 1.4. Tujuan Penelitian

. .

...

8

1.5. Manfaat Penelltian

...

8

I1

.

TMJAUAN PUSTAKA

...

9

...

2 Suaka Margasahva 9 2.2. Ekowisata

...

11

A

.

Interpretasi dalam Ekowisata

...

13

B

.

Sahva Sebagai Obyek Ekowisata

...

1 4 2.3. Pengembangan Ekowisata

...

1 6 2.4. Pengusahaan Ekowisata

...

17

2.5. Aspek Penting Usaha

...

18

2.6. Produk Ekowisata

...

19

2.7. Pemasaran

...

22

2.8. Sumberdaya Manusia (SDM)

...

23

2.9. Permintaan (Demand) dan Penawaran (Supply)

...

24

2.10. Penyu Hijau (Chelonia mydas)

...

25

A

.

Bioekologi Penyu

...

25

B

.

Habitat Penyu

...

25

C

.

Perilaku Penyu

...

26

D

.

Status Perlindungan

...

27

E

.

Populasi Penyu

...

27

111

.

METODOLOGI PENELITIAN

...

...

3.1. Waktu dan Tempat

. .

...

A

.

Lokasi Peneltttan

...

.

B Waktu Penelitian

3.2. Teknik Sampling

...

...

.

A Informan Kunci

(14)

...

3.3. Teknik Pengumpulan Data

A

.

Aspek Kinerja usaha

...

.

...

B Aspek Pengunjung

...

C

.

Aspek Kelestarian Alam

...

D

.

Aspek Peraturan Perundangan

...

3.4. Tahapan Penelltian

...

A

.

Tahap Pemilihan Responden

...

...

B

.

Tahap Pengumpulan Data

...

C

.

Pengolahan Data dan Penyusunan Rencana Pengembangan

IV

.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

...

4.1. Suaka Margasatwa Cikepuh

...

A

.

Hidrologi .

...

.

...

B Flora

D

.

Ijin Masuk Kawasan

...

4.2.

.

Pantai Pangumbahan

...

A

.

Kondisi Fisik Pantai Pangumbahan

...

B

.

Sejarah Pengelolaan Pantai Pangumbahan

...

.

...

C Pengelolaan Abaksi

...

4.3. Ujung Genteng

A

.

Letak Lokasi

...

B

.

Kondisi Vegetasi

. .

...

...

4.4. Aksesib~l~tas

A

.

Aksesibilitas Pantai Citirem

...

B

.

Aksesibilitas Pantai Pangumbahan

...

4.5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

...

A

.

Jumlah Penduduk

...

...

B

.

Pendidikan

...

C

.

Mata Pencaharian

...

V

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Obyek Daya Tarik Wisata Alam

...

A

.

Obyek Daya Tarik Wisata Alam

...

B

.

Seni Budaya

...

C

.

Aktivitas tradisional Masyarakat

...

5.2. Kineria Usaha "

...

...

.

A Produk

B

.

Jasa Sarana Wisata

...

C

.

Sumber Daya Manusia (SDM) Ekowisata

...

...

.

D Pemasaran

(15)

5.3. Kelestarian Sumberdaya Alam (SDA)

...

A

.

Gangguan Terhadap Habitat dan Satwa

...

B

.

Gangguan Vegetasi di Hutan Tanjung Ujung Genteng

...

C

.

Gangguan Pembagunan Ilegal

...

5.4. Pengunjung

...

A

.

Jumlah Pengunjung

...

...

B

.

Segmentasi Pengunjung

C

.

Preferensi Pengunjung

...

D

.

Kebutuhm Pengunjung

...

...

E

.

Kemampuan Membayar

F

.

Persepsi Pengunjung

...

5.5. Peraturan Perundangan

...

A

.

Peraturan Daerah

...

B

.

Peraturan Perundangan Kehutanan

...

5.6. Analisis SWOT

...

VI

.

PENGEMBANGAN USAHA EKO WISATA

...

6.1 Skenario Pengelolaan

...

A

.

Pengeloiaan Bersama dalam Satu Unit

...

B

.

Pengelolaan Terpisah

...

6.2. Peningkatan Keuntungan Usaha

...

A

.

Prediksi Peningkatan Jumlah Pengunjung

...

B

.

Peningkatan Keuntungan

...

C

.

Keuntungan dari Program Pelepasliaran Tukik

...

VII

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

7.1. Kesimpt~lan

...

7.2. Saran

...

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Daftar Informan Kunci

...

30

Jenis data yang diperlukan dalarn penelitian

...

34

Matrik SWOT

...

4 0

...

Altematif kendaraan umum untuk mencapai Pantai Ujung Genteng 5 3 Jumlah Penduduk Desa Gunung Batu

...

5 6 Pendidikan Penduduk Desa Gunung Batu

...

5 6

...

Mata Pencaharian Penduduk Desa Gunung Batu 5 7 Pendapat masyarakat

...

79

...

Tabulasi silang antara profesi dan keterlibatan responden 8 1 Fasilitas wisata di SM Cikepuh dan sekitarnya

...

8 9 Jasa pelayanan yang tersedia bagi pengunjung

...

91

SDM penginapan

...

93

SDM ojek wisata

...

94

SDM petugas pendamping di SM Cikepuh

...

96

Data promosi penginapan di Ujung Genteng

...

101

Data promosi yang diterima pengunjung

...

102

Data keuntungan penginapan

...

104

Pendapatan keuntungan ojek per bulan

...

105

Pendapatan Pendamping SM.Cikepuh

...

107

...

Prediksi pendapatan pegawai lapangan pangumbahan dari kunjungan 107 Data perkiraan jumlah pengunjung

...

117

...

Data karakteristik responden pengunjung SM.Cikepuh dan sekitarnya 118 Hasil tabulasi silang antara daerah asal tempat tinggal pengunjung dengan lokasi kunjungan

...

120

.

Preferensi responden pengunjung

...

121

...

Tabulasi silang lokasi pengunjung dan tujuan kunjungannya 122 Tingkat lama kunjungan

...

123

Kebutuhan Pengunjung

...

125

Nilai Pengeluaran pengunjung

...

126

Sikap dan persepsi pengunjung

...

127

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

...

131

Matriks External Factor Evaluation (EFE)

...

132
(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran pengembangan usaha ekowisata

...

2 Jumlah penyu bertelur di Pantai Citirem tahun 1991 -1 996

...

....

.

3 Jumlah Penyu Hijau yang bertelur di Pantai Pangumbahan tahun 1965 2003 4 Matrik space

...

...

5 Peta lokasi penelitian

. .

6 Panta~ Cit~rem

...

...

7 Jejak penyu di Pantai Pangumbahan

8 Peta kondisi jalan dan aksesibilitas di lokasi penelitian

...

9 Peta Obyek Daya Tarik Wisata Alam SM Cikepuh dan Sekitarnya

...

...

10 Peselancar di Ombak Tujuh

...

1 1 Pantai Batu Keris

12 Matahari tenggelam di Muara Cipanarikan

...

13 Kondisi dan aktifitas pengunjung di Pantai Perbatasan Pangumbahan

...

14 Kondisi dan aktifitas pengunjung di Pantai Perbatasan Pangumbahan

...

...

15 Kondisi dan aktifitas pengunjung di Pantai Muara Cibuaya -Kelapa Condong

...

16 Kondisi dan aktifitas pengunjung di Pantai Muara Cibuaya -Kelapa Condong

...

17 Kondisi dan aktifitas pengunjung di Pantai Muara Cibuaya -Kelapa Condong 18 Kondisi Hutan Tanjung Ujung Genteng

...

...

19 Aktifitas pengunjung di pantai

...

20 Pengunjung datang dengan angkutan masal

...

2 1 Dermaga lama

. .

...

22 Keindahan panorama Curug C~mtl

23 Panorama sungai dan Curug Cikaso

...

24 Panorama sungai dan Curug Cikaso

...

...

25 Curug Cigangsa

...

26 Sungai Cigangsa

...

27 Pintu masuk Gua Ubing

...

28 Obyek

-

obyek di dalam gua

...

29 Obyek - obyek di dalam gua

...

30 Curug Sodong

...

3 1 Cumg Ngelai

...

32 Panorama Curug Susun

. .

33 Sungal C~karang

...

...

34 Muara Cikarang

35 Kesenian dalam perayaan Hari Nelayan

...

...

36 Perahu hias nelayan

37 Penyadap nira

...

...

38 Proses pemasakan gula kelapa

...

(18)

40 Hasil tangkap nelayan

...

...

41 Aktifitas nelayan yang unik

...

42 Aktifitas nelayan yang unik

43 Penyu hijau (Chelonia mydas) kembali ke laut setelah selesai bertelur

...

44 Aktifitas pengunjung

...

...

45 Tukik yang baru menetas dilepaskan kembali ke laut

...

46 Jalan pantai berpasir

...

47 Jalan tanah dan pondok

48 Penginapan

...

...

49 Penginapan

.

.

...

50 Fasilitas MCK di Pantai C ~ t ~ r e m

5 1 Jalan sungai

...

...

52 Penjual ikan di TPI

53 Cinderamata yang dijajakan bersama jajanan warung

...

...

54 Banir pohon besar yang hangus

. .

...

55 Prosentase pengunjung selama penel~tran

...

56 Prosentase kunjungan berdasarkan lama tinggal

...

57 Tingkat lama tinggal pengunjung

58 Prosentase pengunjung berdasarkan jumlah kunjungan

...

...

59 Grafik analisis SWOT

...

60 Matrik Internal dan Eksternal
(19)

BAB I P E N D M L U A N

1.1. Latar Belakang

Jawa Barat merupakan provinsi dengan kondisi alam yang indah dengan berbagai tipe lansekap yang memberikan variasi potensi bagi pengembangan ekowisata. Keberadaan kawasan konservasi di Provinsi Jawa Barat telah memberikan dukungan terhadap keberlanjutan fungsi ekologis dan kehidupan jenis-jenis satwa langka sehingga menciptakan atraksi-atraksi ekowisata yang menjadi daya tarik unik. Salah satu kawasan konservasi yang terletak di

Kabupaten Sukabumi, memiliki daya tarik ekowisata yang unik yaitu habitat bertelurnya Penyu hijau (Chelonia mydas).

Kabupaten Sukabumi merniliki 3 lokasi yang berdekatan di satu garis pantai selatan kabupaten ini. Ketiga lokasi tersebut adalah Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh, Pantai Pangumbahan dan Ujung Genteng. Ketiga lokasi tersebut memiliki keunggulan masing -masing. Ketiganya dikelola oleh pihak pengelola yang berbeda pula.

SM Cikepuh yang berada dibawah pengelolaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat I, ditetapkan sebagai suaka margasatwa karena me~pFtkan tempat hidup dan perkembangbiakan Penyu hijau (Chelonia mydas), yang merupakan jenis satwa langka. SM Cikepuh memiliki

delapan lokasi peneluran yang didarati penyu sepanjang tahun. Te rjaganya habitat dan sebagai tempat berkembang biak Penyu hijau, menjadikan SM Cikepuh memiliki keunikan tersendii. Berbagai penelitian menyebutkan intensitas pendaratan penyu yang tinggi dan berlangsung sepanjang tahun di kawasan ini. Kondisi tersebut menjadikan atraksi ini sangat mudah ditemui pada malam hari, sehingga Penyu hijau yang langka menjadi daya tarik unggulan ekowisata yang sangat khas. Selain itu kondisi flora faunanya yang masih bagus dapat menjadi tempat mempelajari ekosistem maupun wisata minat khusus lainnya.

(20)

sejarahnya, Pantai Pangumbahan merupakan cikal bakal munculnya atraksi melihat penyu bertelur bagi wisatawan. Atraksi penyu di pantai ini pulalah yang telah menjadi daya tarik bagi wisatawan, terutama yang baru pertama kali datang ke kawasan ini.

SM Cikepuh dan Pantai Pangumbahan telah dapat menyediakan atraksi ekowisata yang menjadi daya tarik unik

di

Kabupaten Sukabumi. Sarana prasarana pendukung wisata sudah bermunculan di Pantai Ujung Genteng, yang berdekatan dengan kedua lokasi tersebut. Selain itu, Ujung Genteng juga mempunyai beberapa lokasi pantai yang mempunyai ombak yang baik bagi olahraga selancar. Selain berbagai variasi karakteristik pantai terdapat pula berbagai Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang indah di sekitar pantai ini, seperti sejumlah air terjun, sungai dan gua serta adanya kegiatan budaya "hari nelayan" yang diselenggarakan setiap tahun. Pantai Ujung Genteng dikelola oleh pengusaha swasta dan pemilik modal yang mengusahakan sarana wisata secara komersial.

Letak ketiga kawasan ini relatif dekat dari kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Bogor. Kondisi tersebut menjadikannya sangat strategis untuk menjadi altematif kunjungan bagi pengunjung potensial yang berada di kota sekitarnya, maupun wisatawan mancanegara yang masuk melalui bandara udara internasional yang ada di Jakarta. Oleh karenanya ketiga lokasi ini telah mempunyai kekuatan untuk menarik pasar wisata dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang menjadi kawasan wisata unggulan di Kabupaten Sukabumi.

(21)

pengelola maupun kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar dapat berkembang dengan baik dan lestari.

Kesamaan pandang dan aksi terhadap pengembangan wisata di kawasan ini tentu hams juga turut menjaga sehingga tidak terjadi degradasi alam dan gangguan yang menyebabkan penyu tidak naik untuk bertelur lagi. Apabila penyu tidak naik dan bertelur lagi tentunya daya tarik ekowisata yang menjadi unggulan kawasan ini juga akan hilang. Oleh karena itu pemanfaatan secara lestari meldui ekowisata sangat potensial

untuk

dikembangkan, namun tentu saja dengan cara- cara yang baik tanpa merusak kelestarian dam. Selain i t y pengunjung dapat merasa puas dengan kegiatan ekowisata yang diikutinya.

Pengembangan usaha ekowisata dapat dilakukan melalui pengembangan unsur-unsur penting usaha yaitu produk, sumberdaya manusia, keuangan dan pemasaran yang sudah dimiliki saat ini. Pengembangan usaha memerlukan proses perencanaan untuk mencapai tujuannya secara efisien. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian

untuk

mengidentifikasi kondisi saat ini, sehingga dapat memberikan masukan terlladap penyusunan rencana pengembangan usaha ekowisata di SM Cikepuh dan sekitarnya.

1.2. Perurnusan Masalah

SM Cikepuh, Pantai Pangumbahan dan Ujung Genteng merupakan satu rangkaian obyek-obyek wisata di Pantai Selatan Kabupaten Sukaburni. Ketiganya memiliki keunggulan serta memiliki potensi pasar yang baik. Namun hingga saat ini kondisi pengelolaan masih sendiri

-

sendiri, belum ada kesamaan pandang dan sehingga adanya kelebihan dan kekurangan tidak dapat diatasi bersama dengan sinergis, sehingga secara ekologis dan ekonomis belum terkelola dengan optimal. Pada penelitian ini ketiga lokasi tersebut diasumsikan dalam satu unit pengelolaan.
(22)

berkesinambungan. Selama

i

n

i

misi konservasi sangat kuat dalam melakukan upaya perlindungan, sementara itu pemanfaatan dalam bentuk wisata terbatas belum diusahakan dengan baik dan terpadu karena berbagai hambatan. Kondisi SM Cikepuh sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat keterpaduan dengan kawasan di sekitarnya. Keterpaduan dengan kawasan sekitar yang mempunyai berbagai kelebihan, dapat membantu pengembangan usaha di kawasan ini secara sinergis sesuai dengan peruntukannya. Pantai Pangumbahan yang dikelola CV. Daya Bhakti, memfokuskan kegiatan usahanya kepada pengunduhan telur penyu. Selama ini CV. Daya Bhakti tidak mengusahakan atraksi ini sebagai kegiatan usaha wisata yang profesional. Melihat minat pengunjung serta sejarah munculnya atraksi melihat penyu bertelur yang sudah ada sejak Zaman Belanda, nampaknya pengembangan usaha wisata yang professional dan terpadu dapat menjadi satu kegiatan yang mempunyai nilai keuntungan tinggi. Pengembangan usaha wisata yang terpadu dan terarah sekaligus membantu pengembangan usaha sektor terkait di lingkungannya dengan tidak mengganggu misi pelestarian d a m dan populasi penyu yang mendarat. Ujung Genteng dikelola pemerintah daerah, pengusaha swasta dan masyarakat secara terpisah. Kawasan Ujung Genteng merupakan tempat investasi berbagai bidang usaha yang terkait dengan wisata. Wisatawan yang datang akan menghabiskan waktu dan uang mereka untuk tinggal dan mengunjungi ODTWA yang ada. Akan tetapi, segala investasi yang telah dibangun tersebut tidak akan

mendapatkan hasil yang optimal tanpa adanya upaya menjaga kualitas sumberdaya darn yang baik bagi kualitas wisata yang diharapkan pengunjung. Kerusakan ODTWA akan dengan sendirinya menjadikan Ujung Genteng tidak lagi didatangi pengunjung.

(23)

Pengusahaan ekowisata hams mampu mendorong kelestarian d a m yang berpengaruh terhadap kualitas atraksinya sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam pengelolaan, maka dibutuhkan suatu acuan untuk bersama - sama mengusahakan agar ekowisata di kawasan ini berkembang dengan baik. Pengembangan usaha ekowisata yang tidak terarah dan terencana dengan baik akan dapat mengakibatkan tidak terkendalinya kemsakan lingkungan di kawasan obyek ekowisata. Hal ini akan menurunkan kualitas atraksi wisata yang berakibat pada ketidakpuasan wisatawan. Maka perlu disusun satu rencana pengembangan usaha ekowisata untuk menyatukan arah. Rencana pengembangan usaha ekowisata diperlukan untuk mempermudah mencapai tujuan bersama, yaitu pengembangan usaha ekowisata secara efisien sekaligus menghindari tejadinya berbagai dampak negatif.

Perencanaan pengembangan yang baik berpijak pada kondisi aktual. Informasi mengenai kondisi dan permasalahan usaha ekowisata yang telah ada pada saat ini, dapat diperoleh dengan melakukan penelitian yang mencermati aspek-aspek penting usaha. Kemudian, analisis dan sintesis dilakukan untuk mengetahui posisi kondisi usaha ekowisata serta strategi dan rencana yang dapat dilakukan dalam pengembangannya.

1.3. Kerangka Pemikiran

(24)

Pengembangan usaha yang terpadu dan terarah akan menciptakan sinergitas antara masing-masing pengelola Pengembangan usaha wisata secara lestari melalui ekowisata sangat potensial untuk dikembangkan di kawasan ini. Pengusahaan ekowisata akan mengarahkan kepada kepentingan pengusahaan yang menguntungkan dan lestari.

Pengembangan usaha ekowisata yang terarah membutuhkan kesamaan langkah dan persepsi para pihak pengelola yang terlibat pengusahaan wisata di kawasan ini. Oleh karena itu perlu dibuat sebuah acuan rencana untuk mencapai tujuan pengembangan usaha ekowisata secara efektif dan efisien. Rencana pengembangan usaha ekowisata tersebut dibuat berdasarkan penelitian mengenai kondisi usaha yang telah ada pada saat ini dengan langkah : (1) Identifikasi kondisi, (2) Analisis SWOT, (3) Sintesis untuk menyusun rencana pengembangan. Infomasi mengenai kondisi dan permasalahan usaha ekowisata yang telah ada pada saat ini, dapat diperoleh dengan melakukan penelitian yang mencermati aspek-aspek penting usaha ekowisata. yaitu (1) Aspek kinerja usaha, yang diwaikan lagi menjadi unsur (a) Produk, (b) SDM, (c) pemasaran dan (d) keuangan. Aspek penting lainnya adalah (2) aspek kondisi kelestarian surnberdaya dam, (3) aspek pengunjung dan (4) aspek peraturan perundangan. Aspek -aspek tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan pengelompokan kondisi yang berhasii diidentifikasi.

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui posisi kondisi usaha ekowisata saat ini, serta strategi rencana pengembangan usaha ekowisata yang optimal dengan memperhatikan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki.

Sintesis dilakukan untuk memberikan pembahasan atas kondisi saat ini terintegrasi dengan strategi yang didapatkan dari hasil analisis SWOT. Hasil sintesis tersebut, akan berupa rincian rencana pengembangan usaha ekowisata.

(25)

I

Ekowisata di SM Cikepuh dan sekitarnya

1

Perlu arah pengembangan dan kesarnaan persepsi para pihak pengelola agar tercapai usaha ekowisata yang lebih

baik dalarn bentuk satu acuan perencanaan

1

Perlu identifi kasi kondisi dan pernasalahan yyan ada sebagai dasar perencanaan

Karakteristik

Analisis Kinerja usaha

C

Analisis SWOT pengembangan usaha ekowisata

I

Sintesis

I

4

Rencana Pengembangan Usaha Ekowisata

(26)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menyusun pengembangan usaha ekowisata di SM Cikepuh dan sekitarnya. Secara terperinci adalah :

Melakukan identifikasi kondisi pengusahaan ekowisata yang sudah bejalan pa& saat ini dari aspek produk, sumberdaya manusia (SDM), pemasaran dan keuangan serta telaah peraturan perundangan yang ada sebagai penunjang pengembangan usaha, melalui pendekatan demand dan suppZy.

Melakukan penyusunan rencana pengembangan usaha ekowisata

1.5. Manfaat Penelitian

(27)

BAB

I1

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Suaka Margasatwa

Menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1990 suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 68 tahun 1998, suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan suaka margasatwa apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konsewasinya

b. Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi

c. Merupakan habitat dari suatu jenis satwa migran tertentu d m atau

d. Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan (Ditjen PHKA 2004)

Pengelolaannya dilakukan sesuai dengan fungsi kawasan yaitu : a. Sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan

b. Sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya

c. Untuk pemanfaatan secara lestari surnber daya alam hayati dan ekosistemnya. (Ditjen PHKA 2004)

Kawasan suaka margasatwa dapat dimanfaatkan untuk keperluan : (a) penelitian dan pengembangan (b) ilmu pengetahuan, (c) pendidikan, (d) wisata alam terbatas dan (e) kegiatan penunjang budidaya. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan manfaatnya antara lain :

a. Kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar dan penelitian untuk menunjang kegiatan pemanfaatan dan budidaya;

b. Kegiatan ilmu pengetahuan dan pendidikan dapat dilaksanakan dalam bentuk pengenalan dan peragaan ekosistem suaka margasatwa;

(28)

suaka margasahva dengan persyaratan tertentu yang diatur dengan keputusan menteri

d. Kegiatan penunjang budidaya dilakukan dalam bentuk pengambilan dan atau penggunaan plasma nutfah tersebut diatur oleh menteri dan dilakukan sesuai dengan peraturan pemdang-undangan yang berlaku.

(Ditjen PHKA 2004)

Ditjen PHPA (1996) menjelaskan bahwa dalam upaya pencapaian tujuan penetapan kawasan suaka margasatwa ditata ke dalam blok-blok pengelolaan, yaitu blok inti dan blok rimba Uraian lebih lanjut mengenai pernbagian blok

-

blok tersebut adalah sebagai berikut :

1) Blok Inti

a. Dalam blok inti dapat diselenggarakan kegiatan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidian

dan pengen~bangan ilmu pengetahuan

b. Pembangunan sarana dan prasarana di blok inti hanya terbatas pada sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

c. Dalam blok inti tidak dapat dilakukan kegiatan yang bersifat merubah bentang dam.

2) Blok Rimba

a. Dalam blok rimba dapat dilakukan kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, wisata terbatas, dan kegiatan yang menunjang budidaya.

b. Dalam blok rimba dapat dibangun sarana prasarana pengelolaan, penelitian dan pendidikan, dan wisata secara terbatas.

c. Pembangunan sarana dan prasarana seperti tersebut pada butir b. harus rnernperhatikan gaya arsitektur daerah setempat.

d. Blok rimba dapat digunakan untuk kegiatan penangkaran jenis yang berasal dari dalam kawasan.

e. Dalam blok rimba dapat diselenggarakan kegiatan wisata terbatas.

(29)

2.2. Ekowisata

Ekowisata telah menunjukkan perkembangan cepat dalam dunia pariwisata, karena ekowisata merupakan sektor yang secara cepat memenuhi kebutuhan segrnen pasar wisata dan memastikan kelestarian ekologi (Tisdell 1998). Peminat kesempatan interaksi dengan d a m menunjukkan kenaikan yang tinggi. terutarna melihat kehidupan liar ,saat ini menjadi aktifitas rekreasi d a m yang paling diiinati (Nwsome et al. 2002) diacu dalam (Curtin 2003). Pertumbuhan minat ini didorong kecenderungan untuk bepergian melihat kehidupan - memperkaya pengalaman termasuk pengalaman di alam dan belajar tentang d a m (Hughes 2001) diacu dalam (Curtin 2003).

Pada mulanya definisi ekowisata diberikan oleh Hector Ceballos- Lascurian sebagai kegiatan wisata pada daerah yang yang belurn terganggu dengan obyek yang spesifk untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan dan kehidupan liar hewan dan tumbuhan serta budaya masyrakat yang terdapat di daerah tersebut. Selanjutnya perkembangan ekowisata memasukkan dua unsur dalam menggolongkan kegiatan wisata yang ada ke dalam jenis ekowisata yaitu apabila pendidikan lingkungan menjadi bagian dari kegiatan wisata dan apabila memberikan keuntungan ekonomi terhadap masyarakat lokal. Lebih jauh disebutkan bahwa perkembangan minat terhadap ekowisata antara lain dipengaruhi oleh perubahan sikap masyarakat terhadap dam, meningkatnya pendidikan dan berkembangnya lokasi ekowisata menjadi lebih mudah, murah, cepat dan aman untuk dijangkau. Menurut Tisdell (1995) Ekowisata bisa jadi merupakan satu dari penggunaan lahan yang memiliki paling sedikit dampak jika direncanakan secara hati

-

hati, dapat disesuaikan dengan keanekaragaman hayati clan dapat menyediakan penambahan ekonomi bagi konservasi. Jika menguntungkan, hal ini dapat ditambahkan sebagai dukungan politik bagi konsewasi.
(30)

Sedangkan menurut The (International) Ecotourism Society diacu dalam Rahardjo (2005) disebutkan bahwa Ekoturisme adalah perjalanan di kawasan alami yang melestarikan lingkungan hidup dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Marta Honey (1999) diacu dalam Rahardjo (2005) memberikan definisi sebagai sebuah perjalanan ke sebuah kawasan yang rentan, asli, dan biasanya adalah kawasan lindung, dampak negatif ditekan seminimal mungkin, dan biasanya dilakukan dalam skala yang kecil. Perjalanan ini mendidik wisatawan, menghasilkan dana untuk konservasi, mendatangkan keuntungan bagi perkembangan ekonomi dan keuntungan penguatan secara politik bagi masyarakat lokal secara langsung dan mendukung dan menghargai bagi keragaman budaya dan hak asasi manusia.

Indecon (1996) mendefinisikan ekowisata sebagai sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggungjawab di tempat-tempat alami dan atau daerah yang dibuat berdasarkan kaidah -kaidah alami yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (dam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Eko-turisme sering diartikan dengan ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang benvawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi dam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan (Wikipedia 2007).

The Ecotourism Society mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan dengan sengaja ke tempat-tempat a l m i untuk memahami sejarah budaya dan alam lingkungan; tidak merubah integritas ekosistem;membuka peluang ekonomi untuk konservasi sumberdaya dam dan memberi keuntungan bagi masyarakat lokal Epler Wood et al. (1991) diacu dalam Ross dan Wall (1999).

(31)

Taman Wisata Alam, Taman Bum, Hutan Lindung clan hutan Produksi. Sedangkan dalam Rahardjo (2005) disebutkan, meskipun makna wisata d a m dekat dengan ekoturisme, tetapi tidak terlalu melibatkan kegiatan -kegiatan atau misi-misi konservasi atau pelestarian. Selanjutnya juga disebutkan bahwa tipe wisata inilah yang ada di kawasan alamiah sebelum kawasan tersebut direncanakan sebagai kawasan ekoturisme.

Rahardjo dan Siswo (2000) menyebutkan wisata alam mempunyai prinsip: 1. Kontak dengan alam

2. Pengalaman yang bermanfaat secara pribadi maupun sosial 3. Wisata dam bukan mass tourism

4. Mencari tantangan fisik dan mental

5. Interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat 6. Adaptive terhadap kondisi akomodasi pedesaaan

7. Toleran terhadap ketidaknyamanan 8. Partisispasi aktif

9. Pengalaman lebih utama dibanding kenyamanan.

A. Interpretasi Dalam Ekowisata

Ekowisata merupakan bentuk wisata alam yang memuat unsur

(32)

(Muntasib 2004). Kegiatan ekowisata melihat kehidupan liar di alam memerlukan interpretasi sebagai bagian penting dari wisata yang dapat memperkuat kesan dan

kepuasan pengunjung. Hal ini sesuai dengan pendapat Curtin (2003) bahwa faktor penting dari wisata melihat paus dan juga bentuk kehidupan liar di alam lainnya dan ekowisata, adalah interpretasi dan pendidikan. Ide untuk pendidikan lingkungan bagi masyarakat luas adalah berdasarkan asumsi bahwa semakin banyak orang mengetahui perilaku dan ekosistem spesies akan bertambah keinginan mereka untuk membantu konservasinya. Sebagai perbandingan, bahwa kegiatan ekowisata dapat menjadi media yang baik bagi pendidikan lingkungan dan penyampaian informasi adalah seperti yang terjadi di Mon Repos Conservation Park (MRCP) Australia, yaitu sebesar 99% responden pengunjung

MRCP menyatakan kunjungan melihat penyu memberikan banyak informasi,

sepertiga responden pengunjung menjadi peduli terhadap ancaman penyu pada kunjungan pertama dan lebih dari sepamh pengunjung menyatakan mereka mendapat tambahan informasi tentang ancaman dan 3 1% pen,gmjung menyatakan mendapatkan informasi pengetahuan tentang biologi penyu untuk pertamakalinya dalam kunjungan ke MRCP. Hal tersebut menunjukkan bahwa kunjungan ke MRCP sangat efektif bagi p e n d i d i lingkungan dan dampak pengetahuan konservasi bagi pengunjung.

B. Satwa Sebagai Obyek Ekowisata

Menurut Curtin (2003), kualitas keanekamgaman sumberdaya d a m memiliki peran penting dalam menarik pengunjung pada lokasi kunjungan khusus. Keanekaragaman termasuk fauna, flora, lansekap dan pemandangan alam. Hal ini berperan penting pada peningkatan kunjungan pada lokasi kunjungan baru dan atraksi d a m yang menggunakan kealamian dam. Fauna seringkali menjadi daya tarik bagi suatu kegiatan wisata di alam, di beberapa negara beberapa satwa liar seperti Paus dan Penyu juga telah menjadi tontonan hidupan liar yang dikemas dalarn suatu program ekowisata.

(33)

da&g penyu (yang jelas-jelas menghancurkan kelesta~ian penyu). Selain itu cahaya lampu dari resor wisata dan kendaraan di sekitar tempat pendaratan penyu, pembangunan fasilitas wisata dan bahaya campur tangan manusia terhadap sarang penyu akan menimbulkan dampak negatif.

Tisdell and Wilson (tanpa tahun) menjelaskan bahwa wisata penyu di Mon Repos Conservation Park (MRCP), memberikan perlakuan yang hati

-

hati terhadap lingkungan, menyediakan pendidiian lingkungan tentang penyu dan didesain untuk membuat pengunjung peduli terhadap masalah konservasi yang dihadapi penyu dan memberikan informasi cara

-

cara bagaimana pengunjung dapat membantu upaya konservasi penyu. Curtin (2003) menjelaskan bahwa wisata melihat paus di berbagai tempat dapat membantu perkembangan apresiasi dari pentingnya konservasi laut.

Hidinger (tanpa tahun) menyebutkan bahwa satwa di kawasan konservasi dapat mengalami stress karena ekowisata. Ekowisata mempunyai potensi besar menimbulkan pengaruh negatif pada satwa. seperti pengunjung menyaksikan spesies yang spektakuler seringkali pada waktu sensitive seperti masa breeding atau bersarang (Knight and Cole 1995) diacu dalam (Hidiiger tanpa tahun). Studi pendahuluan menemukan bahwa pengunjung memberikan dampak negatif pada perpindahan, pencarian mangsa, dan tingkah laku reproduksi pada felidae besar dan ursidae, perilaku bersarang penyu, dan penyebaran burung air. Lebih lanjut diuraikan bahwa kawasan konservasi dengan jumlah wisatawan yang meningkat terus, hams membangun strategi manajemen untuk meminimalisir dampak wisatawan terhadap populasi satwa, begitu konsentrasi pengunjung mengganggu kawasan.

(34)

minimal, pembatasan jumlah dan tipe wisatawan, menyediakan muatan pendidikan di lokasi yang dapat mengurangi kemsakan yang ditimbulkan pengunjung, meletakkan fasilitas wisata pada sedikit area di dalam kawasan agar

dapat memberikan kedekatan dan kontak dengan alam.

Sedangkan menurut pendapat MacLellan (1999); Morrison's (1995) diacu &am Curtin (2003) bahwa dalam membuat kerangka k e j a yang berkelanjutan untuk membangun wisata kehidupan liar di dam adalah berdasarkan tiga ha1 : (1) tidak menimbulkan gangguan terhadap kehidupan liar dan habitatnya, (2) harus dapat meningkatkan pengetahuan pengunjung terhadap apresiasi terhadap alam dan isu konservasi dan (3) harus dapat memaksimalkan keuntungan kepada masyarakat lokal.

2.3. Pengembangan Ekowisata

Inskeep (1991) merumuskan bahwa terdapat tujuh komponen yang saling berhubungan dalam pengembangan suatu kawasan wisata yaitu daya tarik dan aktifitas wisata, fasilitas dan pelayanan wisata, sistem infrastruktur, sistem transportasi, elemen-elemen kelembagaan (strategi pemasaran, program promosi, sistem regulasi dll), pelestariaan lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat setempat. Sedangkan Tisdell(1998) menyebutkan bahwa keberlanjutan ekowisata diperkirakan tergantung pada ekonomi, konsistensi perlindungan sumberdaya, kemampuan penerimaan sosial dan perkembangan politik. Lebih jauh dijelaskan bahwa ekowisata tidak akan berkembang bila tidak mendatangkan keuntungan bagi operator ekowisata. Kemampuan sosial/masyarakat sekitar dalam menerima wisatawan juga mempengaruhi keberlanjutan ekowisata. Penerimaan sosial berhubungan dengan keuntungan ekonomi yang bisa didapatkan oleh masyarakat lokal. Penerimaan ekonomi dalam beberapa kasus ekowisata membuat masyarakat peduli untuk melestarikan alam yang juga berarti mendukung ekowisata.

(35)

segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha - usaha yang terkait di bidang tersebut.

Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan 1 mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan lainnya.

Peraturan Pemerintah no 18 tahun 1994 mendefinisikan Pariwisata Alam sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan Wisata Alam termasuk pengusahaan Obyek clan Daya Tarik Wisata Alam serta usaha yang terkait di bidang tersebut. Pengusahaan pariwisata alam adalah suatu kegiatan untuk menyelenggarakan usaha sarana pariwisata di zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya atau taman wisata lain berdasarkan rencana pengelolaan.

2.4. Pengusahaan Ekowisata

Industri wisata menciptakan peluang usaha yang sangat luas dari usaha kecil yang beroperasi di tingkat lokal hingga ke usaha besar tingkat intemasional. Industri wisata rnempertemukan wisatawan dengan produk d m jasa untuk dibeli (UNEP 2005).

Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya txik wisata. Yoeti (1987) menyebutkan bahwa pariwisata dapat menciptakan permintaan yang memerlukan pasaran bagi produk atau pelayanan (good and service) yang dihasilkan oleh perusahan yang masing- masing terpisah tapi saying melengkapi.

(36)

mengenai obyek yang terdapat di lokasi ekowisata. Unsur masyarakat sekitar merupakan faktor penting lainnya, karena ekowisata mengandung unsw kepedulian terhadap masyarakat sekitar termasuk kondisi ekonominya. Kepedulian ekowisatawan dapat diwujudkan dengan cara memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat sekitar lokasi yang dikunjungi.

Oleh karena itu pengusahaan ekowisata lebii spesifik harus mendorong kelestarian alam yang mempengarulli atraksi ekowisata, mampu menyediakan informasi bermuatan pendidikan lingkungan dan memberikan peluang bagi masyarakat untuk menjadi subyek sekaligus obyek yang nyaman dan menarik uatuk d i i j u n g i ekowisatawan sehingg memberikan peluang bagi penerirnaan keuntungan finansial dari terselenggaranya ekowisata di lingkungan mereka.

2.5. Aspek Penting Usaha

Beberapa unsur penting yang perlu dicermati yaitu produk berupa barang ataupun jasa yang digunakan untuk memenuhi selera konsumen. Selain itu surnber daya manusia adalah unsur orang- orang yang terlibat dalam proses mengubah sumber daya menjadi produk barang dan jasa. Keuangan adalah unsur penting yang mempengaruhi nilai keuntungan dalam pengusahaan. Sedangkan pemasaran adalah suatu kegiatan yang menghasilkan proses jual beli atas produk yang telah dihasilkan.

Produk yang diciptakan bagi pemenuhan kebutuhan pelanggan ternyata mempunyai tuntutan nilai, yaitu persepsi pelanggan terhadap keseimbangan antara sifat - sifat positif barang atau jasa dengan harga yang harus dibayarkan. Keseimbangan yang tidak wajar akan menghasilkan kekecewaan dan beralihnya pelanggan kepada produk saingan. Persepsi nilai pelanggan sering terkait dengan kualitas yaitu tingkat keunggulan yang memjuk pada karakteristik produk, selain itu kualitas produk juga mencakup kepuasan pelanggan (Bonne and Kurtz 2000)

(37)

berkembangnya produk ekowisata yang memberi nilai tambah kepada pemenuhan kepuasan akan pengalaman wisata bagi pengunjung (Anoraga 1997).

Aspek pemasaran merupakan hal penting dalam usaha yang berkaitan dengan kemampuan untuk menjual produk dengan memperhatikan tingkat permintaan sedemikian rupa sehingga usaha dapat mencapai sasaran yang sesuai (Anoraga 1997). Aspek pemasaran sangat erat kaitannya dengan penciptaan kebutuhan konsumen akan produk yang dihasilkan oleh suatu usaha ( B o ~ e and Kurtz 2000)

Aspek keuangan dalam kegiatan usaha memegang peranan penting, karena dalam kegiatan usaha terjadi perputaran uang untuk menghasilkan keuntungan. Anoraga (1997) menyebutkan bahwa setiap bisnis membutuhkan modal untuk memulai, mengelola, memelihara dan bertumbuh. Jika bisnis berhasil maka bisnis tersebut akan menghasilkan keuntungan.

2.6. Produk Ekowisata

Menurut Kotler (1989), produk wisata adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar orang tertarik perhatiannya, ingin memilii, memanfaatkan dan mengkonsumsi untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kepuasan.

Ciri - ciri suatu produk wisata yang b a s yang membedakannya dari produk pada umumnya adalah :

1. Produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena dalam penjualannya tidak mungkin produk tersebut dibawa konsumen. Sebaliknya konsumen yang hams dibawa ke tempat di mana produk itu di hasilkan (Suwantoro 1997) 2. Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya. Bila dilihat

dari sisi pelayanan, maka sebenarnya proses produksi wisata ternyata sebagian besar melibatkan wisatawan secara langsung (Suyitno 2001).

3. Proses produksi dan konsumsi tejadi pada waktu dan tempat yang sama. Keterlibatan wisatawan dalam proses produksi mengakibatkan tejadinya dua kegiatn yang sama, yaitu proses produksi dan konsumsi (Suyitno 2001)

(38)

Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Pada dasarnya produk wisata meliputi 3 (tiga) unsur, yaitu dam, budaya serta buatan. Menurut Suwantoro (1997), produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen seperti:

1. Atraksi suatu daerah tujuan wisata 2. Fasilitas yang tersedia

3. Aksesibilitas ke dan dari tujuan wisata

Produk yang diciptakan bagi pemenuhan kebutuhan konsumen ternyata mempunyai tuntutan nilai, yaitu persepsi pelanggan terhadap keseimbangan antara sifat - sifat positif barang atau jasa dengan harga yang hams dibayarkan. Persepsi nilai pelanggan sering terkait dengan kualitas yaitu tingkat keunggulan yang merujuk pada karakteristik produk, selain itu kualitas produk juga mencakup kepuasan pelanggan (Bonne and Kurtz 2000).

Manan (1978) berpendapat bahwa pada umumnya daeah-daerah rekreasi atau wisata tidaklah semata-mata dimaksudkan untuk tujuan komersil. Tujuan utamanya adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk menggunakan waku luangnya secara bermanfaat. Nilai-nilai rekreasi pada hutan biasanya diperoleh karena kegiatan - kegiatan yang menimbulkan kepuasan baik fisik maupun mental dan spiritual seperti kegiatan berburu, menangkap ikan, jalan kaki

(hiking),

naik

kuda,

piknik, berkemah, mendaki gunung, berperahu, berenang dan kegemaran (hobi) memotret, melukis, kerajinan tangan, mempelajari alam, riset ilmiah dan lain-lain. Adapun unsur yang paling penting yang menjadi daya

tarik dari suatu daerah tujuan ekowisata menurut Sudarto (1999) adalah :

1. Kondisi alamnya, contoh : hutan hujan trcpis dan terumbu karang

2. Kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, seperti Raflesia, Badak jawa, Komodo dan Orang utan.

3. Kondisi fenomena alarnnya seperti Gunung Krakatau dan Danau Kelimutu. 4. Kondisi Adat dan Budaya, seperti Badui, Toraja, Bali dan Sumba

(39)

1.

Estetika - geofisik seperti : Pegunungan, pemandangan, air te jun, formasi yang unik, kegiatan volcano, formasi batu-batuan atau geologi dan

sebagainya.

2. Ekological-biological seperti berbagai jenis mahluk hidup, bagian-bagiannya, behaviomya dan sebagainya.

3. Sejarah

-

budaya, seperti konstruksi masyarakatnya, kehidupan budayanya, cerita-cerita rakyat atau mitos dan sebagainya.

4. Rekreasional. Hal ini mencakup berbagai atraksi yang dibangun oleh manusia untuk tujuan entertainment, seperti museum, teater, kebun binatang, shopping mall clan sebagainya. Namun sumberdaya ini lebih disarankan untuk lokasi di luar kawasan konservasi bukan di areal kawasan konservasi

Aspek kegiatan (activity) akan berhubungan langsung dengan atraksi yang akan ditawarkan. Pengunjung datang ke lokasi wisata untuk melakukan smtu kegiatan walaupun hanya sekedar untuk relaxing di tepi pantai. Selain itu aspek pelayanan dimaksudkan untuk membantu pengunjung untuk melakukan berbagai kegiatannya. Misalnya pelayanan terhadap transportasi, penyediaan makanan, entertaintment, penginapan, petunjuk dan interpreter. Pelayman yang baik ini

juga perlu didukung dengan ketersediaan SDM yang telah terlatih. Sedangkan aspek promosi merupakan salah satu bagian kategori dari strategi pemasaran yang dapat menghubungkan antara produk wisata dengan target pasar yang ingin di capai.

Sedangkan menurut Medlik diacu dalam Spillane (2000) produk wisata terdiri dari atraksi wisata di daerah tujuan. Fasilitas yang tersedia dan kemudahan-kemudahan pencapaian daerah tujuan, wisata dari pasar-pasar sumber wisatawan. Kadang-kadang produk wisata yang dicari oleh wisatawan dapat bempa : sinar matahari atau udara segar pegunungan saja.

(40)

bempa souvenir, makanan lokal atau suatu literatur yang tidak perlu bersifat ilmiah tetapi menarik.

2.7. Pemasaran

Pemasaran merupakan proses sosial manajerial yang dilakukan seseorang atzu kelompok untuk memperoleh apa yang mereka b u r n a n dar. hgL-im melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk - produk yang bernilai dengan yang lainnya. Pengembangan usaha memerlukan strategi pemasaran yang mempakan wujud rencana yang terarah di bidang pemasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. Strategi pemasaran terdiri atas dua faktor penting yaitu : pasar target 1 sasaran dan bauran pemasaran yaitu varibel pemasaran yang dapat dikontrol, yang dapat dikombinasikan

untuk

memperoleh hasil maksimal. Variabel pemasaran yang dapat dikontrol antara lain adalah produk dan distribusi yang juga dipengaruhi oleh promosi.

Kotler (1997) menjelaskan bahwa promosi mempakan usaha pengkomunikasian informasi dari produsen kepada konsumen sedemikian mpa agar menarik minat kons~unen untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan produsen atau penjual.

Cooper et a1 (1999) menyatakan bahwa kelompok yang perlu dipengaruhi dalarn promosi tidak hanya kelompok yang menjadi sasaran pemasaran dan orang- orang yang potensial saja, tapi juga kelompok yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran wisata seperti agen-agen pe jalanan juga kelompok pembentuk opini seperti wartawan dan penulis masalah pariwisata juga para politisi.

Promosi dapat mengembangkan nilai positif dari suatu produk wisata sehingga menjadi inelastis yang berarti produk lebih dapat bertahan terhadap kenaikan harga

.

Heath and Wall (1992) menyebutkan bahwa tujuan dari promosi wisata adalah : 1. Menarik turis ke kawasan wisata

2. Menjaga nilai kawasan sebagai daerah tujuan wisata

3. Menyampaikan infonnasi tentang kegiatan wisata yang ditawarkan 4. Membangun unit bisnis wisata yang saling mendukung

(41)

Heath and Wall (1992) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan strategi promosi wisata memerlukan langkah-langkah :

1. Mengenali sasaran yang menjadi target 2. Mengenali tujuan promosi

3. Memperkirakan dana yang diperlukan untuk promosi

4. Memperkirakan bauran promosi dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu faktor produk, faktor pasar, faktor wisatawan, faktor biaya dan faktor bauran pemasaran.

2.8. Sumberdaya Manusia (SDM)

Simanjuntak (1985) mendefinisikan pengertian SDM sebagai beruikut :

1. SDM mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang diberikan pada proses produksi. SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang atau jasa.

2. SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja

untuk

memberikan jasa dan usaha tersebut. Mampu bekerja, berarti mampu melakukan kegiatan yang memiliki nilai ekonomi yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat.

Sedangkan menurut Rivai (2006) SDM dalam kegiatan usaha merupakan pengelola faktor- faktor produksi sekaligus merupakan bagian dari produksi lainnya dan merupakan input yang diolah perusahaan untuk menghasilan output.

Rivai (2006) menjelaskan bahwa pengembangan usaha dapat berarti

memperbanyak jumlah produksi usaha sejenis yang membutuhkan penambahan jumlah SDM, akan tetapi dapat juga berupa diversifikasi produk, sehingga memerlukan penyesuaian terhadap keahlian dan keterampilan SDM yang dibutuhkan untuk produk b m tersebut.

SDM adalah asset strategis, diperoleh dengan mentegrasikan manajemen

SDM dan strategi perusahaan s e e m k e s e l d a n

untuk

meningkatkan kemampuan kompetitif usaha. Sedangkan SDM harus mempunyai kompetensi yang mendukung kompetensi perusahaan.
(42)

2.9. Permintaan (Demand) dan Penawaran (Supply)

Suatu kawasan dikembangkan untuk tujuan wisata menurut Gunn (1994)

ditentukan oleh keseimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang dirniliki (supply)

dan permintaan atau minat pengunjung (demand). Komponen supply terdiri dari atraksi (potensi keindahan alam dan budaya serta bentuk kegiatan wisata, transportasi, pelayanan informai dan promosi

.

Sedangkan komponen demand terdiri dari pasar wisata (keinginan atau tujuan pengunjung dan karakteristik

pengunjung. Komponen supply (penawaran) atraksi merupakan alasan terkuat untuk perjalanan wisata, bentuknya dapat berupa ekosisem tanaman langka, landmark, atau satwa. Atraksi biasanya adalah h a i l dari pengembangan dan pengeloiaan.

(43)

2.10. Penyu hijau (Chefonia mydas)

A. Bioekologi Penyu

Penyu termasuk ke dalarn golongan reptilian yang hampir seluruh hidupnya di lautan, penyu yang ditemukan mendarat adalah penyu betina dewasa yang bertujuan hanya untuk bertelur, sedangkan penyu jantan tak pernah ditemukan naik ke pantai. Karena sebagian besar (seluruh) hidupnya di lautan maka kegiatan pengamatan hanya bisa dilakukan pada penyu yang akan atau sedang bertelur, telur dan tukik, sehingga dalam ha1 ini mas& banyak rahasia penyu yang belum terungkap (Nuitja 1992).

Penyebaran Penyu Hijau ditemukan mencapai lautan tropis dan penjelajahannya mencapai wilayah yang sangat luas. Daerah perkawinan dan makannya luas oleh sebab itu urnumnya Penyu Hijau ditemukan terdapat di wilayah utara dan selatan di daerah tropis dan subtropis, dengan suhu perairan 20' C (suhu rata-rata permukaan air di nlusim dingin (Hirth 1971 diacu dalam Gustian 1997) lebii lanjut dijelaskan bahwa distribusi penyu dari tukik hingga menjadi penyu muda, dimulai saat setelah menetas, tukik meninggalkan pulau dan terputus informasinya, kondisi seperti ini diienal dengan nama "tahun yang hilang". Penyebaran penyu dewasa wilayahnya luas, dimulai dari lokasi pantai peneluran hingga tempat mereka mencari makan.

B. Habitat Penyu

Habitat mempakan tempat hidup yang dapat memenuhi kebutuhan makanan, berteduh, berkembangbiak, tidur, berlindung dan juga bermain bagi suatu mahluk hidup. Penyu laut memiliki tempat mencari makan yang berbeda dengan tempat bereproduksi dan juga bersarang. Sebagian besar dari kehidupan penyu dihabiskan di laut lepas dan hanya naik ke darat pada saat akan bertelur. Pada dasarnya penyu laut menyukai daerah perairan dangkal (subtidal) sebagai tempat mencari makan. Sedangkan pada umumnya reptilian lebih selektif dalam memilih tempat untuk bersarang.

(44)

Menurut Nuitja (1992), Chelonia mydas tergolong ke dalam herbivora @emakan twnbuhan ) yang mencari makan pada daerah - daerah dangkal dirnana alga laut masih bisa tumbuh dengan baik. Pada saat periode musim kawin penyu laut dewasa bermigrasi ke daerah sekitar pantai peneluran dan setelah melakukan kopulasi penyu jantan akan kembali ke tempat semula mencari makan, sedangkan penyu betina melakukan aktifitas di sekitar pantai peneluran.

Menurut Rosalina (1986) diacu dalam Gustian (1997), Penyu hijau banyak menyukai pembuatan sarang di bawah naungan pohon pandan laut, karena perakaran pandan laut meningkatkan kelembaban, memberikan kestabilan pada pasir dan memberikan rasa aman saat penggalian lubang sarang penyu.

L i p u s (1 997) mengemukakan bahwa penyu mencapai tahap pematangan seksual pada usia 10 tahun. Ketika musim kawin tiba, penyu jantan dewasa dan betina dewasa akan bennigrasi merapat mendekati pantai untuk melakukan kopulasi. Penyu betina akan bergerak naik ke pantai peneluran untuk membuat sarang pada lokasi yang cocok. Setelah perkawinan dan peneluran selesai penyu akan kembali kefeeding area.

C. Perilaku Penyu

Penyu bertelur lebii dari sekali dalam satu m u s h peneluran. Penyu hijau betina akan membuat beberapa sarang selama musim peneluran dengan interval waktu kurang lebih 2 minggu (Limpus 1997). Menuntt Arinal (1997) sesuai pengamatan diperoleh data bahwa penyu mendarat 3-4 kali dalam satu kali m u s h bertelur dengan interval satu sampai enam minggu rata-rata 25 hari. Sedangkan Siklus bertelur penyu adalah 1-3 tahun. Sebelas tahap perilaku penyu bertelur menurut Carr and Ogren (1960) diacu dalam Novitawati (2003) adalah sebagai berikut :

1. Menepi dan muncul dari pecahan ombak.

2. Memilih arah merayap dari ombak ke arah pantai peneluran.

3. Memilih tempat bersarang. 4. Membersihkan tempat bersarang.

5. Membuat legokan untuk badan.

6. Membuat lubang untuk bertelur.

(45)

8. Pengisian dan menutup lubang sarang.

9. Menutup legokan badan dan menyembunyikan sarang. 10. Memilih arah kembali ke laut.

1 1. Masuk ke dalam gelombang dan kembali mengarungi lautan.

Menurut Nuitja (1992) Penyu hijau biasanya bertelur pada malam gelap. Penyu akan terdiam sementara pada saat muncul dari hempasan pasang (gelombang). Waktu yang diperlukan Penyu hijau untuk proses bertelur mulai sejak muncul dari laut dan kemudian kembali ke laut tidak kurang dari 2 jam. Sedangkan untuk Penyu lekang proses bertelur memerlukan kurang lebih 1,5 jam (Haryoso, 1999 diacu dalam Novitawati, 2003).

D. Status Pelindungan

Penyu terbukti sebagai hewan yang sangat rumit untuk dikonservasikan, terutama sehubungan dengan semakin berlangsungnya pemanfaatan. Rurnitnya pengelolaan karena berbagai sebab antara lain karena pertumbuhannya yang lambat, lambatnya usia matang kelamin, perbiakan yang tidak terjadi setiap tahum, tingkat kematian yang tinggi pada penyu muda, penyebaran tukik di laut, migrasi yang jauh antara tempat mencari makan dn tempat peneluran, kebiasaan untuk bertelur di lokasi yang sama serta ketergantunagan perbiakan terbdap suhu tertentu.

Penyu hijau me~pi3kan jenis yang paling akhir masuk sebagai hewan dilindungi melalui PP no.7 tahun 1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang pengawetan tumbuhan dan satwa. Ssedangkan ke l i i a jenis lainnya telah lebii dahuiu dilindungi oleh hukurn melalui SK Menteri Kehutanan. Konservasi internasional memandang bahwa semua jenis penyu langka dan telah dilindungi dalam "Red Data Book I U C N telah dicatat dalam kategori "endangered". Sedangkan CITES mencantumkan dalam Apendix I (Nuitja 1997).

E. Populasi Penyu

(46)

pada sebaran ukuran populasi ini, sebagai akibat rendahnya populasi individu muda sehingga daya regenerasi populasi tersebut terganggu. Data tersebut ditampilkan pada Grafik 2 berikut.

o/-

1991 1992 1993 1994 1995 19%

Tahun

Gambar 2 Jurnlah penyu bertelur di Pantai Citirem tahun 1991-1996.

Yudha (2004) menampilkan data Penyu hijau yang bertelur di Pantai Pangumbaban yang menunjukkan penurunan tajam antara tahun 1965 dengan tahun 1973 dan kemudian menunjukkan fluktuasi yang cenderung menurun hingga tahun 2003. Data tersebut ditampilkan pada Gambar 3 berikut.

Tahun

[image:46.541.55.448.25.792.2]
(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Suaka Margasatwa Cikepuh dan kawasan di sekitarnya yaitu Pantai Peneluran Penyu Pangumbahan dan Kawasan Wisata Pantai Ujung Genteng.

B. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2007.

3.2. Teknik Sampling

Penelitian

ini

menggunakan sampel yang diperoleh dari beberapa teknik sampling, sesuai dengan karakteristik data yang akan diambil. Prosedur penarikan contoh yang digunakan ada dua yaitu probability sampling benarikan contoh dengan berdasarkan peluang) dan non probability sampling (penarikan contoh bukan berdasarkan peluang) (Kusmayadi dan Sugiarto 2000). Penarikan contoh dengan berdasarkan peluang dilakukan kepada obyek populasi yang terdaftar. Prosedur dilakukan dengan cara penarikan contoh acak (random sampling), yaitu dilakukan terhadap staf pengelola kawasan, pengusaha sarana wisata dan karyawan pengusaha sarana. Sedangkan penarikan contoh bukan berdasarkan peluang (non probability sampling) dilakukan terhadap obyek contoh yang tidak terdaftar. Penarikan contoh dilakukan dengan cara accidental sampling dan quota sampling. Accidental sampling dilakukan kepada pengunjung, masyarakat dan masyarakat pemilik usaha pendukung. Sedangkan quota sampling dilakukan terhadap masyarakat dengan kategori terlibat langsung, terlibat tidak langsung dan tidak terlibat.
(48)

sensus (100%). Pembatasan waktu (penelitian), tempat tinggal (lokasi) dan asal merupakan ciri homogen dari suatu populasi (Singarirnbun dan Effendi 1987)

Adapun teknik penentuan sampel pada tiap kelompok responden adalah sebagai berikut :

A. Informan Kunci

Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini salah satunya diperoleh dari informan kunci (key informan) yakni mereka yang berkompeten mengetahui lebih banyak atas kejadian dan peristiwa yang terjadi terhadap obyek penelitian. Selain itu dipandang mempunyai pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan, kondisi dan peraturan perundanganya serta penerapannya di wilayah kewenangan mereka. Adapun personil yang termas.uk dalam kelompok ini adalah Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Aparatur pemerintahan desa, Tokoh masyarakat clan pemuda desa Koordinator Konservasi Wilayah (KKW)

Sukabumi sebagai wakil dari pengelola Kawasan Suaka Margasatwa Cikepuh. Informan kunci dalam penelitian ini di sajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Daftar informan kunci

No. Informan kunci lokasi

A Aparatur pemerintahan derah

-

Kepala Dinas Kepariwisataan Kabupaten

Sukabumi Pelabuhan Ratu

- Kepala Dias Perikanan Kabupaten Sukabumi Pelabuhan Ratu

- Camat Kecamatan Ciracap

- Kepala desa Desa Gunung batu

B. Pemimpin non formal

-

Tokoh masyarakat Desa Gunung Batu

C. Pengelola SM Cikepuh

-Kepala Se

Gambar

Gambar 2 Jurnlah penyu bertelur di Pantai Citirem
Tabel 2 Jenis data yang diperlukan dalam penelitian
Gambar 8 Peta kondisi jalan dan aksesibilitas di lokasi penelitian.
Gambar 12 Matahari tenggelam di Muara Cipanarikan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Kerja (Renja) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Anggaran 2014 di maksudkan

Karimun menyatakan : "Prosedur pendaftaran haj i yang telah ditetapkan dalam aturan sudah dipatuhi dan dijalankan dengan benar" Wawancara 3 Oktober 20 16 Staf Seksi

Oleh karena itu hasil perhitungan yang menunjukkan nilai p < 0,05 pada nyeri saat bangkit dari posisi duduk dan nyeri saat naik tangga 3 trap, artinya terdapat

Pada proses perwujudan karya seni perhiasan tusuk konde dengan konsep metamorfosis kupu-kupu, metode penciptaan yang digunakan yaitu metode Practice Based

Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse

At the Outer Central Breakwater Landfill Disposal Site and New Sea Surface Disposal Site, established and managed by The Tokyo Metropolitan Government, residue

Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c Undang- Undang KPK, maka KPK memiliki kewenangan antara

Mastrip Gg.Made Tegal Sebalong 118 Made Lamongan 29 Nopember 2014 1.. 6 MI Unggulan