• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUKU BUNGA INDONESIA (SBI) TERHADAP INFLASI, KURS RUPIAH, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SUKU BUNGA INDONESIA (SBI) TERHADAP INFLASI, KURS RUPIAH, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUKU BUNGA INDONESIA (SBI) TERHADAP

INFLASI, KURS RUPIAH, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 J urusan Ilmu Ekonomi Pembangunan

Oleh :

TAUFAN PUTRA PRIBADI

0611010083/ FE/ IEP

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH SUKU BUNGA INDONESIA (SBI) TERHADAP INFLASI, KURS RUPIAH, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

yang diajukan

Taufan Putra Pribadi 0611010083

telah disetujui untuk diseminarkan oleh :

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. Arief Bactiar, Msi

NIP. 030222 240 Tanggal : 11 November 2011

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

(3)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH SUKU BUNGA INDONESIA (SBI) TERHADAP INFLASI, KURS RUPIAH, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

yang diajukan

Taufan Putra Pribadi 0611010083

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. Arief Bactiar, Msi

NIP. 030222 240 Tanggal : 2 Nopember 2011

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

(4)

KATA PENGANTAR

” Assalamu’alaikum, wr. wb”

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “PENGARUH SUKU BUNGA INDONESIA (SBI) TERHADAP INFLASI, KURS RUPIAH, PERTUMBUHAN EKONOMI” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Bapak Drs. EC. Arief Bactiar, selaku Dosen Pembimbing Utama Adapun rasa hormat dan ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

(5)

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP., selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan khususnya Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Pimpinan beserta Staff Bank Indonesia cabang Surabaya. 6. Pimpinan beserta Staff BPS Jawa Timur.

7. Ayahanda, Ibunda, Adik dan Calon tunangan yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

8. Seluruh mahasiswa dari berbagai Jurusan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Yoni Muhamad, Mohamad Fadel,Dosen Lab Jurusan Ilmu Ekonomi Bapak Rico SE, Presiden BEM Universitas Rama Fahait, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Surabaya, 29 September 2011

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 4

2.2. Landasan Teori ... 6

2.2.1. Suku Bunga Indonesia ... 6

2.2.1.4. Pengertian Suku bunga ... 6

2.2.2. Inflasi ... 7

2.2.2.1. Pengertian Inflasi... 7

2.2.2.2. Klasifikasi Inflasi ... 8

(8)

2.2.2.4. Cara Pengendalian Inflasi ... 13

2.2.3. Kurs Rupiah ... 15

2.2.3.1. Pengertian Kurs Rupiah ... 15

2.2.3.2. Sistem Kurs Valuta Asing... 16

2.2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang ... 20

2.2.3.4. Sistem Kurs yang Berubah-ubah ... 21

2.2.3.5. Sistem Kurs Yang Stabil ... 21

2.2.3.6. Perubahan Kurs Valuta Asing ... 24

2.2.4. Pertumbuhan Ekonomi ... 24

2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 24

2.2.4.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Petumbuhan Ekonomi... 25

2.2.4.3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ... 27

2.2.4.4. Teori-Teori Pertubuhan Ekonomi ... 29

2.2.5.Kerangka Pikir ... 35

2.2.6. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39

3.2. Teknik Penentuan Data ... 40

3.3. Jenis Data dan Sumber Data ... 40

(9)

3.3.2. Sumber Data ... 41

3.4. Teknik Pengunpulan Data ... 41

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 41

3.5.1. Teknik Analisis ... 41

3.5.2. Uji Hipotesis ... 44

3.5.3 Uji Asumsi Klasik (BLUE) ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 53

4.1.1. Perkembangan Makro Ekonomi dan Tingkat Suku Bunga SBI ... 53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

4.2.1. Perkembangan Tingkat Inflasi ... 56

4.2.2. Perkembangan Kurs Valuta Asing ... 56

4.2.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... 57

4.2.4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI ... 58

4.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 59

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 60

(10)

BAB V K ESIMPULAN DAN SARAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kurva Demand Pull Inflation ... 10

Gambar 2 : Kurva Cost Push Inflation ... 11

Gambar 3 : Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Tetap ... 17

Gambar 4 : Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Mengambang ... 19

Gambar 5 : Kerangka Pikir ... 37

Gambar 6 : Kurva Uji Hipotesis Secara Simultan ... 45

Gambar 7 : Kurva Uji Hipotesis Secara Parsial ... 46

Gambar 8 : Kurva Durbin-Watson ... 49

Gambar 9 : Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga SBI (X1) terhadap Tingkat Inflasi (Y1) ... 62

Gambar 10 : Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga SBI (X1) terhadap Kurs (Y2) ... 63

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Autokorelasi Durbin Watson ... 50

Tabel 2. Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 2000-2010 ... 56

Tabel 3. Perkembangan Kurs Valuta Asing Tahun 2000-2010 ... 57

Tabel 4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2000-2010 ... 58

Tabel 5. Perkembangan Suku Bunga Indonesia Tahun 2000-2010 ... 59

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

PENGARUH SUKU BUNGA INDONESIA (SBI) TERHADAP INFLASI, KURS RUPIAH, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Oleh :

Taufan Putra Pribadi ABSTRAKSI

Kegiatan-kegiatan lembaga sebagai penyedia dan penyalur dana akan Menentukan baik tidaknya perekonomian suatu Negara.Namun, pengaruh Kondisi perekonomian di Indonesia baik variabel ekonomi makro maupun variabel moneter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel – variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi, suku bunga (interest rate), dan nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur dan Bank Indonesia cabang Surabaya selama 10 tahun mulai 2000 – 2010 dalam periode tahunan. Data yang dianalisis menggunakan model Regresi Linier sederhana dengan menggunakan alat bantu computer program Statistic Program For Social Science (SPSS),yang menunjukkan pengaruh atau tidaknya signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Dengan melihat hasil ujian signifikan dimana variabel terikat adalah SBI (X1), dan Variabel Bebas adalah Inflasi (Y1) , Kurs (Y2), dan Pertumbuhan Ekonomi (Y3), Maka dapat dibandingkan dan hasil uji signifikan antara (1) SBI (X1) dengan Inflasi (Y1) Tidak Signifikan, (2) SBI (X1) dengan Kurs (Y2) Tidak Signifikan, (3) SBI (X1) dengan Pertumbuhan Ekonomi (Y3) Signifikan, Dengan melihat hasil koefisien regresi Variabel independent,maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi (Y3) merupakan Variabel yang paling Dominan terhadap pengaruh SBI (X1) DI INDONESIA.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor penggerak kegiatan perekonomian. Kegiatan–kegiatan lembaga sebagai penyedia dan penyalur dana akan menentukan baik tidaknya perekonomian suatu negara. Dalam perkembangannya jasa perbankan telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Pesaing-pesaing baru telah memasuki pasar dengan berbagai tawaran produk yang beraneka ragam dan memiliki daya tarik tersendiri. (Siamat, 2004 : 87)

Pertumbuhan dan perkembangan bank, khususnya bank konvensional bisa dilihat dari semakin banyaknya jaringan kantor, aset, banyaknya produk-produk yang ditawarkan. (Winda, 2009 : 10)

(16)

terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut. Selain itu, pengaruh kondisi perekonomian di Indonesia baik variabel ekonomi makro maupun variabel moneter yang perkembangannya dapat dikendalikan oleh bank sentral juga memiliki andil dalam penyerapan dana masyarakat yang dilakukan oleh perbankan. Variabel-variabel tersebut dapat berupa tingkat inflasi, suku bunga (interest rate), dan nilai tukar rupiah.(Iswardono, 2004 : 155)

Atas dasar uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengamati masalah penghimpunan dana dari masyarakat pada bank umum

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah tingkat suku SBI mempunyai pengaruh yang nyata terhadap inflasi, kurs Rupiah dan pertumbuhan ekonomi di indonesia ?

2. Manakah dari ketiga faktor makro ekonomi tersebut yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat suka SBI ?

1.3 Tujuan penelitian

(17)

1. Untuk mengetahui Pengaruh tingkat inflasi,kurs Rupiah dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat suku bunga SBI

2. Untuk mengetahui dan membandingkan manakah diantara faktor-faktor makro ekonomi yang paling dominan dan berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Indonesia (SBI)

1.4 Manfaat penelitian

Sesuai dengan latar belakang permasalahan yang telah di kemukakan diatas, maka manfaat yang hendak di capai sehubungan dengan penelitian adalah:

1. Bagi perbankan

Sebagai sumber informasi kepada lembaga-lembaga terkait tentang tingkat suku bunga Indonesia (SBI)

2. Bagi universitas

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur guna melengkapi perbendaharaan perpustakaan.

3. Bagi mahasiswa

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Bagian ini berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah perbankan dan pernah disampaikan oleh beberapa peneliti terdahulu diantaranya adalah sebagi berikut :

1. (Wahyuningsih, 2002 : 9) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Penghimpunan Dana Tabungan Oleh Perbankan di indonesia dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan, bahwa penghimpunan dana tabungan oleh perbankan di indonesia secara simultan dipengaruhi oleh tingkat inflasi (Y1), tingkat bung (X2), dan tingkat inflasi (X3). Sedangkan secara parsial hanya pendapatan masyarakat saja yang berpengaruh terhadap tabungan masyarakat (Y), hal ini ditunjukkan dengan perhitungan thitung = -1,6027 < ttabel = 2,306 untuk tingkat bunga.

(19)

deposito berjangka pada bank umum di Indonesia (Y). Sedangkan secara parsial pendapatan perkapita dan suku bunga berpengaruh nyata terhadap tabungan masyarakat yang ditunjukkan dengan t hitung = 3,089 > t tabel = 2,447 untuk pendapatan perkapita, dan t hitung = 2,2551> t table = 2,447 untuk suku bunga. Sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap tabungan dimana t hitung = 2,251 > t table = 2,447. 3. (Rudy, 2004 : 135) dengan judul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

(20)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Suku Bunga Indonesia (SBI)

2.2.1.1 Pengertian Suku Bunga Indonesia (SBI)

Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Jadi, suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. (Puspopranoto, 2004 : 70)

Suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami surplus (unit surplus) pada unit ekonomi yang mengalami defisit (unit defisit) atas pinjaman yang diberikan dari tabungannya. Suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam” (debitur) kepada ”pihak yang meminjamkan” (kreditur) untuk pemakaian sumber dana seluruh interval waktu tertentu. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut

principal, dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai persentase dari principalperunit waktu (umumnya pertahun). (Fabozzi, dkk, 2003 : 204 )

(21)

masa yang akan datang dengan demikian tingkat suku bunga berkaitan sekali dengan kurun waktu di dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. (Kasmir, 2003 : 39)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah tingkat balas jasa yang diperoleh oleh masyarakat atas sejumlah dana atau pinjaman yang telah diterima selama jangka waktu tertentuyang dinyatakan da;am persentase (%).

Dilihat dari sisi nasabah yang paling menarik dari deposito adalah tingkat bunganya. Karena deposito merupakan simpanan yang memberikan bunga tertinggi dibanding jenissimpanan yang lainnya seperti tabungan dan giro. Sedangkan perbankan memandang bahwa produk deposito merupakan produk yang dapat memberikan keleluasaan bagi bank untuk dapat mengoptimalkan investasi dananya dalam berbagai kegiatan. Seperti kredit dan surat-surat berharga.

2.2.2 Inflasi

2.2.2.1. Pengertian Inflasi

Beberapa pengertian mengenai inflasi adalah sebagai berikut :

(22)

Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus selama satu periode tertentu. (Nopirin, 2000 : 25)

2. Inflasi merupakan masalah ekonomi yang dominan disamping masalah pengangguran yang sudah sejak lama dihadapi oleh masyarakat di seluruh dunia. (Iswardono, 2004 : 49)

3. Inflasi merupakan peristiwa moneter yang terjadi di semua negara yang dianggap sebagai penyakit ekonomi yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya. (Manurung, 2004 : 58)

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian inflasi adalah naiknya harga-harga barang secara terus-menerus dalam suatu periode tertentu dan diperlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya.

2.2.2.2. Klasifikasi Inflasi

A. J enis inflasi menurut sifatnya

Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi atas dasar pernah atau tidaknya inflasi tersebut. Beberapa macam inflasi tersebut adalah :

1. Inflasi ringan, ditandai dengan laju inflasi yang rendah yaitu kurang dari 10% per tahun.

(23)

dalam waktu yang relatif pendek. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang ringan.

3. Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.

B. J enis inflasi menurut sebabnya 1. Demand pull inflation

Inflasi yang timbul karena adanya permintaan total akan berbagai barang terlalu kuat, sedangkan kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh (full employment). Dalam keadaan ini kenaikan hasil produksi (output).Apabila kesempatan kerja penuh telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah menaikkan harga saja. Proses terjadinya (demand pull inflation) dapat dijelaskan pada gambar sebagai berikut :

(24)

Harga S P2

P 1 D2

D 1 Q1 Q2 Output

Sumber : Boediono, 2001. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta, halaman 156

Kedua permintaan masyarakat akan barang-barang (agregate) bertambah (misal, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang atau barang investasi swasta karena kredit yang murah), maka kurva agregate demand bergeser dari D1 ke D2 akibatnya tingkat harga umum naik dari P1 ke P2.

2. Cost Pust Inflation

(25)

Gambar 2 : Kurva Cost Push Inflation Harga S2

P2 S1 P1

D

Q1 Q2 Output

Sumber : Boediono, 2001. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta, hal 157

Bila ongkos produksi naik dari P1 ke P2 (misalnya, karena kenaikan harga sarana produksi yang di datangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (agregat suplai) bergeser dari S1 ke S2.

C. J enis inflasi berdasar kan asalnya

Berdasarkan asalnya, inflasi dibedakan sebagaiberikut : (Boediono, 2001 : 164)

(26)

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation) adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga langganan berdagang. Kenaikan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan kenaikan indeks biaya hidup, karena sebagian barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor selain itu juga secara tidak langsung akan menaikan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dan kemudian harga jual dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah yang harus impor.

2.2.2.3. Akibat Inflasi

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor-faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effety. Sedangkan efek terhadap alokasi faktor-faktor produksi nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan

output effects.

Efek terhadap pendapatan (Equity Effects) sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan dengan adanya inflasi. Sebaiknya pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi.

(27)

kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.

Efek terhadap output (output effects) yaitu inflasi dapat menyebabkan adanya kenaikan produksi. Dengan alasan dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan usaha naik dan akan mendorong peningkatan produksi, namun jika laju inflasi terlalu tinggi maka akan mempunyai akibat sebaliknya yaitu penurunan output, dalam keadaan inflasi yang tinggi nilai uang riil turun, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian keadaan inflasi bisa diikuti dengan penurunan output.

2.2.2.4. Cara pengendalian inflasi.

Inflasi dapat terjadi karena besarnya uang beredar di masyarakat oleh karena itu mencegah lajunya inflasi adalah dengan pengedalian uang beredar di masyarakat tersebut dengan menggunakan kebijakan moneter, fiskal dan kebijakan yang berkaitan dengan produksi.

(28)

Bank sentral dapat menggunakan suatu pengendalian yang disebut dengan tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh Bank sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikan oleh Bank sentral maka keinginan bank umum menjamin menjadi semakin kecil, sehingga cadangan yang ada di Bank sentral juga semakin kecil. Akibatnya kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarakat semakin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah.

Kebijakan fiskal menyangkut peraturan tentang pengeluaran pemeritah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengeluaran-pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.

(29)

2.2.3 Kurs Rupiah

2.2.3.1. Pengertian Kurs Rupiah

Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda dan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. (Nopirin, 2000 : 163)

Kurs atau nilai tukar adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit (satuan) mata uang dan jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. (Salvatore, 2004 : 140)

Kurs adalah nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang Negara lainnya yang ditetapkan. (Sukirno, 2002 : 103)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurs merupakan perbandingan antara mata uang Negara satu dengan Negara lain yang didalamnya terdapat perbandingan nilai sehingga untuk mendapatkan maka harus menukarkan mata uang tersebut agar memperoleh satu unit mata uang asing.

(30)

menanamkan modalnya di dalam negeri sehingga mengakibatkan suku bunga yang cukup tinggi.

Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar, apbila transaksi jual beli valas dapat dilakukan secara bebas, maka kurs valasakan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah menjalankan kebijaksanaan stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi transaksi swasta, makakurs ini hanya akan berubah-ubah dalam batas yang kecil, meskipun batas-batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu,pemerintahan yang dapat menguasai sepenuhnya transaksi valas. (Nopirin, 2000 : 172)

2.2.3.2 Sistem Kurs Valuta Asing 1. Sistem kurs tetap

Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan kekal. (Suparmoko, 2000 : 370)

(31)

terlalu rendah dibanding dengan kurs pasar (undervalued). Bila selisih kurs yang ditetapkan dianggap terlalu jauh, maka pemerintah melakukan koreksi. Koreksi atas nilai tukar yang dinilai terlalu tinggi disebut devaluasi (devaluation), sedangkan koreksi untuk nilai tukar yang dinilai terlalu rendah disebut revaluasi (revaluation). Jadi revaluasi dan devaluasi pada prinsipnya juga merupakan koreksi atas nilai tukar, seperti halnya dengan apresiasi dan depresiasi berdasarkan mekanisme pasar. Kondisi-kondisiyang dimaksud dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva sebagai berikut : (Manurung, 2004 : 76)

Gambar 3:

Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Tetap

1 US$ = Rp S1 1 US$ = Rp

S2 S1

Kur s bar u

Devaluasi Revaluasi

Kur s awal

D1 0 Q1 Q2 US$ 0 Q1 US$

(a) (b)

Nilai Rupiah Menguat Nilai Rupiah Melemah

Sumber : Manurung, Mandala, 2004, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (kajian Konstektual Indonesia), Pener bit Fakultas Ekonomi UI, J akarta, halaman 76.

(32)

Karakteristik dalam sistem kurs mengambang yaitu berfluktuasi dengan bebas sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Sistem kurs mengambang tercipta pada tahun 1973. sistem kurs ini merupakan sistem kurs yang paling sederhana dan sesuai dengan modal persaingan kompetitif, dimana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor–faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing.Implikasinya adalah bahwa sistem kurs mengambang akan lebih berfluktuasi dari pada sistem kurs tetap. (Suparmoko, 2000 : 370)

(33)

Gambar 4 :

Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Mengambang

1 US$ = Rp S1 1 US$ = Rp S1

S2 S2

Apresiasi Depresiasi

D2 D2

D1 D1

0 Q1 Q2 US$ 0 Q1 Q2US$ (a) (b)

Nilai Rupiah Menguat Nilai Rupiah Melemah

Sumber : Manurung, Mandala, 2004, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (kajian Konstektual Indonesia), Penerbit Fakultas Ekonomi UI, J akarta, halaman 74.

3. Sistem kurs mengambang ter kendali.

Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating system)

(34)

2.2.3.3 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai Tukar Mata Uang.

Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara

mata uang satu dengan mata uang lainya atau negara lain : (Manurung, 2004 : 75-76)

1. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan dimana senantiasa terjadi peningkatan harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang beredar di masyarakat.

2. Tingkat Bunga

Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi penanam modal bagi dari dalam maupun luar negeri, sehingga akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri.

3. Tingkat Pendapatan

(35)

nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam negeri akan mengalami depresiasi.

4. Faktor Spekulasi

Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau peningkatan dalam nilai mata uang dalam negeri.

2.2.3.4 Sistem Kurs yang Berubah–ubah

Didalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor).permintaan valuta asing di tentukan dari transaksi debit dalam neraca. pembayaran internasional, sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional. suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi autonomus debet (surplus neraca pembayaran) sebaliknya di katakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit.

2.2.3.5 Sistem Kurs yang Stabil

(36)

2.2.3.6 Perubahan–Perubahan Kurs Valuta Asing

Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran : (Salvator, 2004 : 74)

1. Perubahan dalam citarasa masyr akat.

Perubahan ini mempengaruhi permintaan. Apabila penduduk suatu negara semakin lebih menyukai barang–barang dari suatu negara lain, maka permintaan ke atas mata uang negara lain tersebut bertambah. Maka perubahan seperti itu mempengaruhi kecenderungan untuk menaikkan nilai mata uang negara lain tersebut.

2. Perubahan harga dari barang–barang ekspor.

Apabila barang–barang ekspor mengalami perubahan maka perubahan ini akan mempengaruhi permintaan ke atas barang ekspor itu. Perubahan ini akan mempengaruhi kurs valuta asing. Kenaikan harga barang–barang ekspor akan mengurangi permintaan ke atas barang tersebut di luar negeri. Maka kenaikan tersebut akan mengurangi penawaran mata uang asing.

3. Kenaikan harga–harga umum (inflasi).

(37)

mahal dan ini akan mengurangi permintaanya dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta asing.

4. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian Investasi.

Disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran ke atas barang–barang yang dipedagangkan diantara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat pendapatan investasi yang lebih menarik akan mendorong pemasukan modal ke negara tersebut.

5. Per kembangan ekonomi

(38)

2.2.4 Pertumbuhan Ekonomi

2.2.4.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.(Sukirno, 2004 : 9).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro, 2004 :99).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu.(Putong, 2003:252).

Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi diatas,pertumbuhan ekonomi mempunyai tiga komponen yaitu :

a. Pertumbuhan suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persedian barang.

b. Teknologi maju merupakan faktor-faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyedian aneka macam barang kepada penduduk.

(39)

2.2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,yaitu : a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainya

Kekayaan alam sesuatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca,jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh,jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Di dalam setiap negara dimana pertumbuhan ekonomi.baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor utama (pertanian dan pertambangan) yaitu sektor dimana kekayaan alam terdapat kekurangan modal, kekurangan tenaga ahli dan kekurangan pengetahuan para pengusaha untuk mengembangkan kegitan ekonomi di suatu pihak.

(40)

b. Jumlah dan Mutu Penduduk dan Tenaga Kerja.

Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah produksi. Disamping itu sebagai akibat pendidikan,latihan dan pengalaman kerja,keterampilan penduduk akan selalu bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktifitas dan ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Selanjutnya perlu diingat pula bahwa pengusaha adalah sebagian dari penduduk.maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sesuatu negara juga bergantung kepada jumlah pengusaha dalam sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, lebih banyak kegiatan ekonomi yang dijalankan. c. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam menganalisis mengenai masalah-masalah pembangunan di negara-negara berkembang ahli-ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan.

(41)

kepada pertumbuhan ekonomi. Sikap itu antara lain sikap berhematyang bertujuan untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi, dan sikap yang selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan.

Perubahan dalam sikap masyarakat perlu diciptakan. Perubahan itu terutama harus ditunjukan kepada masyarakat bersedia bekerja lebih keras untuk mendampatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.(Sukirno, 2004 : 430-432)

2.2.4.3 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional Riil. Untuk menentukan pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, di hitung berdasarkan laju perubahan Pendapatan Nasional Riil tahun t (sekarang) dikurangi tahun t-1 (sebelumnya)kemudian dikalikan 100% atau dengan rumus persaman sebagai berikut :

(42)

Dimana :

Gt = Pertumbuhan Ekonomi pada tahun t PNB rt = Pendapatan Nasional riil pada tahun t PNB RT-1 = Pendapatan Nasional riil pada tahun t-1

Alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain : a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Produk Domestik Bruto ini merupakan acuan yang sifatnya global dan bukan merupakan alat pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang sesungguhnya.

b. Produk Domestik Bruto Perkapita

Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur pendapatan perkapita dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara dari pada Produk Domestik Bruto (PDB)saja. Produk Domestik Bruto Perkapita adalah jumlah produk domestik Bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

c. Pendapatan Perjam Kerja

(43)

dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan lebih maju dari negara lain.(Suparmoko,2000 : 205)

2.2.4.4 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi W.W Rostow

Profesor Walt Whitman Rostow mengajukan teorinya pertama kali dalam Economic Journal dan kemudiandikembangkan dalam bukunya The Stages Of Economic Growt”. Proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan semua negara di dunia ini akan melalui salah satu tahap tersebut. Kelima tahap pertumbuhan ekonomi itu adalah :

1. Masyarakat tradisional (the tradisional society)

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

3. Lepas landas (the take-off)

4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption).

Adapun penjelasan kelima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut diatas sebagai berikut.

1. Masyarakat tradisional (the tradinional society)

(44)

sumber daya masyarakat hanya digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Struktur sosial bersifat hierarkis, maksudnya kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan ayahnya,kakeknya,dan nenek moyangnya. Dalam masyarakat ini kecil sekali kemungkinan misalnya ,bagi anak seseorang petani untuk menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lainnya yang lebih tinggi dari petani.

2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)

Masyarakat ini adalah masyarakat yang mempunyai perubahan sistem politik,struktur sosial,nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan ekonominya mulai bergerak dinamis, industri-industris bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat dan lembaga keungan resmi sebagai penggerak dana masyarakat mulai bermunculan. Jika pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, suatu negara sudah dapat dianggap berada pada tahap prasyarat untuk lepas landas.

3. Lepas landas (the take-off)

(45)

peningkatan penanaman modal yang tinggi akan meningkatkan pendapatan nasional yang melebihi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan perkapita semakin lama akan semakin besar.

Terdapat dua ciri untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai suatu tahap lepas landas atau belum,yakni :

a. Kenaikan penanaman modal yang produktif meningkat dari 5% atau kurang menjadi 10% dari Produk Nasional Netto.

b. Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.

4. Tahap gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity)

Dalam tahap ini,masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut dan sektor-sektor andalan baru akan muncul untuk menggantikan sektor andalan lama, yang mengalami kemunduran. Ciri-ciri non ekonomi dai masyarakat yang telah mencapai tahap kearah kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya adalah sebagai berikut :

(46)

kerjaa dari sektor pertanian ke sektor industri. Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.

b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan, dimana manajer profesional lebih berperan penting dari pada pengusaha yang merangkap jadi pemilik.

c. Masyarakat merasa bosan dengan dampak negatif yang diciptakan oleh industrialisasi (polusi,permintaan dari buruh,suara mesin) sehingga mulai memunculkan kritik-kritik terhadapnya dan menginginkan perubahan lebih jauh.

5. Tahap konsumsi tinggi (the age of high mass consumption)

Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih tertuju keada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Ada dua tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia serta dukungan politik dari pemerintahan agar produksi mereka benar-benar dapat habis terjual, yaitu dengan cara:

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke negara-negara lain untuk perluasan pasar yang berakhir pada penaklukan atas negara-negara tersebut.

(47)

merata melalui sistem perpajakan progresif, yakni semakin tinggi pendapatan semakin besar pulah tarif pajak.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith

Adam smith menyatakan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu suasana uang mengakibatkan perekonomian akan berfungsi secara efisien. Adam Smith terkenal sebagai pelopor perkembangan ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang pertama mengemukakan mengenai pentingnya kebijakan laissez faire dan juga ahli pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah pembangunan. Menurut Adam Smith, kebijakan laissez faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimumkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai oleh masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan dua unsur, yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu :

1. Sumber-sumber alam. 2. Perkembangan penduduk

3. Jumlah persediaan barang modal.

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi David Ricardo dan Thomas Robert Malthus,

(48)

stasionary state atau suatu keadaan ketika perkembanagan ekonomi tidak terjadi sama sekali (mandek). Perbedaan pandangan kedua ahli ini dengan Adam Smith terletak pada peranan penduduk dalam pembangunan ekonomi. Menurut David Ricardo dan Thomas Robert Malthus, perkembangan penduduk yang cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi. Pada tingkat ini tenaga kerja akan menerima upah yang sangat minim yng hanya cukup untuk hidup (subsistence level). Teori David Ricardo ini banyak dipengaruhi oleh teori perkembangan penduduk yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus.

Ciri-ciri Perekonomian menurut David Ricardo adalah sebagai berikut :

1. Sumber alam yang terbatas jumlahnya (tanah)

2. Perubahan tenaga kerja (bertambah atau berkurng) sesuai dengan perubahan tingkat upah minimum.

3. Pembentukan modal terjadi bila tingkat keuntungn yang diperoleh para pengusaha cukup tinggi(berada diatas tinggkat keuntungan minimal)

(49)

2.2.5 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini membahas “Pengaruh suku bunga indonesia (SBI)”, dalam pembahasan ini variabel yang berpengaruh terhadap suku bunga indonesia (SBI) yaitu kurs Rupiah, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antar variabel maka dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :

1. Suku Bunga SBI (X1)

Suku bunga adalah tingkat balas jasa yang diperoleh masyarakat yang menginvestasikan dananya pada pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI). (Manurung, 2004 : 112)

Apabila tingkat suku bunga SBI naik, maka suku bunga yang diberikan oleh bank juga akan mengalami kenaikan. Kecenderungan masyarakat umtuk menyimpan uangnya pada bank akan meningkat, khususnya pada simpanan deposito bank umum. Tetapi berbeda dengan simpanan pada bank syariah yang akan menurun karena dampak dari meningkatnya simpanan pada bank umum tersebut. Jika tingkat suku bunga SBI yang diberikan rendah, maka masyarakat akan cenderung untuk menginvestasikan dananya pada bidang lain selain perbankan. (Iqbal, 2001 : 33)

(50)

2. Inflasi (Y1)

Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. (Putong, 2003 : 254).

Dengan menurunnya inflasi maka harga-harga barang akan tergolong murah. Untuk memproduksi suatu barang akan cenderung lebih rendah nilainya sehingga dengan biaya produksi yang rendah maka keuntungan yang diperoleh dari omset penjualan juga semakin besar. Hal ini akan berakibat pada peningkatan produktifitas barang dan jasa sehingga jumlah tenaga kerja yang diserap meningkat, yang akan diikuti oleh meningkatnya pendapatan riil. Dengan meningkatnya pendapatan riil, keinginan masyarakat untuk menyimpan sebagian pendapatannya pada bank, baik bank umum maupun bank syariah akan meningkat pula. Sebaliknya, jika inflasi mengalami kenaikkan, maka harga barang-barang akan mengalami kenaikkan, yamg berdampak pada menurunnya produktifitas. Dari hal tersebut berhubungan dengan pendapatan riil masyarakat yang juga akan menurun. (Rivai, 2006 : 32)

3. Kurs Rupiah (Y2)

Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing) atau ratio antara satu unit satuan mata uang dengan

jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. (Salvatore, 2004 : 140) Dalam penelitian apakah suku bunga (SBI)

(51)

uang (Kurs) naik apakah berdampak pada harga-harga barang dalam negeri, yang berakibat pada laju perekonomian dalam negeri,maka dari itu apakah Suku Bunga (SBI) berpengaruh nyata terhadap kurs Rupiah apabila naik. (Rivai, 2006 : 34) Karena Kenaikan Suku Bunga Indonesia (SBI) maka dari itu bank tidak menaikkan permintaan kredit.jadi tidak berpengaruh dan menjadi percepatan percetakan uang giral

4. Pertumbuhan Ekonomi (Y3)

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. (Sukirno, 2004 : 9)

Gambar 5 : Kerangka Pikir

2.2.6 Hipotesis

Inflasi (Y1)

Kurs Rupiah (Y2)

Pertumbuhan Ekonomi (Y3) Suku Bunga

(52)

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya dan masih harus dibuktikan secara empiris berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah atau diterima jika fakta-fakta membenarkan. Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Diduga tingkat inflasi,kurs Rupiah , dan pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap tingkat suku SBI

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel “penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman empiris.”

Sedangkan definisi pengukuran variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, antara lain terdiri dari :

a. Variabel terikat (Dependent Variable) : 1. Suku Bunga SBI (X1)

Tingkat balas jasa yang diperoleh masyarakat penyimpan dana di bank karena menyimpan sejumlah dana yang dimilikinya. Dalam penelitian ini suku bunga SBI dinyatakan dalam bentuk persen.

b. Variabel bebas (Independent variable) terdiri dari : 1. Inflasi (Y1)

(54)

2. Kurs Rupiah (Y2)

Kurs atau nilai tukar Rupiah terhadap US $ adalah jumlah atau harga mata uang Rupiah dari mata uang US $ pada waktu tertentu. Dalam penelitian ini kurs Rupiah terhadap US $ dinyatakan dalam bentuk Rupiah.

3. Pertumbuhan Ekonomi (Y3)

Pertumbuhan ekonomi yaitu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dalam penelitian ini Pertumbuhan Ekonomi dinyatakan Dalam Satuan Persen.

3.2. Teknik Penentuan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah secara time series, yaitu data berkala selama sepuluh tahun dari tahun 2000 sampai dengan 2010.

3.3. J enis dan Sumber Data 3.3.1. J enis Data

(55)

instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini atau data yang sudah terlampir dan bisa diambil dari instansi yang bersangkutan. 3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari a. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur

b. Bank Indonesia cabang Surabaya

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian ini dilakukan dengan :

a. Study kepustakaan (Library Research)

Data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literatur-literatur yang sesuai dengan usaha penelitian ini.

b. Studi Lapangan

Yaitu memperoleh data dan melakukan penelitian di lapangan untuk mendapatkan data yang di peroleh dalam penulisan skripsi ini, dilakukan dengan cara mengambil data statistik dari laporan – laporan dari instansi atau lembaga yang terkait dengan permasalahan yang diteliti

(56)

Sesuai dengan tujuan dari usulan penelitian ini, maka digunakan suatu model regresi linier berganda.Analisis regresi merupakan alat analisis yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Bentuk model tersebut adalah :

Y1= β0+ β1X1 + μ i...(Soelistyo, 2001 : 320) Y2= β0+ β1X1 + μ i...(Soelistyo, 2001 : 320) Y3= β0+ β1X1 + μ i...(Soelistyo, 2001 : 320) Dimana :

Y1 = inflasi

Y2 = Kurs Rupiah

Y3 = pertumbuhan ekonomi

X1 = suku bunga Indonesia SBI

β0 = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi

μi = Variabel pengganggu, merupakan wakil dari semua faktor lain yang dapat mempengaruhi Suku Bunga Indonesia (SBI), namun tidak dimasukkan dalam model karena diasumsikan sama dengan nol.

(57)

variabel terikat, maka perlu diketahui nilai-nilai koefisien determinasi dengan menggunakan rumus :

JK regresi R2 =

JK total ………..(Soelistyo, 2001 : 325)

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi JK = Jumlah kuadrat

JK Regresi = b1∑y iX1+ b2∑y 2X2 + b3∑y iX3 +...bn∑y nXn JK total = ∑y i2 atau ∑y i – (∑y) 2

n

Jadi :

b1∑y iX1 + b2∑y 2X2 + b3∑y iX3 R2 =

∑y i2 (Soelistyo, 2001 : 325)

Karakteristik utama dari R2adalah : 1. Tidak mempunyai nilai negatif

2. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Dimana kecocokan model dikatakan “lebih baik” jika R2 semakin dekat dengan 1.

(58)

dalam model seiring dengan meningkatnya jumlah variabel yang menjelaskan, R2 hampir-hampir selalu meningkat dan tak pernah menurun. (Soelistyo, 2001 : 325)

3.5.2. Uji Hipotesis

Selanjutnya untuk menguji hipotesisnya menggunakan cara sebagai berikut :

a. Uji F (secara simultan)

Untuk menguji hubungan regresi antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), maka digunakan uji F.

Pengujian ini ditentukan dengan rumus : KT regresi

F hitung =

KT Galat ... (Soelistyo, 2001 : 325)

Dengan derajat bebas = (k, n-k-1) Keterangan :

K = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel

(59)

Kriteria uji F akan ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 6

Kurva Uji Hipotesis Secara Simultan

Sumber : Soelistyo, 2001, “Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 325.

H0 = β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (tidak ada pengaruh) H0 = β1 ≠ β 2≠ β 3 ≠ β 4 ≠ 0 (ada pengaruh) Kaidah keputusannya adalah :

Jika F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima Jika F hitung> F tabel, maka H0 ditolak

Daerah tolak H0

(60)

b. Uji t

Digunakan untuk menguji hubungan regresi secara terpisah dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya dengan persamaan sebagai berikut :

βi thitung =

Se(βi) ...(Soelistyo, 2001 : 328)

Derajat bebas = (n-k-1) Dimana :

βi = Koefisien regresi Se = Standar error n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel bebas

Kriteria uji t akan ditunjukkan pada gambar sebagai berikut :

Gambar 7

Kurva Uji Hipotesis Secara Parsial

-thitung - t tabel t tabel

Sumber : Soelistyo, 2001, “Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 328.

Daerah tolak H0

Daerah terima H0

(61)

H0 : βi = 0 (tidak ada pengaruh nyata)

Hi : βi ≠ 0 (ada pengaruh nyata) Kaidah keputusannya adalah :

1. H0 diterima jika -thitung ≤ t tabel, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2. H0 ditolak jika --ttabel< thitung > ttabel, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.5.3 Uji Asumsi` Klasik (BLUE)

Persamaan regresi yang dipergunakan haruslah bersifat BLUE, yang artinya pengambilan melalui uji F atau uji t tidak boleh bias. Untuk melaksanakan operasi linier tersebut diperlukan 3 (tiga) asumsi dasar yang harus dipenuhi dan tidak boleh dilanggar, yaitu :

1. Tidak terjadi korelasi

2. Tidak terjadi multikolinieritas 3. Tidak terjadi heteroskedastisitas

Apabila ada salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Sifat dari BLUE itu sendiri adalah :

(62)

Menolak Ho parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya. d. Estimate : e (kesalahan) penaksiran linier kuadrat terkecil,

artinya diharapkan sekecil mungkin.

Tiga dari asumsi dasar tersebut yang tidak boleh dilanggar dalam regresi linier berganda :

1. Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional).Jadi, dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya, nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada waktu ke-t (et) tidak boleh ada

hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya (et-1). (Soelistyo, 2001 : 332)

(63)

Sumber : Soelistyo, 2001, “Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 332.

Adanya autokorelasi didasarkan atas :

1. Daerah A:Durbin Watson < dL, tolak Ho autokorelasipositif. 2. Daerah B : dL < Durbin Watson < dU, ragu-ragu.

3. Daerah C : dU < Durbin Watson < dU, terima Ho, non autokorelasi. 4. Daerah D : 4 – dU < Durbin Watson < 4 – dU, ragu-ragu.

5. Daerah E: Durbin Watson < 4 – dL, tolak Ho autokorelasi negatif.

Pendekteksian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan besaran Durbin Watson. Panduan mengenai angka D – W ( Durbin Watson ) untuk mendeteksi autokorelasi adalah: 1. Angka D – W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D – W dibawah -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3. Angka D – W diatas +2, berarti ada korelasi negatif.

Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson

Durbin Watson Kesimpulan

Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi

1,08 – 1,66 Tanpa kesimpulan

1,66 – 2,34 Tidak ada autokorelasi

(64)

Lebih dari 2,92 Ada autokorelasi

Sumber : Algifari, 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi,Penerbit : BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 89. 3. Multikolinieritas

Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas.Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).

Untuk mendeteksi adanya multikolieritas dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut :

a. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi b. Koefisien korelasi sederhanya tinggi

c. Nilai Fhitung tinggi (signifikan)

d. Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel bebas yang signifikan.

Akibat adanya multikolinieritas adalah :

1. Nilai standar error (galat baku) tinggi, sehingga taraf kepercayaan (confidence intervalnya) akan semakin melebar. Dengan demikian, pengujian terhadap koefisien regresi secara individu menjadi tidak signifikan.

(65)

Identifikasi secara statistik atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF).

VIF =

VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians.Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier. (Soelistyo, 2001 : 335)

3. Heteroskedastisitas

Pada regresi linier residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Speaman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus Rank Spearman adalah :

) 1 ( 2

2

− Σ

N N

di

...(Soelistyo, 2001 : 334)

Keterangan :

(66)

BAB IV

HASIL PENELITI AN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ip si Obyek Penelitian

4.1.1. Per kembangan Makr o Ekonomi dan Tingkat Suku Bunga SBI Perkembangan indikator-indikator ekonomi makro yang menuju perbaikan. Tingkat inflasi Januari – April 2003 sebesar 0,.92% dan angka ini jauh lebih rendah daripada periode yang sama tahun 2002 yang mencapai 3,26% dan tahun 2001 yang mencapai 2,57%. Perbaikan ini sejalan dengan tingkat inflasi April 2003 berdasarkan year on year yang hanya 7,54%, jauh lebih rendah daripada April 2002 yang mencapai 13,30% dan April 2001 yang mencapai 10,51%. Tingkat diskonto SBI untuk jangka waktu 1 bulan pada akhir Mei 2003 sudah berada di 10,68%. Sedangkan nilai tukar Rupiah terus menguat menjauhi target Rp. 9.000 per dollar AS dimana saat tulisan ini dibuat sudah mencapai Rp. 8.165 per dollar AS.

(67)

mengurangi pembayaran bunga Obligasi Pemerintah. Adapun rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, EIU memperkirakan akan mencapai 8.916 untuk tahun 2003 dan 9.104 untuk tahun 2004

Tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar Rupiah adalah variabel yang mempengaruhi unsur-unsur di dalam permintaan agregat yang meliputi konsumsi privat, investasi, pengeluaran pemerintah, Kurs dan impor. Dengan semakin membaiknya ketiga indikator ini, secara teoritis besaran permintaan agregat juga akan mengalami perbaikan. Namun perkembangan yang menjanjikan ini belum secerah gambaran disektor ril. Kontribusi investasi baru 16,4% karena terhambat oleh permasalahan struktural. Peran konsumsi sebagai mesin pertumbuhan tentu ada batasnya dalam menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

(68)

4.5.Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data serta perkembangan Tingkat Inflasi, Kurs, dan Pertumbuhan Ekonomi sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI.

4.2.1. Per kembangan Tingkat Inflasi

(69)

Tabel.1. Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 2000-2010 Tahun Tingkat Inflasi

(%)

4.2.2. Per kembangan Kurs Valuta Asing

(70)

Tabel.2. Perkembangan Kurs Valuta Asing Tahun 2000-2010

4.2.3. Per kembangan Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Pertumbuhan Ekonomi setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 yang menjelaskan bahwa pada tahun 2000 sampai 2010, Perkembangan terbesar Pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2004 sebesar 1,73 % dan terendah sebesar -1,47 % terjadi pada tahun 2001, Pertumbuhan Ekonomi terbanyak pada tahun 2007 sebesar 6,35 % dan Pertumbuhan Ekonomi yang terendah yaitu pada tahun 2001 sebanyak 3,45 %.

(71)

Tahun Pertumbuhan Ekonomi

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )

4.2.4. Per kembangan Tingkat Suku Bunga SBI

Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI setiap tahunnya mengalami fluktuatif yang tidak tentu besarnya. Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI, yang tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 5,13 % dan terendah sebesar -4,20 % terjadi pada tahun 2003. Tingkat Suku Bunga SBI terbesar pada tahun 2001 sebesar 16,22 %. dan Tingkat Suku Bunga SBI yang terendah yaitu pada tahun 2004 sebesar 5,05 %.

Tabel.4. Perkembangan Suku Bunga Indonesia Tahun 2000-2010 Tahun Tingkat Suku Bunga SBI

( % )

Perkembangan ( % )

2000 15,50 -

(72)

2002 12,47 - 3,75

2003 8,27 - 4,20

2004 5,05 - 3,22

2005 10,18 5,13

2006 6,49 - 3,69

2007 5,09 - 1,40

2008 9,40 4,31

2009 6,50 - 2,90

2010 6,50 0,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )

4.3. Uji Hipotesis Secara Parsial

(73)

Tabel 5. Tingkat Suku Bunga SBI (X1), terhadap Tingkat Inflasi (Y1), Kurs (Y2), Pertumbuhan Ekonomi (Y3).

Variabel Y

Koefesien Regresi

Variabel Independen t hitung t tabel

β0 βx1

Tingkat Inflasi (Y1) 4,697 0,478 1,963 2,262

Kurs (Y2) 8914,483 64,037 1,120 2,262

Pertumbuhan Ekonomi (Y3) 6,602 -0,162 -2,440 2,262 Sumber pada output Coefficient

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

Berdasarkan dari hasil perhitungan pengolahan data dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Program for Social Science) maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y1 = 4,697 + 0,478 Y2 = 8914,483 + 64,037 Y3 = 6,602 - 0,162

Dari persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut : a. Konstanta (β0) : Y1 = 4,697 , Y2 = 8914,483 , Y3 = 6,602

(74)

b. Koefisien regresi X1 (β1) : Y1 = 0,478, Y2 = 64,037, Y3 = -0,162

Menunjukkan apabila Tingkat Suku Bunga SBI bertambah 1 % maka Tingkat Inflasi (Y1), Kurs (Y2), dan Pertumbuhan Ekonomi (Y3), Tingkat Inflasi (Y1) akan naik sebesar 0,478 % (Y1) , Kurs (Y2) akan naik sebesar 64,037 Rupiah dan Pertumbuhan Ekonomi (Y3) akan turun sebesar 0,162 %.

Selanjutnya untuk melihat ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel terhadap variable terikatnya, dapat dianalisa melalui uji t dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Pengaruh secara par sial antara Tingkat Suku Bunga SBI (X1) terhadap Tingkat Inflasi (Y1)

Langkah-langkah pengujian :

i. Ho : β1 = 0 (tidak ada pengaruh) Hi : β1 ≠ 0 (ada pengaruh) ii. t hitung =

) (β Se

β 1

1 = 1,963

(75)

Gambar 1

Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga SBI (X1) terhadap Tingkat Inflasi (Y1)

Sumber : lampiran pada output Coefficient

Berdasarkan pehitungan diperoleh hitung sebesar 1,963 < t-tabel sebesar 2,262 Ho di terima, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Tingkat Suku Bunga SBI (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Tingkat Inflasi (Y1). Hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Tingkat Suku Bunga SBI (X1) sebesar 0,081 yang lebih besar dari 0.05.

b) Pengaruh secara par sial antara Tingkat Suku Bunga SBI (X1)

vii.level of significani = 0,05/2 (0,025) berarti t tabel sebesar 2,262 viii. pengujian

Gambar 2

2,262 -2,262

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

(76)

Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga SBI (X1) terhadap Kurs (Y2)

Sumber : lampiran pada output Coefficient

Berdasarkan pehitungan diperoleh hitung sebesar 1,120 < t-tabel sebesar 2,262 Ho di terima, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Tingkat Suku Bunga SBI (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Kurs (Y2). Hal ini didukung juga dengan nilai

xi. level of significani = 0,05/2 (0,025) berarti t tabel sebesar 2,262 xii. pengujian

Gambar 3

Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga SBI (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y3)

2,262 -2,262

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

(77)

Sumber : lampiran pada output Coefficient

Berdasarkan pehitungan diperoleh hitung sebesar -2,440 > t-tabel sebesar 2,262 Ho di terima, pada level signifikan 5 %, sehingga secara parsial Faktor Tingkat Suku Bunga SBI (X1) berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y3). Hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Tingkat Suku Bunga SBI (X1) sebesar 0,037 yang lebih kecil dari 0.05.

4.4Pembahasan

Dengan melihat hasil regresi yang didapat maka peneliti dapt mengambil kesimpulan bahwa untuk Tingkat Suku Bunga SBI, terhadap Tingkat Inflasi, Kurs , Pertumbuhan Ekonomi :

Tingkat Suku Bunga SBI tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Tingkat Inflasi. Hal ini disebabkan karena naik turunnya inflasi yang bersifat sementara dan yang hanya disebabkan oleh situasi dan kondisi keadaan tertentu seperti bulan puasa, lebaran dan kenaikan Indeks Harga Konsumen.

Tingkat Suku Bunga SBI tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Kurs . Hal ini disebabkan karena naik turunnya kurs

2,262 -2,262

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho Daerah Penolakan Ho

(78)

Rupiah terhadap US $ yang bersifat sementara menyebabkan sebagian masyarakat sudah mulai terbiasa dengan keadaan tersebut, Selain itu naik turunnya kurs bukan karena dipengaruhi oleh ekonomi dalam negeri melainkan dipengarui ekonomi luar negeri.

Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini disebabkan karena turunnya Tingkat suku bunga SBI yang akan menurunkan tingkat resiko usaha dan meningkatkan jumlah kredit sehingga sektor riil akan meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.

Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Tingkat Suku Bunga SBI yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI merupakan variabel yang paling dominan untuk mempengaruhi variabel Tingkat pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dan yang paling dominan dalam meningkatkan Tingkat Suku Bunga SBI dari pada Tingkat Inflasi, dan Kurs.

(79)

riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur,

diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi

(80)

akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.

(81)
(82)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara partial antara Tingkat Suku Bunga SBI, terhadap Tingkat Inflasi (Y1), diperoleh bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tingkat Inflasi hal ini disebabkan karena naik turunnya inflasi yang bersifat sementara dan yang hanya disebabkan oleh situasi dan kondisi keadaan tertentu seperti bulan puasa, lebaran dan kenaikan Indeks Harga Konsumen.

Gambar

Gambar 2 : Kurva Cost Push Inflation
Gambar 3:  Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Tetap
Gambar 4 : Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Mengambang
Gambar 5 : Kerangka Pikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

CONSERVATION OF KAMPUNG BALUWERTI AS ROYAL VILLAGE (JAVANESE ROYAL PALACE OF KASUNANAN SURAKARTA), INDONESIA.

Pas foto berwama terbaru diambil paling lambat 3 bulan terakhir dengan latar belakang putih ukuran 4,5 x 4,5 cm (berseragam pramuka tanpa tutup kepala dan kaca mata , bukan

Dalam kegiatan pencatatan program pemberian makanan tambahan pemulihan di wilayah kerja Puskesmas Oepoi belum sesuai karena ibu balita tidak melakukan pencatatan harian

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Tindak pidana pengeroyokan atau main hakim sendiri yang dilakukan oleh dua orang pelaku tersebut termasuk kategori turut serta melakukan jarimah, yaitu dengan

1) Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya. 2) Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam

Seminar tersebut terselenggara berkat kerjasama antara Universitas Negeri Padang dengan Universiti Kebangsaan Malaysia yang mengundang keynote speaker sebanyak 8 (delapan)

difficulties in comprehending texts adopted from Hello Magazine faced by the second year students of SMK Diponegoro Salatiga. The model