LAPORAN PRAKTIKUM
KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN
MODUL 4
“Pengalamatan IP dan Subnetting”
dibimbing oleh Bapak Heru Wahyu Herwanto, S.T., M.Pd.
Nama Kelompok : Fitriyah 140533601394 Intan Nurlaila 140533602086 S1 PTI 2014 A
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ELEKTRO
Nama : Intan Nurlaila Nim : 140533602086
1. Tujuan Praktikum
a) Memahami konsep IP
b) Memahami konsep subnetting dan supernetting
2. Perangkat yang digunakan
a) PC/Laptop dengan sistem operasi windows
b) Software Packet Tracer
3. Dasar Teori
A. Format Penulisan IP Address
IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut :
Jadi IP address ini mempunyai range dari
00000000.00000000.00000000.00000000 sampai
11111111.11111111.11111111.11111111. Notasi IP address dengan bilangan biner seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan “notasi desimal bertitik”. Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan suatu IP address dalam format biner dan desimal :
B. Pembagian Kelas IP Address
Jumlah IP Address yang tersedia secara teoritis adalah 255x255x255x255 atau sekitar 4 milyar lebih yang harus dibagikan ke seluruh pengguna jaringan internet di seluruh dunia. Pembagian kelas-kelas ini ditujukan untuk mempermudah alokasi IP Address, baik untuk host/jaringan tertentu atau untuk keperluan tertentu.
IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (net ID) dan bagian host (host ID). Net ID berperan dalam identifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan host ID berperan untuk identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama memiliki net ID yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP Address merupakan network bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung kepada kelas network. IP address dibagi ke dalam lima kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Perbedaan tiap kelas adalah pada ukuran dan jumlahnya. Contohnya IP kelas A dipakai oleh sedikit jaringan namun jumlah host yang dapat ditampung oleh tiap jaringan sangat besar. Kelas D dan E tidak digunakan secara umum, kelas D digunakan bagi jaringan multicast dan kelas E untuk keprluan eksperimental. Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut :
0-127 0-255 0-255 0-255
Dua bit IP address kelas B selalu diset 10 sehingga byte pertamanya selalu bernilai antara 128-191.Network ID adalah 16 bit pertama dan 16 bit sisanya adalah host ID sehingga kalau ada komputer mempunyai IP address 192.168.26.161, network ID = 192.168 dan host ID =
26.161. Pada. IP address kelas B ini mempunyai range IP dari 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx, yakni berjumlah 65.255 network dengan jumlah host tiap network 255 x 255 host atau sekitar
IP address kelas C mulanya digunakan untuk jaringan berukuran kecil seperti LAN. Tiga bit pertama IP address kelas C selalu diset 111. Network ID terdiri 24 bit dan host ID 8 bit sisanya sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network dengan masing-masing network memiliki 256 host.
192-223 0-255 0-255 0-255
110nnnn Nnnnnnn nnnnnnn Hhhhhh
IP address kelas C
C. Subnet Mask
Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai subnet, mana yang host dan mana yang broadcast. Semua itu bisa kita ketahui dari subnet masknya. Subnet mask default ini untuk masing-masing Class IP Address adalah sbb:
Cla
ss Oktet Pertama Subnet Mask Default Private Address
A 1 – 127 255.0.0.0 10.0.0.0 –
10.255.255.255
B 128 – 191 255.255.0.0 172.16.0.0 –
172.31.255.255
C 192 – 223 255.255.225.0 192.168.0.0 –
D. Subneting
Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru. Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas B dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Tujuan Subnetting
Tujuan dari subnetting adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengefisienkan pengalamatan (misal untuk jaringan yang hanya mempunyai 10 host, kalau kita menggunakan kelas C saja terdapat 254 – 10 =244 alamat yang tidak terpakai).
2. Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. 3. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau
tidak. Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
4. Untuk mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
5. Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
6. Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat
mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
7. Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Fungsi Subnetting
1. Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data yang lewat di perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet.
2. Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.
3. Pengelolaan yang disederhanakan.
4. Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang menjauh,
Proses Subnetting
Untuk melakukan proses subnetting kita akan melakukan beberapa proses antara lain :
adalah 256 host, maka jumlah tersebut tidak cukup untuk mengalamati seluruh komputer tersebut. Jika kita gunakan kelas B, yang maksimal jumlah hostnya adalah 65536, maka sisanya sangat banyak dan akan terbuang percuma yang berakibat tidak efisiennya proses routing. CIDR menggunakan VLSM (Variable-Length Subnet Masks) untuk mengalokasikan alamat IP sesuai dengan kebutuhannya, daripada menggunakan mengikuti aturan-aturan kelas-kelas A, B dan C dalam jaringan.
4. Prosedur Praktikum a) Latihan 1
Diketahui IP kelas C: 192.168.15.0.
Membuat skema pengalamatan dengan menggunakan Packet Tracer :
Setelah PC dan Router terhubung seperti diatas, diketahui bahwa jaringan diatas memerlukan 14 network.Lakukan Subnetting untuk membuat jaringan yang efisien!
Langkah – langkah melakukan subnetting :
Menentukan biner dan subnet mask dari network yang dibutuhkan
Sehingga didapatkan x = 4
- x digunakan untuk menentukan nilai dari biner 1 pada blok terakhir kelas C.
- 14 merupakan jumlah network yang dibutuhkan
11111111 11111111 11111111 11110000
255 255 255 240
Dari biner diatas, cara menghitung subnet mask adalah dengan menjumlahkan nilai biner 1. Perhitungannya :
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.240 atau dalam CIDR ditulis /28 . /28 didapatkan dari seluruh jumlah biner 1 pada subnet mask.
Menghitung Subnet/Network
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 24 = 16 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung jumlah host yang valid tiap subnet
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 24 – 2 = 16 – 2 = 14 host/subnet Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
2x ≥ 14 24 ≥ 14 32 > 14
Menentukan range host pada setiap subnet/network
Block size = 256 – subnet mask = 256 – 240 = 16
Berikut ini merupakan subnet dan rincian IP yang valid :
Subnet/ Network
1 2 3 4
Net ID 192.168.15.0 192.168.15.16 192.168.15.32 192.168.15.48
First IP 192.168.15.1 192.168.15.17 192.168.15.33 192.168.15.49
Last IP 192.168.15.1
4 192.168.15.30 192.168.15.46 192.168.15.62
Broadcast 192.168.15.1
5
192.168.15.31 192.168.15.47 192.168.15.63
Subnet/Network 9 10 11 12
Net ID 192.168.15.128 192.168.15.144 192.168.15.160 192.168.15.176
First IP 192.168.15.129 192.168.15.145 192.168.15.161 192.168.15.177
Last IP 192.168.15.142 192.168.15.158 192.168.15.174 192.168.15.190
Broadcast 192.168.15.143 192.168.15.159 192.168.15.175 192.168.15.191
Analisa :
Untuk membuat jaringan yang efisien, dapat dilakukan dengan subnetting. Dalam subnetting kita perlu menghitung jumlah subnet yang diperlukan kemudian menentukan subnet mask. Dari subnet mask kita dapat mengetahui jumlah subnet yang valid dengan range host yang dapat digunakan pada tiap subnet. Pada jaringan digunakan subnetting classfull, maksudnya adalah seluruh subnetmask pada jaringan sama.
Setelah menghitung semua yang dibutuhkan seperti diatas, kemudian diterapkan pada skema packet tracer yang dibuat. Pada packet
Subnet/Network 5 6 7 8
Net ID 192.168.15.64 192.168.15.80 192.168.15.96 192.168.15.112
First IP 192.168.15.65 192.168.15.81 192.168.15.97 192.168.15.113
Last IP 192.168.15.78 192.168.15.94 192.168.15.11
0 192.168.15.126
Broadcast 192.168.15.79 192.168.15.95 192.168.15.11
1 192.168.15.127
Subnet/Network 13 14 15 16
Net ID 192.168.15.19
2 192.168.15.208 192.168.15.224 192.168.15.240
First IP 192.168.15.19
3 192.168.15.209 192.168.15.225 192.168.15.241
tracer yang dibutuhkan adalah 14 network, tetapi pada perhitungan tersedia 16 network sehingga 2 network yang tidak digunakan dapat dicadangkan.
Pada setiap subnet memiliki range 16 host, host pertama pada setiap subnet digunakan sebagai Network ID/ IP network dan host terakhir pada setiap network digunakan sebagai IP broadcast. Dan IP diantara NetID dan Broadcast digunakan sebagai host yang valid yang dapat digunakan.
b) Latihan 2
Melakukan subnetting pada alamat jaringan 172.16.0.0/18
IP diatas merupakan IP kelas B. Untuk melakuakan subnetting lakukan langkah-langkah dibawah ini :
Menentukan biner dan subnet mask dari network yang dibutuhkan
Karena alamat jaringan sudah diketahui bentuk CIDR nya maka dapat kita tuliskan dalam bentuk biner seperti dibawah ini :
11111111 11111111 11000000 00000000
255 255 192 0
/18 berarti terdapat 18 bit 1 pada blok subnet mask. Sehingga dapat diketahui bahwa subnet masknya adalah 255.255.192.0.
Menghitung Subnet/Network
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 22 = 4 subnet/network.
x = jumlah biner 1
Menghitung jumlah host yang valid tiap subnet
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 214 – 2 = 16384 – 2 = 16382 host. y = jumlah biner 0 pada seluruh blok
Range pada setiap host adalah 16384.
Subnet/Network 1 2 3 4
Network 172.16.0.0 172.16.64.0 172.16.128.0 172.16.192.0
First IP 172.16.0.1 172.16.64.1 172.16.128.1 172.16.192.1
Last IP 172.16.63.254 172.16.127.254 172.16.191.254 172.16.255.254
Broadcast 172.16.63.255 172.16.127.255 172.16.191.255 172.16.255.255
Analisa :
Pada latihan 2 melakukan subnetting untuk kelas B. Cara menghitung subnetting untuk kelas B sama dengan kelas C perbedaannya hanya terletak pada struktur IP kelas C dan kelas B. Kelas C memiliki struktur N.N.N.H sedangkan kelas B memiliki struktur N.N.H.H sehingga jumlah host pada B lebih banyak daripada kelas C.
Pada setiap subnet memiliki 16384 host. Host awal dijadikan sebagai network ID dan host terakhir digunakan untuk IP broadcast.
c) Latihan 3
Menentukan Network Address, First Usable Address, Last Usable Address, Broadcast Address) menggunakan metode VLSM. Menggunakan IP 192.168.5.0
Untuk melakukan subnetting dilakukan dengan menghitung pada masing-masing network.
Network 1
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 25 = 25 ≥ 25 maka 32 ≥ 25
- y digunakan untuk menentukan nilai dari biner 0 pada blok terakhir kelas C.
- 25 merupakan jumlah host yang dibutuhkan
11111111 11111111 11111111 11100000
255 255 255 224
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.224 atau dalam CIDR ditulis /27 .
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 23 = 8 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30 host
Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
Network 2
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 12 = 24 ≥ 12 maka 16 ≥ 12
Sehingga didapatkan y = 4
- y digunakan untuk menentukan nilai dari biner 0 pada blok terakhir kelas C.
- 12 merupakan jumlah host yang dibutuhkan
11111111 11111111 11111111 11110000
255 255 255 240
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 24 = 16 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 24 – 2 = 16 – 2 = 14 host
Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
Network 3
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 30 = 25 ≥ 30 maka 32 ≥ 30
Sehingga didapatkan y = 5
- y digunakan untuk menentukan nilai dari biner 0 pada blok terakhir kelas C.
- 30 merupakan jumlah host yang dibutuhkan
11111111 11111111 11111111 11100000
255 255 255 224
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.224 atau dalam CIDR ditulis /27 .
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 23 = 8 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30 host
Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
Net ID 192.168.5.32
Host Pertama 192.168.5.33
Host Terakhir 192.168.5.46
Broadcast 192.168.5.47
Network 4
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 65 = 27 ≥ 65 maka 128 ≥ 65
Sehingga didapatkan y = 5
- y digunakan untuk menentukan nilai dari biner 0 pada blok terakhir kelas C.
- 25 merupakan jumlah host yang dibutuhkan
11111111 11111111 11111111 10000000
255 255 255 128
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.128 atau dalam CIDR ditulis /25
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 21 = 2 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 27 – 2 = 128 – 2 = 126 host Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
Network 5
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
Sehingga didapatkan y = 5
- y digunakan untuk menentukan nilai dari biner 0 pada blok terakhir kelas C.
- 4 merupakan jumlah host yang dibutuhkan
11111111 11111111 11111111 11111000
255 255 255 248
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.248 atau dalam CIDR ditulis /29
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 25 = 32 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 23 – 2 = 8 – 2 = 6 host
Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
Network 6
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 8 = 24 ≥ 8 maka 16 ≥ 8
Sehingga didapatkan y = 4
- y digunakan untuk menentukan nilai dari biner 0 pada blok terakhir kelas C.
- 8 merupakan jumlah host yang dibutuhkan
11111111 11111111 11111111 11110000
255 255 255 240
Net ID 192.168.5.208
Host Pertama 192.168.5.209
Host Terakhir 192.168.5.214
Broadcast 192.168.5.215
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.240 atau dalam CIDR ditulis /28 .
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 24 = 16 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 24 – 2 = 16 – 2 = 14 host
Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
Analisa :
Pada latihan 3 merupakan perhitungan subnetting classless yaitu setiap subnet/network memiliki subnet mask yang berbeda. Subnetting classless digunakan untuk membuat jaringan lebih efisien sesuai dengan host yang dibutuhkan pada setiap network.
Dari hasil perhitungan subnetting diatas, network selanjutnya merupakan terusan dari IP broadcast pada network sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa classless lebih efisien. Dan dapat disimpulkan dengan metode VLSM sebagai berikut :
Mengidentifikasi jumlah pc di setiap laboratorium H5 lantai 2 buat desain jaringannya menggunakan packet tracer. Tentukan :
1. Tentukan IP dan subnetmask masing-masing PC di setiap laboratorium dengan seefisien mungkin
2. Tentukan network addrees, first usable Address, Last Usable Address, Broadcast Address dari subnet yang digunakan.
Jawab :
Lab 205 : 20 PC IP = 192.168.5.0
Lab 208 : 24 PC
Lab 209 : 20 PC
Lab 210 : 14 PC
Lab 211 : 20 PC
Lab 213 : 16 PC
1) Lab 205
Desain jaringan pada packet tracer :
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 20 = 25 ≥ 20 maka 32 ≥ 20
Sehingga didapatkan y = 5
255 255 255 224
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.224 atau dalam CIDR ditulis /27 .
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 23 = 8 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30 host Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
2) Lab 208
Desain jaringan pada packet tracer :
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 24 = 25 ≥ 20 maka 32 ≥ 24
Sehingga didapatkan y = 5
Net ID 192.168.5.0
Host Pertama 192.168.5.1
Host Terakhir 192.168.5.30
Broadcast 192.168.5.31
11111111 11111111 11111111 11100000
255 255 255 224
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.224 atau dalam CIDR ditulis /27 .
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 23 = 8 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30 host Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
3) Lab 209
Desain jaringan pada packet tracer:
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 20 = 25 ≥ 20 maka 32 ≥ 20
Sehingga didapatkan y = 5
Net ID 192.168.5.32
Host Pertama 192.168.5.33
Host Terakhir 192.168.5.62
Broadcast 192.168.5.63
11111111 11111111 11111111 11100000
255 255 255 224
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.224 atau dalam CIDR ditulis /27 .
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 23 = 8 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30 host Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
4) Lab 210
Desain jaringan pada paket tracer :
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 14 = 24 ≥ 14 maka 16 ≥ 14
Sehingga didapatkan y = 5
11111111 11111111 11111111 11110000
Net ID 192.168.5.64
Host Pertama 192.168.5.65
Host Terakhir 192.168.5.94
Broadcast 192.168.5.95
255 255 255 240
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.224 atau dalam CIDR ditulis /28 .
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 24 = 16 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 24 – 2 = 32 – 2 = 14 host Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
5) Lab 211
Desain jaringan pada packet tracer :
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 20 = 25 ≥ 20 maka 32 ≥ 20
Sehingga didapatkan y = 5
11111111 11111111 11111111 11100000
Net ID 192.168.5.96
Host Pertama 192.168.5.97
Host Terakhir 192.168.5.110
Broadcast 192.168.5.111
255 255 255 224
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.224 atau dalam CIDR ditulis /27 .
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 23 = 8 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30 host Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
6) Lab 213
Desain jaringan pada packet tracer :
Net ID 192.168.5.112
Host Pertama 192.168.5.113
Host Terakhir 192.168.5.142
Broadcast 192.168.5.143
Menentukan biner dan netmask sesuai dengan host yang dibutuhkan :
2y ≥ 16 = 25 ≥ 16 maka 32 ≥ 16
Sehingga didapatkan y = 5
11111111 11111111 11111111 11100000
255 255 255 224
Jadi, Subnet masknya adalah 255.255.255.224 atau dalam CIDR ditulis /27 .
Menghitung subnet/ network dengan rumus 2x 2x = 23 = 8 subnet
Dimana x adalah jumlah bit 1(satu) pada blok terakhir.
Menghitung host yang valid dengan rumus 2y – 2 2y – 2 = 25 – 2 = 32 – 2 = 30 host Dimana y adalah jumlah bit 0(nol) pada seluruh blok
Analisa :
Pada tugas rumah ini membuat desain jaringan dengan perhitungan pengalamatan IP seefisien mungkin. Oleh karena itu dilakukan subnetting. Subnetting yang dilakukan adalah subnetting classless dimana setiap network memiliki subnet mask yang berbeda.
6. Kesimpulan
IP Address dibagi menjadi berapa kelas, antara lain kelas A,B,C,D, dan E.
tetapi yang umum digunakan adalah kelas A,B, dan C.
Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan
yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru
Net ID 192.168.5.144
Host Pertama 192.168.5.145
Host Terakhir 192.168.5.174
Broadcast 192.168.5.175
Menghitung jumlah host yaitu : 2y-2, Dimana y adalah jumlah angka 0 (nol).
Menghitung jumlah subnet yaitu : 2x ,dimana x adalah jumlah bit 1(satu)
dalam subnet mask terakhir.
Blok Subnet : (256 – jumlah oktet terakhir) sehingga hasil tersebut menjadi blok sizenya. Hasil perhitungan blok subnet menunjukkan range subnet yang dapat dipakai untuk tiap subnet.
Pembentukan subnetting terdapat 2 cara yaitu classfull (subnet mask
sama) dan classless (subnet mask berbeda)
7. Daftar Rujukan
Al-Hadiansyah, Firman.Konfigurasi IP Address.(online)
https://icehealer.wordpress.com/tag/konfigurasi-ip-address/ diakses 10 maret 2016
Richi, Hanafi.2014.Materi Tentang Subnetting. (online) http://hanafi-richi-ramadhan.blogspot.co.id/2014/05/materi-tentang-subnetting.html diakses 10 maret 2016