• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

CHARRA ROSEMARRY

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PESISIR DESA PANTAI HARAPAN JAYA,

KECAMATAN MUARA GEMBONG,

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Charra Rosemarry

(4)
(5)

Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Dibimbing oleh TRIDOYO

KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN.

Kecamatan Muara Gembong merupakan wilayah pesisir utara Pulau Jawa yang terletak di Kabupaten Bekasi dan dikelilingi oleh perairan Laut Jawa serta dilintasi oleh sungai Citarum yang bermuara ke Laut Jawa. Desa Pantai Harapan Jaya merupakan wilayah pesisir terluas di Kecamatan Muara Gembong yang sering mengalami banjir rob. Kampung Pondok merupakan wilayah terparah di Desa Pantai Harapan Jaya yang terkena dampak langsung dari banjir rob karena berbatasan dengan laut. Genangan banjir rob menyebabkan masyarakat yang tinggal di wilayah Kampung Pondok mengalami kerugian ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai karakteristik dan dampak dari banjir rob, mengestimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob serta mengidentifikasi strategi adaptasi terhadap banjir rob. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penelitian ini menggunakan 4 metode analisis, yaitu: (1) analisis deskriptif, (2) metode penilaian kerusakan, (3) analisis regresi logistik dan (4) Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).

(6)

Strategy of Tidal Flood in Pondok Village, Pantai Harapan Jaya Coastal Village, Muara Gembong Sub district, Bekasi District. Supervised by TRIDOYO

KUSUMASTANTO andBENNY OSTA NABABAN.

Muara Gembong Sub-district is one of the northern coast Java located in Bekasi District. Muara Gembong Sub-district surrounded by the Java Sea and crossed by the Citarum river with four tributaries which end to the Java Sea. Pantai Harapan Jaya Village is the widest coastal region at Muara Gembong Sub-district which often experienced frequent tidal flood. Kampung Pondok is the worst affected area in the Pantai Harapan Jaya Village which are directly affected by tidal flood. People who live in Kampung Pondok experienced economic losses because of tidal flood. The purpose of this research were to identify perception community about the characteristics and impacts of tidal flood, to estimate economic losses by tidal flood, to identify factors that affected community’s decision to make preventive measures and to identify the adaptation strategies to minimize the impact of tidal flood. The research method that used was a case study. This research used four analysis methods, that were: (1) descriptive analysis, (2) damaged assessment method, (3) logistic regression analysis and (4) Exponential Comparison Method (ECM).

The result showed that the impact of tidal flood were the disruption of daily activities and public health of the community, the decrease of income, house damage and the decreasing of housing environment condition. The total estimated of economic losses which suffered by the community of Kampung Pondok due to the tidal flood period from January to February 2013 was Rp 127.188.875. The total of prevention cost that the community Kampung Pondok issued within the last six years was Rp 22.671.570. The factors that influenced the decision of community to conduct a prevention and adaptation were the total economic losses, household income, and length of stay. There were four alternatives adaptation strategy of tidal flood based on the result of policy analysis with MPE. The alternatives were planting and maintenance mangrove, using waves breaker, develop of soil retaining wall along the river and community relocation.

(7)

CHARRA ROSEMARRY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

TERHADAP BANJIR ROB DI KAMPUNG PONDOK,

PESISIR DESA PANTAI HARAPAN JAYA,

(8)
(9)

Judul Penelitian : Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Nama : Charra Rosemarry

NIM : H44090049

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilakukan penulis berjudul Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Strategi Adaptasi Terhadap Banjir Rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta yaitu Ayah Sutiman, SE, MM dan Ibu Sumirah serta Kakak Dewo Widodo Purbowaseso yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan dan masukan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.S dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, arahan dan waktu yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Hastuti, SP, MP, M.Si selaku Dosen Penguji Wakil Departemen ESL atas masukan dan saran yang telah diberikan.

4. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL.

5. Seluruh warga Kampung Pondok, Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data yaitu Dinas Badan Penanggulanggan Bencana Daerah Kabupaten Bekasi, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bekasi, Dinas Kehutanan Kabupaten Bekasi dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi.

7. Rekan-rekan bimbingan skripsi, yaitu Edwina, Retno, Hesti, Romil, dan Nur Afniati atas semangat, saran, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman-teman di Departemen ESL Qyqy, Nita, Tari, Khoirunissa, Nasita, Febi,

(12)

9. Teman-teman satu kostan Riris, Disny, Bryan atas semangat, motivasi dan bantuannya.

10. Sahabat-sahabat Oky, Albertus, Rezi, Fea, Lucky, Mutia, Putri, Utari, Damar yang selalu memberikan dukungan, doa, kebersamaan dan motivasi.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam mengkaji nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob.

Bogor, April 2014

Charra Rosemarry

(13)

DAFTAR ISI

2.4 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 11

2.4.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya ... 11

2.4.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) ... 12

2.4.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan yang Hilang ... 12

2.5 Analisis Pendapatan Usaha Tambak ... . 12

2.6 Model Regresi Logistik ... 14

2.7 Analisis Kebijakan ... 17

2.8 Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob ... 18

2.9 Penelitian Terdahulu ... 19

4.5.1 Identifikasi Persepsi Responden Mengenai Karakteristik dan Dampak Banjir ... 28

4.5.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir Rob ... 29

4.5.2.1 Biaya Perbaikan ... 29

4.5.2.2 Biaya Kehilangan ... 30

4.5.2.3 Biaya Kesehatan ... 30

(14)

4.5.2.3.2 Nilai Pendapatan yang Hilang ... 31

4.5.2.4 Pendapatan yang Hilang ... 32

4.5.2.5 Analisis Pendapatan Usaha Tambak ... 32

4.5.3 Biaya Pencegahan ... 33

4.5.4 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan Terhadap Banjir Rob ... 34

4.5.5 Identifikasi Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob ... .. 36

4.6 Batasan Penelitian ... . 37

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 40

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 40

5.2 Kondisi Lingkungan Daerah Penelitian ... . 41

5.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ... .. 42

5.3.1 Jenis Kelamin ... 42

5.3.2 Usia ... 43

5.3.3 Tingkat Pendidikan Terakhir ... 43

5.3.4 Jenis Mata pencaharian Kepala Keluarga ... 44

5.3.5 Pendapatan Rumah tangga ... 45

6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Karakteristik dan Dampak dari Banjir Rob ... 48

6.1.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Karakteristik Banjir Rob.. 48

6.1.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Banjir Rob ... 49

6.1.2.1 Persepsi Responden Mengenai Dampak Banjir Rob terhadap Terganggunya Aktivitas dan Kesehatan Masyarakat ... 50

6.1.2.2 Persepsi Responden Mengenai Dampak Banjir Rob terhadap Berkurangnya Penghasilan ... 51

6.1.2.3 Persepsi Responden Mengenai Dampak Banjir Rob terhadap Kondisi Lingkungan ... 52

6.2 Estimasi Kerugian Ekonomi Masyarakat akibat Banjir Rob ... 53

(15)

6.2.2 Kerugian Tidak Langsung (Indirect) ... 57

6.2.2.1 Biaya Kesehatan ... 57

6.2.2.1.1 Biaya Pengobatan ... 57

6.2.2.1.2 Kehilangan Pendapatan yang Diperoleh karena Sakit ... 58

6.2.2.2 Kehilangan Pendapatan yang Diperoleh karena Memilih Tidak Pergi Bekerja ... 59

6.2.2.3 Perubahan Pendapatan Usaha Tambak ... 60

6.2.2.4 Total Kerugian Tidak Langsung (Indirect) yang Dialami Masyarakat ... 61

6.3 Biaya Pencegahan ... 61

6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob ... 62

6.4.1 Fungsi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan terhadap Banjir Rob ... 63

6.4.2 Pengujian Hipotesis ... 64

6.4.3 Variabel-variabel yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat untuk Melakukan Tindakan Pencegahan Terhadap Banjir Rob ... 65

6.4.3.1 Variabel yang Berpengaruh Signifikan ... 66

6.4.3.2 Variabel yang Tidak Berpengaruh Signifikan ... 67

6.5 Strategi Adaptasi dalam Menghadapi Banjir Rob ... 68

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 73

7.1 Simpulan ... 73

7.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 78

(16)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian …... 26

2. Matriks metode analisis data ………... 28

3. Matriks keputusan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) ... 36

4. Mata pencaharian penduduk Desa Pantai Harapan Jaya ... 41

5. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 43

6. Karakteristik responden berdasarkan usia …………... 43

7. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 44

8. Karakteristik responden berdasarkan jenis mata pencaharian kepala keluarga ………... 44

9. Karakteristik responden berdasarkan pendapatan rumah tangga ... 45

10. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 45

11. Karakteristik responden berdasarkan status kependudukan …... 46

12. Karakteristik responden berdasarkan jenis rumah ... 47

13. Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal ... 47

14. Persepsi responden mengenai karakteristik banjir rob pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 …... 49

15. Persepsi responden mengenai penyebab banjir rob ………... 50

16. Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap aktivitas responden ………... 50

17. Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap gangguan kesehatan responden ………... 51

18. Persepsi responden mengenai pengaruh banjir rob terhadap berkurangnya penghasilan yang diperoleh ………... 52

19. Persepsi responden mengenai kondisi lingkungan di Kampung Pondok ………. 52

20. Kerusakan bangunan rumah …... 54

21. Total biaya perbaikan bangunan rumah …... 54

22. Kerusakan peralatan rumah tangga ... 55

23. Total biaya perbaikan peralatan rumah tangga ... 55

24. Total biaya kehilangan akibat kerusakan peralatan rumah tangga ... 56

25. Total kerugian langsung (direct) yang dialami masyarakat ... 57

(17)

27. Total pendapatan yang hilang karena sakit ...……….. 58 28. Total biaya kesehatan ... 59 29. Total pendapatan yang hilang karena memilih tidak pergi bekerja ... 59 30. Rata-rata pendapatan usaha tambak akibat banjir rob (per musim

panen) ... 60 31. Total kerugian tidak langsung (indirect) yang dialami masyarakat .... 61 32. Total kerugian ekonomi yang dialami masyarakat akibat banjir rob

pada periode bulan Januari sampai Februari tahun 2013 ... 61 33. Total biaya pencegahan …... 62 34. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Gambar transformasi logit ... 14

2. Alur kerangka pemikiran ... 24

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Peta lokasi penelitian ... 79

2. Kuesioner ... 80

3. Kondisi pemukiman masyarakat pasca banjir rob ... 90

4. Biaya perbaikan kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga (Rupiah) ... 91

5. Biaya kehilangan peralatan rumah tangga (Rupiah) …... 92

6. Biaya pengobatan masyarakat (Rupiah) ... 93

7. Kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit (Rupiah) ... 94

8. Kehilangan pendapatan yang diperoleh karena memilih tidak pergi bekerja (Rupiah) ... 95

9. Penerimaan hasil tambak ikan bandeng dan udang windu (per musim panen) ... 96

10. Biaya tetap tambak ikan bandeng dan udang windu (per musim panen) ... 97

11. Biaya variabel tambak ikan bandeng dan udang windu saat tidak banjir dan saat banjir rob (per musim panen) ... 98

12. Biaya investasi tambak ikan bandeng dan udang windu saat tidak banjir dan saat banjir rob (per musim panen) ... 99

13. Biaya pencegahan masyarakat dalam kurun waktu enam tahun terakhir (Rupiah) ... 100

14. Hasil olahan Minitab ... 101

(19)

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.480 pulau dan luas laut sekitar 5,8 juta km2 (0,8 juta km2 laut teritorial, 2,3 juta km2 laut nusantara dan 2,7 juta km2 zona ekonomi eksklusif). Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km1. Berkaitan dengan garis pantai yang panjang, Indonesia juga memiliki kawasan pesisir yang cukup luas. Kawasan pesisir adalah kawasan yang berada di sekitar pantai, ke arah laut dan ke arah darat. Ke arah laut, kawasan pesisir mencakup perairan yang masih dipengaruhi oleh daratan sementara ke arah darat, kawasan pesisir mencakup daratan yang masih dipengaruhi oleh laut (Dahuri 2000). Menurut Desmawan (2012), kawasan pesisir (coastal area) merupakan suatu daerah yang masih dipengaruhi aktivitas lingkungan fisik darat dan laut.

Ekosistem kawasan pesisir yang sangat luas dan beragam menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut terbesar didunia. Ekosistem kawasan pesisir mencakup hutan mangrove, terumbu karang (coral reefs), padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al. 2008). Kondisi tersebut memberikan konsekuensi agar memanfaatkan sumberdaya alam tersebut secara optimal dan mengelola dengan lebih bijaksana. Hal ini dikarenakan keanekaragaman hayati sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di wilayah daratan maupun lautan. Wilayah pesisir Indonesia juga mempunyai potensi bencana alam yang sangat tinggi, selain memiliki kekayaan sumberdaya alam pesisir yang potensial.

Salah satu bencana alam yang terjadi di wilayah pesisir adalah banjir yang disebabkan oleh gelombang pasang air laut atau sering disebut sebagai banjir rob. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang paling rentan terkena banjir rob karena berbatasan langsung dengan laut. Banjir rob adalah banjir yang terjadi akibat pasang surut air laut menggenangi lahan/kawasan yang lebih rendah. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan naiknya gelombang pasang air laut seperti dorongan

1

(20)

air, angin dan fenomena-fenomena alam lain yang sering terjadi di laut. Pasang tinggi dan surut terendah gelombang air laut mempunyai siklus kedatangan yang panjang maupun pendek. Siklus terpanjang pasang-surut terjadi setiap 18,6 tahun dan siklus pendek bisa hanya 12 jam, 24 hari, 6 bulan dan 1 tahun (Team Mirah Sakethi 2010). Banjir rob terjadi terutama karena pengaruh tinggi-rendahnya pasang surut air laut yang disebabkan oleh gaya gravitasi. Gravitasi bulan merupakan pembangkit utama pasang surut air laut. Walaupun massa matahari jauh lebih besar dibandingkan massa bulan, namun karena jarak bulan yang jauh lebih dekat ke bumi di bandingkan matahari maka gravitasi bulan memiliki pengaruh yang lebih besar (Chandra dan Supriharjo 2013).

Beberapa penyebab banjir rob di pesisir belum dapat dipastikan, namun pada beberapa kondisi terjadinya pasang secara umum dapat disebabkan oleh pasang-surut air laut dan posisi bulan yang menyebabkan gaya tarik, land subsidence yang terjadi sebagai akibat dari beban pemanfaatan lahan yang ada di pesisir, pengambilan air tanah yang berlebihan serta perubahan pemanfaatan ruang di pesisir (Kodoatie dan Sugiyanto 2002). Banjir rob akan semakin parah dengan adanya genangan air hujan atau banjir kiriman, dan banjir lokal akibat saluran drainase yang kurang terawat. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungai yang seharusnya mengalir ke laut. Dengan jumlah air sungai yang terus bertambah, akhirnya mampu merusak tanggul dan menggenangi daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut saat pasang terjadi (Desmawan 2012).

(21)

Kecamatan Muara Gembong termasuk wilayah pesisir utara Pulau Jawa menyebabkan wilayah ini rentan terkena banjir rob dengan rata-rata ketinggian ± 2 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Muara Gembong dikelilingi oleh perairan Laut Jawa dan dilintasi oleh sungai Citarum dengan empat anak sungai yang bermuara ke Laut Jawa. Kecamatan Muara Gembong merupakan kecamatan pesisir yang terletak di Kabupaten Bekasi dengan luas wilayah sebesar 14.009 Ha (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi 2012). Kecamatan Muara Gembong merupakan wilayah pesisir yang perairan di sekitarnya sangat dipengaruhi oleh arus laut regional yang bergerak secara musiman (Yulianti 2006). Terdapat empat musim yang berpengaruh, yaitu musim barat (bulan Desember–Februari), musim timur (bulan Juni–Agustus), musim peralihan barat ke timur (bulan Maret-Mei) dan musim peralihan timur ke barat (bulan September-Nopember). Musim barat dikenal dengan musim paceklik karena angin pada musim ini bertiup dari arah utara pantai sehingga gelombang laut menjadi tinggi.

Desa Pantai Harapan Jaya merupakan wilayah pesisir terluas di Kecamatan Muara Gembong yang sering mengalami banjir rob. Wilayah terparah di Desa Pantai Harapan Jaya yang terkena banjir rob adalah Kampung Pondok. Banjir rob di wilayah ini terjadi setiap tahun dengan intensitas ketinggian banjir yang berbeda-beda. Dampak banjir rob yang terjadi di Kampung Pondok menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Kerugian ekonomi ini dapat dilihat pada kerusakan bangunan tempat tinggal maupun terhadap mata pencaharian penduduk setempat. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, penelitian ini penting dilakukan untuk mengukur besarnya kerugian dan dampak yang ditimbulkan dari genangan banjir rob terhadap masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Kampung Pondok, sehingga nantinya diketahui usaha-usaha yang bisa dilakukan dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

1.2 Perumusan Masalah

(22)

banjir rob karena berbatasan dengan laut di bagian barat. Banjir rob di wilayah ini akan semakin parah dengan adanya genangan air hujan atau dan banjir lokal akibat luapan air sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL). Hal ini dikarenakan wilayah Kampung Pondok berada tepat di muara yaitu pertemuan antara laut dan sungai CBL. Berkurangnya lahan mangrove di pinggir pantai menyebabkan air pasang laut tidak tertampung lagi sehingga menggenangi kawasan yang lebih rendah lainnya. Lahan mangrove yang berkurang ini merupakan perubahan penggunaan lahan mangrove menjadi perluasan lahan tambak.

Menurut Team Mirah Sakethi (2010), banjir rob yang terjadi di Pesisir Utara Jakarta tidak saja disebabkan oleh gelombang pasang laut yang tinggi namun juga disebabkan oleh penurunan muka tanah. Tanda-tanda bahwa lokasi ini masih terus mengalami penurunan muka tanah adalah penyedotan air bawah tanah oleh penduduk Jakarta untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari dan untuk industri. Fenomena banjir rob yang terjadi di kawasan Semarang merupakan akibat dari perubahan penggunaan lahan di wilayah pantai, penurunan muka tanah di kawasan pantai (land subsidence), penurunan permukaan air tanah sebagai akibat dari penggunaan air tanah yang berlebihan dan pengisian kembali air tanah pada kawasan konservasi yang buruk (Sarbidi 2008).

(23)

Dampak negatif dan kerugian dari genangan rob akan semakin terasa dengan bertambahnya luas genangan banjir dari tahun ke tahun (Diposaptono et al. 2009). Melihat dampak yang ditimbulkan banjir rob yang terjadi di Kampung Pondok maka diharapkan untuk segera menyusun bentuk penanganan bencana banjir rob. Bentuk penanganan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara adaptasi. Adaptasi merupakan upaya untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan lingkungan. Adaptasi dapat bersifat swadaya seperti melindungi tempat tinggal mereka dari banjir dan berupa inisiatif pemerintah seperti penyediaan fasilitas pertahanan banjir lainnya (Barker 2003). Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi belum melakukan upaya dan strategi adaptasi untuk memecahkan persoalan banjir rob di sepanjang daerah Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Belum adanya strategi adaptasi terhadap banjir rob dari pemerintah membuat masyarakat memiliki inisiatif sendiri untuk melakukan berbagai upaya adaptasi.

Upaya adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Pondok, antara lain peninggian lantai rumah maupun pembuatan tanggul di pintu masuk rumah. Upaya adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah bentuk pertahanan dalam menghadapi kemungkinan dampak negatif saat banjir rob. Upaya adaptasi yang sudah dilakukan masyarakat Kampung Pondok belum dapat membuat masyarakat terhindar dari banjir rob. Oleh karena itu, estimasi nilai kerugian ekonomi ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan bagi Pemerintah Daerah terkait strategi adaptasi terhadap banjir rob agar dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai karakteristik dan dampak yang ditimbulkan dari banjir rob?

2. Berapa estimasi besarnya nilai kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat banjir rob?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob?

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai karakteristik dan dampak yang ditimbulkan dari banjir rob.

2. Mengestimasi besarnya nilai kerugian ekonomi masyarakat yang ditimbulkan akibat banjir rob.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob.

4. Mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan dalam usaha mengurangi dampak banjir rob.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan mengestimasi nilai kerugian ekonomi dan strategi adaptasi terhadap banjir rob di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Kerugian ekonomi hanya akan menghitung kerugian tangible yang terbagi menjadi kerugian langsung (direct) dan kerugian indirect. Kerugian direct yang dihitung dalam penelitian ini antara lain biaya kehilangan peralatan rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan rumah serta peralatan rumah tangga. Kerugian indirect mencakup biaya pengobatan yang terdiri dari biaya kesehatan dan kehilangan pendapatan yang diperoleh karena sakit, kehilangan pendapatan yang diperoleh karena memilih tidak pergi bekerja dan perubahan pendapatan dari usaha tambak.

(25)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, untuk meningkatkan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan untuk dipraktikan dilapangan.

2. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai informasi tambahan atau bahan rujukan untuk menambah khasanah ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi pemerintah Kabupaten Bekasi, sebagai informasi dan bahan pertimbangan untuk menghitung kerugian ekonomi masyarakat akibat banjir rob serta untuk menetapkan kebijakan yang tepat terkait strategi adaptasi terhadap banjir rob. 4. Bagi masyarakat, sebagai informasi mengenai besarnya kerugian ekonomi

(26)
(27)

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesisir

Wilayah pesisir (coastal zone) secara teknis didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara daratan dan lautan; batas ke arah darat mencakup kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan, seperti gaya pasang surut, interusi air laut dan percikan gelombang; dan batas ke arah laut meliputi perairan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah di darat seperti aliran di darat seperti aliran air sungai dan dampak kegiatan manusia di darat seperti bahan pencemar dan sedimentasi (Dahuri 2000). Sedangkan secara administrasi (kebijakan), batas wilayah pesisir ke arah darat yang termasuk dalam desa pantai; dan batas ke arah laut meliputi daerah perairan laut meliputi perairan laut dangkal paparan benua (continental shelf) atau 12 mil dari garis pasang-surut terendah (Dahuri et al. 2008). Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem laut dan daratan, di mana segenap faktor yang bekerja di ekosistem laut dan daratan bertemu serta membentuk ekosistem yang unik.

Berdasarkan kesepakatan internasional wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara darat dan laut, ke arah daratan didefinisikan sebagai daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi paparan dunia. Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua batas (boundaries), yaitu: batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus pantai (crossshore) (Dahuri et al. 2008). Definisi wilayah pesisir yang disepakati pada pembakuan teknis wilayah pesisir untuk Indonesia, yaitu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, mempunyai ciri geosfer secara khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut, dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan darat.

(28)

ilmu dan keterkaitan ekologis. Keterpaduan secara sektoral diartikan sebagai suatu keadaan, dimana proses koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat tertentu (horizontal integration) dan pada semua level pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi sampai tingkat pusat (vertical integration) dijalankan secara terpadu. Keterpaduan keilmuan diartikan sebagai suatu keterpaduan dalam sudut pandang pengelolaan wilayah pesisir yang dilaksanakan atas dasar pendekatan interdispilin ilmu yang melibatkan bidang ilmu ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum dan lain sebagainya yang relevan dan keterkaitan ekologis sebagai sesuatu yang diperlukan dan diperhatikan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, karena jika suatu ekosistem mengalami perubahan atau kerusakan maka akan terjadi pula pada ekosistem yang lainnya.

2.2 Banjir Rob

Rob adalah kejadian/fenomena alam dimana air laut masuk ke wilayah daratan, pada waktu permukaan air laut mengalami pasang. Rob dapat terjadi karena dinamika alam atau karena kegiatan manusia. Dinamika alam yang dapat menyebabkan rob adalah adanya perubahan elevasi pasang surut air laut. Sedangkan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia misalnya karena pemompaan air yang berlebihan, penggerukan alur pelayaran, reklamasi pantai dan lain-lain (Wahyudi 2007). Air pasang laut akan memperlambat aliran sungai yang menuju ke laut. Pada waktu banjir yang bersamaan dengan air pasang tinggi maka akan mempengaruhi tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).

(29)

pasang naik dan surut. Pasang bulanan akan terjadi dua kali pasang naik, yaitu: (1) pada bulan purnama (tanggal 14 atau 15 komariah), dan (2) pada bulan baru dan bulan mati (tanggal 1 dan 30 komariah), serta dua kali pasang surut, yaitu: (1) pada minggu pertama/kwarter pertama (tanggal 7 atau 8), dan (2) pada pekan terakhir/kwarter terakhir (tanggal 21 atau 22). Pada pasang harian akan terjadi dua kali pasang naik dan dua kali pasang surut. Pasang naik dan pasang surut harian akan terlambat kira-kira 50 menit untuk hari berikutnya.

2.3 Kerugian Ekonomi akibat Banjir Rob

Dampak banjir rob adalah timbulnya biaya kerusakan yang ditanggung oleh masyarakat wilayah Pesisir Kampung Pondok. Menurut Marfai (2013), penilaian akibat banjir terdiri dari dua tipe kerusakan yang berdasarkan ada atau tidaknya nilai moneter. Tipe kerusakan tersebut dapat diaplikasikan untuk nilai konsekuensi dari banjir, contohnya nilai tangible (yang dapat dihitung) dan intangible (tidak dapat dihitung). Stres, depresi dan ketidaknyamanan adalah contoh kerusakan

intangible. Kerusakan tangible dapat dibagi menjadi langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung berkaitan dengan properti rumah, mobil, alat rumah tangga, dan sebagainya. Kerusakan tidak langsung adalah kerugian yang disebabkan oleh perbedaan antara hubungan ekonomi dan fisik berdasarkan nilai ekonomi. Ketika terjadi banjir, menyebabkan kemacetan pada aktifitas pasar dan bisnis, orang tidak dapat bekerja dan akan kehilangan pendapatan, dan sebagainya dapat dimasukkan dalam definisi kerusakan tidak langsung.

(30)

tak langsung diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan, kesehatan, kegiatan bisnis terganggu, dan sebagainya.

2.4 Penilaian Kerusakan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011), kerusakan lingkungan merupakan perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Penilaian kerusakan biasanya harus membangun hubungan sebab akibat antara sumber kerusakan dengan dampak dari kerusakan tersebut (Grigalunas et al. 1998). Penilaian tersebut diperlukan guna menentukan dan menilai sejauh mana kerugian dan penderitaan masyarakat sebagai dampak dari kerusakan yang terjadi.

2.4.1 Pendekatan Harga Pasar yang Sebenarnya

Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) menjelaskan bahwa dalam menelusuri langkah-langkah dalam penilaian dampak lingkungan, sesungguhnya kita terlihat memberikan nilai ekonomi terhadap dampak perubahan kualitas lingkungan terhadap barang dan jasa alami maupun barang dan jasa buatan manusia. Menilai atau memberikan harga terhadap dampak suatu proyek, selama ada harga pasar untuk produk atau jasa yang hilang atau timbul dari adanya suatu proyek, sebaiknya menggunakan harga pasar. Pendekatan harga pasar sebenarnya terdiri dari:

1. Biaya perbaikan dan biaya kehilangan

Metode ini digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian langsung rumah tangga berupa kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga. Nilai kerugian dari kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga yang sudah diperbaiki diestimasi melalui pendekatan biaya perbaikan. Kemudian Nilai kerugian ekonomi dari kerusakan peralatan rumah tangga yang belum diperbaiki dan atau sudah dibuang diestimasi melalui nilai sisa barang pada tahun kerusakan. 2. Biaya pencegahan (Preventive Expenditure)

(31)

dihitung dalam metode ini berdasarkan hal-hal yang disiapkan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan (Dhewanthi et al. 2007).

2.4.2 Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach)

Pendekatan Modal Manusia (Human Capital Approach) menilai nilai lingkungan melalui dampak kerusakan lingkungan terhadap kuantitas dan kualitas masyarakat (Garrod and Willis 1999). Pendekatan modal manusia ini berfokus pada dampak kondisi lingkungan yang merugikan kesehatan masyarakat seperti pendapatan yang hilang (Loss of Earning) karena sakit dan biaya perawatan medis (Cost of Illness) yang dikeluarkan masyarakat (Garrod and Willis 1999). Menurut Suparmoko dan Ratnaningsih (2011) pendekatan ini disebut pula Cost of Illness Approach, diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen, sakit, tidak masuk kerja dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek. Cost of illness mengukur biaya kesehatan secara penuh, termasuk biaya berobat, obat, dan biaya perawatan.

2.4.3 Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) atau Pendapatan yang Hilang

Sulitnya mendapatkan harga pasar atau jasa yang timbul karena adanya suatu proyek maka sedapat mungkin digunakan nilai harga alternatif atau biaya kesempatan (Opportunity Cost). Biaya kesempatan atau pendapatan yang hilang dari penggunaan SDA dapat digunakan untuk mengestimasi nilai SDA tersebut. Cara ini dapat dipakai untuk mengukur berapa pendapatan yang hilang karena adanya suatu proyek (Suparmoko dan Ratnaningsih 2011). Dampak dari suatu proyek ini bisa didapatkan dengan menilai seberapa besar perubahan dari pendapatannya.

2.5 Analisis Pendapatan Usaha Tambak

(32)

keberhasilan suatu usahatani, hal yang sama digunakan untuk analisis pendapatan usaha tambak.

Soekartawi et al (1986), menyatakan bahwa besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan hasil kali harga jual produk dengan jumlah produksi total, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan. Besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh petani dipengaruhi antara lain: skala usaha, ketersediaan modal, tingkat harga output, ketersediaan tenaga kerja keluarga, sarana transportasi, sistem pemasaran, kebijakan pemerintah dan sebagainya.

Biaya usahatani terdiri dari biaya tetap dan variabel baik yang bersifat tunai maupun non tunai. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah ketika kuantitas output berubah. Biaya ini akan tetap ada walaupun perusahaan tidak melakukan produksi. Salah satu contoh biaya tetap adalah penyusutan mesin-mesin atau alat produksi yang dipakai. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang diproduksi berubah. Salah satu contohnya adalah biaya pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk produksi. Biaya total (total cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli berbagai input untuk keperluan produksi. Biaya total dihitung dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tunai, contohnya biaya untuk pembelian input, upah tenaga kerja dari luar keluarga, dan lain-lain. Biaya non tunai adalah biaya yang diperhitungkan untuk menghitung pengeluaran petani jika modal, sewa lahan, tenaga kerja dalam keluarga, biaya benih milik sendiri diperhitungkan (Suratiyah 2008).

Soekartawi (1995) menjelaskan pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Secara matematis pendapatan usahatani diformulasikan sebagai berikut :

I = TR - TC …... (2.1) Keterangan:

(33)

TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Pengeluaran (Rp)

Ketika total penerimaan lebih besar dari total pengeluaran maka usaha menguntungkan. Sebaliknya jika total penerimaan lebih kecil dari total pengeluaran maka usaha dapat dikatakan rugi. Namun, jika total penerimaan dan total pengeluaran seimbang usaha dikatakan impas yaitu tidak untung dan tidak rugi.

2.6 Model Regresi Logistik

Rosadi (2011) menjelaskan regresi logistik merupakan salah satu model statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen dengan suatu variabel dependen bertipe kategoris atau kualitatif. Kategori dari variabel dependen dapat terdiri atas dua kemungkinan nilai (dichotomous), seperti ya/tidak, sukses/gagal, dan lain-lain, atau lebih dari dua nilai (polychotomous), seperti sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Menurut Firdaus dan Afendi (2008), pemodelan peluang kejadian tertentu dalam analisis regresi logistik dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi dari regresi linear ke logit: Logit (Pi)= loge 1−�� . Pi merupakan peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam penelitian.

Pi Logit (Pi)

Logit transform

Predictor Predictor Gambar 1 Gambar transformasi logit

(34)

Li = Ln �

1−� = β0 + β1X1 + β2X2 + ... + βjXj ... (2.2) Interpretasi model logistik sama seperti model OLS yaitu dengan koefisien

slope dari parameter. Koefisien slope diinterpretasikan sebagai perubahan pada logit (p) akibat suatu perubahan satu unit pada variabel bebas. Cara yang paling umum digunakan dalam menginterpretasikan koefisien model regresi logistik adalah dengan melibatkan odds ratio. Odds berarti resiko atau kemungkinan peluang kejadian sukses terhadap kejadian tidak sukses dari variabel respon. Apabila pengamatan Y ke-i merupakan setuju/bersedia untuk membayar maka dilambangkan Yi = 1, peluangnya adalah Pi, sedangkan peluang untuk Yi = 0 (tidak setuju) adalah (1– Pi). Makin besar nilai odds maka makin besar peluang seseorang untuk mengambil keputusan, sehingga nilai odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang menentukan pilihan yang pertama. Secara matematis

Odds ratio dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda 2009): �

1−� ... (2.3) Keterangan:

Pi = peluang kejadian yang terjadi 1-Pi = peluang kejadian yang tidak terjadi

Pengujian parameter model dilakukan dengan menguji semua parameter secara keseluruhan (simultan) dan menguji masing-masing parameter secara terpisah (individual).

a) Uji G

Hasil pengujian signifikansi regresi secara simultan didasarkan pada statistik uji G. Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang dapat digunakan untuk menguji peranan variabel bebas secara bersamaan (Hosmer dan Lemeshow 2000). Untuk menguji apakah variabel bebas memberikan pengaruh terhadap kebaikan dari model dengan uji rasio likelihood, mula-mula dicari nilai statistik G.

= − ln [ ] ... (2.4) Keterangan:

lo = Likelihood pada model tanpa variabel bebas

(35)

Hipotesis yang dipakai adalah:

H0 : β1 = β2 = ... = βk = 0 dak ada pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel tidak bebas)

H1 : Minimal ada satu nilai β ≠ 0 (ada pengaruh paling sedikit satu variabel bebas terhadap variabel tidak bebas) dengan k = 1,2,3,...,p

Pada hipotesis nol bahwa semua koefisien bernilai nol, distribusi untuk statistik G adalah Chi-square dengan derajat bebas p sehingga keputusan yang diambil, yaitu hipotesis H0 ditolak jika statistik p-value < α atau G > χ2p(α) artinya variabel bebas X secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas Y.

b) Uji Wald

Untuk melakukan pengujian pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel tidak bebas, Uji Wald (Wald Test) dapat diterapkan. Menurut Rosadi (2011), untuk kecocokan koefisien, kita bisa menggunakan Uji Wald. Uji Wald merupakan uji univariat terhadap masing-masing koefisien regresi logistik. Hipotesis yang diterapkan dalam uji ini adalah :

H0 : βj = 0 (variabel bebas ke j tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas)

H1 : βj ≠ 0 (variabel bebas ke j mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas) dengan j=1,2,3,...,k

Statistik uji yang digunakan adalah :

� = � �̂ �̂ ... (2.5) Keterangan:

�̂j = penduga dari βj

SE �̂j = penduga dari standard error untuk �̂j

Statistik W mengikuti sebaran normal (Z) dengan kriteria keputusan yang dipakai adalah menolak H0 jika nilai Wj > Zα/2 atau two-tailed p-value dari statistik Wj <

(36)

2.7 Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan menurut Dunn (2003) yang diacu dalam Sapanli (2009) adalah sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang ada hubungannya sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan permasalahan kebijakan yang ada. Ruang lingkup dan metode-metode analisis sebagian bersifat deskriptif dan informasi yang nyata (faktual) mengenai sebab akibat kebijakan sangat penting untuk memahami masalah-masalah kebijakan. Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan suatu model tertentu. Model kebijakan (policy model) adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek-aspek terpilih dari situasi problematis yang disusun untuk tujuan-tujuan khusus. Model yang dipakai untuk merumuskan kebijakan adaptasi untuk tindakan pencegahan dampak dari banjir rob dalam penelitian ini digunakan model deskriptif melalui analisis pengambilan keputusan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).

Menurut Marimin (2004) Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) adalah metode pengambilan keputusan yang mengkuantitaskan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. MPE digunakan untuk membandingkan beberapa alternatif dengan menggunakan sejumlah kriteria yang ditentukan berdasarkan hasil survei dengan pakar terkait. Penilaian yang diberikan dalam hal ini telah ditetapkan sebelumnya. Prinsip MPE adalah metode skoring terhadap pilihan-pilihan yang ada. Dengan perhitungan secara eksponensial, perbedaan nilai kriteria yang satu dengan kriteria yang lainnya dapat dibedakan dengan jelas tergantung tingkat penilaian tersebut.Marimin (2004) menjelaskan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial yaitu:

1. Menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih

2. Menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi

3. Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria

(37)

5. Menghitung skor atau nilai total setiap alternatif

6. Menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif.

Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial.

2.8 Strategi Adaptasi terhadap Banjir Rob

Adaptasi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang dapat dibagi terbagi menjadi beberapa cara melalui: 1. Proses fisiologis, 2. Adaptasi morfologi, 3. Adaptasi kultural atau perilaku yang di dalamnya termasuk penerapan teknologi dan pranata sosial khususnya bagi makhluk hidup (Soemarwoto 1991). Adaptasi dalam konteks menyesuaikan diri

terhadap perubahan lingkungan dapat berupa “penyesuaian” dengan tempat tinggal

(modifikasi bentuk rumah atau relokasi tempat tinggal), mata pencaharian atau pekerjaan, dan bentuk adaptasi lainnya (Shalih 2012).

Menurut Diposaptono (2007), tiga pola atau strategi yang dapat dilakukan dalam adaptasi terhadap banjir pasang di wilayah pesisir adalah:

1. Pola protektif yaitu dengan membuat bangunan pantai yang mampu mencegah banjir pasang agar tidak masuk ke darat serta dengan melakukan restorasi melalui peremajaan pantai dan rehabilitasi mangrove.

2. Pola adaptif yaitu menyesuaikan dengan banjir pasang. Rumah-rumah penduduk dibuat model panggung agar aman dari genangan air laut terutama pada waktu banjir pasang.

3. Pola mundur (retreat). Pola ini bertujuan menghindari genangan dengan cara merelokasi permukiman, industri, daerah pertanian dan lain-lain ke arah darat agar tidak terjangkau air laut akibat banjir pasang.

(38)

faktor termasuk perlindungan terhadap kesejahteraan dan keselamatan (Adger et al

2005). Menurut Kusnanto (2011), kriteria pemilihan adaptasi perlu mempertimbangkan:

1. Efektivitas teknis: apakah opsi adaptasi efektif dalam memecahkan masalah yang timbul, sementara juga memenuhi tujuan pengembangan atau manajemen?

2. Biaya: berapa besar biaya untuk melaksanakan kegiatan adaptasi?

3. Manfaat: apakah jenis (dan besar) manfaat yang akan dihasilkan melalui adaptasi dan siapa yang akan memperoleh keuntungan?

4. Pertimbangan implementasi: seberapa mudah atau sulit untuk merancang dan mengimplementasikan pilihan dalam hal tingkat kemampuan yang diperlukan, informasi yang dibutuhkan, dan skala implementasi.

2.9 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dijadikan referensi antara lain penelitian yang dilakukan oleh Srihuzaimah (2011) tentang kerugian fisik dan non fisik Rumah tangga Pesisir Akibat Banjir Pasang di Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan Jakarta Utara, hasil penelitian oleh Setyaningrum (2012) mengenai Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Pasang (Studi Kasus: Kampung Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara) dan penelitian yang dilakukan oleh Berina (2011) mengenai Strategi Adaptasi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim.

(39)

pengeluarannya sedang, rata-rata nilai biaya perbaikannya sebesar Rp 2.288.590, sedangkan rumah tangga yang pengeluarannya rendah, rata-rata nilai biaya perbaikannya sebesar Rp 1.782.417. Rata-rata nilai biaya perbaikan untuk lokasi rumah yang dekat dari pantai sebesar Rp 4.944.342, sedangkan rata-rata nilai biaya perbaikan untuk lokasi rumah yang jauh dari pantai sebesar Rp 835.865. Nilai biaya perbaikan untuk lokasi rumah yang dekat dari pantai dipengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga sedangkan nilai biaya perbaikan untuk lokasi rumah yang jauh dari pantai dipengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga, tinggi banjir dan status rumah. Hasil dari penelitian Setyaningrum (2012) tentang Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Pasang (Studi Kasus: Kampung Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara) menunjukkan total estimasi kerugian responden rumah tangga sebesar Rp 2.855.653.684 untuk hilangnya waktu bekerja, Rp 405.594.880 untuk biaya pencegahan dan Rp 493.588.897 untuk biaya pencegahan. Sedangkan untuk unit usaha, rata-rata estimasi kerugian akibat banjir pasang sebesar Rp 4.133.910 setiap satu unit usaha. Pengelolaan kawasan pesisir harus melibatkan masyarakat di dalamnya, sehingga menimbulkan rasa memiliki dan kesadaran masyarakat di dalamnya, sehingga menimbulkan rasa memiliki dan kesadaran masyarakat akan sumberdaya dan lingkungannya serta diperlukan kerjasama yang baik antar pemerintah dan masyarakat agar upaya pencegahan dan minimisasi banjir pasang di wilayah ini dapat terlaksana dengan baik.

Berina (2011) melakukan penelitian tentang Strategi dan Biaya Adaptasi Masyarakat Teluk Jakarta Terhadap Dampak Banjir Rob Akibat Perubahan Iklim menunjukkan, sebagian besar masyarakat Teluk Jakarta belum memahami istilah perubahan iklim. Saat banjir terjadi, masyarakat lebih memilih menetap dirumah dibandingkan mengungsi ke tempat lain. Hal tersebut menimbulkan biaya yang harus ditanggung masyarakat untuk beradaptasi. Biaya adaptasi total yang harus ditanggung masyarakat adalah sebesar Rp 50.775.630.927. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar biaya adaptasi tersebut yaitu pendapatan rumah tangga, jarak rumah ke laut dan status kepemilikan rumah.

(40)
(41)

III

KERANGKA PEMIKIRAN

Wilayah Pesisir Kecamatan Muara Gembong yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa menyebabkan wilayah pesisir ini rentan mengalami banjir rob. Banjir rob terjadi karena pengaruh pasang surut air laut dan posisi bulan yang menyebabkan gaya tarik. Pasang air laut yang terjadi akan menimbulkan genangan air di wilayah daratan atau tempat yang lebih rendah. Desa Pantai Harapan Jaya merupakan wilayah pesisir terluas di Kecamatan Muara Gembong yang sering mengalami banjir rob setiap tahun. Wilayah pesisir terparah di Desa Pantai Harapan Jaya yang sering mengalami banjir rob adalah Kampung Pondok. Wilayah ini berbatasan dengan laut di bagian barat. Banjir rob ini menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat rumah tangga yang tinggal di wilayah tersebut. Kerugian yang dirasakan rumah tangga merupakan kerugian tangible yang terbagi menjadi kerugian langsung (direct) dan kerugian indirect yang ditimbulkan dari banjir rob.

Tujuan pertama dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi masyarakat mengenai karakteristik dan dampak yang ditimbulkan dari banjir rob yang dialami oleh masyarakat dengan analisis deskriptif. Persepsi masyarakat mengenai karakteristik banjir diantaranya adalah lama banjir, frekuensi banjir dan ketinggian banjir rob. Persepsi responden mengenai dampak terhadap banjir rob mencakup terganggunya aktivitas masyarakat, gangguan kesehatan, berkurangnya penghasilan serta kondisi lingkungan sekitar. Selanjutnya dari persepsi responden mengenai dampak banjir rob ini dapat dilihat kekhawatiran masyarakat terhadap banjir rob. Dari identifikasi kekhawatiran masyarakat terhadap banjir rob akan didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob dengan menggunakan metode analisis regresi logit.

(42)

diperoleh karena tidak pergi bekerja dan perubahan pendapatan dari usaha tambak. Kerugian banjir rob tahun 2013 diestimasi menggunakan metode biaya perbaikan, biaya kehilangan, analisis pendapatan usahatani, Cost of Illnes, Loss of Earning,

dan Loss of Income. Banjir rob yang terjadi setiap tahun menyebabkan masyarakat mengeluarkan biaya pencegahan untuk meminimalisir kerugian ekonomi dan mewaspadai banjir rob yang akan datang kembali. Biaya pencegahan banjir rob ini diestimasi menggunakan metode Preventive Expenditure.

Tujuan ketiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob yang akan di analisis menggunakan metode regresi logistik. Metode analisis regresi logistik ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel independen yang berpengaruh nyata dalam keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob yang terjadi di Kampung Pondok, Pesisir Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.

Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi strategi adaptasi terhadap banjir rob dari pemerintah Kabupaten Bekasi dengan menggunakan analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Dalam MPE dilakukan proses analisis terhadap alternatif keputusan yang tersedia dengan mempertimbangan kriteria-kriteria kebijakan. Selanjutnya ditentukan penilaian untuk memperoleh bobot kriteria sehingga akan didapatkan urutan keputusan yang akan diambil. Keputusan dengan nilai tertinggilah yang pada akhirnya akan menjadi pilihan sebagai sebuah strategi adaptasi terhadap banjir rob di Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.

(43)

Kerugian tidak langsung (indirect)

Strategi adaptasi terhadap banjir rob

Keterangan: Ruang lingkup penelitian:

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

Wilayah Pesisir Muara Gembong yang berbatasan dengan laut

Menyebabkan pasang air laut ke wilayah daratan

Persepsi masyarakat Banjir pasang di wilayah Pesisir Desa Pantai

Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong

Estimasi nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob

Masyarakat

Pemerintah

Analisis regresi

(44)

IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang diambil untuk melakukan penelitian ini adalah Kampung Pondok, Desa Pantai Harapan Jaya, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Desa Pantai Harapan Jaya berjarak 12 km dari Kecamatan Muara Gembong. Lokasi penelitian ini dipilih karena Desa Pantai Harapan Jaya merupakan desa yang terluas di wilayah Kecamatan Muara Gembong dan sering mengalami banjir rob (Lampiran 1).

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dan terbagi ke dalam beberapa tahap. Tahapan yang pertama yaitu pra penelitian yang dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada bulan Maret 2013 sampai bulan Mei 2013. Pra penelitian merupakan proses pengamatan masalah di lapangan sehinga dapat merumuskan masalah yang terjadi. Perumusan masalah tersebut selanjutnya akan dikembangkan menjadi kerangka berpikir hingga penyusunan proposal. Setelah penyusunan proposal dilanjutkan dengan proses pengambilan data. Pengambilan data dilaksanakan selama empat minggu dari bulan Juni 2013 sampai bulan Juli 2013. Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi.

4.2 Metode Penelitian

(45)

4.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara responden dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 2) dan pengamatan langsung di lokasi penelitian. Penjelasan mengenai jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

No Jenis Data Sumber Data

1 Karakteristik sosial ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat mengenai karakteristik, dampak dan kekhawatiran terhadap banjir rob, total biaya yang dikeluarkan dan hilangnya pendapatan masyarakat akibat banjir rob.

Wawancara menggunakan kuesioner dengan responden.

2 Jenis alternatif strategi adaptasi terhadap banjir rob.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Kehutanan, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Bekasi.

3 Indeks Harga Konsumen Kabupaten Bekasi

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi.

Data sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan Pantai Harapan Jaya, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi serta instansi pemerintah lainnya. Data sekunder juga diperoleh melalui berbagai sumber data yang relevan berupa buku referensi, jurnal ilmiah, literatur dari internet, serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

4.4 Metode Pengambilan Sampel

(46)

petani tambak dan 25 responden nelayan. Gujarati (2007) menjelaskan dalam prakteknya, tak peduli distribusi probabilitas apapun yang mendasarinya, rata-rata sampel dari besaran sampel yang terdiri dari sekurang-kurangnya 30 observasi akan mendekati normal.

Metode purposive sampling juga digunakan untuk mencari informasi mengenai jenis-jenis alternatif adaptasi yang mungkin bisa dilakukan terhadap banjir rob. Proses pencarian informasi mengenai strategi adaptasi ini dilakukan dengan wawancara dan kuesioner terhadap pakar dan pihak pengambil kebijakan yang mengetahui dan memahami program adaptasi penanggulangan bencana. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 5 responden, yaitu 1 responden dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, 1 reponden dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bekasi, 2 responden dari Dinas Kehutanan Kabupaten Bekasi, dan 1 responden dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Bekasi.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program komputer, yaitu

(47)

Tabel 2 Matriks metode analisis data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1. Identifikasi persepsi masyarakat

mengenai dampak banjir rob

Pendapatan yang hilang karena tidak pergi melaut

Pendekatan harga pasar yang sebenarnya

Cost of Illness dan Loss of Earning

Loss of Income

Analisis pendapatan usaha tambak

Preventive Expenditure

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir rob dilakukan oleh rumah tangga

Analisis regresi logistik

4. Mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam

4.5.1 Identifikasi Persepsi Responden Mengenai Karakteristik dan Dampak Banjir Rob

Identifikasi persepsi responden mengenai karakteristik banjir rob meliputi

frekuensi banjir, ketinggian dan lama waktu terjadinya banjir rob. Identifikasi

mengenai dampak dari banjir rob diantaranya persepsi responden mengenai pengaruh

banjir rob terhadap terganggunya aktivitas masyarakat, gangguan kesehatan,

penghasilan yang diperoleh, serta kondisi lingkungan Kampung Pondok. Metode

(48)

deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Metode deskriptif juga digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang dijadikan responden dalam penelitian ini. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang diidentifikasi meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, jenis mata pencaharian kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, status kependudukan, status kepemilikan, jenis rumah dan lama tinggal.

4.5.2 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Banjir Rob

Nilai kerugian ekonomi akibat banjir rob yang dihitung dalam penelitian ini adalah kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak langsung (indirect). Kerugian

direct meliputi biaya kehilangan peralatan rumah tangga dan biaya perbaikan bangunan rumah maupun peralatan rumah tangga. Kerugian indirect mencakup biaya pengobatan yang terdiri dari biaya kesehatan (biaya pengobatan dan kehilangan pendapatan karena sakit), kehilangan pendapatan karena memilih tidak pergi bekerja serta perubahan pendapatan dari usaha tambak. Berikut metode-metode yang digunakan untuk menghitung kerugian dalam penelitian ini:

4.5.2.1Biaya Perbaikan

Kerugian ini dilihat dari biaya yang ditanggung oleh responden dihitung dari pengeluaran sejumlah uang untuk melakukan perbaikan kerusakan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga akibat genangan banjir rob. Biaya perbaikan ini diestimasi menggunakan metode pendekatan harga pasar. Kerusakan bangunan yang dimaksud meliputi pintu, jendela, lantai dan kusen. Kerusakan peralatan rumah tangga yang dimaksud adalah furnitur (tempat tidur, kursi, dan lemari) serta lemari es. Besar biaya rata-rata untuk upaya perbaikan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga dapat diperoleh melalui persamaan berikut (Setyaningrum 2012):

BB = ∑BBin i=1

(49)

Keterangan:

BB = Rata-rata biaya perbaikan (Rp/KK)

BBi = Biaya perbaikan yang dilakukan responden i (Rp) n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1, 2, 3, …, n)

4.5.2.2 Biaya Kehilangan

Kerugian ini dilihat dari peralatan rumah tangga yang mengalami kerusakan dan tidak bisa digunakan kembali sesuai fungsinya. Metode yang digunakan adalah pendekatan harga pasar sebenarnya. Biaya kehilangan peralatan rumah tangga yang dialami oleh masyarakat dapat dilihat dari harga pembelian awal dan tahun kehilangan peralatan rumah tangga tersebut. Biaya kehilangan ini dihitung menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2007 = 100. Alasan menggunakan IHK dengan tahun dasar 2007 adalah karena untuk konsistensi keseragaman tahun dasar IHK. IHK tahun dasar 2007 sudah diterapkan mulai tahun 2006 bulan Oktober. Penggunaan metode ini untuk mencari nilai riil dari biaya kehilangan pada setiap tahun.

Perhitungan rata-rata biaya kehilangan responden diperoleh dengan cara membagi total biaya kehilangan dengan jumlah responden yang menderita kerusakan peralatan rumah tangga. Nilai rata-rata biaya kehilangan dapat dilihat pada persamaan berikut (Setyaningrum 2012):

BK = ∑BKin i=1

… … … . . … … … .

Keterangan:

BK = Rata-rata biaya kehilangan properti (Rp/KK) BKi = Biaya kehilangan yang dialami responden ke-i (Rp) n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1, 2, 3, … , n)

4.5.2.3 Biaya Kesehatan

(50)

pendapatan responden akibat tidak bekerja karena sakit. Kerugian ini diestimasi menggunakan pendekatan modal manusia (Human Capital Approach) yaitu biaya kesehatan. Biaya kesehatan masyarakat diperoleh dari penjumlahan hilangnya pendapatan karena sakit dengan biaya pengobatan dapat dilihat pada persamaan berikut (Setyaningrum 2012):

C = P + BO ... (4.3) Keterangan:

C = Biaya kesehatan (Rp)

P = Pendapatan yang hilang (Rp) BO = Biaya pengobatan (Rp)

4.5.2.3.1 Biaya Pengobatan

Biaya pengobatan adalah pengeluaran sejumlah biaya responden untuk pengobatan akibat penyakit yang diderita dari genangan air banjir rob. Biaya pengobatan yang ditanggung responden merupakan biaya yang dikeluarkan responden untuk mengobati sakit atau anggota keluarga responden yang menderita sakit yang menjadi tanggungan responden. Biaya pengobatan dihitung dari biaya kunjungan ke puskesmas desa. Biaya pengobatan yang dikeluarkan responden dapat dilihat pada persamaan berikut (Setyaningrum 2012):

BO = ∑BOin i=1

… … … . … … … .

Keterangan:

BO = Rata-rata biaya pengobatan (Rp/KK)

BOi = Biaya pengobatan yang dilakukan responden i (Rp) n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1, 2, 3, … ,n)

4.5.2.3.2 Nilai Pendapatan yang Hilang

Kerugian ini dilihat dari responden yang mengalami kehilangan pendapatan harian karena sakit akibat banjir rob. Kerugian ini diestimasi dengan pendekataan cost of time. Cost of time adalah kerugian responden yang tidak pergi bekerja karena menderita sakit. Nilai rata-rata kerugian dari hilangnya pendapatan responden selama banjir dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Setyaningrum 2012):

(51)

P = ∑[ � � ��� ] =1

… … … .

Keterangan:

P = Hilangnya pendapatan responden tidak dapat bekerja (Rp/KK) JHTKi = Jumlah hari tidak bekerja responden ke i (hari)

TPRi = Pendapatan responden ke i per hari (Rp/hari) n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1, 2, 3, … ,n)

4.5.2.4Pendapatan yang Hilang

Kerugian selanjutnya adalah kehilangan pendapatan harian masyarakat akibat banjir yang menghalangi mereka untuk bekerja. Kerugian ini diestimasi melalui pendekatan pendapatan yang hilang atau Loss of Income. Pendapatan yang hilang ini merupakan pendapatan harian yang tidak responden dapatkan karena responden memilih untuk tidak bekerja selama banjir. Berikut persamaan yang digunakan dalam perhitungan (Setyaningrum 2012):

HP = ∑[PRi x LBi]n i=1

… … … .

Keterangan:

HP = Hilangnya pendapatan per responden (Rp/KK)

PRi = Pendapatan harian yang hilang pada responden ke-i (Rp/hari) LB = Lama tidak bekerja (hari)

n = Jumlah responden (KK) i = Responden ke-i (1, 2, 3, …, n)

4.5.2.5Analisis Pendapatan Usaha Tambak

Kerugian lain yang dirasakan oleh masyarakat yang menggantungkan sumber penghidupannya dari usaha tambak, banjir rob menyebabkan pendapatan dari usaha tambak menjadi berkurang. Perubahan pendapatan dari usaha tambak ini merupakan pengurangan antara pendapatan usaha tambak saat tidak banjir rob dengan pendapatan usaha tambak saat banjir rob. Penerimaan usaha tambak dihitung berdasarkan hasil produksi tambak ikan bandeng dan udang windu ... (4.5)

(52)

dikalikan dengan harga jual ikan bandeng dan udang windu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi 1995):

∆I = I1 – I2 ... (4.7) I1/2 = TR – TC ... (4.8) TR = y . Py ... (4.9) TC = x . Pxi ... (4.10) Keterangan:

∆I = Perubahan pendapatan (Rp)

I1 = Pendapatan saat tidak banjir rob (Rp) I2 = Pendapatan saat banjir rob (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp)

y = Hasil panen ikan bandeng dan udang windu (kg) Py = Harga jual ikan bandeng dan udang windu (Rp) xi = Jumlah faktor produksi (i = 1,2, ..., n)

Pxi = Harga faktor produksi (Rp)

4.5.3 Biaya Pencegahan

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan responden untuk melakukan pencegahan terhadap banjir rob. Biaya pencegahan diestimasi melalui biaya yang dikeluarkan untuk melakukan tindakan pencegahan pada bangunan tempat tinggal responden dalam rangka melindungi rumah tangga responden dari penurunan kesejahteraan. Besar biaya rata-rata untuk upaya pencegahan tersebut dapat diperoleh melalui persamaan (Setyaningrum 2012):

�� = ∑�� =1

… … … . … … … .

Keterangan:

BP = Rata-rata biaya pencegahan (Rp/KK) BPi = Biaya pencegahan responden ke-i (Rp) n = Jumlah responden (KK)

i = Responden ke-i (1, 2, 3, …, n)

Gambar

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 2 Matriks metode analisis data
Tabel 30 Rata-rata pendapatan usaha tambak akibat banjir rob (per musim panen)
Table of Observed and Expected Frequencies:

Referensi

Dokumen terkait

sistem finansial tersebut, yaitu sistem ERP pada modul purchase management dan integrasi dengan modul accounting, transformation yaitu transformasi integrasi proses

(2) Pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan peruntukan hutan sebagai upaya untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling

Batasan masalah Agar pembahasan lebih memfokuskan pada permasalahan maka perlu diberi penjelasan terhadap permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini yaitu faktor

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh dari kualitas laba dan proprietary cost terhadap pengungkapan informasi non-keuangan sukarela serta menganalisis

Parameter sedimen pada tiap lokasi tambak udang windu di Desa Margasari sudah tergolong baik, dengan tambak pertama beberapa parameternya sudah sangat sesuai

Cadangan kerugian penurunan nilai dari aset nonkeuangan -/-

Kesimpulan hasil dari penelitian ini adalah terdapat delapan jenis isu lingkungan global dalam komik Doraemon Petualangan volume ke-10: Nobita dan Planet