• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 Analisis Masalah dan Konflik

5.5.1 Identifikasi Masalah Pada Peserta PMDH (masyarakat)

Salah satu bentuk kegiatan PMDH PT. Nityasa Idola adalah pembinaan pertanian menetap. Pada saat ini telah dilakukan pembuatan demplot pertanian menetap sebagai contoh bagi masyarakat. Namun kegiatan tersebut belum berjalan dengan optimal, karena partisipasi masyarakat yang masih kurang karena menilai pertanian menetap sulit untuk dilakukan. Selain itu masyarakat belum percaya jika belum melihat hasilnya secara langsung. Hal ini disebabkan adanya anggapan dari masyarakat bahwa pola perladangan berpindah yang selama ini dilakukan sudah menjadi tradisi yang turun-temurun dan lebih menguntungkan dengan alasan sebagai berikut:

a. Pola perladangan berpindah lebih mudah dan praktis karena dengan perlakuan minim mampu berproduksi tinggi

b. Hama dan penyakit tanaman pada pola perladangan berpindah lebih kecil c. Pengelolaan lahan yang intensif memerlukan teknologi yang sulit dan biaya

yang besar

Asumsi masyarakat tersebut sangat wajar karena rendahnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki serta pengaruh budaya yang melekat secara turun-temurun. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat belum dapat sepenuhnya menerima perubahan dan inovasi dari luar secara positif dan cepat. Dilihat dari kultur pengelolaan usaha, masyarakat desa di dalam areal hutan dalam mengusahakan usahanya masih mengikuti adat atau tradisi nenek moyang secara turun-temurun, masih sulit menerima perubahan-perubahan dari luar. Pola usahatani yang diterapkan oleh masyarakat tersebut pada umumnya bersifat ekstensif dan tanpa perlakuan-perlakuan intensif. Tahap pengerjaan lahan sangat tidak efisien, misalnya dalam pembukaan lahan sampai dengan penanaman memerlukan waktu sampai empat bulan, dalam pemanenan diperlukan waktu sampai dua bulan. Frekuensi panen pun hanya satu tahun sekali dengan produktivitas yang rendah. Pengeluaran biaya relatif besar karena mengikuti tradisi dan ritual yang harus dilakukan. Hal-hal tersebut sebenarnya sudah disadari masyarakat, dengan kerugian masyarakat karena pengeluaran biaya yang besar tapi hasil panen yang lebih rendah dari pengeluaran. Karena permasalahan

tersebut, maka pada awal tahun 2010 dilakukan pelatihan pertanian bagi beberapa warga masyarakat di Salatiga, Jawa Tengah, dengan harapan dapat memberikan contoh kepada warga masyarakat lain di desanya. Namun hal ini masih belum berjalan dengan baik, karena menurut para peserta pelatihan, mereka tidak difasilitasi baik dari dana maupun kebutuhan alat pertanian.

Luasnya areal yang dimiliki setiap masyarakat, tidak hanya dimanfaatkan untuk lahan pertanian tapi juga lahan dikerjasamakan untuk ditanam pohon sengon sebagai mitra perusahaan dan sebagai penambah pendapatan, sebagian lahan ditanam pohon karet. Desa-desa binaan PT. Nitysa Idola umumnya mempunyai aksesibilitas yang cukup baik. Pembukaan jalan ini dilakukan oleh perusahaan sebagai tanggungjawab sosial kepada masyarakat. Aksesibilitas ini sangat penting berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan PMDH di desa-desa binaan serta berkaitan dengan pengangkutan yang diperlukan untuk sarana produksi usaha tani, mengangkut hasil-hasil pertanian, dan mempermudah menuju lokasi penanaman sengon.

Pembangunan hutan tanaman dengan jenis kayu sengon oleh PT. Nityasa Idola berupaya membangun bersama masyarakat, dengan ini peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kerjasama dan kegiatan pembinaan masyarakat dapat tercapai. Kegiatan sosial adalah kegiatan penting yang harus dijalankan oleh perusahaan di bidang kehutanan, salah satunya hutan tanaman. Perusahaan harus mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Upaya mengetahui keinginan masyarakat sebagai tanggungjawab sosial akan tertuang dalam program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), maka perlu diadakan pertemuan dan diskusi dengan masyarakat. Pertemuan ini biasanya dilakukan di setiap dusun sebelum dusun tersebut melakukan kerjasama pengelolaan lahan untuk tanaman sengon. Namun intensitas pertemuan antara masyarakat dan perusahaan dirasakan belum maksimal dan berkala, sehingga keinginan dan keluhan masyarakat tidak sepenuhnya tersampaikan kepada perusahaan. Dengan intensitas pertemuan yang kurang ini, perusahaan belum mengetahui keinginan masyarakat sepenuhnya sehingga penyusunan dan pelaksanaan program PMDH belum tepat sasaran. Hal ini memunculkan pendapat bahwa perusahaan belum mengayomi masyarakat.

Penyebaran informasi yang cepat antar masyarakat baik informasi negatif atau positif, menyebabkan pengaruh yang besar terhadap perusahaan. Lebih besar lagi apabila informasi tersebut disampaikan oleh karyawan perusahaan sendiri. Melihat informasi di lapangan, isu yang berkembang lebih besar mengarah kepada hal negatif. Terkadang masalah perusahaan yang tidak seharusnya dibicarakan secara terbuka menjadi bahan pembicaraan umum. Informasi negatif ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Intensitas penyebaran informasi ini dapat dipengaruhi dari bentuk interaksi masyarakat terhadap perusahaan. Bentuk interaksi ini dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Bentuk interaksi masyarakat terhadap perusahaan

Bentuk interaksi dengan perusahaan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

Karyawan tetap 3 10,00 0 0,00 3 5,00

Pegawai harian lepas 1 3,33 0 0,00 1 1,67

Penyedia barang/jasa 1 3,33 0 0,00 1 1,67 Diundang rapat untuk membicarakan berbagai permasalahan 1 3,33 2 6,67 3 5,00 Diundang untuk sosialisasi program, 24 80,00 28 93,33 52 86,67 Tidak pernah berinteraksi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Berdasarkan data diatas bahwa bentuk interaksi terbesar adalah pada saat diundang untuk sosialisasi program sebesar 86,67%, sebagian kecil lainnya sebagai pegawai harian lepas dan penyedia barang dan jasa masing-masing 1,67%. Dengan bentuk interaksi terbesar pada saat diundang sosialisasi dan dengan intensitas yang rendah dan tidak dilakukan secara berkala, maka penyampaian informasi ke masyarakat belum optimal sehingga rawan terjadinya salah paham dan konflik. Konflik yang muncul sebagai akibat dari keinginan masyarakat yang tidak ditanggapi atau dipenuhi oleh perusahaan. Masyarakat cenderung menginginkan sesuatu secara instan, sedangkan perusahaan memiliki

aturan yang harus diikuti. Biasanya mereka melakukan protes ke kantor baik secara sendiri atau berkelompok, dan terkadang memberikan ancaman. Di beberapa kasus mereka terkadang melakukan pemukulan, penahananan inventarisasi atau pengrusakan. Masalah-masalah yang timbul itu diatasi secara kekeluargaan, atau secara adat, atau jika tidak terselesaikan dan termasuk dalam tindakan kriminal akan diselesaikan melalui hukum formal. Berdasarkan data dari responden, 78,33% mengatakan pernah ada konflik dan 21,67% mengatakan tidak pernah ada konflik. Konflik yang terjadi tidak hanya pada diri mereka namun bisa juga yang terjadi pada tetangga mereka. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data pada Tabel 18. Konflik-konflik yang pernah terjadi antara masyarakat dengan perusahaan dapar dilihat pada Tabel 19.

Tabel 18 Konflik dengan Perusahaan Konflik dengan

Perusahaan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

Ada 25 83,33 22 73,33 47 78,33

Tidak 5 16,67 8 26,67 13 21,67

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Tabel 19 Konflik yang pernah terjadi sepanjang tahun 2009-2010

No Deskripsi Konflik No Deskripsi Konflik

1 Penahananan kunci alat berat oleh masyarakat Angkabang karena permohonan rehabilitasi tanaman di desa tersebut belum dilakukan oleh bagian produksi tanam

10 Pemilik lahan pada petak 28 melakukan pemagaran di petak tersebut karena tidak dilakukan penyulaman tanaman

2 Terjadi overlap lahan milik Maradan dan Lyus di petak 21A B

11 Kesalahan pembukaan lahan pada petak 05/5 mengakibatkan kerugian 50 batang karet 3 Penahananan kunci alat berat oleh Suar

karena bagian perencanaan salah membuat trase jalan

12 Pemilik lahan melakukan pemagaran di petak 81 dan 96 karena pembayaran upah kerja pemeliharaan tidak tepat waktu

4 Karena tidak ada komunikasi dari produksi tanam bahwa alat berat brig down , maka masyarakat harus menunggu di lokasi yang akan di kerjakan. Atas kejadian tersebut, masyarakat akan minta ganti rugi lahan

13 Pemilik lahan pada petak 91 akan menuntut ganti jika tidak dibuatkan gorong-gorong untuk mengatasi genangan air pada ruas jalan dari Desa Anggam ke Desa Bati. Karena dikhawatirkan air akan masuk ke petak tersebut

5 Karena tidak dilakukannya pemeliharaan oleh perusahaan, pemilik lahan melakukan protes

14 Tumis melakukan pemukulan kepada Sabian karena salah paham dalam pemakaian motor

No Deskripsi Konflik No Deskripsi Konflik dengan menahan motor perusahaan

6 Pemilik lahan akan mencabut bibit sengon di lahannya jika tidak ada penjelasan dari perusahaan terkait ganti rugi lahan miliknya.

15 Soeharto melakukan perusakan pintu dan solo karena pembayaran upah kerja pembuatan pondok tidak tepat waktu

7 Pemilik lahan petak 5 melakuakn penahanan kunci alat berat karena tidak diberitahukan pada saat pembuatan jalan di petak tersebut

16 Sukses malakukan penahanan mobil ekstrada karena karyawan perusahaan terlambat mengantar Jonggan

8 Pemilik lahan pada petak 29B/2 melakukan penebangan pohon sengon karena janji pembayaran upah kerja pemeliharaan tidak tepat waktu

17 Kimlin melakukan pemukulan kepada Pak Jufri (karyawan PT. NI) karena pembayaran ganti rugi lahan tidak tepat waktu

9 Protes warga Ampadi karena jalan menuju desa tersebut rusak dan belum ada bantuan dari perusahaan

18 Masyarakat Ampadi melakukan demonstrasi karena pembayaran penyiapan lahan dan penanaman tidak tepat waktu

Dokumen terkait