• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Kesejahteraan Desa Binaan PT. Nityasa Idola

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 69/Kpts-II/1995, salah satu tujuan dari kegiatan PMDH adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat. Sumber pendapatan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan dari dalam hutan dan dari luar hutan. Sumber pendapatan dari dalam hutan yaitu, pemanfaatan kayu, karet, dan buruh tanam. Sumber pendapatan dari luar hutan terdiri dari sawit, berdagang, karyawan perusahaan, PNS, dan swasta.

Namun sumber kebutuhan masyarakat di dalam hutan lebih besar, hal ini berdasarkan hasil persepsi masyarakat yang tertuang pada Tabel 8.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan masyarakat akan hutan berdasarkan persepsi masyarakat adalah sebesar 53,33% terpenuhi dan 46,67% terkadang terpenuhi.

Tabel 8 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan kebutuhan di

hutan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

terpenuhi 18 60,00 14 46,67 32 53,33

kadang-kadang 12 40,00 16 53,33 28 46,67

tidak terpenuhi 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Dengan demikian, pendapatan masyarakat terbesar berada di dalam hutan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Dari data tersebut diketahui bahwa tingkat pendapatan masyarakat rata-rata terbesar berasal dari PNS yakni sebesar Rp. 1.450.000,00, namun dengan tingkat pendidikan rendah, hanya sebagaian kecil saja yang pekerjaannya sebagai PNS. Tingkat perolehan pendapatan rata-rata pada masing-masing Desa adalah sebesar Rp. 779.940,48 untuk Desa Selange dan Rp. 460.535,71 untuk Desa Ampadi. Hal ini menunjukkan tingkat pendapatan masyarakat Desa Selange lebih besar dari Desa Ampadi.

Tabel 9 Pendapatan masyarakat

Pendapatan Masyarakat nilai Rp/bulan

Selange Ampadi

a. Dari dalam hutan

1. Kayu Rp 500.000,00 Rp 475.000,00 2. Karet Rp 407.142,86 Rp 360.000,00 sub total dari dalam hutan Rp 907.142,86 Rp 835.000,00 b. Dari luar hutan

1. Berdagang Rp 675.000,00 Rp 507.142,86 2. Karyawan perusahaan Rp 797.500,00 Rp - 3. PNS Rp 1.450.000,00 Rp - 4. Pegawai swasta Rp 850.000,00 Rp 500.000,00

sub total dari luar hutan Rp 3.772.500,00 Rp 1.007.142,86

Total Rp 4.679.642,86 Rp 1.842.142,86

Jika dibandingkan dengan tingkat Upah Minimum Regional Kabupaten Landak sebesar Rp. 945.000, maka pendapatan masyarakat Desa Selange maupun Desa Ampadi masih terbilang miskin. Perbandingan tingkat pendapatan dan UMR dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Perbandingan antara rataan pendapatan rumah tangga dengan UMR. Pada gambar 3S terlihat bahwa rataan pendapatan rumah tangga dari total responden berada di bawah Upah Minimum Regional (UMR), artinya bahwa pendapatan masyarakat desa binaan PMDH PT. Nityasa Idola memiliki pendapatan yang masih rendah. Dari Gambar 3 terlihat bahwa responden Desa Selange memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan responden Desa Ampadi

Hal ini juga dapat dilihat dari tingkat pengeluaran masyarakat di masing-masing desa yang cenderung masih di atas penghasilan mereka, yakni 71,67% berada pada tingkat pengeluaran Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000. Tingkat pengeluaran masyarakat dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Tingkat pengeluaran masyarakat Pengeluaran per

bulan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

< 1000000 1 3,33 3 10,00 4 6,67

1000000-2000000 23 76,67 20 66,67 43 71,67

>2000000 6 20,00 7 23,33 13 21,67

Pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa kondisi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dilihat dari tingkat pendapatannya dan jika membandingkan dengan tingkat pengeluaran yang cenderung relatif, maka masyarakat beranggapan bahwa 43,33% terkadang kurang, 23,22% selalu kekurangan, dan 31,67% berimbang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketercukupan pemenuhan kebutuhan masyarakat masih kurang, sehingga perlu adanya pembinaan dan pemberdayaan dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Kondisi pendapatan dan pengeluaran per bulan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Kondisi pendapatan dan pengeluaran per bulan Kondisi Pendapatan

dan Pengeluaran

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n % Selalu kekurangan 1 3,33 13 43,33 14 23,33 Terkadang kekurangan 10 33,33 16 53,33 26 43,33 Seimbang 18 60,00 1 3,33 19 31,67 Berlebih 1 3,33 0 0,00 1 1,67 Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Dari kekurangan pendapatan masyarakat ini biasanya akan tertutupi dengan penjualan tanah milik atau meminjam uang pada koperasi (credit union). Kondisi kesejahteraan masyarakat ini pula dapat dilihat berdasarkan bentuk bangunan tempat tinggal masyarakat. Mayoritas masyarakat tinggal pada lahan atau rumah milik sendiri. Biasanya rumah tempat tinggal mereka sudah turun temurun atau warisan namun ada juga yang baru membangun kembali. Berdasarkan data dari responden, sebanyak 53,33% masyarakat memiliki rumah sederhana yang terbuat dari kayu atau bambu. Rumah tersebut berbentuk rumah panggung yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Sedangkan masyarakat memiliki bangunan semi permanen, yakni terbuat dari kayu dan semen sebesar 46,67%. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut masih rendah dan perlu adanya peningkatan perekonomian masyarakat dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Analisis bentuk bangunan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Bentuk bangunan rumah Bentuk Bangunan

Rumah

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n % Sederhana (bangunan rumah berasal dari bamboo/kayu) 9 30,00 23 76,67 32 53,33 Semi permanent (bamboo/kayu dan semen) 21 70,00 7 23,33 28 46,67 Permanent (bangunan rumah sudah permanent) 0 0,00 0 0,00 0 0,00 Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Masyarakat di daerah penelitian adalah penduduk asli setempat (suku dayak) yang sudah tinggal semenjak mereka lahir. Hal ini memunculkan keterikatan akan daerah yang dihuninya dan terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan di sekitarnya. Sebagian besar penduduk hidup dari mata pencaharian bertani sehingga kesejahteraan responden tergantung pada luas kepemilikan lahan yang dimilikinya. Status kepemilikan lahan responden merupakan lahan milik sendiri. Lahan-lahan milik tersebut pada umumnya berasal dari buka lahan sendiri/garap lahan sendiri. Asal kepemilikan lahan responden dapat dilihat dalam Tabel 13. Tabel 13 Asal kepemilikan lahan responden

Asal Kepemilikan

Lahan

Selange Ampadi Total Responden

n % n % n %

Membuka hutan 7 23,33 9 30,00 16 26,67

Membeli 0 0,00 0 0,00 0 0,00

Warisan 23 76,67 21 70,00 44 73,33

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada umumnya asal kepemilikan lahan responden berasal dari warisan (73,33%). Kepemilikan lahan dari warisan di desa selange (76,67%), sedangkan di desa Ampadi (70%).

Sebagian besar masyarakat di daerah tersebut masing-masing telah memiliki lahan, baik untuk tempat tinggal, berladang, karet, dan lainnya yang

belum dimanfaatkan lahan tersebut diperoleh turun-temurun berdasarkan warisan dari orang tua atau membeli lahan milik warga lainnya. Namun lahan tersebut tidak dalam aturan yang jelas dan memiliki kekuatan hukum, seperti adanya sertifikat hak milik atau surat keterangan kepemilikan lahan lainnya. Warga mengandalkan saling kepercayaan antar warga yang berbatasan langsung dengan lahannya. Dengan tidak adanya kekuatan hukum dalam kepemilikan lahan dan hanya mengandalkan kepercayaan antar warga mengenai batas lahan, maka sering menimbulkan konflik tata batas. Konflik ini biasa terjadi antar warga atau antara warga dengan perusahaan. Permasalahan konflik tata batas ini biasanya akan diselesaikan secara kekeluargaan melalui hukum adat.

Perusahaan telah berupaya membantu masyarakat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan membuka peluang kerja dan membangun kerjasama dalam pemanfaatan lahan masyarakat untuk ditanam pohon sengon. Hal ini disambut positif oleh masyarakat, namun masih ada pula masyarakat yang belum mau mengkerjasamakan lahan mereka untuk ditanam sengon. Masyarakat yang mengkerjasamakan lahannya ini dipengaruhi oleh keinginan memperoleh ganti rugi lahan dan memang masih banyak lahan kosong yang tidak digunakan. Sedangkan warga yang tidak mengkerjasamakan lahannya beralasan, lahan yang dimilikinya kecil dan masih ditumbuhi oleh tanaman karet, dan menurutnya karet masih lebih menguntungkan dan memperoleh hasil yang lebih cepat. Selain itu, masyarakat merasa dengan melihat beberapa kasus, lahan yang sudah ditanami sengon tidak dilakukan perawatan, sehingga tanaman tidak tumbuh optimal. Tanaman yang tidak tumbuh optimal ini nantinya justru tidak menguntungkan masyarakat pada saat dilakukan pemanenan. Berdasarkan data dari perusahaan, sampai saat ini target tanam perusahaan per tahunnya sebesar 5700 hektar, namun pencapaian pada tahun 2008 sebesar 284 hektar, tahun 2009 sebesar 1467 hektar, dan sampai bulan april 2010 sebesar 237 hektar. Hal ini berbeda dengan keinginan kerjasama lahan oleh masyarakat, dan hampir seluruh areal kerja yang diizinkan berada di atas lahan yang di klaim milik masyarakat.

Adapun keuntungan yang dijanjikan perusahaan yang akan didapatkan oleh masyarakat tertuang dalam mata beliung atau surat perjanjian kerjasama lahan, diantaranya adalah setiap satu hektar lahan akan diberikan pengganti

sebesar Rp. 60.000, penjarangan tanaman yang dilakukan setengah daur (4 tahun) sebesar Rp. 2.500/m3, penebangan saat pemanenan (8 tahun) sebesar Rp. 5.000/ meter kubik, dan pemberian bibit karet gratis sebanyak 21 batang/ha. Keuntungan lain adalah lahan itu tetap milik masyarakat dan perjanjian akan berlaku setiap satu daur (8 tahun), disamping ada pemasukan lain masyarakat yang didapat dari perusahaan, yakni jika mengerjakan lahannya sendiri untuk kegiatan pembinaan hutan. Namun penawaran perusahaan tersebut masih dirasakan tidak puas oleh masyarakat 61,67% dan hanya 35% yang menyatakan puas. Ketidakpuasan ini dipengaruhi oleh hasil upah ganti rugi lahan yang kecil dan proses pembayaran yang lama, dan hasil panen yang juga lama. Tingkat kepuasan ganti rugi lahan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Tingkat kepuasan ganti rugi lahan.

Kepuasan Ganti rugi lahan

Selange Ampadi Total Responden

N % N % N %

Puas 7 23,33 14 46,67 21 35,00

tidak puas 21 70,00 16 53,33 37 61,67

tidak tahu 2 6,67 0 0,00 2 3,33

Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00

Dokumen terkait