RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA
PEMBINAAN MASYARAKAT DESA HUTAN (PMDH) PADA
KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI
PT. NITYASA IDOLA DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT
DEDEN KUSWANDA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
RENCANA KELOLA SOSIAL DALAM RANGKA
PEMBINAAN MASYARAKAT DESA HUTAN (PMDH) PADA
KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI
PT. NITYASA IDOLA DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Oleh
DEDEN KUSWANDA
E14062150
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
RINGKASAN
DEDEN KUSWANDA. Rencana Kelola Sosial dalam Rangka Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada Kawasan Hutan Tanaman Industri PT. Nityasa Idola di Propinsi Kalimantan Barat. Dibimbing oleh Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si
Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) terutama di luar Pulau Jawa seringkali berhadapan dengan permasalahan-permasalahan kompleks. Permasalahan tersebut muncul akibat terjadinya tumpang tindih kawasan antara daerah konsesi perusahaan dengan kawasan yang dikuasai oleh masyarakat. Hal tersebut terjadi pada areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK HT) PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat. Sehingga, perusahaan dalam upaya melakukan kegiatan tanam untuk pembangunan HTI perlu melakukan negosiasi kepada masyarakat, diantaranya adalah setiap satu hektar lahan yang dikerjasamakan akan diberikan pengganti sebesar Rp. 60.000/hektar, memperoleh hasil penjarangan pohon yang dilakukan pada setengah daur (4 tahun) sebesar Rp. 2.500/m3, memperoleh hasil penebangan saat pemanenan (8 tahun) sebesar Rp. 5.000/ m3, dan pemberian bibit karet gratis sebanyak 21 batang/hektar. Namun penawaran perusahaan tersebut masih kurang menarik perhatian masyarakat, hal ini dikarenakan lahan masyarakat masih ditanamai pohon karet dan pertanian ladang berpindah, nilai ganti rugi yang dinilai kecil, dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap keberadaan HTI.
Hubungan sosial antara masyarakat desa sekitar dengan Perusahaan pengelola IUPHHK HT PT. Nityasa Idola sudah berjalan melalui program kegiatan PMDH. Program yang telah dijalankan perusahaan tersebut, misalnya program pelatihan dan pembuatan pertanian menetap, kerjasama lahan dengan perjanjian ganti rugi lahan, bantuan pendidikan untuk guru honor, dan pemberian bantuan sosial lainnya. Program tersebut belum berjalan dengan baik sehingga perlu di evaluasi, seperti belum adanya tindak lanjut pendampingan program pelatihan, belum optimalnya kegiatan pertanian menetap, karena kurang sosialisasi dan pendampingan, perlu adanya optimalisasi bantuan yang mengarah pada peningkatan sarana ibadah, pendidikan, dan kesehatan, meningkatkan kerjasama dan peran serta tokoh masyarakat, evaluasi isi perjanjian ganti rugi lahan, termasuk pelaksanaan pembayaran, kegiatan tanam dan pemeliharaan, kurangnya kemampuan karyawan, seperti pengetahuan tentang hutan tanaman industri dan teknik komunikasi.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program PMDH diantaranya adalah banyaknya desa binaan, terbatasnya tenaga pelaksana PMDH, belum adanya kerjasama yang baik antara perusahaan dan pemerintah daerah, kurangnya pelaksanaan sosialisasi kegiatan PMDH, pelaksanaan kegiatan PMDH tidak berkala. Namun disadari pula faktor masyarakat pun berpengaruh besar, seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat, yakni perladangan berpindah dan kegiatan bakar lahan sebaai kegiatan ekonomi, belum sepenuhnya dapat menerima perubahan dan inovasi dari luar secara positif, kegiatan usaha masih dipengaruhi adat atau tradisi.
SUMMARY
DEDEN KUSWANDA. Social Management Plan in the Framework of Forest Village Community Development (PMDH) at Forest Area Industrial Plant PT. Nityasa Idola, Province of Kalimantan Barat. Supervised by Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si
Development of Industrial Forests (HTI), particularly outside Java often faced with complex problems. These problems arise due to the overlapping area between the concession companies to the area controlled by the community. This occurred in the area of Business License Utilization of Forest Plantation Timber (IUPHHK HT) PT. Nityasa Idol in West Kalimantan. Thus, firms in an effort to conduct activities for the development of timber planting need to reconcile with the community, such as every hectare of land that cooperation will be given a replacement of Rp. 60.000/hektar, tree spacing results conducted on the half-cycle (4 years) of Rp. 2.500/m3, obtained from logging during harvest (8 years) of Rp. 5,000 / m3, and the provision of free rubber seedlings were 21 stems / ha. But the company still offers less public attention, this is caused the land still be planted of rubber trees and agricultural shifting cultivation, which assessed the value of a small compensation, and lack of public understanding of the existence of HTI.
Social relations among villages surrounding the management company IUPHHK HT PT. Nityasa Idol has been running through a program of activities PMDH. Programs that have run companies, such as training programs and making permanent agriculture, land cooperation with treaty land compensation, educational assistance for teacher salaries, and other social assistance. The program has not been going well so necessary in the evaluation, such as the lack of follow-up assistance training program, not optimal settled agricultural activities, because of lack of socialization and mentoring, the need for optimization of assistance that leads to an increase of places of worship, education, and health, increase cooperation and participation of community leaders, evaluating the content of the land compensation agreement, including the implementation of payment, planting and maintenance activities, lack of employee skills, such as knowledge of the forest industry plants and communication techniques.
The problems faced in the implementation of such programs is the number of villages PMDH partner, limited executive power PMDH, lack of good cooperation between companies and local governments, the lack of implementation of activities PMDH, not PMDH activities periodically. But we realize people were also influential factors, such as socio-economic conditions of society, namely shifting cultivation and land activities sebaai fuel economic activity, has not been fully able to accept the changes and innovations from the outside in a positive, business activities are still influenced by customary or traditional.
Judul : Rencana Kelola Sosial dalam Rangka Pembinaan
Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada kawasan Hutan
Tanaman Industri PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat
Nama Mahasiswa : Deden Kuswanda
NRP : E14062150
Jurusan/Fakultas : Manajemen Hutan/Kehutanan
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si
NIP. 19790101 200501 1 003
Mengetahui:
Ketua Departemen Manajemen Hutan
Dr. Ir. Didik Suhardjito, MS
NIP. 19630401 199403 1 001
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Kelola
Sosial dalam Rangka Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) pada Kawasan
Hutan Tanaman Industri PT. Nityasa Idola di Propinsi Kalimantan Barat adalah
benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum
pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2011
Deden Kuswanda
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyampaikan
ucapan terima kasih atas terlaksanannya tugas akhir ini kepada:
1. Ayahanda Oman A. Rachman dan Ibunda Sumiati atas dorongan, kasih
sayang, dan doa tiada henti untuk penulis.
2. Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Karyawan PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat, khususnya Bu Angel,
Pak Edi Rianto, Pak Emil, Pak Ahem yang telah meluangkan waktu
mengantarkan peneliti ke lokasi penelitian serta memberikan arahan dan
bimbingan.
4. Kakak-kakak (Kak Rahma, Kak Yudi, dan saudara kembar saya Dadang)
yang selalu memberikan semangat dan nasihat.
5. Ibu Megawati di Kemahasiswaan IPB, yang senantiasa memberikan
dorongan dan semangat.
6. Teman-teman seperjuangan di Departemen Manajemen Hutan angkatan
`43 Fahutan IPB khususnya Hania, Elisda, Suci, Linda, Kris, Andre,
Bayu, Hasan, dan teman-teman MNH`43 lainnya
7. Teman-teman seperjuangan di BEM KM IPB Kabinet Generasi Inspirasi
(Wahyu, Rico, Satrio, Evi, Widia) dan teman tim 5 (Kamal, Izan, Ziza,
Tika). Semoga kebersamaan kita tetap terjalin erat sampai kapanpun.
8. Adik-adik di Pramuka Winaya Lokatmala yang selalu memberikan
keceriaan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tarakan (Kalimantan Timur),
pada tanggal 31 Maret 1988. Penulis merupakan anak ke
empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Oman A.
Rachman dan Ibu Sumiati. Saat ini penulis tinggal di Jalan
Sindang Barang RT 4/3 kelurahan Loji, Bogor. Pendidikan
penulis dimulai dari TK Bayangkari, Tarakan Tahun
1993-1994, SDN 002 Tarakan dan SDN Gunung Batu 01 Bogor
Tahun 1994-2000, SMPN 4 Bogor Tahun 2000-2003, SMAN 5 Bogor Tahun
2003-2006. Tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di jurusan
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di kegiatan
kemahasiswaan yaitu departemen politik dan advokasi BEM TPB 2006-2007,
Ketua Departemen PSDM BEM Fakultas Kehutanan IPB 2007-2008, Ketua
departemen Informasi dan Komunikasi BEM Fakultas Kehutanan IPB
2008Anggota Staf Departemen Kemahasiswaaan, Kesejahteraan Sosial, dan
Lingkungan tahun 2008-2009, Menteri Lingkungan Hidup BEM KM IPB kabinet
Generasi Inspirasi 2009-2010. Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem
Hutan (PPEH) di Jawa Tengah, tepatnya Cilacap dan Baturaden pada tahun 2008,
Praktek Pengelolaan hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (TNGW)
Sukabumi pada Tahun 2009, serta mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) dan
dilanjutkan dengan penelitian di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Nityasa Idola,
Kalimantan Barat pada tahun 2010.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis
selanjutnya menyelesaikan karya ilmiah (skripsi) yang berjudul Rencana Kelola
Sosial dalam Rangka Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) PT. Nitysa
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan
limpahan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Rencana Kelola Sosial dalam Rangka Pembinaan Masyarakat Desa Hutan
(PMDH) pada Kawasan Hutan Tanaman Industri PT. Nityasa Idola di Propinsi
Kalimantan Barat. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli s.d September
2010. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kegiatan sosial yang dilakukan
perusahaan terhadap masyarakat yang tinggal di dalam atau sekitar kawasan
Hutan Tanaman Industri.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Nityasa Idola atas sarana
prasarana yang disediakan dan dana penelitian yang diberikan sehingga penelitian
ini dapat terlaksana dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si atas bimbingan dan arahan serta saran yang
telah diberikan selama ini, Bapak Edi Riyanto dari manajemen PT. Nityasa Idola
yang telah membimbing di lapangan dan Bapak Emil serta seluruh Karyawan PT.
Nityasa Idola yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, kakak-kakak tercinta serta seluruh keluarga atas segala do‟a dan kasih sayangnya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak terutama PT. Nityasa Idola. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk kebaikan skripsi ini.
Bogor, Maret 2011
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN... vi
UCAPAN TERIMA KASIH...vii
RIWAYAT HIDUP...viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I.PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Tujuan... 2
1.3. Ruang Lingkup...2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 3
2.1. Pembinaan Masyarakat Desa Hutan...3
2.1.1 Pengertian...3
2.1.2 Tujuan dan Sasaran...3
2.1.3 Pola Pembinaan Masyarakat Desa Hutan...4
2.2 Struktur Sosial Budaya dan Strategi Pembangunan Desa...7
2.3 Pendapatan rumah tangga...10
2.4 Kemiskinan... ... 11
2.5 Persepsi masyarakat... 12
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 14
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian...14
3.2. Alat dan Bahan ...14
3.2.1. Bahan... 14
3.2.2. Alat... 14
3.3. Kerangka Pemikiran ...14
3.4. Metode Analisis……... 16
3.4.1. Upaya-upaya PengembanganPerspektif PMDH………... 16
3.4.3. Pengumpulan Data...17
3.4.4. Analisis dan Sintesis data... 20
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI... 21
4.1. Sejarah Perusahaan... 21
4.2. Data Pemegang Izin…... 22
4.3. Letak Areal Kerja dan Luas... 23
4.4. Kondisi Hutan... 24
4.5. Kondisi Sosial Ekonomi... 25
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27
5.1. Karakteristik Responden... 27
5.1.1 Umur Responden... 27
5.1.2 Pendidikan Responden... 27
5.1.3 Mata Pencaharian Responden... 29
5.2. Kesejahteraan Desa Binaan PT. Nityasa Idola... 29
5.3. Analisis Penyelenggaraan Kegiatan PMDH... 35
5.4. Analisis Masalah dan Konflik... 35
5.4.1. Identifikasi Masalah Pada Peserta PMDH (masyarakat)... 42
5.4.2. Identifikasi Masalah Pada Pelaksana PMDH (PT. Nityasa Idola)…... 46
5.5. Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Kegiatan PMDH... 47
5.6. Potensi Desa... 50
5.7. Usulan Rencana Kelola Sosial... 51
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 57
6.1. Kesimpulan... 57
6.2. Saran... 58
DAFTAR PUSTAKA... 59
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Daftar data sekunder ... 17
2. Keadaan hutan pada areal kerja IUPHHK HT PT. Nityasa Idola berdasarkan peta penunjukkan kawasan hutan dan perairan provinsi kalimantan barat.. ... 24
3. Keadaan penutupan lahan berdasarkan peta hasil penafsiran citra satelit... 25
4. Jumlah penduduk, agama, mata pencaharian dan fasilitas umu... 26
5. Distribusi responden menurut kelompok umur ... 27
6. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 28
7. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian... 29
8. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan... 30
9. Pendapatan masyarakat... 30
10. Tingkat pengeluaran masyarakat... 31
11. Kondisi pendapatan dan pengeluaran per bulan... 32
12. Bentuk bangunan rumah... 33
13. Asal kepemilikan lahan responden ... 33
14. Tingkat kepuasan ganti rugi lahan. ... 35
15. Rencana kegiatan perusahan dalam rencana kerja tahunan (RKT) 2010 dan evaluasi kegiatan ... 36
16. Analisis permasalahan dan konflik yang pernah terjadi... 41
17. Bentuk interkasi masyarakat terhadap perusahaan ... 44
18. Konflik dengan perusahaan ... 45
19. Konflik yang pernah terjadi sepanjang tahun 2009-2010... 45
20. Kegiatan yang pernah dilakukan oleh perusahaan... 47
21. Bentuk manfaat kegiatan PMDH... 49
22. Hasil pengukuran persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH ... 49
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka dan pendekatan kajian... 15
2. Pemilihan Responden dengan Snowball Method... 19
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Peta areal kerja IUPHHK HT PT Nityasa Idola di Kabupaten Landak........ 61
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) terutama di luar Pulau Jawa
seringkali berhadapan dengan permasalahan-permasalahan kompleks.
Permasalahan tersebut muncul akibat terjadinya tumpang tindih kawasan antara
daerah konsesi perusahaan dengan kawasan yang dikuasai oleh masyarakat. Hal
tersebut terjadi pada areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan
Tanaman (IUPHHK HT) PT. Nityasa Idola di Kalimantan Barat. Sehingga,
perusahaan dalam upaya melakukan kegiatan tanam untuk pembangunan HTI
perlu melakukan negosiasi kepada masyarakat, di antaranya adalah setiap satu
hektar lahan yang dikerjasamakan akan diberikan pengganti sebesar Rp.
60.000/hektar, memperoleh hasil penjarangan pohon yang dilakukan pada
setengah daur (4 tahun) sebesar Rp. 2.500/m3, memperoleh hasil penebangan saat pemanenan (8 tahun) sebesar Rp. 5.000/ m3, dan pemberian bibit karet gratis sebanyak 21 batang/hektar. Namun penawaran perusahaan tersebut masih kurang
menarik perhatian masyarakat, hal ini dikarenakan lahan masyarakat masih
ditanamai pohon karet dan pertanian ladang berpindah, nilai ganti rugi yang
dinilai kecil, dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap keberadaan HTI.
Memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat yang tinggal
di dalam dan sekitar areal IUPHHK HT PT. Nityasa Idola, dan kemampuan yang
dimiliki pemegang IUPHHK HT, pemerintah melalui peraturan Menteri
Kehutanan No. P.11/Menhut-II/2004 menjelaskan bahwa pelaksanaan Pembinaan
Masyarakat Desa Hutan (PMDH) oleh pemegang IUPHHK HT menjadi satu
kesatuan dalam Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) sesuai dengan
keputusan Menteri Kehutanan No. 177/kpts-II/2003 tentang Kriteria dan Indikator
Pengelolaan Hutan Secara Lestari pada Unit Menajemen Usaha Pemanfaatan
Hutan Tanaman. Upaya-upaya pembinaan masyarakat tradisional yang berada di
kesejahteraan masyarakat, kebijaksanaan ini dikenal dengan Pembinaan
Masyarakat Desa Hutan (PMDH).
Sampai saat ini, pemegang IUPHHK HT PT. Nityasa Idola telah
melakukan upaya PMDH dalam jangka pendek melalui kerjasama lahan dan
pemberian ganti rugi lahan. Namun kegiatan pembinaan masyarakat tersebut
masih belum optimal sehingga target tanam HTI tidak tercapai. Untuk itu perlu
dilakukan Rencana Kelola Sosial sebagai program PMDH dalam jangka panjang.
1.2Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Menganalisis penyelenggaraan PMDH di PT. Nityasa Idola
b. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam penyelenggaraan
PMDH di PT. Nityasa Idola
c. Merumuskan upaya-upaya pengembangan PMDH di PT. Nityasa Idola
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah analisis aspek-aspek yang
mempengaruhi kondisi sosial masyarakat terhadap kinerja perusahaan.
Aspek-aspek tersebut meliputi :
1. Analisis permasalahan dan konflik yang mungkin pernah terjadi antara
perusahaan dengan masyarakat (land tenure, hubungan kerja, kesehatan,
pendidikan, prasarana dan sarana, dan sebagainya), serta upaya penyelesaian
yang pernah dilakukan.
2. Analisis pelaksanaan kegiatan sosial yang telah dilakukan perusahaan dan
hasil yang telah dicapai.
3. Analisis persepsi masyarakat terhadap perusahaan, harapan dan keinginan
masyarakat terhadap perusahaan, serta mekanisme pemenuhannya.
4. Analisis potensi pembangunan usaha pada masyarakat di desa sekitar
perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan 2.6.1 Pengertian
Pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan adalah upaya untuk
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di dalam atau
sekitar areal hutan dan usaha meningkatkan kualitas sumber daya hutan
(Abdulbari 1993). Menurut Departemen Kehutanan (2000), Pembinaan
Masyarakat Desa Hutan (PMDH) adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan
oleh pemegang IUPHHK-HA/IUPHHK-HT dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat, melalui terbukanya lapangan kerja dan kesempatan
berusaha serta tumbuhnya ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan,
tersedianya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai, serta terciptanya
kesadaran dan perilaku positif masyarakat dalam pelestarian sumberdaya hutan.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya PMDH, diantaranya sebagai
berikut:
1. PMDH sebagai upaya untuk mengendalikan ladang berpindah.
2. PMDH sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan dan tekanan
masyarakat internasional, khususnya negara-negara maju importer
kayu tropis.
3. PMDH sebagai upaya menciptakan mekanisme distribusi sebagai
keuntungan, dimana pihak perusahaan dipertimbangkan telah
memperoleh keuntungan dari sumberdaya hutan, oleh karena itu
dipertimbangkan sangat wajar apabila pihak perusahaan mengucurkan
sebagian keuntungannya untuk kepentingan masyarakat.
2.6.2 Tujuan dan Sasaran
Menurut Departemen Kehutanan dalam Sitanggang (2009) tujuan PMDH
sejahtera, dan sadar lingkungan, terutama masyarakat yang berada di dalam hutan
dan sekitarnya meliputi kegiatan :
1. Meningkatkan pendapatan, membuka kesempatan kerja serta
menumbuhkan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan
2. Menyediakan sarana dan prasarana sosial, ekonomi yang memadai.
3. Menciptakan kesadaran dan perilaku positif masyarakat dalam
pelestarian sumberdaya hutan guna meningkatkan pengamanan hutan.
Sasaran PMDH adalah masyarakat desa hutan yaitu sekelompok
masyarakat setempat, terutama masyarakat tradisional baik yang berada di dalam
hutan maupun di pedesaan sekitar hutan. Adapun prioritas kelompok sasaran
PMDH masyarakat tradisional dengan urutan sebagai berikut:
1. Kelompok yang berada di areal IUPHHK HA/IUPHHK HT
2. Kelompok yang berada di perbatasan areal IUPHHK HA/IUPHHK
HT
3. Desa-desa terdekat yang berada di sekitar areal IUPHHK
HA/IUPHHK HT
2.6.3 Pola Pembinaan Masyarakat Desa Hutan
Menurut Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan (1991), rencana
pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan areal kerja IUPHHK-HT
disusun dengan memperhatikan hal-hal seperti: potensi, kondisi, dan aspirasi
masyarakat setempat, bersifat saling menguntungkan (meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan mendukung kelestarian hutan), merangsang dan
menumbuhkan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan, serta
menimbulkan kemandirian masyarakat tersebut. Selanjutnya dalam SK Dirjen PH
No. 210/Kpts-BPH/1995 dinyatakan tahap-tahap dalam penyelenggaraan kegiatan
PMDH yaitu:
a. Tahap Perencanaan Kegiatan PMDH
Kegiatan terpenting dalam tahap ini adalah studi diagnostik dan konsultasi
mempermudah pelaksanaan dan monitoring kegiatan di lapangan. Menurut
Departemen Kehutanan dalam Sitanggang (2009) tahap perencanaan dalam
kegiatan PMDH meliputi beberapa tahapan, yaitu studi diagnostik, rencana umum
(20 tahun) rencana menengah (5 tahun), rencana jangka pendek (1 tahun) serta
rencana operasional. Pada tahapan rencana di atas memiliki keterkaitan antara satu
sama lainnya, sehingga mempermudah dalam pelaksanaan dan monitoring
kegiatan di lapangan.
Rencana umum merupakan penjabaran dari studi diagnostik yang telah
dilaksanakan. Rencana umum tersebut memuat rencana kegiatan yang global yang
digunakan sebagai acuan untuk menyusun Rencana Lima Tahun dan Rencana
Tahunan PMDH. Rencana Lima Tahun adalah rencana kegiatan PMDH selama
jangka waktu lima tahun yang merupakan penjabaran dari Rencana Umum yang
dijadikan sebagai acuan dari Rencana Tahunan PMDH. Rencana Tahunan
merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan selama jangka waktu satu
tahun. Rencana Operasional (RO) adalah penjabaran dari Rencana Tahunan secara
teknis dan administratif. Studi diagnostik merupakan kegiatan identifikasi yang
mencakup seluruh potensi, aspirasi, tata nilai masyarakat serta potensi sumber
daya alam. Studi diagnostik ini merupakan kegiatan pra perencanaan yang
berfungsi menyediakan informasi dasar untuk keadaan fisik, sosial, ekonomi dan
budaya di wilayah kerja IUPHHK HA/IUPHHK HT yang digunakan sebagai
bahan penyusun PMDH (Departemen Kehutanan 2000)
b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan PMDH
Tahap pelaksanaan meliputi penentuan lokasi dan kelompok masyarakat
binaan, dan penentuan bentuk-bentuk pembinaan. Kegiatan pembinaan
masyarakat di dalam dan sekitar hutan areal IUPHHK HT diprioritaskan dengan
urutan, yaitu kelompok masyarakat di dalam areal kerja IUPHHK HT, kelompok
masyarakat yang berbatasan dengan areal IUPHHK HT, kelompok masyarakat
dan atau masyarakat pedesaan terdekat dari areal kerja IUPHHK HT.
Adapun bentuk-bentuk pelaksanaan pembinaan masyarakat desa hutan ini
1. Peningkatan pendapatan, membuka kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha. Bentuk kegiatan yang dilakukan dapat berupa pendidikan
dan latihan (diklat) keterampilan bidang budaya dan intensifikasi
tanaman pangan, tanaman holtikultura dan tanaman kehutanan serta
usaha peternakan, pertukangan, seni ukir dan perpatungan, sebagai
bapak angkat dalam pemasaran hasil usahatani/wanatani, kerajinan
serta bantuan modal kerja/usaha
2. Menyediakan sarana dan prasarana sosial ekonomi, dengan bentuk
kegiatannya berupa sarana bangunan atau fisik, antara lain:
a. Sarana dan prasarana ekonomi pedesaan, yaitu jalan, jembatan,
pengairan dan pasar
b. Sarana dan prasaran sosial masyarakat, yaitu sekolah, kesehatan,
olahraga, keagamaan (mesjid, gereja dan lain-lain)
3. Menciptakan kesadaran dan perilaku positif masyarakat dengan bentuk
kegiatan pembinaannya, antara lain :
a. Penyuluhan konservasi tentang sumberdaya alam dan hutan
b. Pengembangan hutan rakyat melalui penyediaan bibit, penyiapan
lahan dan penanaman
Lingkup kegiatan pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan
berdasarkan SK. Menhut No. 691/KPTS-II/1991 terdiri dari lima aspek meliputi
aspek pertanian menetap, aspek peningkatan ekonomi, aspek pengembangan
sarana dan prasarana umum, aspek sosial budaya, serta aspek pelestarian
sumberdaya hutan dan lingkungan.
c. Tahap Pengendalian dan Penilaian
Evaluasi pengawasan kegiatan PMDH di lapangan menurut SK. Dirjen PH
No. 210/Kpts-BPH/1995, dilakukan oleh Kepala Dinas Kehutanan Daerah
Tingkat I. Bimbingan dan pengendalian kegiatan pembinaan dilakukan oleh
Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan. Secara priodik (bulanan,
triwulan, dan tahunan) IUPHHK-HT wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
PMDH kepada kakanwil Departemen Kehutanan dengan tembusan dirjen PH,
Penilaian keberhasilan PMDH dilakukan oleh Kakanwil Departemen
Kehutanan dengan mempertimbangkan masukan dari Kepala Dinas Kehutanan
Daerah Tingkat I. Rujukan bagi penilaian tersebut adalah SK. Dirjen PH No.
288/IV-PHH/1992, tentang kriteria dan tolak ukur penilaian keberhasilan
pelaksanaan HPH Bina Desa Hutan yang sekarang disebut dengan PMDH.
2.7 Struktur Sosial Budaya dan Strategi Pembangunan Desa
Struktur sosial merupakan pola hubungan sosial yang terpola secara
permanen dalam ruang dan waktu, dengan segenap atribut sosial budaya yang
menyatu dalam masyarakat itu. Proses pembangunan pedesaan yang ditujukan
untuk masyarakat lokal, sangat tergantung pada kesiapan sosial budaya dari
masyarakat itu dalam mendukung proses tersebut. Konteks kesiapan sosial budaya
itu membuat struktur sosial dari masyarakat menjadi faktor penting untuk
mewujudkan keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan desa
(Soetrisno 1990).
Masyarakat lokal yang hidup di hutan-hutan di luar Pulau Jawa sebagian
besar merupakan masyarakat peladang dan juga pekebun atau pengumpul hasil
hutan. Sistem pertanian yang digunakan adalah sistem ladang atau sistem tebas
dan bakar, dimana pohon-pohon ditebang dan dibakar sehingga tanah bisa
ditanami tanpa pembajakan disebut pertanian ladang (shifting cultivation). Corak
bercocok tanam tersebut muncul di lokasi yang ditutupi hutan. Di daerah tropis,
kesuburan tanah biasanya merosot dengan cepat sesudah ditanami. Tanah yang
dibuka tersebut setelah ditanami beberapa musim, dan sesudah kesuburan
tanahnya menurun dan rumput merajalela, kemudian bidang-bidang tanah
ditinggalkan untuk mencari tanah baru. Hak atas tanah didasarkan atas adat suku
atau masyarakat setempat. Tanah itu menjadi miliknya karena ia telah
membukanya atau karena ia telah mengusahakannya terus-menerus, dan akan
menjadi miliknya selama ia masih menggunakannya (Mosher 1987).
Berdasarkan kondisi sosial ekonomi budaya tersebut, rekayasa kegiatan
pembangunan atau kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan hendaknya dapat
1. Ada atau sudah dikenal masyarakat, sehingga segera dapat berjalan
dengan lancar, karena sejalan secara dinamika sosial ekonomi budaya
setempat.
2. Mempunyai potensi sumber-sumber produksi yang memadai atau
kalaupun belum memadai sumber-sumber tersebut masih dapat
dikembangkan.
3. Mempunyai potensi pasar yang memadai atau dapat dikembangkan
4. Sejalan dengan pelestarian sumberdaya, khususnya sumberdaya hutan
dan pelestarian lingkungan hidup setempat, sejalan dengan
kebijaksanaan pembangunan nasional dan berbagai kepentingan
hubungan internasional.
Pengembangan kegiatan pembangunan desa meliputi kegiatan-kegiatan
penyuluhan, pembinaan, pemenuhan kebutuhan dasar manusia, peningkatan
pendidikan dalam arti luas, kesehatan, peningkatan keterampilan teknis
manajemen, leadership dan pengembangan teknologi tepat guna. Dalam
pengembangan kegiatan tersebut di samping perlu ditunjang dengan penyediaan
sarana dan prasaran produksi, permodalan, fasilitas kelembagaan ekonomi (seperti
pasar), juga diperlukan penciptaan ilmu atau tatanan politik, ekonomi dan sosial
budaya yang mendukung (Soehoed 1992)
Mosher (1987) menyatakan bahwa dalam pembangunan masyarakat
pedesaan, diperlukan lima macam tindakan pemerintah yang dapat menjamin
petani menguasai tanah mereka secara efektif dan memungkinkan bertani efisien.
Kelima tindakan tersebut, yaitu pemetaan tanah dan pendaftaran hak milik,
pemagaran tanah untuk menghindarkan penggembala sewenang-wenang,
penyatuan pemilik tanah yang terpencar-pencar, redistribusi tanah untuk
membentuk satuan-satuan manajemen yang efisien dan pengubah syarat-syarat
penyakapan.
Selanjutnya dalam rangka mempercepat pembangunan pedesaan perlu
memperhatikan syarat-syarat pokok dan faktor-faktor pelancar pembangunan
1. Pasar untuk hasil-hasil pertanian
Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi
hasil-hasil usaha tani. Untuk menampung hasil-hasil-hasil-hasil tersebut harus tersedia pasar serta
harga yang menguntungkan untuk membayar kembali pengorbanan dan daya
upaya yang telah dikeluarkan oleh petani sewaktu memproduksinya. Tanpa
adanya pasar dan harga yang kompetitif ini maka petani akan sulit untuk
menerima atau mengembangkan inovasi/perubahan-perubahan dalam berusaha
tani sehingga proses pembangunan pun akan tersendat-sendat.
2. Teknologi yang selalu berubah
Untuk dapat meningkatkan produksi pertanian harus tersedia teknologi
atau cara-cara yang baik, seperti cara-cara penebaran benih, pemeliharaan
tanaman, pemungutan hasil, pemeliharaan ternak dan sebagainya. Termasuk
didalamnya benih unggul, pupuk, obat-obatan hama/penyakit, obat-obatan ternak
dan lain-lain, termasuk juga diversifikasi dalam pengelolaan usahataninya.
Teknologi yang berubah-ubah ini sangat diperlukan untuk menjamin
keberlangsungan proses pembangunan.
3. Tersedianya bahan-bahan dan alat produksi
Dalam penerapan suatu inovasi/teknologi diperlukan penggunaan
bahan-bahan dan alat-alat produksi yang khusus untuk petani. Alat-alat dan bahan-bahan-bahan-bahan
produksi tersebut harus tersedia dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai
tempat serta dengan harga yang terjangkau oleh kemampuan petani. Dengan
demikian para petani tersebut dapat memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan
produksi pertanian.
4. Perangsang produksi bagi petani
Petani mau menerapkan suatu inovasi teknologi baru apabila ada harapan
akan diperolehnya keuntungan bagi dirinya dan keluarganya. Perangsang yang
dapat secara efektif mendorong petani tersebut terutama hal-hal yang bersifat
wajar (untuk petani penyakap) dan tersedianya barang dan jasa yang diperlukan
oleh petani dan keluarganya.
5. Pengangkutan
Pengangkutan merupakan faktor kunci dalam proses pembangunan
pertanian. Pengangkutan ini diperlukan untuk membawa alat-alat dan
bahan-bahan produksi usahatani serta membawa hasil-hasil pertanian ke konsumen di
pusat-pusat pemasaran lokal maupun kota. Tanpa adanya sarana dan jaringan
pengangkutan yang efisien dan murah, ke tempat syarat mutlak di atas tidak
mungkin dapat diadakan secara efektif.
2.8 Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan Rumah Tangga adalah kumpulan dari pendapatan
anggota-anggota rumah tangga dari masing-masing kegiatan. Pendapatan rumah tangga
umumnya tidak berasal dari satu sumber, tetapi dapat berasal dari dua atau lebih
sumber pendapatan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan itu sendiri. Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan
anggota rumah tangga untuk bekerja/berusaha lebih giat untuk memenuhi
kebutuhan. Bagi sebagian rumah tangga, upaya-upaya tersebut tidak hanya
menambah curahan jam kerja dari kegiatan yang ada, tetapi juga melakukan
kegiatan-kegiatan lain (Nurmanaf 1988, dalam Suharni 2010)
Menurut Soeharjo dan Patong (1973), untuk mengetahui pendapatan
petani dikenal bebera ukuran pendapatan usaha tani :
a. Pendapatan kerja petani diperoleh dengan menghitung semua
penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan
kenaikan inventarisnya.
b. Penghasilan kerja petani diperoleh dari menambah pendapatan kerja
petani dengan penerimaan tidak tunai.
c. Pendapatan kerja keluarga diperoleh dari menambah penghasilan kerja
d. Pendapatan keluarga diperoleh dengan menghitung pendapatan dari
sumber-sumber lain yang diterima petani bersama keluarganya,
disamping kegiatan pokok.
2.9 Kemiskinan
Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang ditandai dengan
ketidakmampuan seseorang atau sekelompok dalam memenuhi standar kebutuhan
dasar sehari-hari. Standar kebutuhan dasar untuk masing-masing Negara
berbeda-beda, PBB menetapkan bahwa batas kemiskinan dihitung dari pendapatan
hariannya, yaitu $2/orang/hari. Sementara BPS menentukan batas kemiskinan dari
jumlah rupiah yang dibelanjakan per-kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan
minimum makanan dan bukan makanan yang dibutuhkan, yaitu 2.100
kalori/orang/hari (Kuncoro 2003). Dengan demikian kemiskinan itu sangat
fenomenalogis, karena menunjuk pada berbagai konsep itu didefinisikan.
Kemiskinan memiliki banyak dimensi, antara lain terbatasnya kesempatan,
kapasitas diri yang rendah, tingkat keamanan yang rendah, dan ketidakberdayaan.
Hal tersebut seperti diungkapakan oleh Bank Dunia (2003), “poverty is
multidimentional, extending beyond low levels of income;
Lack of opportunity : Low levels of consumption/income, ussualy relative
to a national poverty line. This is generally associated with the level and
distributionof physical assets, such land, human capital and sosial assets;
and markets opportunities which determine the returns to these assets
Low capabilities : Little or no improvements in helath and education
indicator among a particular socio-economic group;
Low level of security : Exposure to risk and income shocks, which may
arise at the national, local, household or individual level.
Empowerment : The capacity of poor people to acces and influence state
institutions and sosial processes that shape resource allocations and
public policy choises.
Supriatna (1997) mengungkapkan bahwa suatu keadaan disebut miskin
yang mencakup aspek primer dan sekunder. Aspek primer berupa miskinnya aset
pengetahuan dan keterampilan, sedangkan aspek sekunder berupa miskinnya
jaringan sosial, sumber-sumber keuangan; dan informal seperti kekurangan gizi,
air, perumahan, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan pendidikan yang
relatif rendah. Sedangkan kemiskinan dalam dimensi ekonomi dipandang sebagai
ketidakmampuan untuk mempertahankan standar hidup minimal yang diukur
berdasarkan kebutuhan konsumsi atau pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
dasar. Kemiskinan dalam dimensi ini bersifat sangat mendasar.
Menurut Sen seperti yang dikutip Sari (2003) mengatakan bahwa
kemiskinan itu didorong oleh suatu kondisi keadaan dimana individunya mengalami keterbatasan pilihan dan kemampuan atau „lack of choice and capability‟. Dalam konsep ini kemiskinan dikaitkan dengan suatu keadaan atau
kondisi hilangnya hak serta peluang seseorang atau sekelompok orang terhadap
penguasaan, pemilikan, dan pengaturan atau kontrol terhadap sumber daya yang
diperlukan bagi terjaminnya kehidupan seseorang.
2.10 Persepsi masyarakat
Persepsi adalah proses menerima informasi atas stimulus dari lingkungan
dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Menurut Leavitt (1997),
persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Surya (2004) mengatakan pengamatan atau perception merupakan salah
satu bentuk perilaku kognitif yaitu suatu proses mengenal lingkungan dengan
menggunakan alat indera. Proses pengamatan terjadi karena adanya rangsangan
dari lingkungan yang diterima oleh individu melalui alat indera. Rangsangan itu
kemudian diteruskan ke pusat kesadaran yaitu otak untuk diberi makna atau
tafsiran. Dengan demikian, proses pengamatan berlangsung dalam tiga tahapan
yaitu: (1) penerimaan rangsangan oleh alat indera, (2) pengiriman informasi ke
pusat keadaran atau otak, dan (3) pemberian tafsiran terhadap rangsangan yang
diterima. Persepsi yang benar terhadap suatu objek diperlukan, sebab persepsi
Perbedaan persepsi antar satu orang dengan orang lainnya menurut Fauzi
(2004) disebabkan oleh 5 faktor, yaitu : (1) Perhatian; rangsangan yang ada di
sekitar kita tidak kita tangkap secara sekaligus tapi kita hanya memfokuskan pada
satu atau dua objek saja. Perbedaaan fokus antara satu orang dengan yang lainnya
akan menyebabkan perbedaan persepsi, (2) Set; adalah sebuah harapan seseorang
akan rangsangan yang akan timbul, misalnya seorang pelari siap digaris start
terdapat set akan terdengar pistol disaat dia harus berlari, (3) Kebutuhan;
kebutuhan–kebutuhan sesaat maupun yang menetap akan mempengaruhi persepsi
orang tersebut, (4) Sistem nilai seperti adat istiadat; kepercayaan yang berlaku
dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi, (5) ciri kepribadian,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan (Juli - September) tahun 2010,
bertempat di areal kerja PT. Nityasa Idola, Kecamatan Meranti, Kabupaten
Landak, Propinsi Kalimantan Barat.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam kajian ini adalah alat tulis, komputer, printer
dan software excel untuk pengolahan data, kamera digital, GPS, dan tape
recorder.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kajian ini adalah laporan yang terkait studi
aspek sosial, kuisioner/daftar pertanyaan untuk wawancara terstruktur, alat tulis,
peta kerja dan peta administrasi desa/kecamatan.
3.3 Kerangka Pemikiran
Secara umum dasar pemikiran dari kajian ini adalah kelestarian usaha PT.
Nityasa Idola bisa tercapai hanya jika kelestarian sosial di dalam dan di sekitar
areal bisa tercapai. Dengan demikian, kerangka pendekatan yang dipakai dalam
menganalisa penyelenggaraan PMDH adalah dengan cara mengetahui kondisi saat
ini (existing condition) di PT. Nityasa Idola terutama yang berkenaan dengan
kondisi sosial ekonomi (sosek), dampak sosek terhadap masyarakat sekitar dan
persepsi masyarakat. Berdasarkan existing condition yang terjadi, akan disusun
upaya-upaya pengembangan kelestarian sosial yang berisi kegiatan-kegiatan sosial
yang seharusnya dilakukan untuk menciptakan kondisi ideal (kondisi yang
diharapkan). Dengan tercapainya kondisi ideal, diharapkan kelestarian/
Lingkungan sosial perusahaan pada hakekatnya terdiri dari tiga faktor,
yaitu pemerintah, masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Komitmen dan
kepedulian dunia usaha terhadap pembangunan sangat diharapkan karena mereka
mempunyai tanggungjawab moral dan sosial terhadap lingkungannya. Dunia
usaha tidak mungkin dapat mempertahankan eksistensinya tanpa dukungan
masyarakat dan lingkungan sosialnya. Keberlanjutan dapat dimaknai dalam
kaitannya dengan keberadaaan manfaat dan keuntungan bagi perusahaan,
masyarakat dan pemerintah yang juga mencakup berbagai aspek pertumbuhan,
sosial dan lingkungan. Salah satu bentuk komitmen dan tanggungjawab
perusahaan terhadap lingkungannya yang berkembang saat ini adalah Pembinaan
Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Dengan adanya permasalahan-permasalahan
tersebut maka perlu dilakukan strategi pengembangan untuk mencari solusi, saran,
dan rekomendasi sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan baru yang
lebih baik dan bisa dijalankan sepenuhnya serta dapat mencapai tujuan yakni
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan. Semua hal yang telah
dijelaskan sebelumnya terangkum dalam kerangka pemikiran yang terdapat pada
Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka dan pendekatan kajian. Sumber Daya
Lahan PT. Nityasa Idola
Masyarakat
Aturan dan rencana Kegiatan PMDH HTI
Kegiatan PMDH yang sesuai dengan tujuan Gap Antara Aturan
dan Realisasi
Rencana Kelola Sosial
Evaluasi kegiatan dan Identifikasi Masalah
3.4 Metode Analisis
3.4.1 Upaya-upaya Pengembangan Perspektif PMDH
Berkenaan dengan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH),
identifikasi dan analisis aspek sosial dalam rangka menyusun upaya-upaya
pengembangan adalah langkah awal dalam melaksanakan program PMDH, agar
program PMDH yang dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, sehingga tepat tujuan dan tepat sasaran. Program PMDH tanpa
melakukan identifikasi dan analisis sosial terlebih dahulu tidak akan memberikan
dampak yang optimal terhadap pembangunan sosial masyarakat di sekitarnya.
Dengan demikian peran PMDH terhadap eksistensi perusahaan tidak akan
optimal.
3.4.2 Teknik Sampling
Desa binaan di areal IUPHHK HT PT Nityasa Idola adalah sebanyak 52
desa yang terbagi kedalam 2 wilayah kerja, yakni wilayah utara dan wilayah
selatan. Dalam menentukan sebaran responden, peneliti memilih desa-desa di
wilayah utara sebagai wilayah sampel dengan alasan bahwa wilayah tersebut
sedang dalam upaya memperbesar pencapaian target tanam. Sehingga perusahaan
perlu meningkatkan negosiasi dan pedekatan kepada masyarakat dengan berbagai
masalah sosial yang ada. Berdasarkan pertimbangan dari manajemen perusahaan
desa sampel yang dipilih sebanyak dua sampel desa, yakni Desa Selange dan Desa
Ampadi dengan alasan bahwa kedua desa tersebut sedang dalam pendekatan
untuk meningkatkan kerjasama dengan perusahaan. Responden yang dipilih pun
didasarkan pada beberapa kriteria/karakteristik yang digunakan seperti :
1. Penduduk setempat yang bekerja pada perusahaan
2. Penduduk lokal (suku dayak)/pendatang
3. Kepemilikan lahan/kebun
4. Masyarakat yang berada di sekitar perusahaan
3.4.3 Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini adalah data primer dan
data sekunder yang dikumpulkan dari level perusahan dan level instansi terkait,
yang didukung dengan data hasil verifikasi lapangan.
a. Pengumpulan Data Sekunder
Tabel 1 Daftar data sekunder
No. Jenis Data Sumber Data
1.
2.
3.
4.
Gambaran Umum Perusahaan
Monografi Kecamatan Meranti
Peta Kawasan Hutan Tanaman Industri
Kegiatan-kegiatan Sosial Perusahaan
Perusahaan
Kecamatan Meranti
Perusahaan
Perusahaan
b. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei dengan dasar
keterwakilan aspek sosial ekonomi, wilayah kerja, maupun pola hubungan
interaksi dengan perusahaan.
b.1 Observasi Lapang
Observasi lapang sangat penting dilakukan untuk mengamati kondisi riil di
lapangan dalam rangka:
1) Memastikan bahwa data yang diperoleh sama atau setidaknya tidak
terlalu jauh berbeda dengan realitas di lapangan.
2) Menggali informasi lebih dalam melalui pengamatan langsung di
lapangan tentang berbagai hal yang menyangkut kondisi sosial
ekonomi di dalam dan sekitar PT. Nityasa Idola
Observasi yang dilakukan diantaranya adalah di lokasi :
1. Hutan Tanaman Perusahaan
3. Masyarakat sekitar
4. Desa di sekitar kawasan PT. Nityasa Idola
b.2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan sebagai
berikut:
1) Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur dilakukan dengan person kunci (key person
interviews). Untuk melakukan wawancara semi terstruktur hanya diperlukan
panduan wawancara (interview guidances), kuesioner yang detil tidak diperlukan.
Wawancara dengan person kunci dilakukan untuk mengetahui secara lebih
mendalam suatu permasalahan sesuai dengan bidang keahlian atau kewenangan
dari masing-masing responden (person kunci). Oleh karena itu, pemilihan
responden untuk wawancara dengan person kunci (key person interviews) lebih
tepat dilakukan dengan menggunakan pendekatan non-probability melalui metode
purposif sampling, yaitu: pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti (Sudjana 2002).
Pemilihan responden untuk menilai kegiatan PMDH dilakukan secara
accidental sampling (Kumar 1999) dengan pendekatan non-probability sampling,
yaitu masyarakat yag dijadikan responden dengan usia 17 tahun ke atas. Hal ini
diasumsikan orang tersebut telah mengerti pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner dan telah memiliki kemampuan menganalisis pertanyaan maupun
informasi. Ukuran sampel yang digunakan adalah 60 orang (30 orang dari desa
Selange dan 30 orang dari desa Ampadi), didasarkan pada acuan minimal 30
sampel untuk penelitian deskriptif (Umar 2002). Jumlah responden di setiap
tingkatan bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Adapun tahapan dalam penentuan
responden untuk key person interviews adalah sebagai berikut:
a) Menentukan person kunci yang paling berpengaruh atau paling
relevan dengan topik kajian.
b) Masukan atau rekomendasi dari person kunci sebelumnya dijadikan
menjadi responden selanjutnya. Metode penentuan responden seperti ini dikenal dengan sebutan metode “bola salju” (snowball method)
yang bisaanya sangat sesuai digunakan untuk menentukan responden
dalam key person interviews.
c) Untuk menjaga keseimbangan jumlah responden berdasarkan aspek
keahlian atau kewenangan yang dimiliki, key person interviews
dilakukan dengan teknik purposive sampling menggunakan metode penentuan responden “bola salju” (snowball method ) yang dikombinasikan dengan sistem kontrol kuota (quota control). Quota
control diperlukan agar tidak terjadi penumpukan responden dengan
bidang keahlian atau kewenangan tertentu tetapi kekurangan
responden untuk bidang keahlian atau kewenangan yang lain.
Gambar 2 memberikan ilustrasi bagaimana cara melakukan pemilihan
responden untuk key person interviews dengan snowball method.
Gambar 2 Pemilihan responden dengan snowball method.
2) Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai
bahan panduan wawancara. Pemilihan responden dalam wawancara dilakukan
dengan teknik pengambilan contoh acak terstratifikasi (stratified random
3.4.4 Analisis dan Sintesis data
Data sekunder maupun data primer yang dikumpulkan dianalisa dengan
perpaduan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif lebih
menekankan pada deskripsi atau gambaran berbagai fakta dan hubungan antar
variabel yang ditemukan dalam proses di lapangan. Berdasarkan pendeskripsian
dan hubungan antar variabel yang ada dilapangan, dilakukan analisis terhadap 1)
Kondisi sosial ekonomi petani dan masyarakat secara umum di kawasan dan
sekitar kawasan perusahaan, 2) Analisis persepsi petani dan masyarakat umum
terhadap perusahaan, 3) Analisis dampak keberadaan perusahaan terhadap
lingkungan, dan sosial ekonomi masyarakat, dan 4) analisis rencana kelola sosial
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI
4.1 Sejarah Perusahaan
Pemerintah melalui keputusan Menteri Kehutanan No 329/Kpts-II/1998
tanggal 27 Februari 1998 memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri
kepada PT Nityasa Idola seluas 113.196 ha. Sejarah perkembangan Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (UPHHK-HTI) PT
Nityasa Idola dari sisi perijinan hingga saat ini adalah sebagai berikut :
Berdasarkan Surat Ditjen Pengusahaan Hutan No. 1936/IV-PPH/1994
mulai tahun 1995 PT Nityasa Idola melaksanakan uji tanaman seluas 200 hektar
di Kecamatan Ledo Kabupaten Sambas, namun mengalami hambatan dari
masyarakat. Pada tahun 1997 PT Nityasa Idola melakukan pengulangan kegiatan
uji tanaman areal seluas 200 hektar yang terletak di Kampung Malosa dan
Sukamulya, Kecamatan Bengkayang yang sudah mencapai tahap penanaman.
Penanaman berdasarkan RKT, dilakukan untuk RKT 1998/1999 mencapai
sekitar 600 hektar ditambah percobaan penanaman seluas 200 hektar. Selain
penanaman, selama pelaksanaan RKT tersebut dibangun persemaian permanen
yang mampu memproduksi bibit 2 juta bibit/tahun. Sedangkan bibit yang sudah
diproduksi 1.686.315 bibit yang terdiri dari jenis Acacia mangium, Gmelina
arborea dan Eucalyptus spp.
Bina desa hutan yang telah dilakukan oleh PT Nityasa Idola sampai
dengan tahun 1999 adalah pembangunan sarana dan prasarana peribadatan 1 buah
seluas 60 m2, bangunan serba guna 1 buah seluas 60 m2, pengembangan karet rakyat seluas 10 hektar, demplot pertanian tumpang sari seluas 1,6 hektar serta
mengadakan sarasehan/penyuluhan sebulan sekali. Kegiatan ini terus berlangsung
hingga pecahnya kerusuhan besar di Kalimantan Barat pada tahun 1997 yang
terulang dengan skala yang lebih luas pada tahun 1999.
Kondisi keamanan dan perkembangan sosial kemasyarakatan di Provinsi
sangat tidak kondusif untuk pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan hutan
tanaman dan investasi pada umumnya antara lain dengan terjadinya penguasaan
dan penggunaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar hutan yang
mengakibatkan luas areal yang dapat ditanami tidak lagi sesuai dengan Rencana
Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKPHTI) yang telah disetujui oleh
Dirjen Pengusahaan Hutan dengan Surat Keputusan Nomor 251/Kpts/VI/1999
tanggal 27 Desember 1999 dimana direncanakan bahwa luas efektif tanaman
adalah 64.000 hektar, dengan daur tanaman 8 tahun dengan jenis tanaman Acacia
mangium, Gmelina arborea dan Paraserianthes falcataria.
Mempertimbangkan perubahan yang terjadi, PT Nityasa Idola pada akhir
tahun 2006 memohon persetujuan untuk perubahan (revisi) RKUPHHK-HTI nya.
Pada tanggal 4 Oktober 2007, PT Nityasa Idola memperoleh pengesahan atas
revisi Rencana Kerja UPHHK HTI dalam Hutan Tanaman periode 1998 s/d 2041
dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan No.
248/VI-BPHT/2007 tentang Persetujuan dan pengesahan Revisi Keputusan
Direktur Jendral Pengusahaan Hutan Produksi Nomor 351/Kpts-VI/1999 tentang
pengesahan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman (RKPHT) yang
meliputi seluruh jangka waktu pengusahaan hutan atas nama PT Nityasa Idola di
Provinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan revisi rencana kerja inilah mulai tahun 2007 PT Nityasa
Idola melakukan kegiatan pembuatan tanaman dan sampai akhir tanam 2008 telah
menyelesaikan penanaman seluas 280 hektar dengan jenis tanaman sengon serta
membangun 3 buah persemaian yang dikelola bersama masyarakat
masing-masing dengan kapasitas produksi 1.200.000 batang bibit per tahun.
4.2 Data Pemegang Izin
Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman
(IUPHHK HT) di areal yang ditunjuk dalam surat Menteri Kehutanan No.
329/Kpts-II/1988 tertanggal 27 Februari 1998 akan dilakukan oleh PT. Nityasa
Idola sebagai pemegang izin. Secara ringkas data pemegang ijin adalah sebagai
1. Nama Pemegang IUPHHK HTI dalam Hutan Tanaman : PT. NITYASA
IDOLA
2. Alamat dan Nomor Telepon :
a. Kantor Pusat : Sapta Mulia Centre
Jl. Rw Gelam V- KI Pulogadung Jakarta
Telp. 021 – 4618135
b. Kantor Cabang : Jalan Pangeran Cinata, Dusun Raja, Desa
Raja, Kecamatan Ngabang, Kabupaten
Landak, Telp. 0562 – 22462
3. Keputusan IUPHHK HTI
a. Nomor : 329/Kpts-II/1998
b. Tanggal : 27 Februari 1998
c. Luas Areal : 113.196 ha
4. Kelas Perusahaan : Pertukangan
5. Status Permodalan : Swasta Nasional Murni
6. Kepemilikan Saham IUPHHK HTI
- Direktur : Iwan Djanuarsyah
- Direktur : Julianto Koesnandar
7. Kepemilikan Industri :
a. Terkait dengan industri : PT. Dharma Satya Nusantara
b. Kepemilikan saham dengan industri
4.3 Letak Areal Kerja dan Luas
Areal IUPHHK HTI yang akan dikelola oleh PT Nityasa Idola terletak di
dua administrasi pemerintahan otonom, yaitu Kabupaten Bengkayang dan
Kabupaten Landak. Keduanya terletak di Provinsi Kalimantan Barat. Secara fisik,
areal IUPHHK HTI PT Nityasa Idola dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentang
lahan yaitu satu bentang di Kabupaten Bengkayang dan dua bentang lahan di
Kabupaten Landak. Keadaan fisik lapangan areal IUPHHK HTI PT Nityasa Idola
Areal kerja IUUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola secara geografis terletak
pada garis lintang 0°22‟48” - 01°04‟18” LU dan garis bujur 109°22‟ - 109°54‟
BT. Secara administrasi terletak di Provinsi Kalimantan Barat yaitu pada dua
kabupaten yaitu Kabupaten Landak dan Kabupaten Bengkayang. Untuk di
Kabupaten bengkayang wilayah mencakup Kecamatan Samalantan, Bengkayang,
Ledo, Sanggau Ledo, Seluas, Sungai Raya, Capkala, Monterado, Teriak, Sungai
Betung, Suti Semarang, Lumar, Jagoi Babang dan Siding. Sedangkan untuk di
Kabupaten Landak, terletak di wilayah Kecamatan Kuala Behe, Air Besar,
Sebangki, Ngabang, Meranti, Menyuke, Mempawah Hulu, Menjalin, Mandor dan
Sengah Temila. IUPHHK-HTI PT. Nityasa Idola memiliki luas total areal konsesi
sebesar 113.196 ha.
4.4 Kondisi Hutan
Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukkan Kawasan
Hutan dan Perairan untuk Provinsi Kalimantan Barat yang dituangkan dalam
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 259/Kpts-II/2000 tanggal 20 Agustus
tahun 2000 areal HTI PT Nityasa Idola berada di kawasan hutan produksi, dengan
beberapa bagian dari areal tersebut juga terdapat areal dengan fungsi konservasi,
yaitu hutan lindung serta penggunaan lain dalam hal ini transmigrasi. Keadaan
hutan berdasarkan peta kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Barat
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Keadaan hutan pada areal kerja IUPHHK HT PT Nityasa Idola berdasarkan peta penunjukkan kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Barat
Sementara itu dengan menggunakan Citra Landsat 7 ETM+Band 542,
Path/Row 121/59 dan 121/60 liputan 31 Oktober 2008 diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 3. Keadaan penutupan lahan berdasarkan peta hasil penafsiran citra satelit
No Fungsi hutan Areal Berhutan Areal Tak
Berhutan
Sumber : Rencana Kerja Umum PT. Nityasa Idola
4.5 Kondisi Sosial Ekonomi
Areal IUPHHK HTI PT. Nityasa Idola berada pada dua wilayah
Kabupaten, yaitu Bengkayang dan Landak. Secara potensi, keadaan sosial dan
ekonomi kedua kabupaten tersebut akan mempengaruhi perkembangan PT
Nityasa Idola terutama dari segi penyediaan tenaga kerja dan penilaian terhadap
besarnya kontribusi PT Nityasa Idola kepada pengembangan ekonomi regional.
Potensi sosial dan ekonomi di kedua kabupaten tercermin pada kondisi demografi
dan fasilitas sebagaimana disajikan pada Tabel 7.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang (Bengkayang dalam Angka
2007) memproyeksikan untuk dua kecamatan yang terletak dan atau berdekatan
dengan areal IUPHHK HT PT. Nityasa Idola, jumlah penduduk tahun 2006 adalah
32.791 jiwa, dengan tingkat kepadatan 51 jiwa per km2. Dengan menggunakan angka rata-rata Kabupaten Bengkayang di kedua kecamatan ini penduduk usia
produktif diperkirakan berjumlah 19.361 orang dengan sekitar 21 persennya
Sementara untuk Kabupaten Landak, enam kecamatan yang terletak dan
atau berada di Kabupaten Landak, luasnya 6.884 km2 atau 69% dari luas kabupaten dengan jumlah penduduk menurut proyeksi Badan Pusat Statistik
Kabupaten Landak (Kabupaten Landak dalam angka 2007) sebanyak 238.062
jiwa atau 73% dari jumlah penduduk Kabupaten Landak, dengan kepadatan 35
jiwa per km2. Dengan menggunakan rata-rata angka Kabupaten, penduduk usia produktif berjumlah 154 ribuan.
Tabel 4 Jumlah penduduk, agama, mata pencaharian dan fasilitas umum
No. Uraian Satuan Jumlah
Bangkayang* Landak* Total 1 Jumlah Penduduk
- Total Orang 211.883 323.075 234.958
Anak-anak (<17 tahun)
- Laki-laki Orang 125.992 162.300 268.272
- Perempuan Orang 100.172 120.351 250.723
Angkatan Tidak Produktif (<55 tahun)
- Laki-laki Orang 3.117 5.675 8.792
- Perempuan Orang 2.602 4.749 7.351
2 Agama dan Aliran Kepercayaan
- Islam Orang 67.569 50.268 117.837
- Katolik/Protestan Orang 139.864 269.679 409.543
- Lain-lain Orang 4.450 3.128 7.587
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Karakteristik Responden 5.2.1 Umur Responden
Responden adalah masyarakat peserta kegiatan Pembinaan Masyarakat
Desa Hutan (PMDH) yang berasal dari desa binaan IUPHHK-HTI PT. Nityasa
Idola. Usia responden yang diambil antara 25-64 tahun. Distribusi responden
menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Distribusi responden menurut kelompok umur
Kelompok umur (tahun)
Selange Ampadi Total Responden
n % n % n %
20-29 4 13,33 4 13,33 8 13,33
30-39 8 26,67 11 36,67 19 31,67
40-49 11 36,67 7 23.33 18 30,00
50-59 3 10,00 7 23,33 10 16,67
60-69 4 13,33 1 3,33 5 8,33
>70 0 0,00 0 0,00 0 0.00
Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada umumnya jumlah responden
berada pada kelompok 30-39 tahun (31,67%). Menurut Suyono (1991) usia
produktif adalah usia yang berada diatas 17 tahun dan kurang dari 50 tahun,
sehingga responden pada umumnya masih produktif untuk bekerja. Hal ini sangat
sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa responden pada umumnya masih
produktif untuk bekerja
5.2.2 Pendidikan Responden
Responden pada umumnya sudah memiliki kemampuan baca tulis
walaupun masih ada yang berpendidikan SD atau bahkan tidak tamat. Untuk lebih
tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya (48,33%) responden tidak
bersekolah.
Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
Selange Ampadi Total Responden
N % N % N %
Tidak
Sekolah 16 53,33 13 43,33 29 48,33
SD 8 26,67 11 36,67 19 31,67
SMP 0 0,00 3 10,00 3 5,00
SMA 5 16,67 3 10,00 8 13,33
Diploma 1 3,33 0 0,00 1 1,67
Sarjana 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Total 30 100,00 30 100.00 60 100,00
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pada
umumnya (48,33%) tidak bersekolah dan (31,67%) hanya tamat SD, artinya
pendidikan masyarakat di desa sampel masih termasuk rendah. Rendahnya tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat di dalam dan sekitar hutan
sangat dipengaruhi oleh tata nilai dan tradisi nenek moyangnya yang cenderung
primitif dan tradisional, sehingga kesadaran masyarakat akan pendidikan masih
rendah. Hal ini terlihat dari sebagian besar masyarakat hanya berpendidikan SD
bahkan lebih besar tidak bersekolah, sehingga sumberdaya yang sesungguhnya
produktif yang dimilikinya belum bisa dikelola dan dimanfaatkan secara optimal
untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat juga disebabkan oleh sarana
pendidikan yang kurang memadai, hal ini terlihat dari minimnya sarana
pendidikan, lokasi desa yang menyebar dengan konsentrasi penduduk yang kecil,
jumlah sekolah yang terbatas, jumlah guru yang terbatas, dan sekolah-sekolah
lanjutan yang hanya berada di pusat kecamatan dengan jumlah yang terbatas. Di
Desa Selange dan Ampadi masing-masing memiliki satu sekolah SD, sedang SMP
berada di kecamatan dan hanya terdapat 1 SMP dan belum terdapat SMA. Saat ini
SMA berada di kecamatan lain. Disamping keterbatasan sarana pendidikan
tersebut, akses yang jauh ke sekolah juga menjadi penghambat bagi masyarakat
dilihat dari tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan yang masih rendah maka
dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat desa binaan PT.
Nityasa Idola juga masih rendah.
5.2.3 Mata Pencaharian Responden
Mata pencaharian responden dapat dikategorikan menjadi dua kelompok,
yaitu dari usahatani dan non usahatani. Mata pencaharian dari usaha tani adalah
hasil pertanian seperti perladangan dan perkebunan, sedangkan contoh non
usahatani adalah berdagang, PNS, guru honor, karyawan perusahaan, tukang
kayu, tukang urut, wiraswastawan lainnya. Sumber pendapatan utama sebagian
besar responden adalah dari usahatani. Distribusi mata pencaharian/sumber
pendapatan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian
Mata Pencaharian
Selange Ampadi Total Responden
n % n % n %
Usahatani 23 76,67 29 96,67 52 86,67
Nonusahatani 7 23,33 1 3,33 8 13,33
Total 30 100,00 30 100,00 60 100,00
Pada Tabel 7 terlihat bahwa sumber pendapatan responden pada umumnya
berasal dari usahatani (86,67%). Usaha di sektor pertanian pada umumnya juga
dilakukan oleh responden yang memiliki mata pencaharian di sektor non
pertanian, namun sifatnya hanya sekedar sampingan yang berfungsi sebagai
tambahan penghasilan rumah tangga.
5.3 Kesejahteraan Desa Binaan PT. Nityasa Idola
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 69/Kpts-II/1995,
salah satu tujuan dari kegiatan PMDH adalah untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan
masyarakat. Sumber pendapatan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
pendapatan dari dalam hutan dan dari luar hutan. Sumber pendapatan dari dalam
hutan yaitu, pemanfaatan kayu, karet, dan buruh tanam. Sumber pendapatan dari