KONSEP DASAR APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)
A. Identifikasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional Indonesia, Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan bagian yang berperan dan terjun langsung sebagai pelayan publik. Untuk dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap pelayanan pemerintahan, diperlukan nilai-nilai dasar untuk mengatur standar etika ASN sebagai pelayan publik. Sebagai bentuk untuk mewujudkan fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa, maka dibutuhkan ASN yang profesional, kompeten dan berintegritas yang berkarakter ANEKA. Karakter yang dimaksud yaitu mempunyai nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Berikut ini penjelasan masing-masing nilai dari ANEKA.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum atau pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Halim, 2014). Akuntabilitas mengacu pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Pada akuntabilitas terdapat beberapa indikator untuk menciptakan lingkungan yang akuntabel.
Indikator-indikator tersebut adalah Tanggung jawab, Jujur, Kejelasan target, Netral, Mendahulukan kepentingan public, Adil, Transparansi, Konsisten, Integritas.
Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas suatu instansi pemerintah itu merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instansi bersangkutan. Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa aspek. Dimensi akuntabilitas
yang harus dipenuhi oleh lembaga-lembaga publik tersebut antara lain menurut (Mahmudi, 2010) yang mengutip dari Hopwood dan Tomkins, 1984;Elwood, 1993.
1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran 2. Akuntabilitas Manajerial
3. Akuntabilitas Program 4. Akuntabilitas Kebijakan 5. Akuntabilitas Finansial.
2. Nasionalisme
Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri (Kohn, 1984). Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara, sehingga tidak lagi berpikir sektoral. Indikator nilai dasar nasionalisme yaitu Religius (Patuh Ajaran Agama), Hormat Menghormati, Kerjasama, Tidak Memaksakan Kehendak, Jujur, Amanah (Dapat Dipercaya), Adil, Persamaan Derajat, Tidak Diskriminatif, Mencintai Sesama Manusia, Tenggang Rasa, Membela Kebenaran, Persatuan, Rela Berkorban, Cinta Tanah Air, Memelihara Ketertiban, Disiplin, Musyawarah, Kekeluargaan, Menghormati Keputusan, Tanggung Jawab, Kepentingan Bersama, Gotong Royong, Sosial, Tidak Menggunakan Hak Yang Bukan Miliknya, Hidup Sederhana, Kerja Keras, Menghargai Karya Orang Lain.
20
3. Etika Publik
Membangun integritas publik, ASN harus disertai perbaikan sistem akuntabilitas dan transparansi yang didukung modalitas etika publik, yaitu bagaimana bisa bertindak baik atau berperilaku sesuai standar etika.Etika seringkali dipahami sebagai prilaku yang sesuai dengan keyakinan universal tentang baik dan buruk. Terlepas dari beragamnya definisi etika oleh para ahli, namun yang menjadi pembahasan di sini ialah etika publik ASN, yakni tingkah laku yang berdasarkan norma-norma yang berlaku bagi ASN.
Etika merupakan refleksi atas standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik. Dalam Pelayanan Publik yang profesional tidak hanya membutuhkan kompetensi teknis dan leadership, namun diperlukan juga kompetensi etika. Etika publik ini memiliki rumusan indikator sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatiu f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
Dari bahasan materi Etika Publik, dapat nilai-nilai dasar yang terkandung, yaitu Jujur, Bertanggung Jawab, Cermat, Disiplin, Hormat, Sopan, Taat pada Peraturan Perundang-Undangan, Taat Perintah, Menjaga Rahasia.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil. Budaya kerja unggul diarahkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya, mendorong tumbuhnya imajinasi dan kreativitas untuk melahirkan layanan inovatif dari aparatur, serta menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholder. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, setiap aparatur mesti dilandasi oleh kesadaran tinggi untuk memaknai esensi komitmen mutu dalam memberikan pelayanan publik. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Konsep mutu berkembang seiring dengan berubahnya paradigma organisasi terkait pemuasan kebutuhan manusia, yang semula lebih berorientasi pada terpenuhinya jumlah (kuantitas) produk sesuai permintaan, dan kini, ketika aneka ragam hasil produksi telah membanjiri pasar, maka kepuasan customers lebih dititik beratkan pada aspek mutu (kualitas) produk. Mutu sudah menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi. Komitmen mutu memiliki empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu Efektivitas, Efisiensi, Inovasi, dan Orientasi Mutu.
Pelayanan publik yang bermutu memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan masyarakat yang lebih sejahtera, adil dan inklusif. Pencapaian target mutu kinerja pegawai seringkali mengalami fluktuasi, naik-turun. Ketika terjadi penurunan mutu kinerja pegawai, kewajiban pemimpin untuk mengingatkan dan menyemangati mereka. Sebaliknya, untuk merespon mutu kinerja yang tinggi (superior) maka pemimpin berkewajiban untuk menetapkan reward system yang dapat memotivasi pegawai untuk terus berprestasi.
22
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. kerugian negara, suap menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan, benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi merupakan bagian dari tindak pidana korupsi. Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma–norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, Sederhana, Peduli, Berani, Mandiri, Adil dan Kerja Keras.
Penyelarasan nilai anti korupsi dengan nilai-nilai organisasi merupakan salah satu bentuk kontribusi untuk dapat menerapkan nilai dasar Anti Korupsi ditempat bekerja. Keselarasan tersebut akan mengurangi dilema etik dan menjadi payung bagi kontribusi Anda dalam membangun sistem integritas. Penanaman nilai integritas dapat dilakukan dengan pendekatan beragam cara, diantaranya melalui : a) Kesediaan, b) Identifikasi, dan c) Internalisasi. Perjuangan melawan korupsi terus saja diperjuangkan, digemakan diberbagai sudut penjuruh daaerah di indonesia, tak bisa dipungkiri birokrasi merupakan tempat yang paling sering mendapatkan sorotan tajam terkait dengan korupsi, PNS tentunya garda terdepan dalam birokrasi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, layanan public. Melawan anti korupsi tentunya harus dimulai pola pikir karena pola pikir/mindset karena pola pikir yang kadang membuat kita terjerat untuk melakukan korupsi karena itu menanamkan dalam mindset kita bahwa korupsi merupakan sebuah kejahatan dan dosa besar yang dilarang dalam agama manapun.
B. Peranan dan Kedudukan PNS dalam Kerangka NKRI