• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara

Dalam dokumen R E N C A N A S T R A T E G I S (Halaman 25-32)

Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

II.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara

Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, berdasarkan kondisi tahun pertama penyusunan rencana strategis adalah sebagai berikut :

Kondisi Tahun 2012

a. Sumber Daya Manusia

Jumlah dan kualitas SDM aparatur dalam tugas-tugas administrasi perkantoran yang berbasis pada elektronik government (eGov), perencanaan, dan teknis pelaksanaan bidang, masih sangat rendah.

 Upaya fasilitasi peningkatan kualitas SDM SKPD dalam rangka penyusunan rencana dan anggaran yang responsive gender, masih rendah.

 Penguatan dan pembinaan stakeholders (SKPD, lembaga masyarakat, dan badan internasional) dalam rangka advokasi dan sosialisasi PUG (Pengarusutamaan gender), PKHP (Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan), PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak), KB (Keluarga Berencana), KS (Keluarga Sejahtera) masih sangat rendah.

 Kurangnya kompetensi teknis tenaga-tenaga faslitator dalam rangka penyebarluasan pengetahuan dan ketrampilan penganggaran responsive gender (gender budgeting), KHP, PPA, KB dan KS.

BAB III

Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2012

b. Hubungan Kelembagaan

Permasalahan dalam hubungan kelembagaan/SKPD lintas sektor terkait antara lain sebagai berikut :

 Masih lemahnya koordinasi SKPD lintas sektor terkait/yang menangani bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan KB (provinsi dengan kabupaten) dan antar SKPD Kabupaten dengan SKPD terkait (dalam kabupaten).

 Masih kurangnya sinkronisasi dalam pembinaan, monitoring, dan evaluasi provinsi ke kabupaten/kota (bidang PUG, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Perempuan dan Anak, Keluarga Berencana, dan Keluarga Sejahtera).

 Belum terjabarkannya Undang-undang tentang perlindungan anak dan perempuan pada level provinsi, yang dapat dijadikan landasan hukum bagi pelaksanaan mekanisme terpadu pencegahan dan penanganan perlindungan perempuan dan anak di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

 Masih kurangnya penyebarluasan informasi kependudukan dan KB di tingkat masyarakat secara seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan.

 Masih lemahnya koordinasi dan sinergitas dengan lintas sektor terkait dalam penyediaan alat kontrasepsi bagi masyarakat, untuk mendukung keterpaduan program KB di tingkat pelaksanaan di kabupaten/kota.

c. Manajemen (Penatalaksanaan)

Permasalahan manajmen (penatalaksanaan) yang dihadapai pada kondisi saat ini antara lain disebabkan sebagai berikut :

 Masih kurangnya pedoman operasional yang mengatur mekanisme kerja antar bidang internal organisasi.

 Masih kurangnya sarana prasarana perkantoran yang memenuhi standar minimal.

8

 Belum adanya software system informasi manajemen untuk penatalaksanaan asset, kepegawaian, dan keuangan; untuk mendukung manajemen perkantoran.

 Masih rendahnya advokasi dan sosialisasi tentang peningkatan kualitas hidup perempuan dan kesejahteraan serta perlindungan anak.

d. Data Informasi dan Publikasi

 Belum tersedianya statistik data terpilah per sektor pembangunan yang lengkap secara kontinyu.

 Masih sedikitnya program/kegiatan yang mendukung terlaksananya PUG, KHP, dan PPA pada lintas sektor terkait.

 Kurangnya upaya2 publikasi informasi, komunikasi, dan edukasi tentang PUG, KHP, PPA, KB, dan KS bagi lintas stakeholders tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Kurangnya database kasus dari stakeholders untuk digunakan sebagai informasi perumusan kebijakan, penyusunan program/ kegiatan perlindungan perempuan dan anak.

 Belum terbangunnya system informasi data terpadu yang dapat diakses oleh semua pihak, dalam bentuk website.

e. Regulasi

 Belum optimalnya tindak lanjut teknis atas peraturan perundang-undangan nasional di level provinsi.

 Masih kurangnya regulasi tentang Perlindungan Anak di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Masih kurangnya regulasi kebijakan tentang penerapan strategi Pemberdayaan Perempuan Terpadu dan Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

f. Evaluasi Kinerja

 Belum optimalnya perencanaan dan pengukuran kinerja kegiatan yang memuat indikator, standar, dan rencana capaian.

 Masih tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita.

 Masih tingginya angka vertilitas penduduk dikabupaten Hulu Sungai Utara.

 Masih lemahnya pemahaman dan keikutsertaan masyarakat dalam rangka mensukseskan program KB.

 Terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga penyuluh KB di lapangan.

 Adanya kasus-kasus kesehatan reproduksi di masyarakat,

 Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pengertian dan pentingnya kesetaraan gender.

 Belum optimalnya penanganan kasus-kasus KDRT dan kekerasan anak (fisik dan seksualitas).

 Program ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Sejahtera, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), dll), belum dilaksanakan secara komprehensif lintas sector.

 Perempuan kurang memiliki kesempatan dan peran dalam pengambilan keputusan, sehingga manfaat yang diperoleh perempuan belum bisa disetarakan dengan kaum laki-laki, yang mengakibatkan fenomena kesenjangan gender masih ada di kabupaten Hulu Sungai Utara.

g. Fenomena Aktual Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB.

 Masih rendahnya kepesertaan KB laki-laki karena rendahnya pemahaman pentingnya bagi laki-laki ikut ber KB disamping masih terbatasnya pilihan jenis alat kontrasepsi bagi kaum laki-laki.

 Proporsi perempuan yang menduduki jabatan eksekutif (eselon 2, 3, dan 4), masih sangat rendah.

 Berbagai kasus2 kekerasan lebih banyak dijumpai di kalangan perempuan dan anak.

10

 Akses perempuan di bidang prioritas meliputi : pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi, dan hukum masih lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Kondisi BPPAKB Yang Diharapkan Pada Tahun 2017

a. Sumber Daya Manusia

 Tersedianya SDM aparatur yang handal di bidang pelayanan administrasi perkantoran dan pengelolaan keuangan.

 Tersedianya SDM perencana dan teknis pelaksana bidang yang professional.

 Tersedianya SDM perencana teknis yang mempunyai kapasitas ‘gender budgeting’ di setiap SKPD.

 Meningkatnya kapasitas teknis stakeholders (SKPD, lembaga masyarakat, dan badan internasional) dalam rangka advokasi dan sosialisasi PUG (Pengarusutamaan gender), KHP (Kualitas Hidup Perempuan), PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak), KB (Keluarga Berencana) dan KS (Kesejahteraan Keluarga).

 Tersedianya fasilitator dalam rangka gender budgeting, KHP, PPPA, KB dan KS.

b. Hubungan Kelembagaan

 Terwujudnya koordinasi SKPD lintas sektor terkait/yang menangani bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan KB (provinsi dengan kabupaten) dan antar SKPD Kabupaten dengan SKPD terkait (dalam kabupaten).

 Terwujudnya sinkronisasi dalam pembinaan, monitoring, dan evaluasi provinsi ke kabupaten/kota (bidang PUG, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Perempuan dan Anak, Keluarga Berencana, dan Keluarga Sejahtera).

 Terjabarkannya Undang-undang tentang perlindungan anak dan perempuan pada level provinsi, yang dapat dijadikan landasan hukum bagi pelaksanaan mekanisme terpadu pencegahan dan penanganan perlindungan perempuan dan anak di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

 Semakin banyak penyebarluasan informasi kependudukan dan KB di tingkat masyarakat secara seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan.

c. Manajemen (Penatalaksanaan)

 Tersedianya peralatan dan perlengkapan kantor yang memadai untuk mendukung kelancaran dan efektifitas kegiatan operasional internal organisasi.

 Tersedianya pedoman operasional (standar operasional prosedur) yang mengatur mekanisme kerja antar bidang internal organisasi.

 Tersedianya software system informasi manajemen asset, kepegawaian, dan keuangan, untuk mendukung kelancaran tugas-tugas internal organisasi.

 Terlaksananya advokasi dan sosialisasi tentang peningkatan kualitas hidup perempuan dan kesejahteraan serta perlindungan anak.

d. Data Informasi dan Publikasi

 Tersedianya statistik data terpilah per sektor pembangunan yang lengkap secara kontinyu.

 Adanya data pendukung yang cukup untuk perumusan program/kegiatan yang mendukung terlaksananya PUG, KHP, dan PPPA pada lintas sector terkait.

12

 Adanya upaya2 publikasi informasi, komunikasi, dan edukasi tentang PUG, KHP, PPA, KB, dan KS bagi lintas stakeholders tingkat provinsi dan kab/kota.

 Teridentifikasinya dan terakomodasinya kasus-kasus dari stakeholders yang dapat digunakan sebagai masukan perumusan kebijakan, penyusunan program/ kegiatan perlindungan perempuan dan anak.

 Terbangunnya website di BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara yang bisa diakses oleh semua pihak.

e. Regulasi

 Tersedianya regulasi kebijakan tentang penerapan strategi PUG di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Tersedianya regulasi di level provinsi sebagai penjabaran dari peraturan perundang-undangan tingkat nasional.

 Tersedianya regulasi tentang Perlindungan Anak di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Tersedianya regulasi kebijakan tentang penerapan strategi Pemberdayaan Perempuan Terpadu dan Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

f. Evaluasi Kinerja

 Optimalnya perencanaan dan pengukuran kinerja kegiatan yang memuat indikator, standar, dan rencana capaian.

 Menurunnya angka kematian ibu, bayi, dan balita.

 Menurunnya angka vertilitas penduduk dikabupaten Hulu Sungai Utara.

 Tingginya tingkat pemahaman dan keikutsertaan masyarakat dalam rangka mensukseskan program KB.

 Tingginya jumlah dan kualitas tenaga penyuluh KB di lapangan.

 Menurunnya kasus-kasus kesehatan reproduksi di masyarakat,

 Tingginya pemahaman masyarakat tentang pengertian dan pentingnya kesetaraan gender.

 Semakin optimalnya penanganan kasus-kasus KDRT dan kekerasan anak (fisik dan seksualitas) di kabupaten Hulu Sungai Utara.

 Program ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Sejahtera, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), dll), bisa dilaksanakan secara komprehensif lintas sector.

g. Fenomena Aktual Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB.

 Tingginya kepesertaan KB laki-laki karena tingginya pemahaman pentingnya bagi laki-laki ikut ber KB disamping semakin banyaknya pilihan jenis alat kontrasepsi bagi kaum laki-laki.

 Proporsi perempuan yang menduduki jabatan eksekutif (eselon 2, 3, dan 4) dapat seimbang.

 Semakin berkurangnya kasus2 kekerasan lebih banyak dijumpai di kalangan perempuan dan anak.

 Akses perempuan di bidang prioritas meliputi : pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi, dan hukum seimbang atau bisa lebih banyak dibanding laki-laki.

Dalam dokumen R E N C A N A S T R A T E G I S (Halaman 25-32)

Dokumen terkait