• Tidak ada hasil yang ditemukan

R E N C A N A S T R A T E G I S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "R E N C A N A S T R A T E G I S"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

R E N C A N A

S T R A T E G I S 2013 - 2017

Badan Pemberdayaan Perempuan

Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana

Kabupaten Hulu Sungai Utara

(2)

Renstra BPPPAKB Kab. HSU 2013-2017 2

BAB I

Pendahuluan

Renstra 2013 - 2017

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2012

(3)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan bagian integral dari pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Selatan dan pembangunan Nasional yang pada dasarnya merupakan upaya perubahan dalam berbagai bidang dan sektor kehidupan masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, difersifikasi kegiatan sosial-ekonomi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memenuhi hal ini, diperlukan perencanaan yang matang tepat dan dapat dipercaya dengan menggunakan berbagai metode dan prosedur yang dapat dipertanggung-jawabkan, baik dalam aspek legal-formal maupun menjawab tantangan dan permasalahan pembangunan sekaligus dunia akademika. Perencanaan hendaknya mampu menjamin bahwa pembangunan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tuntutan lingkungan internal dan eksternal, berdasarkan potensi sumberdaya yang tersedia. Aktivitas dan produk perencanaan dalam pembangunan daerah merupakan kunci keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan pembangunan di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Proses perencanaan dilakukan untuk menghasilkan berbagai dokumen rencana pembangunan baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Implementasi desentralisasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan , Undang- undang RI 32 Tahun 2004 menuntut adanya proses perencanaan pembangunan yang lebih bersifat partisipatif. Perencanaan partisipatif terutama diperlukan untuk melakukan usaha yang lebih sistematik dalam mengantisipasi permasalahan pembangunan sosial ekonomi masyarakat yang mengarah kepada upaya-upaya pertumbuhan pada skala ekonomi yang lebih kecil (mikro, masyarakat/komunitas), yaitu suatu pendekatan kemasyarakatan yang terfokus kepada pemberdayaan dan perluasan kegiatan ekonomi masyarakat pada skala menengah dan kecil. Dalam hal

(4)

ini, perencanaan pembangunan daerah perlu dilakukan melalui prosedur dan teknik perencanaan partisipatif.

Dalam peraturan dan perundangan baru, penyusunan rencana dikehendaki memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom up dan top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan, dan akuntabel; konsisten dengan rencana lainnya yang relevan; juga kepemilikan rencana (sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan, Keterlibatan stakeholder dan legislatif dalam proses pengambilan keputusan perencanaan menjadi sangat penting untuk memastikan rencana yang disusun mendapatkan dukungan optimal bagi implementasinya.

Renstra SKPD atau Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan satu dokumen perencanaan resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan SKPD dan pembangunan daerah pada umumnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai salah satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara tentunya berkewajiban menyusun Rencana Strategis yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan yang mengacu pada RPJMD Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2013-2017 , dan bersifat indikatif.

Bersifat indikatif berarti informasi, baik tentang sumber daya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum dalam dokumen Renstra ini hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku.

Sesuai dengan tugas pokok BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara yakni membantu Bupati dalam menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di Bidang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, , maka pada proses perencanaan perlu melibatkan berbagai pihak atau

4

(5)

stakeholders, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam program- program yang dirumuskan dan pemanfaatan hasil-hasilnya, melalui proses perencanaan pembangunan daerah yang lebih bersifat partisipatif. Bersifat partisipatif dimaksudkan untuk mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat ( keterlibatan semua pihak) tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, baik dalam perencanaan penganggaran, pelaksanaan maupun pengawasan.

Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana dimaksudkan untuk mendorong partisipasi perempuan dalam pembangunan yang mengisyaratkan kepada kaum perempuan untuk lebih eksis meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan . Peningkatan kualitas dan peran perempuan pada semua aspek kehidupan baik secara langsung atau tidak langsung diakukan melalui penciptaan situasi-situasi yang kondusif sebagai motivator dan akselerasi proses pembangunan serta menjamin kepastian hukum bagi anak-anak, baik yang dikarenakan adanya perampasan hak anak oleh lingkungan sekitar maupun akibat terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

Dalam RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2013-2017 pada MISI 3 tentang Mewujudkan Masyarakat Yang Berdaya Saing di Era Globalisasi dengan Tetap Mempertahankan Nilai-Nilai Religius Islam dan Kultur Budaya Daerah, pada TUJUAN 2 tentang Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dengan SASARAN : Meningkatnya Kemandirian dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan. Dan STRATEGI 2 : Penyedia Layanan Sosial, Pemuda, Olahraga, Budaya, Seni dan Pariwisata. Dengan Kebijakan Umumnya adalah : (a) Meningkatkan Ketahanan Sosial dan Pemberdayaan Terhadap Penyandang Masalah Sosial, (b) Melakukan Penanganan dan Penanggulangan Bencana, (c) Meningkatkan Peran Pemuda dan Mengembangkan Keolahragaan Dalam Pembangunan, (d) Melestarikan Seni dan Cagar Budaya Daerah, (e) Meningkatkan Peran Perempuan serta Pengarusutamaan Gender, (f) Melaksanakan Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

(6)

Sebagaimana Kebijakan Umum tersebut, yang berkenaan dengan Program dan Kegiatan pada Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak: (a) Meningkatkan Ketahanan Sosial dan Pemberdayaan Terhadap Penyandang Masalah Sosial, bahwa kebijakan peningkatan pelayanan kepada penduduk miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial diarahakan untuk menurunkanlah jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial, sehingga perlu diprogramkan fasilitasi kepada kelompok penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti kekerasan terhadap perempuan dan anak. Pada Kebijakan Umum Lainnya, (e) Meningkatkan Peran Perempuan serta Pengarusutamaan Gender, bahwa sudah menjadi tugas pemerintah untuk lebih banyak meningkatkan peran perempuan dalam kegiatan pembangunan, melakukan pemberdayaan kepada berbagai organisasi kemasyarakatan, termasuk organisasi perempuan juga menuntut penguatan mengingat fungsinya yang semakin relevan di tengah spirit pengarusutamaan gender saat ini. (f) Melaksanakan Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera., bahwa Program Keluarga Berencana dan Keluatga Sejahtera merupakan tanggung jawab pemerintah yang diserahkan penanganannya kepada Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana dalam upaya menekan pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang serta berusaha meningkatkan keluarga yang harmonis, sejahtera dan mandiri.

Kebijakan Program KB dan Keluarga Sejahtera ini pemberdayaan perempuan diarahkan untuk membangun keluarga kecil bahagia sejahtera yang diwujudkan dalam beberapa program aksi, antara lain : (a) Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Reproduksi Yang Mandiri, (b) Program Peningkatan Peran Serta dan Keseteraan Gender Dalam Pembangunan, (c) Program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga.

Dalam kaitan tersebut di atas, BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara perlu memperhatikan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN, Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

6

(7)

Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), dan prinsip good governance yang diakomodasikan menjadi suatu standar penilaian kinerja pemerintahan. Prinsip good governance ini telah menjadi nilai-nilai universal dan sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2013 – 2017 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017. Dengan demikian, kinerja BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara di masa yang akan datang dapat pula diukur dari kemampuan kelembagaan dan sumberdaya manusia aparatur dalam mewujudkan nilai-nilai good governance secara nyata yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

Sejalan dengan pokok-pokok kebijakan dan arah pembangunan yang tertuang dalam RPJPD dan RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Utara, BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara perlu menyusun Rencana Strategis (RENSTRA). Hal ini penting mengingat Renstra merupakan acuan implementatif bagi seluruh aparat BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Rencana strategis BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara ini memuat visi, misi dalam mencapai tujuan dan sasaran, serta perumusan strategi yang mencakup perumusan kebijaksanaan, program dan kegiatan.

I.2 Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Renstra SKPD ini meliputi landasan hukum yang bersifat umum dan teknis. Landasan hukum yang secara umum menjadi pedoman penyusunan Renstra SKPD meliputi :

1) Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam pasal 150 Undang-undang nomor 32 tahun 2004 dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi:

o Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah;

(8)

o Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah;

o Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

Selanjutnya dalam pasal 151 dinyatakan bahwa SKPD menyusun Renstra yang selanjutnya disebut Renstra SKPD, memuat visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM daerah yang bersifat indikatif.

2) Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Dalam Undang-undang nomor 25 tahun 2004 pasal 3 ayat (2) dan (3) dinyatakan bahwa Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Kementerian / Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

Berdasarkan penjelasan pasal 5 ayat (2) Undang-undang nomor 25 tahun 2004, RPJM daerah juga merupakan Renstra Daerah. Dalam pasal 7 Undang-undang ini juga mengamanatkan bahwa setiap SKPD diwajibkan untuk menyusun Renstra SKPD.

3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

4) Peraturan Daerah Hulu Sungai Utara tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2012 – 2017.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012 - 2017 menyediakan suatu pedoman resmi bagi seluruh jajaran pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam menentukan prioritas program dan kegiatan . RPJMD juga merupakan pedoman untuk menyusun Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) , Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (renja SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD) Kabupaten Hulu Sungai Utara.

8

(9)

5) Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara yang mempunyai tugas pokok membantu Bupati Hulu Sungai Utara dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana, melaksanakan penyusunan perencanaan dan koordinasi pelaksanaan, pembinaan pemberdayaan perempuan, kesejahteraan, perlindungan anak serta mengembangkan peran serta masyarakat.

Adapun landasan hukum yang lebih bersifat teknis, meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi/Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskiriminaif Terhadap Wanita (CEDAW);

3. Undang-Undang Nomor 68 tahun 1985 tentang Hak-Hak Politik Perempuan;

4. Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1985 tentang Hak-Hak Politik Perempuan;

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998, tentang Kesetaraan Lansia;

7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (HAM)

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme;

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

10. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang;

11. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi;

12. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang Perkembangan Kependudukan;

(10)

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak;

16. Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang;

17. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJM mengamanatkan pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas untuk mencapai pembangunan berkelanjutan;

18. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Komersial Anak;

19. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Pekerjaan Terburuk Bagi Anak;

20. Keputusan Presiden Nonor 9 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional;

21. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah;

22. Peraturan Menteri Negera Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.

23. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor 55/HK-010/B5/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota.

24. Peraturan Bupati Nomor 21 Tahun 2008 tentang Struktur dan Tugas Pokok, Fungsi, pada Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara;

I.3 Maksud dan Tujuan

Maksud Penyusunan Renstra SKPD BPPKB adalah untuk mewujudkan visi dan mengemban misi yang berorientasi pada pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

10

(11)

secara lebih optimal untuk dipedomani selama lima tahun ke depan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran sebagaimana yang diamanatkan oleh RPJMD 2013-2017.

Tujuan umum penyusunan Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BPPPAKB) Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2013-2017 ini adalah untuk memberikan kejelasan arah dan sasaran pembangunan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang selanjutnya dijadikan acuan bagi seluruh pihak yang akan melakukan pembangunan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam upaya mendukung Visi Bapak Bupati Hulu Sungai Utara tahun 2013-2017 yaitu “ Terwujudnya Rawa Makmur Menuju Masyarakat Yang Sejahtera dan Mandiri Bernuansa Islami “

Adapun tujuan khusus penyusunan Renstra ini adalah :

1. Menjadikan Renstra sebagai suatu perangkat manajerial dalam manajemen perencanaan yang efektif, efisien dan akuntabel dalam lingkup BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara;

2. Mengembangkan dan meningkatkan sinergitas antar bidang lingkup BPPPAKB dalam rangka fasilitasi pembangunan bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana;

3. Memudahkan para stakeholder dan instansi terkait melakukan langkah-langkah adaptatif terhadap lingkungan strategis yang selalu berubah;

4. Mengembangkan dan meningkatkan komunikasi di antara stakeholder dalam proses perencanaan pembangunan bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana.

(12)

I.4. Sistematika Penulisan :

Sistematika penulisan dokumen Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Umum Pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana.

Berisi uraian tentang tugas pokok, fungsi dan sturuktur organisasi BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara, sumber daya BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara, kinerja pelayanan BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara dan tantangan serta peluang pengembangan pelayananan BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara.

BAB III Isu-Isu Strategis

Berisi uraian ringkas tentang identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara, telaahan visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah, telaahan renstra K/L dan renstra, telaahan rencana tata ruang wilayah dan kajian lingkungan hidup strategis dan pemenuhan isu-isu strategis.

BAB IV Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan

Berisi uraian ringkas tentang Visi dan Misi BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara, tujuan dan sasaran jangka menengah BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan strategi dan kebijakan BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara.

BAB V Rencana Program, Kegiatan, indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif.

Berisi uraian ringkas tentang program, kegiatan, indikator kinerja serta kelompok sasaran dan pendanaan indikatif Badan Pemberdayaan

12

(13)

Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana di Kabupaten Hulu Sungai Utara selama kurun waktu 2013-2017.

BAB VI Penutup LAMPIRAN

(14)

14

BAB II

Gambaran Umum Pelayanan Badan Pemberdayaan

Perempuan Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana

Kabupaten Hulu Sungai Utara

Renstra 2013 - 2017

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2012

(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM PELAYANAN BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA.

II.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Tugas Pokok, fungsi dan struktur organisasi dan tata kerja adalah merupakan gambaran kewenangan, tanggungjawab, tatakelola dan hubungan kerja dalam rangka mencapai tujuan bersama yaitu dengan cara menetapkan hubungan antar pegawai yang melaksanakan tugasnya, sehingga memegang peranan penting dalam pembagian fungsi-fungsi dan wewenang serta tanggung jawab dalam hubua ngan kerjasama antar satu dengan lainnya

Secara umum tugas pokok dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagaimana Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara (Berita Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2008 Tahun 21) menjelaskan bahwa Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara mempunyai tugas pokok dan fungsi membantu Bupati Hulu Sungai Utara dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana, melaksanakan penyusunan perencanaan dan koordinasi pelaksanaan, pembinaan pemberdayaan perempuan, kesejahteraan, perlindungan anak serta mengembangkan peran serta masyarakat.

Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2008 mengatur tentang kedudukan, tugas pokok dan fungsi dan struktur organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara.

(16)

Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara :

(1) Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris daerah.

(2) Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

c. pembinaan, pengaturan dan pengendalian kualitas hidup perempuan;

d. pembinaan, pengaturan dan pengendalian perlindungan perempuan dan anak;

e. pembinaan, pengaturan dan pengendalian keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

f. pembinaan, pengaturan dan pengendalian peran serta masyarakat; dan g. pelaksanaan urusan ketatausahaan.

16

(17)

(4) Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana mempunyai uraian tugas :

a. membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana;

b. merumuskan dan mewujudkan visi dan misi badan yang akan dicapai dalam Perencanaan Strategis Badan sesuai dengan bidang tugasnya;

c. mengkoordinasikan kegiatan di bidang kualitas hidup perempuan, perlindungan perempuan dan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, penggerakan masyarakat serta kesekretariatan;

d. membina, mengarahkan dan memberikan disposisi kepada bawahan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku guna kelancaran tugas;

e. melakukan pengawasan melekat dan menilai kinerja bawahan sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku guna disiplin dan pembinaan karir yang bersangkutan;

f. memberikan saran/pertimbangan kepada Bupati/Wakil Bupati dalam bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera baik lisan maupun tertulis sebagai bahan kebijakan/pengambilan keputusan Bupati/Wakil Bupati;

g. melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati/Wakil Bupati sesuai bidang tugasnya; dan

h. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati/Wakil Bupati secara berkala atau insidentil sebagai bahan evaluasi dan petunjuk selanjutnya.

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara terdiri dari :

(18)

1. Kepala Badan.

2. Sekretariat, terdiri dari 3 (tiga) Sub Bagian : a) Sub Bagian Program;

b) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan; dan c) Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian.

3. Bidang Kualitas Hidup Perempuan, terdiri dari 2 (dua) Sub Bidang : a) Sub Bidang Politik, Sosial dan Budaya; dan

b) Sub Bidang Ekonomi.

4. Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak, terdiri dari 2 (dua) Sub Bidang : a) Sub Bidang Perlindungan Perempuan; dan

b) Sub Bidang Perlindungan Anak.

5. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, terdiri dari 2 (dua) Sub Bidang :

a) Sub Bidang Operasional Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;

dan

b) Sub Bidang Operasional Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.

6. Bidang Penggerakan Masyarakat, terdiri dari 2 (dua) Sub Bidang : a) Sub Bidang Institusi dan Peran Serta; dan

b) Sub Bidang Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

7. Unit Pelaksana Teknis, terdiri 1 (satu) Sub Bagian Tata Usaha; dan 8. Kelompok Jabatan Fungsional.

Untuk lebih jelas dari Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara dapat dilihat pada skema berikut ini :

18

(19)

II. 2. Sumber Daya Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, setiap organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusianya, pendanaan, dan sarana prasarana pendukung. Sumberdaya manusia, dana dan perlengkapan tersebut merupakan elemen dalam menggerakkan roda organisasi, sekaligus sebagai faktor internal yang berpengaruh terhadap kemajuan suatu organisasi.

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana sampai dengan September 2012, memiliki sumberdaya sebanyak 63 orang Pegawai Negeri Sipil , terdiri dari 5 orang memiliki kualifikasi pendidikan S-2, 40 orang kualifikasi pendidikan S-1, 1 orang kualifikasi pendidikan D-1, 1 orang kualifikasi pendidikan D-2, 4 orang kualifikasi pendidikan D-3, dan SMU sebanyak 11 orang.

Apabila dilihat dari struktur organisasi yang ada, Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara sudah memenuhi standar kebutuhan minimum yang berarti potensi sumberdaya manusianya sudah cukup memadai, tinggal memanfaatkan dan mengembangkan potensi dalam rangka pelaksanaan tugas dan pelayanan yang baik.

Perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan untuk mendukung operasional pelaksanaan tugas-tugas BPPPAKB masih sangat terbatas.

Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Peralatan Mobilisasi berupa Kendaraan Dinas roda 4 (empat) sebanyak 3 (tiga) unit dan kendaraan roda 2 (dua) operasional lapangan sebanyak 80 (delapan puluh) unit.

2. Perlengkapan gedung kantor; Air Condition (AC) sebanyak 6 (enam) unit, Meja kantor 46 unit, kursi kantor 30 unit , lemari arsip sebanyak 15 (lima belas) Unit , Filling Cabinet sebanyak 10 (sepuluh) Unit, Televisi sebanyak 3 (tiga) unit, Dispenser sebanyak 4 (empat)Unit, dan Papan White Board 4 (empat) paket.

3. Peralatan kerja elektronik berupa Laptop (Komputer Notebook) sebanyak 9 (sembilan unit), dan komputer desktop lengkap terdiri dari Monitor, printer, CPU sebanyak 5 (lima) unit, LCD Focus/Layar monitor sebanyak 2 (dua) unit, Camera, masing-masing 1 (satu) unit

4. Menggunakan Sarana Komunikasi Telepon baik berupa telepon PABX Internal Kantor, telepon/Fax sebanyak 1 (satu) unit.

KEPALA BADAN

SEKRETARIA T

KASUBAG PROGRAM

KASUBAG KEUANGAN &

KEPEGAWAIAN KASUBAG

ADM.UMUM &

PERLENGKAPAN

KASUBID OPERASIONA

L KB & KR

KABID KB

& KS

KABID PM

KASUBID ADVOKASI &

KIE KASUBID

OPERASIONA L KS & PK

KASUBID INSTITUSI &

PERAN SERTA KASUBID

PERLINDUNGAN PEREMPUAN

KABID KHP KABID

PA&Pr

KASUBID PERLINDUNGAN

ANAK KASUBID POLSOSBUD

KASUBID EKONOMI

(20)

Uraian peralatan dan perlengkapan kantor tersebut di atas menggambarkan masih kurang dan terbatasnya dukungan sarana dan prasarana yang ada, sehingga untuk perencanaan kebutuhan ke depan akan menjadi prioritas dalam program pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung operasional pelaksanaan tugas-tugas BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara sehingga dapat menghasilkan capaian kinerja kegiatan yang lebih optimal.

II.3. Kinerja PelayananBadan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Tingkat capaian kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara berdasarkan sasaran/target Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2013-2017, menurut SPM untuk urusan wajib, indikator pelayanan kinerja pelayanan dan indikator lainnya seperti MDGs dan indikator yang diratifikasi pemerintah sebagaimana tabel 2.1 dan tabel 2.2 :

Capaian-capaian penting yang telah dihasilkan dari Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara dan pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya (2008 s/d 2012) adalah sebagai berikut :

1. Program Pemberdayaan Keluarga

a. Menurunnya jumlah keluarga pra sejahtera dan KS I dari 40.320 KK (2008) menjadi 32.452 KK (2012) dari rencana target akhir 32.680 KK.

2

(21)

b. Meningkatnya jumlah anggota kelompok UPPKS dari 1.350 anggota (2008) menjadi 2.942 anggota (2012) dari rencana target akhir 2.989 anggota.

c. Meningkatnya jumlah UPPKS Mandiri dari 40 kelompok (2008) menjadi 144 kelompok (2012) dari rencana target akhir 105 kelompok.

d. Meningkatnya jumlah keluarga balita yang aktif mengikuti kegiatan BKB dari 6.358 orang (2008) menjadi 7.148 KK (2012) dari rencana target akhir 9.965 KK.

e. Meningkatnya jumlah kelompok BKB dari 14 kelompok (2008) menjadi 162 (2012) dari rencana target akhir 40 kelompok.

f. Meningkatnya jumlah kelompok BKR percontohan dari 21 kelompok (2008) menjadi 71 kelompok (2010) dari rencana target akhir 49 kelompok.

g. Meningkatnya jumlah kelompok BKL percontohan dari 14 kelompok (2008) menjadi 54 kelompok (2012) dari rencana target akhir 46 kelompok.

2. Program Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Menurunnya jumlah remaja yang melangsungkan perkawinan usia remaja (usia dini) dari 45 % (2008) menjadi 3,11 % (2012) dari rencana target akhir 6 %.

b. Meningkatnya jumlah dan percontohan remaja yang mengetahui tentang PMS/HIV/AIDS dari 15% (2008) menjadi 30 % (2012) dari rencana target akhir 45 %.

3. Program Keluarga Berencana

a. Meningkatnya jumlah peserta Keluarga Berencana Aktif dari 29.700 akseptor (2008) menjadi 35.619 akseptor (2012) dari rencana target akhir 40.025 orang.

b. Menurunnya persentasi Unmet Net dari 13 % (2008) menjadi 12.03 % (2012) dari rencana target akhir 9 %.

c. Meningkatnya prevalensi peserta KB Aktif terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) dari 70 % (2008) menjadi 78,51 % (2012) dari rencana target akhir 70,60 %.

(22)

d. Meningkatnya persentasi peserta KB Pria dari total peserta KB Aktif dari 0,50 % (2008) menjadi 2,37 % (2012) dari rencana target akhir 2,30 %.

4. Program Penguatan dan Pelembagaan Program KB a. Terjadinya peningkatan kualitas PPKBD :

- Berkembang dari 170 orang (2008) menjadi 101 orang (2012) dari rencana target akhir 135 orang.

- Mandiri dari 60 orang (2008) menjadi 2 orang (2012) dari rencana target akhir 90 orang.

b. Terjadinya peningkatan kualitas sub PPKBD :

- Berkembang dari 250 kelompok (2008) menjadi 123 orang (2012) dari rencana target akhir 210 orang.

- Mandiri dari 30 orang (2008) menjadi 0 arang (2012) dari rencana target akhir 59 orang.

c. Terjadinya peningkatan kualitas kelompok KB :

- Berkembang dari 175 kelompok (2008) menjadi 44 kelompok (2012) dari rencana target akhir 138 kelompok.

- Mandiri dari 28 kelompok (2008) menjadi 0 kelompok (2012) dari rencana target akhir 58 kelompok.

Melihat kepada hasil pencapaian dari Rencana Strategis sebelumnya di atas (periode 2008 s/d 2012), ada beberapa indikator kinerja (program/kegiatan) yang belum bisa mencapai target yang diinginkan seperti dan dikarenakan hambatan-hambatan sebagai berikut :

Meningkatnya jumlah keluarga balita yang aktif mengikuti kegiatan BKB dari 6.358 orang (2008) menjadi 7.148 KK (2012) dari rencana target akhir 9.965 KK, belum bisa mencapai target karena faktor-faktor penghambat, antara lain :

1. Belum optimalnya pelaksanaan kegiatan BKB.

4

(23)

2. Kurang SDM Teknis.

3. Kesadaran masyarakat yang masih rendah karena minimnya sosialisasi.

Terjadinya peningkatan kualitas PPKBD :

Berkembang dari 170 orang (2008) menjadi 101 orang (2012) dari rencana target akhir 135 orang., Mandiri dari 60 orang (2008) menjadi 2 orang (2012) dari rencana target akhir 90 orang.

Terjadinya peningkatan kualitas kelompok KB, Berkembang dari 175 kelompok (2008) menjadi 44 kelompok (2012) dari rencana target akhir 138 kelompok. Mandiri dari 28 kelompok (2008) menjadi 0 kelompok (2012) dari rencana target akhir 58 kelompok, semua dikarenakan hambatan antara lain:

a. Belum optimalnya kegiatan penguatan kelembagaan.

b. Kesadaran berorganisasi masyarakat yang rendah karena kurang paham teknik dan tujuan berorganisasi.

c. Minimnya kapabilitas aparatur pendamping dan pembina.

(24)

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA

BAB III

Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Renstra 2013 - 2017

6

(25)

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA.

II.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, berdasarkan kondisi tahun pertama penyusunan rencana strategis adalah sebagai berikut :

Kondisi Tahun 2012

a. Sumber Daya Manusia

Jumlah dan kualitas SDM aparatur dalam tugas-tugas administrasi perkantoran yang berbasis pada elektronik government (eGov), perencanaan, dan teknis pelaksanaan bidang, masih sangat rendah.

 Upaya fasilitasi peningkatan kualitas SDM SKPD dalam rangka penyusunan rencana dan anggaran yang responsive gender, masih rendah.

 Penguatan dan pembinaan stakeholders (SKPD, lembaga masyarakat, dan badan internasional) dalam rangka advokasi dan sosialisasi PUG (Pengarusutamaan gender), PKHP (Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan), PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak), KB (Keluarga Berencana), KS (Keluarga Sejahtera) masih sangat rendah.

 Kurangnya kompetensi teknis tenaga-tenaga faslitator dalam rangka penyebarluasan pengetahuan dan ketrampilan penganggaran responsive gender (gender budgeting), KHP, PPA, KB dan KS.

BAB III

Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2012

(26)

b. Hubungan Kelembagaan

Permasalahan dalam hubungan kelembagaan/SKPD lintas sektor terkait antara lain sebagai berikut :

 Masih lemahnya koordinasi SKPD lintas sektor terkait/yang menangani bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan KB (provinsi dengan kabupaten) dan antar SKPD Kabupaten dengan SKPD terkait (dalam kabupaten).

 Masih kurangnya sinkronisasi dalam pembinaan, monitoring, dan evaluasi provinsi ke kabupaten/kota (bidang PUG, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Perempuan dan Anak, Keluarga Berencana, dan Keluarga Sejahtera).

 Belum terjabarkannya Undang-undang tentang perlindungan anak dan perempuan pada level provinsi, yang dapat dijadikan landasan hukum bagi pelaksanaan mekanisme terpadu pencegahan dan penanganan perlindungan perempuan dan anak di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

 Masih kurangnya penyebarluasan informasi kependudukan dan KB di tingkat masyarakat secara seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan.

 Masih lemahnya koordinasi dan sinergitas dengan lintas sektor terkait dalam penyediaan alat kontrasepsi bagi masyarakat, untuk mendukung keterpaduan program KB di tingkat pelaksanaan di kabupaten/kota.

c. Manajemen (Penatalaksanaan)

Permasalahan manajmen (penatalaksanaan) yang dihadapai pada kondisi saat ini antara lain disebabkan sebagai berikut :

 Masih kurangnya pedoman operasional yang mengatur mekanisme kerja antar bidang internal organisasi.

 Masih kurangnya sarana prasarana perkantoran yang memenuhi standar minimal.

8

(27)

 Belum adanya software system informasi manajemen untuk penatalaksanaan asset, kepegawaian, dan keuangan; untuk mendukung manajemen perkantoran.

 Masih rendahnya advokasi dan sosialisasi tentang peningkatan kualitas hidup perempuan dan kesejahteraan serta perlindungan anak.

d. Data Informasi dan Publikasi

 Belum tersedianya statistik data terpilah per sektor pembangunan yang lengkap secara kontinyu.

 Masih sedikitnya program/kegiatan yang mendukung terlaksananya PUG, KHP, dan PPA pada lintas sektor terkait.

 Kurangnya upaya2 publikasi informasi, komunikasi, dan edukasi tentang PUG, KHP, PPA, KB, dan KS bagi lintas stakeholders tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Kurangnya database kasus dari stakeholders untuk digunakan sebagai informasi perumusan kebijakan, penyusunan program/ kegiatan perlindungan perempuan dan anak.

 Belum terbangunnya system informasi data terpadu yang dapat diakses oleh semua pihak, dalam bentuk website.

e. Regulasi

 Belum optimalnya tindak lanjut teknis atas peraturan perundang-undangan nasional di level provinsi.

 Masih kurangnya regulasi tentang Perlindungan Anak di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Masih kurangnya regulasi kebijakan tentang penerapan strategi Pemberdayaan Perempuan Terpadu dan Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

(28)

f. Evaluasi Kinerja

 Belum optimalnya perencanaan dan pengukuran kinerja kegiatan yang memuat indikator, standar, dan rencana capaian.

 Masih tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita.

 Masih tingginya angka vertilitas penduduk dikabupaten Hulu Sungai Utara.

 Masih lemahnya pemahaman dan keikutsertaan masyarakat dalam rangka mensukseskan program KB.

 Terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga penyuluh KB di lapangan.

 Adanya kasus-kasus kesehatan reproduksi di masyarakat,

 Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pengertian dan pentingnya kesetaraan gender.

 Belum optimalnya penanganan kasus-kasus KDRT dan kekerasan anak (fisik dan seksualitas).

 Program ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Sejahtera, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), dll), belum dilaksanakan secara komprehensif lintas sector.

 Perempuan kurang memiliki kesempatan dan peran dalam pengambilan keputusan, sehingga manfaat yang diperoleh perempuan belum bisa disetarakan dengan kaum laki-laki, yang mengakibatkan fenomena kesenjangan gender masih ada di kabupaten Hulu Sungai Utara.

g. Fenomena Aktual Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB.

 Masih rendahnya kepesertaan KB laki-laki karena rendahnya pemahaman pentingnya bagi laki-laki ikut ber KB disamping masih terbatasnya pilihan jenis alat kontrasepsi bagi kaum laki-laki.

 Proporsi perempuan yang menduduki jabatan eksekutif (eselon 2, 3, dan 4), masih sangat rendah.

 Berbagai kasus2 kekerasan lebih banyak dijumpai di kalangan perempuan dan anak.

10

(29)

 Akses perempuan di bidang prioritas meliputi : pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi, dan hukum masih lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Kondisi BPPAKB Yang Diharapkan Pada Tahun 2017

a. Sumber Daya Manusia

 Tersedianya SDM aparatur yang handal di bidang pelayanan administrasi perkantoran dan pengelolaan keuangan.

 Tersedianya SDM perencana dan teknis pelaksana bidang yang professional.

 Tersedianya SDM perencana teknis yang mempunyai kapasitas ‘gender budgeting’ di setiap SKPD.

 Meningkatnya kapasitas teknis stakeholders (SKPD, lembaga masyarakat, dan badan internasional) dalam rangka advokasi dan sosialisasi PUG (Pengarusutamaan gender), KHP (Kualitas Hidup Perempuan), PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak), KB (Keluarga Berencana) dan KS (Kesejahteraan Keluarga).

 Tersedianya fasilitator dalam rangka gender budgeting, KHP, PPPA, KB dan KS.

b. Hubungan Kelembagaan

 Terwujudnya koordinasi SKPD lintas sektor terkait/yang menangani bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan KB (provinsi dengan kabupaten) dan antar SKPD Kabupaten dengan SKPD terkait (dalam kabupaten).

(30)

 Terwujudnya sinkronisasi dalam pembinaan, monitoring, dan evaluasi provinsi ke kabupaten/kota (bidang PUG, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Perempuan dan Anak, Keluarga Berencana, dan Keluarga Sejahtera).

 Terjabarkannya Undang-undang tentang perlindungan anak dan perempuan pada level provinsi, yang dapat dijadikan landasan hukum bagi pelaksanaan mekanisme terpadu pencegahan dan penanganan perlindungan perempuan dan anak di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

 Semakin banyak penyebarluasan informasi kependudukan dan KB di tingkat masyarakat secara seimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan.

c. Manajemen (Penatalaksanaan)

 Tersedianya peralatan dan perlengkapan kantor yang memadai untuk mendukung kelancaran dan efektifitas kegiatan operasional internal organisasi.

 Tersedianya pedoman operasional (standar operasional prosedur) yang mengatur mekanisme kerja antar bidang internal organisasi.

 Tersedianya software system informasi manajemen asset, kepegawaian, dan keuangan, untuk mendukung kelancaran tugas-tugas internal organisasi.

 Terlaksananya advokasi dan sosialisasi tentang peningkatan kualitas hidup perempuan dan kesejahteraan serta perlindungan anak.

d. Data Informasi dan Publikasi

 Tersedianya statistik data terpilah per sektor pembangunan yang lengkap secara kontinyu.

 Adanya data pendukung yang cukup untuk perumusan program/kegiatan yang mendukung terlaksananya PUG, KHP, dan PPPA pada lintas sector terkait.

12

(31)

 Adanya upaya2 publikasi informasi, komunikasi, dan edukasi tentang PUG, KHP, PPA, KB, dan KS bagi lintas stakeholders tingkat provinsi dan kab/kota.

 Teridentifikasinya dan terakomodasinya kasus-kasus dari stakeholders yang dapat digunakan sebagai masukan perumusan kebijakan, penyusunan program/ kegiatan perlindungan perempuan dan anak.

 Terbangunnya website di BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara yang bisa diakses oleh semua pihak.

e. Regulasi

 Tersedianya regulasi kebijakan tentang penerapan strategi PUG di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Tersedianya regulasi di level provinsi sebagai penjabaran dari peraturan perundang-undangan tingkat nasional.

 Tersedianya regulasi tentang Perlindungan Anak di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Tersedianya regulasi kebijakan tentang penerapan strategi Pemberdayaan Perempuan Terpadu dan Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

f. Evaluasi Kinerja

 Optimalnya perencanaan dan pengukuran kinerja kegiatan yang memuat indikator, standar, dan rencana capaian.

 Menurunnya angka kematian ibu, bayi, dan balita.

 Menurunnya angka vertilitas penduduk dikabupaten Hulu Sungai Utara.

 Tingginya tingkat pemahaman dan keikutsertaan masyarakat dalam rangka mensukseskan program KB.

 Tingginya jumlah dan kualitas tenaga penyuluh KB di lapangan.

(32)

 Menurunnya kasus-kasus kesehatan reproduksi di masyarakat,

 Tingginya pemahaman masyarakat tentang pengertian dan pentingnya kesetaraan gender.

 Semakin optimalnya penanganan kasus-kasus KDRT dan kekerasan anak (fisik dan seksualitas) di kabupaten Hulu Sungai Utara.

 Program ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Sejahtera, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), dll), bisa dilaksanakan secara komprehensif lintas sector.

g. Fenomena Aktual Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan KB.

 Tingginya kepesertaan KB laki-laki karena tingginya pemahaman pentingnya bagi laki-laki ikut ber KB disamping semakin banyaknya pilihan jenis alat kontrasepsi bagi kaum laki-laki.

 Proporsi perempuan yang menduduki jabatan eksekutif (eselon 2, 3, dan 4) dapat seimbang.

 Semakin berkurangnya kasus2 kekerasan lebih banyak dijumpai di kalangan perempuan dan anak.

 Akses perempuan di bidang prioritas meliputi : pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi, dan hukum seimbang atau bisa lebih banyak dibanding laki-laki.

II.2. Telaahan Visi, Misi, Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih.

a. Visi

Visi adalah gambaran kondisi ideal yang diinginkan pada masa yang akan datang.

14

(33)

Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Hulu Sungai Utara terpilih dalam pemilihan umum kepala daerah tahun 2012 selama 5 (lima) tahun kedepan (periode tahun 2013-2017) adalah “ Terwujudnya Rawa Makmur Menuju Masyarakat Yang Sejahtera dan Mandiri Bernuansa Islami “

Kalimat SEJAHTERA dan MANDIRI sangat erat kaitannya dengan Program dan Kegiatan yang dilaksanakan pada Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, khususnya pada Bidang :

1. Pemberdayaan Perempuan, bertujuan menciptakan perempuan-perempuan yang tangguh, bukan hanya tangguh sebagai ibu rumah tangga tapi juga tangguh dalam menjadi tulang punggung membantu meningkatkan perekonomian keluarga.

2. Kualitas Hidup Perempuan, bertujuan menciptakan perempuan-perempuan yang berkualitas dan produktif dalam mengembangkan dunia usaha untuk membangun keluarga sejahtera dan mandiri.

3. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera menciptakan keluarga yang ideal dan harmonis, sehungga berimbas kepada kesanggupan untuk memberikan hak-hak pendidikan, kecukupan sandang pangan yang pada akhirnya bisa menuju kepada keluarga yang sejahtera.

4. Misi

Untuk mewujudkan visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Hulu Sungai Utara terpilih, maka ditetapkan misi pembangunan yang harus dilaksanakan dalam RPJMD tahun 2013 – 2017, yang terkait dengan tugas dan fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, adalah :

“ Mewujudkan Pemerataan dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Yang Sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat “.

(34)

5. Program Kepala Daerah

Program Kepala Daerah sebagaimana yang dijabarkan sebagai program pembangunan daerah pada Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, adalah :

a. Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Reproduksi Yang Mandiri.

b. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.

c. Program Peningkatan Peran Serta dan Keseteraan Gender Dalam Pembangunan.

d. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan.

e. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan.

f. Program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga.

g. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita.

h. Program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga.

i. Program Peningkatan Penanganan Penanggulangan Narkoba, PMS, termasuk HIV/AIDS.

II.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra

II.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

16

(35)

II.5. Isu-isu Strategis.

Isu-isu Strategis yang dapat kita rumuskan berdasarkan kondisi pada saat ini (tahunr 2012) dan kondisi yang diharapkan (tahun 2017), dikelompokkan menurut aspek manajemen meliputi : 1) perencanaan dan evaluasi kinerja, 2) pelaksanaan dan pengendalian, 3) sumber daya manusia, 4) kebijakan pemerintah atau regulasi, dan 5) fenomena aktual pemberdayaan perempuan perlindungan anak dan keluarga berencana.

1. Perencanaan dan evaluasi kinerja a. Perencanaan Umum (Sekretariat)

 Pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia aparatur yang mempunyai kapasitas memadai di bidang pelayanan administrasi perkantoran dan pengelolaan keuangan.

 Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor yang memadai untuk mendukung kelancaran dan efektifitas kegiatan operasional internal organisasi.

 Penyediaan pedoman operasional (standar operasional prosedur) yang mengatur mekanisme kerja antar bidang internal organisasi.

 Penyediaan software system informasi manajemen asset, kepegawaian, dan keuangan, untuk mendukung kelancaran tugas-tugas internal organisasi.

b. Perencanaan Kinerja

 Alokasi anggaran yang cukup untuk mendukung program prioritas bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana yang bersinergi pada kegiatan pemerintah provinsi.

 Pemenuhan Sumber Daya Manusia aparatur perencana dan teknis pelaksana bidang yang professional mutlak diperlukan, guna penerapan ‘gender budgeting’ di seluruh bidang pembangunan, serta terwujudnya sinkronisasi perencanaan pembangunan lingkup pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan KB KS yang komprehensif.

(36)

 Ketersediaan statistik data terpilah dan data base kasus setiap sektor terkait untuk masukan perencanaan di seluruh bidang pembangunan, melalui analisis situasi, guna mendorong implementasi strategi PUG, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, peningkatan kualitas hidup perempuan, serta keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

c. Evaluasi Kinerja

 Penyusunan dokumen perencanaan dan pengukuran kinerja kegiatan yang memuat indikator, standar, dan rencana capaian; sehingga dapat diketahui hubungan antara perencanan dengan evaluasi kinerja dengan indicator (out come) seperti : penurunan laju pertumbuhan penduduk, penurunan angka kelahiran (TFR), peningkatan jumlah pasangan usia subur peserta KB aktif, penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta angka vertilitas penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dampak (impact) arah kebijakan yang diharapkan yaitu terwujudnya ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga, terbangunnya nilai perlindungan perempuan dan anak, dan kaitan dengan program lain.

 Perencanaan harus tidak bias gender, bersifat antisipatif, perlu pemantauan dan evaluasi respon (pemahanan, sikap dan perilaku) masyarakat terhadap kebijakan dan realisasi program, untuk masukan kegiatan sosialisasi dan diseminasi pada keluarga dan masyarakat.

2. Pelaksanaan dan Pengendalian

 Kejelasan rumusan program dan kegiatan lingkup pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana, yang berperspektif gender di masing-masing sektor terkait yang sinkron dan sinergi.

 Perluasan advokasi, sosialisasi, serta publikasi informasi dan edukasi tentang tentang PUG, KHP, PPA, KB, dan KS bagi lintas stakeholders tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Upaya mewujudkan kesetaraan gender memerlukan perumusan kebijakan strategis di 3 kelompok bidang, yakni bidang politik, sosial dan budaya (polsosbud); bidang ekonomi, ketenagakerjaan dan lingkungan hidup; serta bidang pendidikan dan kesehatan.

 Pengukuran kinerja kegiatan yang memuat indikator, standar, dan rencana capaian; sehingga dapat diketahui hubungan antara perencanan dengan evaluasi kinerja dengan indikator (out come) seperti : penurunan laju pertumbuhan penduduk, penurunan angka kelahiran (TFR),

18

(37)

peningkatan jumlah pasangan usia subur peserta KB aktif, penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta angka vertilitas penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

 Penelitian khusus berkembangnya kasus-kasus dalam masyarakat yang berimplikasi terhadap kesehatan reproduksi dan munculnya permasalahan baru, dan penelitian dan perencanaan kebijakan pemberdayaan perempuan dan kesetaran gender dikaitkan dengan aspek politik, sosial, dan budaya (polsosbud); ekonomi; dan perlindungan perempuan dan anak.

 Mekanisme terpadu pencegahan dan penanganan perlindungan perempuan dan anak

 Koordinasi, sinkronisasi pembinaan, sinergitas, monitoring, dan evaluasi provinsi ke kabupaten/kota 3. Sumber Daya Manusia

Ada 3 (tiga) karakteritik Sumber Daya Manusia yang menjadi kunci dalam rangka peningkatan kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, yaitu :

 Diperlukan adanya tenaga pengelola administrasi umum, kepegawaian, dan keuangan serta tenaga perencana yang mampu menyusun rencana kegiatan berbasis kinerja dengan optimalisasi anggaran yang tersedia, dan mampu melaksanakan secara profesional dan berbasis pendidikan.

 Untuk penyebarluasan program BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara di masyarakat diperlukan tenaga fasilitator dan tenaga penyuluh yang handal dan profesional dan berbasis pendidikan.

 Efektifnya implementasi program Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB sangat ditentukan oleh peran semua stake holder secara terpadu khususnya dalam advokasi dan sosialisasi program PUG, Perlindungan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana/Keluarga Sejahtera.

6. Kebijakan Pemerintah atau Regulasi

(38)

 Kebijakan nasional tentang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan KB memerlukan kebijakan pemerintah daerah tentang aturan pelaksanaan sesuai karakteristik kondisi daerah.

 Penetapan kebijakan pemerintah daerah untuk menjamin sinergitas fungsional program nasional dengan program pemerintah daerah, untuk mendapatkan jaminan kepastian hukum bagi pelaksanaannya dan kinerja yang diharapkan, dukungan anggaran dan keberlanjutan program pemberdayaan perempuan, perlindungan dan anak, serta pelembagaan pengarusutamaan gender di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

7. Fenomena Aktual Pemberdayaan Perempuan dan KB

 Adanya fenomena berbagai kasus perempuan, keluarga, remaja dan anak, dapat muncul sebagai dampak kebijakan pemerintah dan atau implikasi dari dinamika perubahan sosial budaya politik dan ekonomi masyarakat.

 Berbagai implementasi kebijakan pemerintah yang tidak antisipatif adalah : kepesertaan KB Laki-laki yang tidak diikuti sosialisasi menyeluruh dan ketersediaan pilihan jenis alat kontrasepsi kurang, belum optimalnya penanganan masalah kasus kekerasan perempuan dan anak; penanganan perlindunga anak dan perempuan masih bersifat parsial-belum terpadu- dan belum ada kerjasama lintas wilayah.

Adanya dinamika perubahan lingkungan sosial budaya ekonomi politik, berimplikasi langsung atau tidak langsung terhadap rendahnya proporsi perempuan yang menduduki jabatan eksekutif, kurang sinerginya kegiatan sesama lembaga terkait, lemahnya koordinasi dan rendahnya aksesibilitas perempuan di bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi, dan hukum, tingginya angka fertilitas penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita.

20

(39)
(40)

22

(41)

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Visi dan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Berdasarkan hasil rumusan Visi dan Misi Rencana Pembanguan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Hulu Sungai Utara yang telah disusun berdasarkan target capaian setiap tahunnya, maka perlu adanya sinergitas dengan Renstra SKPD.

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara berkepentingan untuk memberikan konstribusi terhadap upaya pemecahan permasalahan yang berkaitan pemberdayaan perempuan, perlindingan anak dan keluarga berencana.

Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara harus menetapkan kebijakan dan memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kaum perempuan untuk membentuk jati dirinya secara proporsional dan bertanggungjawab, dengan memperluas aksesibilitas, memperkuat partisipasi dan peran control, serta memberikan ruang seluas-luasnya untuk mengenyam manfaat pembangunan dari seluruh aspek kehidupan serta menekan dan semaksimal mungkin menghilangkan tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

1. Visi

Secara konseptual Visi Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana menetapkan Visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 2013-2017, yakni :

“ Mewujudkan Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak, Meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan menuju Keluarga Bahagia Sejahtera ”

BAB IV

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan.

Renstra 2013 - 2017

(42)

Dari visi diatas, ada 6 (enam) makna yang dapat diambil yaitu : (1) kualitas hidup perempuan, (2) adanya kesetaraan dan keadilan gender, (3) kekerasan terhadap perempuan dan anak, (4) kesejahteraan keluarga, (5) Kelembagaan dan (6) keluarga kecil bahagai sejahtera.

2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi organisasi, upaya yang akan dilaksanakan pada kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang adalah memberikan kontribusi nyata yang strategis dan inovatif dalam pengembangan peran pembangunan keluarga sejahtera dan mandiri, Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak menetapkan Visi sebagai berikut :

1. Meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan di Berbagai Bidang Strategis.

2. Penggalakan Sosialisasi Kesetaraan dan Keadilan Gender.

3. Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan.

4. Peningkatan Kesejahteraan Keluarga dan Perlindungan Anak.

5. Peningkatan Kemandirian Lembaga Sosial Masyarakat dan Organisasi Perempuan.

6. Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara digambarkan dalam bentuk table 4.1 :

BAB IV

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan.

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2012

24

(43)

C. Strategi dan Kebijakan Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara.

C.1. Strategi

Strategi yang dirumuskan untuk mencapai visi dan mewujudkan misi BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah sebagai berikut :

1. Memperkuat Fungsi Fasilitasi

Memperkuat fungsi fasilitasi berarti tata kelola yang dijalankan berbasis pada fungsi-fungsi yang sifatnya menyediakan panggung bagi optimalnya peran stakeholder dalam berkontribusi bagi perwujudan visi. Penguatan tersebut dilakukan dengan membangun jejaring kerja sama (networking) secara regional dan nasional, menerapkan sistem tatakelola kepemerintahan yang terpercaya, serta senantiasa membangun akses terhadap pelayanan publik.

2. Memperkuat Fungsi Pemberdayaan

Memperkuat fungsi pemberdayaan berarti tata kelola yang dijalankan berbasis pada fungsi-fungsi yang sifatnya berdampak pada peningkatan kemampuan dan perbaikan aturan main dalam interaksi multipihak yang saling membuka diri untuk mendorong perubahan.

Penguatan ini dilakukan dengan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya dan meningkatkan kinerja.

3. Memperkuat Fungsi Demokrasi

Memperkuat fungsi demokrasi berarti tata kelola yang dijalankan berbasis pada apresiasi terhadap suara (voices) dan pilihan (choices) semua pihak.

C.2. Kebijakan

(44)

Kebijakan merupakan tindakan yang diambil dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan yang ditetapkan Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Masyarakat Strategi yang dirumuskan untuk mencapai visi dan mewujudkan misi BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan kebijakan, program, dan kegiatan peningkatan kualitas hidup perempuan dan keluarga, pengarusutamaan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak.

2. Meningkatkan dan memantapkan koordinasi yang harmoni, pembinaan teknis operasional, dan fasilitasi kegiatan bidang pengarusutamaan gender, pemberdayaan perempuan dan keluarga, serta kesejahteraan dan perlindungan anak.

3. Meningkatkan peran serta, kemitraan dan keterpaduan peran stakeholders dalam pemberdayaan perempuan, peningkatan kualitas keluarga, serta pembangunan kesejahteraan dan perlindungan anak.

26

(45)

BAB V

Program dan Kegiatan,

Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan

Indikatif.

Renstra 2013 - 2017

(46)

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Untuk rencana aksi kebijakan ditetapkan Program yang akan dilaksanakan dengan sasarannya, Operasionalisasi program diuraikan dalam berbagai Kegiatan sebagai berikut :

Sebagaimana pada Tabel 5.1.

BAB V

Program dan Kegiatan,

Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan

Indikatif.

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2012

28

(47)

BAB VI

Penutup

Renstra 2010 - 2014

BAB VI

Indikator Kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB

Renstra 2013 - 2017

(48)

BAB VI

INDIKATOR KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA

Indikator Kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang, periode 2013 – 2017 adalah sebagaimana Tabel 6.1.

BAB VI

Penutup

Badan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Sulawesi Selatan Makassar, 2010

BAB VI

Indikator Kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2012

30

(49)

BAB VII

Penutup

Renstra 2013 - 2017

(50)

BAB VII

PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak tahun 2013-2017 ditetapkan dengan keputusan kepala BPPPAKB dan menjadi pedoman dalam penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah bagi semua aparat di BPPPAKB dan merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan tahunan.

Renstra ini disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013-2017. Renstra ini memuat visi, Misi, Arah kebijakan perencanaan pembangunan daerah sebagai dokumen untuk di pedomani oleh Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB Kabupaten Hulu Sungai Utara berserta jajarannya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

BAB VII

Penutup

Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2012

32

(51)

Sehubungan dengan perkembangan era globalisasi dan era transformasi ilmu pengetahuan dan tehnologi di bidang perencanaan, maka dengan menjabarkan lebih lanjut dalam berbagai aktifitas perencanaan yang tertuang dalam Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB ini diharapkan dapat mengantisipasi berbagai isu dan perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi.

Keberhasilan pelaksanaan rencana strategis ini, dengan mengutamakan peran aktif, sikap mental dan tekad yang disertai semangat disiplin dalam meningkatkan kinerja BPPPAKB sebagai lembaga yang profesional dan terpercaya. Dengan demikian diharapkan adanya peningkatan kualitas kinerja aparat BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam kurun waktu 5 lima tahun kedepan sampai dengan tahun 2017..

Pada akhirnya BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara tetap menjunjung tinggi profesionalisme dengan tetap menerapkan prinsip-prinsip tatakelola kepemerintahan yang baik dalam mewujudkan Good Governance.

(52)

34

(53)
(54)

36

Referensi

Dokumen terkait

• Terwujudnya proses pembelajaran yang bermutu, unggul dan berdaya saing nasional. • Terwujudnya peningkatan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran, penelitian

5 Demmalino dan Wicaksono.Utang Budaya Perempuan Tana Toraja.Yogyakarta.PSKK UGM.2004 hlm.124.. namun progresivitas norma UU ini masih setengah hati, yang melahirkan multi

adalah Maimun (Kasi Pemerintahan) dan dilanjutkan dengan penyerahan stempel kampung pemekaran yang bernama Blang mancung Timur kepada kepala kampung yang bernama Tukiran. Kasi

Keamanan, keindahan dan peningkatan perekonomian masyarakat serta memudahkan mengakses desa lain P1 B Kondisi Jalan Desa Dsn.Rejosari menuju Kedawung Desa Sraten Makadam yang akan

Sasaran tersebut yaitu mencari calon Brigadir Polri yang terbaik dan dengan prinsip penerimaan Brigadir Polri di Polda Bali ini yaitu berprinsip BTAH (Bersih,

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dari tanah lunak di Sidoardjo dan lumpur yang terdapat di dekat pusat semburan lumpur dengan menggunakan CPTu dan

Dengan melihat keadaan perencanaan dan pengelolaan fasilitas, teknologi, dan ke- uangan dalam melaksanakan program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) di

Renstra ini akan menjadi pedoman dan arahan bagi seluruh civitas akademika di Poltekkes Kemenkes Kupang dalam penyelenggraan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam