• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDIKATOR EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT 2013"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

INDIKATOR EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI BARAT

(3)

INDIKATOR EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI BARAT

2013

No Katalog : 9201006.76

No. Publikasi : 76550.1307

Ukuran Buku : 25 cm x 17,5 cm

Jumlah Halaman : xvii + 186 halaman

Naskah : Bidang Neraca Wilayah dan

Analisis Statistik

Penyunting : Bidang Neraca Wilayah dan

Analisis Statistik

Gambar Kulit : Bidang Integrasi, Pengolahan, dan

Diseminasi statistik

Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik BPS

Provinsi Sulawesi Barat

(4)

Publikasi “Indikator Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Barat 2013“ terbit atas kerjasama antara Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat dengan Badan Perencanaan Pembangunan dan Statistik Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai situasi perekonomian Sulawesi Barat dengan menampilkan berbagai indikator makro sampai dengan tahun 2012.

Informasi yang disajikan dalam publikasi ini menyangkut penduduk dan persebarannya, ketenagakerjaan, pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, keuangan daerah, pertanian, perbankan, perhubungan, pariwisata di Sulawesi Barat. Di samping itu terdapat beberapa ulasan yang membandingkan capaian Sulawesi Barat dengan daerah lainnya terutama di Kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua).

Kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap terpublikasikannya Indikator Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Barat 2013 ini diucapkan terima kasih. Saran dan kritikan yang konstruktif dari berbagai pihak dinantikan demi perbaikan di masa depan.

Semoga publikasi ini bermanfaat.

Mamuju, Juli 2013 Bappeda Provinsi Sulawesi Barat

Kepala,

Prof. Dr. H. Akbar Tahir, M.Sc

BPS Provinsi Sulawesi Barat Kepala,

(5)

iv DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... viii

Daftar Grafik ... xv

1. Sumber Daya Manusia ... 1

1.1 Jumlah, Sebaran dan Komposisi Penduduk ... 3

1.1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk ... 3

1.1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk ... 5

1.1.3 Komposisi Penduduk ... 7

1.2 Pendidikan ... 8

1.2.1 Tingkat Pendidikan ... 9

1.2.2 Tingkat Partisipasi Sekolah 12 1.3 Kemiskinan ... 16

1.3.1 Garis Kemiskinan 17 1.3.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ... 18

1.3.3 Tingkat Kedalaman Kemiskinan ... 20

1.3.4 Tingkat Keparahan Kemiskinan ... 21

1.3.5 Kemiskinan Antar Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat ... 22

1.4 Indeks Pembangunan Manusia ... 24

2. Ketenagakerjaan ... 27

2.1 Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran ... 29

(6)

DAFTAR ISI v

2.3 Status Pekerjaan Utama ... 35

2.4 Pergeseran dan Elastisitas Tenaga Kerja ... 37

2.5 Produktivitas Tenaga Kerja ... 40

3. Pendapatan Regional dan Indeks Tendensi Konsumen ... 43

3.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 45

3.2 Struktur Ekonomi ... 50

3.3 PDRB Per Kapita ... 55

3.4 PDRB Menurut Penggunaan ... 57

3.5 Indeks Tendensi Konsumen ... 62

4. Pertanian ... 65 4.1 Tanaman Pangan ... 68 4.2 Perkebunan ... 72 4.3 Peternakan ... 74 4.4 Kehutanan ... 76 4.5 Perikanan ... 78

4.6 Nilai Tukar Petani ... 80

5. Industri dan Listrik ... 85

5.1 Industri Besar Sedang (IBS) ... 87

5.2 Industri Mikro Kecil (IMK) ... 89

5.3 Listrik ... 91 6. Perhubungan ... 95 6.1 Angkutan Darat ... 97 6.2 Angkutan Udara ... 100 6.3 Angkutan Laut ... 101 6.4 Komunikasi ... 104

(7)

vi DAFTAR ISI 7. Keuangan ... 107 7.1 Keuangan Pemerintah ... 111 7.1.1 Pendapatan Daerah ... 112 7.1.2 Belanja Daerah ... 123 7.2 Perbankan ... 130

7.2.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan ... 131

7.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat ... 132

7.2.3 Penyaluran Pinjaman ... 134

7.2.4 Perkembangan Kredit UMKM ... 139

8. Pariwisata ... 143

8.1 Tingkat Penghunian Kamar Hotel ... 146

8.2 Rata-rata Lama Menginap ... 147

8.3 Objek Wisata ... 148

9. Laju Inflasi ... 151

9.1 Laju Inflasi Perkotaan ... 153

9.1.1 Indeks Harga Konsumen (IHK) ... 153

9.1.2 Inflasi ... 155

9.2 Laju Inflasi Perdesaan ... 158

10 Perbandingan Sulampua ... 163

10.1 Penduduk ... 165

10.2 Kemiskinan ... 167

10.3 Pengangguran ... 170

10.4 Pertumbuhan Ekonomi ... 171

10.5 Sektor Ekonomi Utama ... 172

(8)

DAFTAR ISI vii

10.7 Indeks Tendensi Konsumen ... 178

10.8 Produksi Tanaman Pangan ... 181

10.9 Nilai Tukar Petani ... 183

(9)

viii DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2000-2012 ... 4 Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Menurut

Kabupaten di Sulawesi Barat (Persen) dalam Periode Tahun 2000-2005, 2000-2010 dan 2010-2012 ... 5 Tabel 1.3 Kepadatan Penduduk dan Distribusi Penduduk

Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2000-2012 ... 6 Tabel 1.4 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut

Kabupaten dan Tingkat Pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 10 Tabel 1.5 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut

Kabupaten dan Kepemilikan Ijazah atau STTB di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 11 Tabel 1.6 Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah Menurut

Usia, Jenis Kelamin dan Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 13 Tabel 1.7 Angka Partisipasi Murni Menurut Usia Sekolah,

Kabupaten dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 15 Tabel 1.8 Garis Kemiskinan Menurut Komponennya di Sulawesi

Barat Tahun 2008 – 2012 (Rp/Kapita/Bln) ... 18 Tabel 1.9 Jumlah (Jiwa) dan Persentase Penduduk Miskin

Menurut Daerah di Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012 ... 20 Tabel 1.10 Indeks Kedalaman Kemiskinan Menurut Daerah Di

(10)

DAFTAR TABEL ix Tabel 1.11 Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah Di

Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012 ... 22 Tabel 1.12 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten Di

Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012 (ribu jiwa) ... 23 Tabel 1.13 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten Di

Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012 ... 24 Tabel 1.14 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten

Di Sulawesi Barat Tahun 2004 – 2011 ... 25 Tabel 1.15 Reduksi Shortfall Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Periode 2004 – 2011 ... 26 Tabel 2.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan

Utama Di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012 ... 30 Tabel 2.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012 ... 33 Tabel 2.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Status Pekerjaan Utama di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012 ... 37 Tabel 2.4 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang

Bekerja Menurut Kelompok Sektor di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012 ... 38 Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja, Laju

Pertumbuhan Ekonomi dan Koefisien Elastisitas Kesempatan Kerja (EKK) di Provinsi Sulawesi Barat Periode 2008 – 2012 ... 40 Tabel 2.6 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut

Sektor di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012 (Juta Rupiah) ... 41

(11)

x DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat (Persen) Tahun 2009 – 2012 ... 48 Tabel 3.2 Kontribusi PDRB Sulawesi Barat Menurut Sektor

(Persen) Tahun 2009-2012 ... 51 Tabel 3.3 Kontribusi PDB Nasional Menurut Sektor (Persen)

Tahun 2009 – 2012 ... 52 Tabel 3.4 Kontribusi PDRB Menurut Kabupaten dan Sektor di

Sulawesi Barat Tahun 2012 (Persen) ... 55 Tabel 3.5 Perkembanan PDRB/PDB Per Kapita Atas Dasar

Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Sulawesi Barat dan Nasional (Juta Rupiah) Tahun 2011 – 2012 ... 56 Tabel 3.6 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat (Juta Rupiah), Tahun 2011 – 2012 ... 57 Tabel 3.7 PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga

Berlaku di Sulawesi Barat Tahun 2009 – 2012 (Miliar Rupiah) ... 58 Tabel 3.8 PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga

Konstan 2000 (Miliar Rupiah) di Sulawesi Barat Tahun 2009 – 2012 ... 60 Tabel 3.9 Kontribusi PDRB Menurut Komponen Penggunaan di

Sulawesi Barat Tahun 2009 – 2012 (Persen) ... 61 Tabel 3.10 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-IV

Menurut Variabel pembentuknya di Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 63 Tabel 3.11 Perkiraan dan Realisasi Indeks Tendensi Konsumen

(12)

DAFTAR TABEL xi Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 64 Tabel 4.1 Perkembangan Produksi Palawija Sulawesi Barat

(Ton) Tahun 2011 – 2012 ... 71 Tabel 4.2 Produksi Tanaman Perkebunan (Ton) di Sulawesi

Barat Tahun 2012 ... 73 Tabel 4.3 Populasi Ternak (Ekor) Menurut Kabupaten dan Jenis

Ternak di Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 75 Tabel 4.4 Luas Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas

Menurut Kabupaten (Ha) di Sulawesi Barat Tahun 2011-2012 ... 77 Tabel 4.5 Produksi Perikanan Budidaya (Ton) Menurut

Kabupaten dan Jenis Pembudidayaan di Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 78 Tabel 4.6 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Menurut

Kabupaten dan Jenis Pembudidayaan di Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 79 Tabel 4.7 Nilai Tukar Petani Menurut Sub Sektor di Sulawesi

Barat Tahun 2011-2012 ... 83 Tabel 5.1 Pertumbuhan Produksi IBS di Sulawesi Barat

Menurut Jenis Industri, Triwulanan (persen) Tahun 2012 ... 88 Tabel 5.2 Pertumbuhan Produksi IMK di Sulawesi Barat

Menurut Jenis Industri Tahun 2011-2012 (Persen) .... 90 Tabel 5.3 Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung, Energi Terjual

dan Pendapatan PT. PLN di Sulawesi Barat Tahun 2007– 2012 ... 93 Tabel 6.1 Perkembangan Panjang Jalan (Km) Menurut Status

(13)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 6.2 Jumlah Kendaraan (Unit) Yang Terekap pada Samsat Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2011-2012 ... 99 Tabel 6.3 Aktivitas Bandara Tampa Padang Mamuju Tahun

2007-2012 ... 101 Tabel 6.4 Aktivitas Pelayaran Pelabuhan Menurut Jenis

Pelayaran di Sulawesi Barat Tahun 2007-2012 ... 102 Tabel 6.5 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon

Seluler dan Jumlah Kecamatan yang Terjangkau Signal Seluler di Sulawesi Barat Tahun 2011-2012 .... 105 Tabel 6.6 Jumlah Pelanggan dan pemakaian Pulsa pada PT.

Telkom Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2011 ... 106 Tabel 7.1 Perkembangan PAD Kaupaten dan Provinsi (Miliar

Rupiah), Periode 2008 – 2012 ... 115 Tabel 7.2 Perkembangan Komponen PAD Kabupaten dan

Provinsi (Miliar Rupiah) Periode 2010 dan 2012 ... 117 Tabel 7.3 Perkembangan Lain-lain Pendapatan Pemerintah

Kabupaten dan Provinsi (Miliar Rupiah) Serta Kontribusinya Dalam Postur Pendapatan Daerah (Persen) Periode 2010-2012 ... 122 Tabel 7.4 Perkembangan Belanja Pegawai Pemerintah Daerah

dan Provinsi se Sulawesi Barat Periode 2008-2012 .... 127 Tabel 7.5 Jumlah Bank dan Kantor Bank Menurut Kelompok

Bank di Sulawesi Barat (Unit), Periode 2010-2012 ... 131 Tabel 7.6 Perkembangan Posisi Dana Pihak Ketiga yang

Terkumpul di Perbankan Sulawesi Barat, Periode 2008-2012 ... 132

(14)

DAFTAR TABEL xiii Tabel 7.7 Kontribusi Penyerapan dan Pertumbuhan Pinjaman

Perbankan Menurut Sektor Ekonomi (Persen) Posisi 2011 dan 2012 ... 137 Tabel 7.8 Persebaran Pinjaman Perbankan Menurut Kabupaten

(Miliar Rupiah) Posisi 2008-2012 ... 138 Tabel 7.9 Posisi Penyaluran Kredit UMKM Menurut

Penggunaan di Sulawesi Barat (Miliar Rupiah), 2011-2012 ... 139 Tabel 8.1 Jumlah Hotel, Kamar Tempat Tidur dan Tingkat

Penghunian Kamar di Sulawesi Barat Tahun 2008-2012 ... 146 Tabel 8.2 Perkembangan Jumlah Tamu dan Rata-rata Lama

Menginap di Sulawesi Barat Tahun 2008-2012 ... 148 Tabel 8.3 Persebaran Objek Wisata di Sulawesi Barat Menurut

Kabupaten dan Jenis Objek Wisata Tahun 2012 ... 149 Tabel 8.4 Perkembangan Kunjungan Wisatawan Menurut Asal

Wisatawan di Sulawesi Barat Tahun 2009-2012 ... 150 Tabel 9.1 Perkembangan Indeks Harga Konsumen Kota

Mamuju Provinsi Sulawesi Barat, Desember 2011 – Desember 2012 ... 156 Tabel 9.2 Infalsi Bulan Juli dan Andil Kelompok Pengeluaran

Dalam Menciptakan Inflasi (Persen) ... 158 Tabel 9.3 Laju Perubahan Indeks Konsumsi Rumahtangga

Menurut Kelompok Pengeluaran di Sulawesi Barat Periode Januari – Desember 2012 ... 160 Tabel 10.1 Jumlah Penduduk Menurut Provinsi se Sulampua

1990-2012 ... 167 Tabel 10.2 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Pulau

(15)

xiv DAFTAR TABEL

Sulawesi (Ribu Jiwa) Tahun 2008 – 2012 ... 168 Tabel 10.3 Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di

Pulau Sulawesi Tahun 2008 – 2012 ... 169 Tabel 10.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut

Provinsi se-Sulampua dan Indonesia Tahun 2008-2012 (Persen) ... 170 Tabel 10.5 PDRB ADHB Provinsi di Kawasan Sulampua (Juta

Rupiah) dan Kontribusi Setiap Provinsi Terhadap PDRB Sulampua (Persen) Tahun 2011-2012 ... 173 Tabel 10.6 Struktur Perekonomian Kawasan Sulampua

2011-2012 (Persen) ... 174 Tabel 10.7 Perbandingan Indeks Tendensi Konsumen Provinsi

se-Sulawesi Menurut Variabel Pembentuknya Triwulan I-IV Tahun 2012 ... 180 Tabel 10.8 Perbandingan Produksi Tanaman Bahan Makanan di

Kawasan Sulampua Menurut Provinsi (Ribu Ton) Tahun 2012 ... 182 Tabel 10.9 Perbandingan NTP se Sulampua Tahun 2011 – 2012 184 Tabel 10.10 Perbandingan Inflasi Kota di Kawasan Sulampua

(16)

DAFTAR GRAFIK xv DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Piramida Penduduk Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 (000 jiwa) ... 8 Grafik 1.2 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia

Sekolah dan Jenis Kelamin di Sulawesi Barat Tahun 2011 ... 12 Grafik 1.3 Angka Partisipasi Murni Menurut Usia Sekolah

dan Jenis Kelamin di Sulawesi Barat Tahun 2011 ... 14 Grafik 1.4 Garis Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi

Barat Tahun 2008 – 2012 (Rp/Kapita/Bln) ... 17 Grafik 1.5 Jumlah (Jiwa) dan Persentase Penduduk

Miskin di Sulawesi Barat Tahun 2008-2012 ... 19 Grafik 2.1 Jumlah Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja

di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012 (Ribu Orang) ... 31 Grafik 2.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di

Sulawesi Barat Tahun 2008–2012 ... 32 Grafik 2.3 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang

Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Sulawesi Barat Tahun 2008-2012 ... 34 Grafik 2.4 Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor Formal

dan Informal di Sulawesi Barat Tahun 2008– 2012 ... 36 Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut

Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat (Persen) Tahun 2009 – 2012 ... 50 Grafik 3.2 Perbandingan Kontribusi Antar Sektor PDRB

(17)

xvi DAFTAR GRAFIK

Tahun 2012 ... 54 Grafik 3.3 Perkembangan Inflai Mamuju (Persen) dan

Pengaruhnya Terhadap Konsumsi Makanan Sulawesi Barat Triwulanan Tahun 2012 ... 64 Grafik 4.1 Produksi Padi di Sulawesi Barat (Ton) Tahun

2006-2012 ... 69 Grafik 4.2 Luas Panen Padi di Sulawesi Barat (Hektare)

Tahun 2006-2012 ... 70 Grafik 4.3 Perkembangan NTP Sulawesi Barat Tahun

2012 ... 84 Grafik 6.1 Aktivitas Penumpang Pelabuhan (Orang) di

Sulawesi Barat Tahun 2007-2012 ... 103 Grafik 7.1 Perkembangan Pendapatan Pemerintah

Daerah se-Sulawesi Barat (Miliar Rupiah), Periode 2008 – 2012 ... 113 Grafik 7.2 Perkembangan Pendapatan Pemerintah

Daerah se-Sulawesi Barat Menurut Sumber (Miliar Rupiah) Periode 2008 – 2012 ... 114 Grafik 7.3 Perkembangan Kontribusi PAD Menurut

Sumber Terhadap Total Pendapatan Daerah (Persen) Periode 2010 – 2012 ... 116 Grafik 7.4 Perkembangan Dana Perimbangan Dari

Transfer Pemerintah Pusat ke Kabupaten dan Provinsi (Milyar Rupiah) Periode 2008 – 2012 .. 118 Grafik 7.5 Perkembangan Kontribusi Dana Perimbangan

Dari Transfer Pemerintah Pusat ke Kabupaten dan Provinsi (Persen) Periode 2010 – 2012 ... 119 Grafik 7.6 Perkembangan Komponen Dana Perimbangan

(18)

DAFTAR GRAFIK xvii dan Provinsi (Miliar Rupiah) Periode 2010 –

2012 ... 121 Grafik 7.7 Perkembangan Total Belanja Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten se-Sulawesi Barat (Miliar Rupiah), Periode 2008-2012 ... 123 Grafik 7.8 Perbandingan Alokasi Belanja Tidak Langsung

Pemerintah Daerah se Sulawesi Barat (Persen) Periode 2008-2012 ... 125 Grafik 7.9 Perkembangan Belanja Langsung Pemerintah

Daerah se Sulawesi Barat Menurut Komponen (Miliar Rupiah), Periode 2008-2012 ... 129 Grafik 7.10 Pertumbuhan DPK 2009-2012 dan Komposisi

DPK 2012 di Sulawesi Barat (persen) ... 134 Grafik 7.11 Perkembangan Posisi Pinjaman Perbankan

Menurut Penggunaan di Sulawesi Barat (Miliar Rupiah), 2008-2011 ... 135 Grafik 7.12 Persebaran Kredit UMKM di Sulawesi Barat

Menurut Kabupaten dan Sektor Ekonomi (Milyar Rupiah) Posisi 2012 ... 140 Grafik 9.1 Pergerakan Indeks Harga Konsumen Kota

Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 155 Grafik 9.2 Perkembangan Inflasi Kota Mamuju Provinsi

Sulawesi Barat (Persen) Tahun 2012 ... 157 Grafik 9.3 Laju Perubahan Indeks Harga Konsumsi

Rumahtangga di Sulawesi Barat Tahun 2012 ... 159 Grafik 10.1 Distribusi Penduduk Menurut Provinsi se

Sulampua Tahun 2012 ... 165 Grafik 10.2 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan

(19)

xviii DAFTAR GRAFIK

Sulampua (Persen) Tahun 2009-2012 ... 172 Grafik 10.3 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan

dan Berlaku (ADHK dan ADHB) di Kawasan Sulampua (Juta Rupiah) Tahun 2011-2012 ... 176 Grafik 10.4 Plot Pengelompokkan Provinsi Berdasarkan

Typologi Klassen di Kawasan Sulampua Tahun 2012 ... 178

(20)

SUMBER DAYA MANUSIA

(21)
(22)

SUMBER DAYA MANUSIA 3 1.1 Jumlah, Sebaran dan Komposisi Penduduk

Penduduk mempunyai kedudukan yang strategis dalam pembangunan karena penduduk tidak saja sebagai objek pembangunan, tetapi juga sebagai subjek pembangunan. Penduduk sebagai objek pembangunan artinya bahwa tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, dan sebagai subjek pembangunan, penduduk merupakan pelaku yang akan melaksanakan pembangunan.

Beberapa ukuran kependudukan dapat digunakan untuk melihat perkembangan penduduk dalam suatu wilayah, misalnya jumlah penduduk, laju pertumbuhan, persebaran, kepadatan, dan komposisi penduduk.

Berikut ini disajikan perkembangan penduduk di Sulawesi Barat dilihat dari jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, persebaran dan kepadatan penduduk, serta komposisi penduduk.

1.1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000 (SP2000), jumlah penduduk Sulawesi Barat sebesar 891,62 ribu jiwa dan berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2005 menjadi 969,45 ribu jiwa. Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) menjadi 1.158,65 ribu jiwa. Pada tahun 2012 jumlah penduduk sebanyak 1.218,0 ribu jiwa. Dengan jumlah penduduk yang semakin membesar dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan angka nasional, sangat diperlukan upaya pengendalian pertumbuhan penduduk dan diikuti

(23)

4 SUMBER DAYA MANUSIA

dengan peningkatan kesejahteraan. Upaya tersebut dapat ditempuh melalui program pembangunan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2000-2012 Kabupaten 2000 2005 2010 2011 2012*) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Majene 124 475 130 282 151 107 153 869 158 036 Polewali Mandar 343 792 351 673 396 120 401 272 409 648 Mamasa 117 248 120 438 140 082 142 416 146 292 Mamuju 230 270 272 940 336 973 349 571 358 527 Mamuju Utara 75 833 93 116 134 369 142 075 145 502 Sulawesi Barat 891 618 969 449 1 158 651 1 189 203 1 218 005

Catatan : *) : Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Pada periode 2000-2005, laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Barat sebesar 1,69 persen per tahun, tetapi pada periode 2000-2010 pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 2,68 persen per tahun. Hal ini kemungkinan terjadi akibat tingginya tingkat migrasi masuk selama periode 2005-2010 karena pembentukan wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Selanjutnya pada kurun waktu 2010-2012, laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Barat mengalami penurunan sebesar 2,43 persen per tahun.

(24)

SUMBER DAYA MANUSIA 5 Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat (Persen) Dalam Periode Tahun 2000-2005, 2000-2010 dan 2010-2012

Kabupaten 2000-2005 2000-2010 2010-2012*) (1) (2) (3) (4) Majene 0,92 1,97 2,18 Polewali Mandar 0,45 1,44 1,62 Mamasa 0,54 1,81 2,10 Mamuju 3,46 3,91 3,02 Mamuju Utara 4,19 5,94 3,89 Sulawesi Barat 1,69 2,68 2,43

Catatan : *) : Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun selama periode 2000-2012 per kabupaten cukup bervariasi. Laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi di Kabupaten Polewali Mandar yakni sebesar 1,62 persen per tahun dan laju pertumbuhan penduduk paling tinggi terjadi di Kabupaten Mamuju Utara dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 3,89 persen per tahun. Sementara itu, terdapat dua kabupaten dengan laju pertumbuhan penduduk di atas laju pertumbuhan penduduk provinsi, yakni Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara.

1.1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Sulawesi Barat masih tergolong rendah, yaitu 72 jiwa per km2. Angka ini berarti bahwa dalam setiap 1 kilometer

persegi wilayah di Sulawesi Barat, secara rata-rata dihuni oleh 72 jiwa. Meskipun demikian, kepadatan penduduk Sulawesi Barat dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk

(25)

6 SUMBER DAYA MANUSIA

setiap tahunnya. Pada tahun 2000, kepadatan penduduk di Sulawesi Barat sebesar 53 jiwa per km2, kemudian meningkat menjadi 68 jiwa per

km2 pada tahun 2010, terakhir di tahun 2012, kepadatan penduduk

menjadi 72 jiwa per km2.

Tabel 1.3

Kepadatan Penduduk dan Distribusi Penduduk Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2000-2012 Kabupaten Kepadatan Penduduk (Jiwa / Km

2) Distribusi Persentase Penduduk 2012 2000 2005 2010 2011 2012*) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Majene 131 137 159 162 167 12,97 Polewali Mandar 170 174 196 198 203 33,63 Mamasa 40 41 48 49 50 12,01 Mamuju 29 34 42 44 45 29,44 Mamuju Utara 25 31 44 47 48 11,95 Sulawesi Barat 53 57 68 70 72 100,00

Catatan : *) : Angka Sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Ditinjau dari kepadatan penduduk antar kabupaten di Sulawesi Barat dapat dilihat bahwa sebaran penduduk antar kabupaten belum merata. Kabupaten Mamuju sebagai ibukota provinsi dihuni oleh sekitar 29,44 persen penduduk di Sulawesi Barat pada tahun 2012 dengan persentase luas wilayah sekitar 47,32 persen. Sementara itu sebaran penduduk terendah adalah di Kabupaten Mamuju Utara yakni 11,95 persen penduduk dengan luas wilayah 17,97 persen. Selanjutnya dapat diamati bahwa sebaran penduduk di Sulawesi Barat dari tahun ke tahun

(26)

SUMBER DAYA MANUSIA 7 masih terkonsentrasi di Kabupaten Polewali Mandar. Dengan luas wilayah 11,94 persen dari luas Sulawesi Barat, Kabupaten Polewali Mandar dihuni oleh sekitar 33,63 persen penduduk pada tahun 2012.

1.1.3 Komposisi Penduduk

Salah satu indikator adanya keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan adalah dengan adanya perubahan komposisi penduduk menurut umur yang disebabkan oleh semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif. Piramida penduduk Sulawesi Barat tahun 2012 dikategorikan tipe ekspansive di mana sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur muda. Dasar piramida yang cukup lebar menunjukkan kelompok penduduk ini memiliki angka rasio ketergantungan penduduk muda yang cukup tinggi, sementara puncak piramida yang menciut tajam menunjukkan rendahnya angka rasio ketergantungan penduduk tua.

Secara rinci pengelompokkan struktur umur penduduk Sulawesi Barat ke dalam kelompok umur lima tahunan pada tahun 2012 dapat kita lihat pada grafik 1.1, di mana piramida yang terbentuk adalah piramida yang mengerucut ke atas artinya semakin sedikit penduduk yang masuk ke dalam kelompok umur yang tua. Hal ini menunjukkan rendahnya angka rasio ketergantungan penduduk tua, sedangkan dasar piramida yang cukup lebar menunjukkan kelompok penduduk ini memiliki angka rasio ketergantungan penduduk muda yang cukup tinggi.

(27)

8 SUMBER DAYA MANUSIA Grafik 1.1

Piramida Penduduk Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012*) (000 jiwa)

Grafik 1.2

Piramida Penduduk Sulawesi Barat (000 jiwa), 2012

Catatan : *) : Angka Sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

1.2 Pendidikan

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan upaya peningkatan SDM dapat diwujudkan. Dengan SDM yang tinggi maka pengelolaan sumber-sumber yang ada akan semakin efisien dan efektif untuk mewujudkan kemajuan ekonomi. Karena dengan SDM yang berkualitas akan

(28)

SUMBER DAYA MANUSIA 9 memberikan multiplier efect terhadap pembangunan, termasuk di bidang ekonomi. Oleh sebab itu pemerintah secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan membuka kesempatan seluas-luasnya mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Olehnya itu, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sudah mengamanatkan agar pemerintah mengalokasikan anggaran minimal dua puluh persen pada sektor pendidikan.

1.2.1 Tingkat Pendidikan

Gambaran mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun keatas. Pada tahun 2012, penduduk usia 10 tahun keatas di Sulawesi Barat cenderung tidak bersekolah lagi (70,86 persen). Sedangkan yang sedang dalam masa pendidikan hanya berkisar 22,78 persen. Dari yang sedang mengeyam pendidikan ini dominan pada mereka yang sedang berada dibangku pendidikan dasar (SD dan SMP) dengan kisaran 15,73 persen.

Jika dirinci per kabupaten, tergambar jika tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun keatas yang sedang bersekolah di semua kabupaten masih terfokus pada pendidikan dasar. Kondisi ini berada pada kisaran 14,42 persen hingga 16,66 persen. Tingginya persentase penduduk yang sedang menempuh pendidikan, perlu diperhatikan oleh pemerintah agar mereka dapat terus melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi lagi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dengan membangun sekolah baru atau dengan memberikan rangsangan berupa

(29)

10 SUMBER DAYA MANUSIA

beasiswa/bantuan pendidikan. Persentase penduduk menurut umur 10 tahun keata menurut tingkat pendidikan tercermin pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas

Menurut Kabupaten dan Tingkat Pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 Kabupaten Tdk/blm Pernah Sekolah Pendidi-kan Dasar Pendidi-kan Mene-ngah PT Sekolah Tdk Lagi (1) (2) (3) (4) (5) Majene 4,63 15,19 5,37 5,56 69,25 Polewali Mandar 8,17 14,42 4,80 2,50 70,10 Mamasa 7,74 18,11 5,21 0,94 68,00 Mamuju 5,39 16,14 3,93 2,27 72,28 Mamuju Utara 3,97 16,66 3,79 1,33 74,26 Sulawesi Barat 6,39 15,73 4,55 2,50 70,86

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat

Indikator tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah juga tergambar dari tingkat/jenjang pendidikan yang ditamatkan. Indikator ini terlihat dari ijazah/STTB yang dimiliki. Pada tahun 2012, penduduk Sulawesi Barat usia 10 tahun keatas didominasi oleh mereka yang memiliki ijazah pendidikan dasar SD dan SMP (46,56 persen). Kondisi ini mencerminkan program pendidikan gratis pada level SD dan SMP yang digalakkan oleh pemerintah sudah membuahkan hasil. Akan tetapi penduduk yang tidak memiliki ijazah juga masih cukup tinggi (33,74 persen). Besarnya porsi penduduk yang tidak memiliki ijazah ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Salah satu program yang perlu

(30)

SUMBER DAYA MANUSIA 11 digalakkan adalah program kejar paket yang ijazahnya dapat disetarakan dengan pendidikan formal lainnya. Kepemilikan ijazah penduduk usia 10 tahun keatas di Sulawesi Barat tercermin pada Tabel 1.5.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan peran serta dari semua stakeholders terkait, tidak hanya uluran tangan pemerintah. Kesadaran untuk mengenyam pendidikan perlu ditanamkan kepada semua penduduk, mengingat persaingan di masa yang akan datang akan semakin pesat. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja juga terbatas pada mereka yang memiliki pendidikan pada level tertentu. Dilain pihak, pangsa tenaga kerja jelas akan merekrut orang-yang yang memiliki pendidikan dan keahlian khusus karena akan menghasilkan output yang lebih baik pula.

Tabel 1.5

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Kabupaten dan Kepemilikan Ijazah atau STTB di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012

Kabupaten

Kepemilikan Ijazah atau STTB Tidak Mempunyai Ijazah SD Ijazah SD dan sederajat Ijazah SMP dan sederajat Ijazah SMA dan sederajat Ijazah PT (1) (2) (3) (4) (5) (6) Majene 25,08 30,51 16,37 18,79 9,25 Polman 33,52 31,30 14,44 15,45 5,28 Mamasa 35,33 28,76 16,12 13,37 6,41 Mamuju 31,12 32,05 13,72 15,55 7,55 Matra 28,40 37,08 15,19 15,14 4,19 Sulbar 31,37 31,79 14,77 15,62 6,45

(31)

12 SUMBER DAYA MANUSIA 1.2.2 Tingkat Partisipasi Sekolah

Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang disebut dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS).

Grafik 1.2

Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah dan Jenis Kelamin di Sulawesi Barat Tahun 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat

Jika dirinci menurut kelompok umur, APS Sulawesi Barat terlihat membesar pada kategori pendidikan dasar. APS Sulawesi Barat pada usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun masing-masing sebesar 95,66 persen dan 81,13 persen. Berbeda dengan penduduk usia 16-18 tahun dan 19-24 tahun dengan APS sebesar 56,37 persen dan 14,21 persen. Tingginya APS pada umur dibawah 15 tahun dikarenakan sudah ada dukungan dari pemerintah untuk mewajibkan setiap penduduk untuk mengenyam

(32)

SUMBER DAYA MANUSIA 13 pendidikan dasar sembilan tahun yang sudah digratiskan. Sedangkan APS umur 16 tahun keatas masih tergolong rendah karena adanya keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan yang cenderung berada pada daerah perkotaan saja.

Tabel 1.6

Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia, Jenis Kelamin dan Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2012 Jenis

Kelamin Kabupaten

Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 13-15 16-18 19-24 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Laki-laki Majene 93,79 72,69 49,67 25,99 (L) Polewali Mandar 96,67 76,27 59,64 13,43 Mamasa 94,94 74,84 62,96 7,38 Mamuju 97,17 79,34 50,77 10,81 Mamuju Utara 97,95 83,94 80,60 11,45 Sulawesi Barat 96,39 77,31 57,82 13,31 Perempuan Majene 95,26 85,97 71,71 33,64 (P) Polewali Mandar 94,18 84,67 53,04 15,83 Mamasa 96,85 93,91 56,42 3,35 Mamuju 93,53 82,77 46,99 11,11 Mamuju Utara 97,50 81,24 57,96 8,40 Sulawesi Barat 94,90 85,25 54,99 15,10 L+P Majene 94,52 79,78 60,52 30,19 Polewali Mandar 95,45 80,02 56,01 14,62 Mamasa 95,89 84,98 59,64 5,50 Mamuju 95,36 80,92 49,02 10,96 Mamuju Utara 97,74 82,56 68,66 10,01 Sulawesi Barat 95,66 81,13 56,37 14,21

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat

APS Sulawesi Barat yang dibentuk dari APS kabupaten, terlihat jika Kabupaten Mamuju Utara cenderung memiliki tingkat partisipasi sekolah yang paling tinggi. Bahkan APS Mamuju Utara lebih tinggi dari

(33)

14 SUMBER DAYA MANUSIA

APS Sulawesi Barat. APS 7-12 tahun Mamuju Utara sebesar 95,66 persen dan 82,56 persen pada umur 13-15 tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.6.

Berbeda dengan APS, Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan dan juga melihat proporsi anak yang bersekolah tepat waktu sesuai dengan umurnya, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun, dan SM untuk penduduk usia 16-18 tahun.

Grafik 1.3

Angka Partisipasi Murni Menurut Usia Sekolah dan Jenis Kelamin di Sulawesi Barat Tahun 2012

(34)

SUMBER DAYA MANUSIA 15 Tabel 1.7

Angka Partisipasi Murni Menurut Usia Sekolah/Jenjang, Kabupaten dan Jenis Kelamin di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 Usia Sekolah / Jenjang Kabupaten Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) 7-12 Majene 89,28 91,02 90,14 (SD) Polewali Mandar 88,99 92,19 90,56 Mamasa 91,61 94,23 92,91 Mamuju 92,89 89,24 91,07 Mamuju Utara 93,95 92,07 93,08 Sulawesi Barat 91,21 91,41 91,31 13-15 Majene 57,08 64,76 61,18 (SMP) Polewali Mandar 60,00 59,11 59,60 Mamasa 51,96 68,29 60,64 Mamuju 51,00 67,14 58,46 Mamuju Utara 70,01 72,90 71,49 Sulawesi Barat 57,17 64,91 60,89 16-18 Majene 40,86 55,40 48,02 (SM) Polewali Mandar 49,42 39,94 44,20 Mamasa 50,58 47,34 48,93 Mamuju 36,38 38,02 37,14 Mamuju Utara 57,10 40,18 48,18 Sulawesi Barat 45,06 42,52 43,76 19-24 Majene 22,75 33,64 28,73 (PT) Polewali Mandar 12,67 14,08 13,37 Mamasa 2,11 2,55 2,32 Mamuju 8,88 9,78 9,34 Mamuju Utara 5,57 4,52 5,08 Sulawesi Barat 10,82 13,61 12,22

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat

Secara umum, pada tahun 2012 angka patisipasi murni penduduk Sulawesi Barat lebih besar pada tingkat dasar (SD-SMP). Berdasrkan jenis kelamin, APM penduduk sedikit bervariasi. APM jenjang SD tahun

(35)

16 SUMBER DAYA MANUSIA

2012 sebesar 91,31 persen dengan APM SD anak perempuan sebesar 91,41 persen dan APM SD anak laki-laki sebesar 91,21, sedangkan APM SMP Sulawesi Barat pada tahun 2012 sebesar 60,89 dengan APM SMP anak perempuan sebesar 64,91 dan APM SMP anak laki-laki sebesar 57,17. Angka Partisipasi Murni di Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2012 menurut kabupaten dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 1.7.

Dari Tabel 1.7 pula terlihat bahwa APM Kabupaten Mamuju Utara cenderung lebih tinggi dari APM kabupaten lainnya. Pada jenjang SD dan SMP APM Mamuju Utara tertinggi masing-masing sebesar 93,08 persen dan 60,89 persen. sedangkan pada jenjang SM, APM tertinggi pada Kabupaten Mamasa dengan capaian 48,93 persen.

1.3 Kemiskinan

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Sasaran pembangunan nasional diantaranya menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks dan bersifat multidimensi. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara holistik yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan membutuhkan keterpaduan dalam pelaksanaannya. (Nasir, Saichudin, dan Maulizar, 2008)

Kemajuan pembangunan berkaitan erat dengan pendapatan suatu daerah dan tingkat pertumbuhan ekonominya. Prasyarat utama terjadinya

(36)

SUMBER DAYA MANUSIA 17 penurunan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Hal tersebut perlu ditopang juga dengan pemerataan pendapatan.

1.3.1 Garis Kemiskinan

Garis kemiskinan pada tahun 2008 – 2012 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu dari 146.492 rupiah per kapita per bulan pada tahun 2008 menjadi 198.792 rupiah per kapita per bulan pada tahun 2012. Salah satu faktor penyebab naik turunnya garis kemiskinan adalah adanya pengaruh inflasi yang terjadi dari waktu ke waktu. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2008 – 2009 sebesar 11,42 persen. Kondisi yang sama juga terjadi di daerah perkotaan maupun perdesaan.

Grafik 1.4

Garis Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012 (Rp/Kapita/Bln)

(37)

18 SUMBER DAYA MANUSIA

Besaran garis kemiskinan untuk makanan memberikan konstribusi lebih dari 80 persen dari besaran garis kemiskinan secara keseluruhan. Sementara itu garis kemiskinan non makanan mendekati 20 persen. Meskipun demikian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir persentase garis kemiskinan non makanan menunjukkan kenaikan kecuali pada tahun 2012.

Tabel 1.8

Garis Kemiskinan Menurut Komponennya di Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012 (Rp/Kapita/Bln)

Tahun Makanan (GKM) Non Makanan (GKNM)

Garis Kemiskinan

(GK)

Nilai % Nilai % Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 2008 120 838 82,49 25 654 17,51 146 492 2009 133 679 81,90 29 545 18,10 163 224 2010 140 521 82,01 30 835 17,99 171 356 2011 149 894 80,57 36 147 19,43 186 041 2012 160 845 80,91 37 948 19,09 198 792

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

1.3.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun 2008 – 2010 terus menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, yaitu dari 171.100 jiwa (16,73 persen) pada tahun 2008 menjadi 141.332 jiwa (13,58 persen) pada tahun 2010. Pada periode 2010 – 2011 persentase kemiskinan mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen (23.532 jiwa). Persentase

(38)

SUMBER DAYA MANUSIA 19 kemiskinan pada tahun 2012 turun sebesar 0,65 persen dari 13,89 persen di tahun 2011.

Grafik 1.5

Jumlah (Jiwa) dan Persentase Penduduk Miskin di Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan lebih banyak bila dibandingkan daerah perkotaan. Pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 28.182 jiwa (10,12 persen) dan daerah perdesaan sebesar 132.273 jiwa (14,17 persen).

Selama kurun waktu 2008 - 2012, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami fluktuatif (Tabel 1.9). Secara absolut, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sedangkan jumlah

(39)

20 SUMBER DAYA MANUSIA

penduduk miskin di daerah perdesaan pada periode 2008-2010 cenderung menurun, namun pada tahun 2011 sempat meningkat meski kemudian pada tahun 2012 kembali menurun.

Tabel 1.9

Jumlah (Jiwa) dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Barat Tahun 2008 - 2012 Tahun Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota Desa

(1) (2) (3) (4) (5) 2008 48 300 122 800 14,14 18,03 2009 43 512 114 722 12,59 16,65 2010 33 726 107 606 9,70 15,52 2011 29 679 135 185 10,77 14,83 2012 28 182 132 273 10,12 14,17

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat 1.3.3 Tingkat Kedalaman Kemiskinan

Angka indeks kedalaman kemiskinan pada periode 2008 – 2012 di Provinsi Sulawesi Barat mengalami fluktuasi. Dari gambar terlihat bahwa dari tahun 2008 – 2010 indeks kedalaman kemiskinan cenderung menurun yaitu dari 2,63 pada tahun 2008 menjadi 1,55 pada tahun 2010. Sementara itu, pada tahun 2011 menunjukkan peningkatan angka indeks kedalaman kemiskinan sebesar 2,32 dan Tahun 2012 menurun menjadi 1,81.

Ditinjau secara spasial, pada periode yang sama menunjukkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan daerah perkotaan lebih fluktuatif bila dibandingkan daerah perdesaan. Pada kurun waktu 2008-2010 indeks

(40)

SUMBER DAYA MANUSIA 21 kedalaman kemiskinan di daerah perkotaan dan perdesaan cenderung menurun. Untuk daerah perkotaan mengalami penurunan yang cukup besar yaitu 1,54 poin (2,38 pada tahun 2008 menjadi 0,84 pada tahun 2010). Sedangkan di daerah perdesaan hanya berkurang 0,85 poin (2,75 pada tahun 2008 menjadi 1,90 pada tahun 2010).

Tabel 1.10

Indeks Kedalaman Kemiskinan Menurut Daerah Di Sulawesi Barat Tahun 2008 - 2012

Tahun Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4) 2008 2,38 2,75 2,63 2009 2,91 2,25 2,47 2010 0,84 1,90 1,55 2011 1,30 2,63 2,32 2012 0,83 2,10 1,81

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Dari Tabel 1.10 dapat dilihat bahwa indeks kedalaman kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan (kecuali pada tahun 2009). Dengan demikian secara umum dapat dikatakan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan di daerah perdesaan relatif lebih jauh bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. 1.3.4 Tingkat Keparahan Kemiskinan

Pada kurun waktu 2008-2012 secara umum terlihat bahwa tingkat keparahan kemiskinan cenderung menurun dari 0,66 pada tahun 2008 menjadi 0,41 pada tahun 2011. Angka Indeks keparahan kemiskinan ini tampak berflukuatif dari tahun ke tahun dimana pada periode 2008-2010

(41)

22 SUMBER DAYA MANUSIA

mengalami penurunan kemudian pada tahun 2011 mengalami peningkatan dan pada tahun 2012 kembali mengalami penurunan.

Tabel 1.11

Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah Di Sulawesi Barat Tahun 2008 - 2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Selama kurun waktu 2008-2009 angka indeks keparahan kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Akan tetapi pada periode 2010-2012 indeks keparahan kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi bila dibandingkan daerah perkotaan. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi pergeseran ketimpangan distribusi pengeluaran penduduk miskin dari daerah kota ke perdesaan. 1.3.5 Kemiskinan Antar Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat

Jumlah penduduk miskin di lima kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat selama 2008-2012 mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada kurun waktu tersebut hanya Kabupaten Mamasa yang menunjukkan penurunan dari 22,5 ribu jiwa pada tahun 2008 menjadi 21,3 ribu jiwa pada tahun 2012. Sedangkan Kabupaten Polewali Mandar mengalami

Tahun Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4) 2008 0,70 0,63 0,66 2009 0,95 0,42 0,60 2010 0,12 0,46 0,35 2011 0,30 0,71 0,61 2012 0,10 0,51 0,41

(42)

SUMBER DAYA MANUSIA 23 kenaikan tertinggi dibanding kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 1,8 ribu jiwa. Pada tahun 2012, Kabupaten Mamuju Utara memiliki jumlah penduduk miskin terendah yaitu 7,9 ribu jiwa, Kabupaten Polewali Mandar menjadi kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi sebesar 79,1 ribu jiwa.

Tabel 1.12

Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012 (Ribu Jiwa)

Kabupaten 2008 2009 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Majene 24,4 23,9 27,8 26,6 26,2 Polewali Mandar 78,3 76,6 84,3 80,4 79,1 Mamasa 22,5 22,3 22,8 21,7 21,3 Mamuju 24,7 25,4 27,7 26,4 26,0 Mamuju Utara 7,0 7,1 8,4 8,0 7,9

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Meskipun jumlah penduduk miskin pada kurun waktu 2008-2012 mengalami kenaikan hampir di semua kabupaten di Sulawesi Barat, akan tetapi persentase penduduk miskin menunjukkan penurunan pada semua kabupaten di Sulawesi Barat. Penurunan tertinggi berada di Kabupaten Mamasa sebesar 3,68 persen (18,06 persen pada tahun 2008 menjadi 14,38 persen pada tahun 2012), sedangkan yang terendah di Kabupaten Mamuju sebesar 0,99 persen (8,11 persen pada tahun 2008 menjadi 7,12 persen pada tahun 2012).

Dari lima kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara memiliki persentase penduduk miskin terendah bila dibandingkan tiga kabupaten lainnya. Selama periode

(43)

2008-24 SUMBER DAYA MANUSIA

2012 persentase penduduk miskin di Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara tidak lebih dari sembilan persen, bahkan pada tahun 2012 persentase penduduk miskin di Kabupaten Mamuju Utara hanya 5,30 persen.

Tabel 1.13

Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012

Kabupaten 2008 2009 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Majene 18,44 18,09 18,42 17,06 16,52 Polewali Mandar 21,80 21,37 21,24 19,66 19,10 Mamasa 18,06 17,87 16,25 15,04 14,38 Mamuju 8,11 8,13 8,17 7,59 7,12 Mamuju Utara 6,52 6,47 6,20 5,77 5,30

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

1.4 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan; dan kemampuan daya bell masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

Secara umum gambaran komprehensif mengenai tingkat pencapaian pembangunan manusia sebagai dampak dari kegiatan

(44)

SUMBER DAYA MANUSIA 25 pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah dapat dilihat dari angka IPM nya. Perkembangan angka IPM dari tahun ke tahun memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia setiap tahunnya.

Tabel 1.14

Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Tahun 2005 – 2012*

Kabupaten 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Majene 66,9 68,6 69,12 70,28 70,83 71,34 71,86 72,41 Polewali Mandar 63,3 63,9 64,77 65,91 66,61 67,38 67,88 68,44 Mamasa 67,5 68,7 69,16 69,79 70,18 70,82 71,62 72,07 Mamuju 65,4 67,3 67,60 68,50 68,89 69,32 69,78 70,76 Mamuju Utara 64,5 67,9 68,84 69,27 69,55 69,99 71,41 70,79 Sulawesi Barat 65,7 67,1 67,72 68,55 69,18 69,64 70,11 70,73

Catatan : *) angka sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Pada Tabel 1.14 dapat dilihat capaian IPM dari 5 kabupaten di Sulawesi Barat pada tahun 2005-2012. Pada tahun 2005 ada 3 kabupaten yang capaian IPM-nya berada di atas capaian IPM provinsi, yakni Kabupaten Majene, Mamasa dan Mamuju. Pada tahun 2012, angka IPM di hampir semua kabupaten di Sulawesi Barat berada di atas angka IPM provinsi, kecuali kabupaten Polewali Mandar.

Capaian IPM Mamuju sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Barat selama 2005-2012 berfluktuatif berada di atas atau di bawah capaian IPM provinsi. Sementara itu IPM Majene dan Mamasa tetap berada di atas

(45)

26 SUMBER DAYA MANUSIA

capaian provinsi dari tahun 2005-2012. Berkebalikan dengan Majene dan Mamasa, IPM Kabupaten Polewali Mandar justru selalu berada di bawah capaian IPM provinsi dari tahun 2005 hingga 2012.

Tabel 1.15

Reduksi Shortfall Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten Di Sulawesi Barat Periode 2004 – 2012*

Kabupaten 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2012* 2011-(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Majene 3,50 5,14 1,66 3,76 1,85 1,75 1,81 1,96 Polewali Mandar 3,17 1,63 2,41 3,24 2,05 2,31 1,53 1,75 Mamasa 3,85 3,69 1,47 2,04 1,29 2,15 2,74 1,57 Mamuju 2,54 5,49 0,92 2,78 1,24 1,38 1,50 3,24 Mamuju Utara 3,27 9,58 2,93 1,38 0,91 1,44 4,73 1,28 Sulawesi Barat 3,65 4,08 1,88 2,57 2,00 1,49 1,55 2,05

Catatan : *) angka sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, data diolah

Kecepatan suatu daerah dalam mencapai IPM ideal ditunjukkan oleh nilai reduksi shortfall. Semakin tinggi nilai reduksi shortfall, semakin cepat IPM suatu wilayah akan mencapai IPM ideal. Nilai reduksi shortfall

Provinsi Sulawesi Barat antara tahun 2004 – 2012 pada kisaran 1,49 poin hingga 4,08 poin. Kecepatan tertinggi Sulawesi Barat dalam mencapai IPM ideal terjadi pada periode 2005–2006 yaitu sebesar 4,08 poin. Pada periode tersebut, kabupaten yang kecepatan mencapai IPM idealnya tertinggi adalah kabupaten Mamuju Utara dengan 9,58 poin. Pada tahun 2011-2012, kecepatan Sulawesi Barat dalam mencapai IPM ideal sebesar 2,05 poin, meningkat 0,50 poin dibanding tahun 2011.

(46)

KETENAGAKERJAAN

(47)
(48)

KETENAGAKERJAAN 29 Negara wajib menjamin setiap warganya untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, dan hal ini menjadi hak dasar bagi warganegara untuk bekerja dan mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

Penciptaan lapangan kerja merupakan tanggung jawab pemerintah dan stakeholders terkait. Penyerapan tenaga kerja yang tinggi merupakan asset dalam pembangunan daerah. Tenaga kerja yang terserap otomatis akan memiliki penghasilan yang pada akhirnya akan meningkatkan daya beli dan dapat menopang konsumsi rumah tangga sebagai salah satu komponen penggerak perekonomian daerah termasuk di Sulawesi Barat.

2.1 Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran

Sebagai salah satu indikator perekonomian, keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Barat memperlihatkan capaian yang cukup menggembirakan. Beberapa indikator ketenagakerjaan seperti peningkatan angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran.

Sebagai provinsi muda, Sulawesi Barat tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi para pencari kerja. Hal ini cukup terlihat dari peningkatan jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi Barat yang berumur diatas 15 tahun. Peningkatan ini terutama didorong oleh faktor migrasi masuk disamping karena pertumbuhan penduduk secara alami.

Pada tahun 2012, penduduk berumur diatas 15 tahun di Sulawesi Barat sebanyak 781.756 orang. Kondisi ini meningkat dari kondisi tahun

(49)

30 KETENAGAKERJAAN

2008 yang sebanyak 736.143 orang atau rata-rata tumbuh 1,21 persen per tahun dalam periode 2008-2012.

Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Barat khususnya pada periode Agustus dalam lima tahun terakhir (2008-2012) menunjukkan adanya perbaikan yang signifikan, hal ini digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja yang disertai dengan penurunan tingkat pengangguran.

Tabel 2.1

Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012

Kegiatan Utama 2008 2009 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Penduduk Usia 15 Tahun

Keatas 736 143 750 994 744 721 763 317 781 756 Angkatan Kerja 495 959 511 144 532 171 551 631 560 762 a. Bekerja 473 309 488 080 514 867 536 048 548 783 b. Tidak Bekerja

(Pengangguran) 22 650 23 060 17 304 15 583 11 979 Bukan Angkatan Kerja 240 184 239 800 212 550 211 686 220 994 Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK%) 67,37 68,07 71,46 72,27 71,73 Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT%) 4,57 4,51 3,25 2,82 2,14 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Pada tahun 2008, jumlah angkatan kerja di Sulawesi Barat sekitar 496 ribu orang, kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi sekitar 514 ribu orang, dan tahun 2012 meningkat lagi menjadi sekitar 561 ribu orang. Jika dirata-ratakan selama lima tahun terakhir, peningkatan angkatan kerja setiap tahun naik sebanyak 11,4 ribu orang atau meningkat rata-rata 3,12 persen per tahun dalam periode tersebut.

(50)

KETENAGAKERJAAN 31 Grafik 2.1

Jumlah Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012 (Ribu Orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan yang sama juga ditunjukkan oleh penduduk yang bekerja. Pada tahun 2008, jumlah penduduk yang bekerja sekitar 473 ribu orang, kemudian meningkat menjadi 515 ribu orang di tahun 2010, dan tahun 2012 penduduk yang bekerja mencapai sekitar 549 ribu orang. Jika dirata-ratakan selama lima tahun terakhir, penduduk yang bekerja meningkat sebanyak 18,9 ribu orang per tahun atau meningkat rata-rata sebesar 3,77 persen pertahun.

Disisi lain, jumlah penganggur selama kurun waktu 5 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008, jumlah penganggur sebanyak 23 ribu orang, kemudian pada tahun 2010 turun menjadi 17 ribu orang dan turun lagi pada tahun 2012 menjadi sekitar 12 ribu orang. Jika dirata-ratakan selama lima tahun terakhir, setiap tahun

(51)

32 KETENAGAKERJAAN

penganggur berkurang sebanyak 2,67 ribu orang atau turun rata-rata sebesar 14,06 persen per tahun.

Grafik 2.2

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan indikasi besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. Indikator ini juga dapat menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Dalam periode 2008 hingga 2012, TPAK Sulawesi Barat menunjukkan trend yang meningkat. Pada tahun 2008 TPAK Sulawesi Barat sebesar 63,37 persen, kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 71,46 persen dan di tahun 2012 meningkat lagi menjadi 71,73 persen.

(52)

KETENAGAKERJAAN 33 2.2. Lapangan Pekerjaan Utama

Lapangan pekerjaan di Sulawesi Barat masih mencirikan daerah agraris dengan ditandai tingginya persentese penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Sebanyak 57,27 persen dari total penduduk usia kerja atau setara dengan 314 ribu orang di Sulawesi Barat masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Sektor lain yang juga menyerap tenaga kerja cukup tinggi adalah sektor perdagangan yang menyerap sebanyak 83 ribu tenaga kerja atau sekitar 15,13 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan yang mampu menyerap sebanyak 77 ribu tenaga kerja atau setara dengan 14,02 persen.

Tabel 2.2

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Sulawesi Barat

Tahun 2008–2012 Lapangan

Pekerjaan Utama Agustus 2008 Agustus 2009 Agustus 2010 Agustus 2011 Agustus 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Pertanian 305 968 300 357 320 181 315 762 314 290 Industri 25 443 31 058 29 414 30 973 27 471 Perdagangan 61 594 62 981 64 463 72 203 83 027 Jasa Kemasyarakatan 45 700 56 879 65 704 70 294 76 966 Lainnya *) 34 604 36 805 35 105 46 816 47 029 Sulawesi Barat 473 309 488 080 514 867 536 048 548 783

Catatan: *) Sektor Konstruksi, Transportasi, Pertambangan , Listrik Gas dan Air, dan Keuangan

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

(53)

34 KETENAGAKERJAAN

Jika kita cermati lebih jauh selama lima tahun terakhir, meskipun sektor pertanian masih merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, tetapi andilnya cenderung berkurang. Pada tahun 2008, sektor pertanian mampu menyerap sekitar 64,64 persen pekerja, kemudian pada tahun 2010 turun menjadi 62,19 persen, selanjutnya pada tahun 2012 turun lagi menjadi 57,27 persen. Jika dirata-ratakan selama periode 2008-2012, persentase penyerapan tenaga kerja sektor pertanian turun rata-rara sebesar 1,84 poin per tahun.

Grafik 2.3

Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Sulawesi Barat Tahun 2008-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan menunjukkan hal yang berbeda. Untuk sektor perdagangan, pada tahun 2008 sekitar 13,01 persen orang bekerja pada sektor ini, selanjutnya pada 2011 meningkat menjadi 13,47 persen dan tahun 2012 naik menjadi 15,13 persen.

(54)

Rata-KETENAGAKERJAAN 35 rata selama periode tahun 2008-2012, sektor perdagangan mengalami peningkatan persentase penyerapan tenaga kerja sebesar 0,53 poin per tahun.

Untuk sektor jasa kemasyarakatan, pada tahun 2008 sekitar 9,66 persen orang bekerja pada sektor ini, selanjutnya pada 2010 meningkat menjadi 12,76 persen dan di tahun 2012 persentasenya naik menjadi 14,02 persen. Rata-rata selama periode 2008-2012, sektor jasa kemasyarakatan mengalami peningkatan persentase penyerapan tenaga kerja sebesar 1,09 poin per tahun.

2.3. Status Pekerjaan Utama

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2012 sebanyak 139 ribu orang (25,26 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 410 ribu orang (74,74 persen) bekerja pada kegiatan informal.

Jika melihat perkembangan selama lima tahun terakhir (periode 2008-2012), penduduk yang bekerja pada kegiatan formal terus mengalami perkembangan yang berarti. Pada Agustus tahun 2008, penduduk yang bekerja pada kegiatan formal sebanyak 87 ribu orang (sekitar 18,29 persen), kemudian pada Agustus tahun 2010 naik menjadi 102 ribu orang (sekitar 19,89 persen), dan selanjutnya pada Agustus 2012 meningkat lagi menjadi 139 ribu orang (sekitar 25,26 persen). Jika dilihat

(55)

36 KETENAGAKERJAAN

rata-rata perkembangannya selama periode tersebut, terjadi penambahan penpenduduk yang bekerja pada kegiatan formal sebanyak 13 ribu orang per tahun. Jika dilihat secara persentase, peningkatan pekerja formal selama lima tahun terakhir persentasenya naik rata-rata 1,74 poin per tahun.

Grafik 2.4

Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor Formal dan Informal di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Dari 549 ribu orang yang bekerja pada Agustus 2012, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 155 ribu orang (28,26 persen). Kemudian diikuti pekerja tidak dibayar 140 ribu orang (25,44 persen), dan buruh/karyan sejumlah 128 ribu orang (23,33 persen). Sedangkan status pekerjaan utama terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap sebesar 11 ribu orang (1,93 persen).

(56)

KETENAGAKERJAAN 37 Tabel 2.3

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Status Pekerjaan Utama di Sulawesi Barat Tahun 2008–2012 Status Pekerjaan

Utama Agsts 2008 Agsts 2009 Agsts 2010 Agsts 2011 Agsts 2012

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Berusaha Sendiri 98 955 98 919 97 503 79 440 85 101 Berusaha dibantu

buruh tidak tetap 149 002 134 864 149 748 149 393 155 104 Berusaha dibantu buruh tetap 13 460 11 682 12 258 11 193 10 586 Buruh/ karyawan 73 110 99 617 90 132 119 017 128 053 Pekerja bebas di pertanian 20 004 16 722 10 070 26 217 17 084 Pekerja bebas di non pertanian 4 845 8 807 6 495 10 569 13 23 Pekerja tak dibayar 113 933 117 469 148 661 140 219 139 625 Sulawesi Barat 473 309 488 080 514 867 536 048 548 783

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

2.4. Pergeseran dan Elastisitas Tenaga Kerja

Pergeseran lapangan usaha bagi penduduk yang bekerja antar sektor ekonomi dapat diindentifikasi dengan melihat komposisi sektor lapangan usaha pekerja. Untuk keperluan tersebut lapangan usaha dibagi menjadi tiga sektor yaitu: Agriculture (sektor pertanian) atau disebut sektor A atau sektor primer, sektor Manufacture (sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air, serta sektor konstruksi) atau disebut sektor M atau sektor sekunder, dan sektor Service (sektor

(57)

38 KETENAGAKERJAAN

perdagangan, hotel, dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, serta sektor jasa-jasa) atau disebut sektor S atau sektor tersier.

Tabel 2.4

Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Sektor di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008 – 2012

Kelompok Sektor 2008 2012 Pergeseran

(1) (2) (3) (4)

Agriculture 64,64 57,27 -7,37

Manufacture 8,84 9,90 1,06

Service 26,52 32,83 6,31

Sulawesi Barat 100,00 100,00 -

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Berdasar Tabel 2.4 tampak bahwa komposisi tenaga kerja di Sulawesi Barat pada tahun 2012 masih di dominasi oleh pekerja di sektor

Agriculture, dimana lebih dari setengahnya (sekitar 57,27 persen) bekerja

di sektor tersebut, selanjutnya adalah sektor service mencapai 32,83 persen pekerja, sedangkan sektor manufacture memiliki persentase sebesar 9,90 persen. Angka itu mengindikasikan bahwa sektor ekonomi di Sulawesi Barat masih didominasi oleh sektor primer. Namun demikian, jika dilihat dari trend selama 2008-2012 dapat dilihat adanya indikasi terjadinya transformasi perekonomian dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.

Ditinjau dari sisi penyerapan tenaga kerja, terlihat bahwa selama lima tahun terakhir kontribusi sektor agriculture dalam menyerap tenaga kerja semakin berkurang. Pada tahun 2008, kontribusi sektor agriculture

(58)

KETENAGAKERJAAN 39 mencapai 64,64 persen, kemudian pada tahun 2012 turun menjadi 57,27 persen, atau berkurang sebesar 7,37 persen poin. Pada sektor

manufacture dan service menunjukkan hal yang berbeda di mana kedua

sektor tersebut kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja semakin meningkat. Pada sektor manufacture, terjadi peningkatan kontribusi sebesar 1,06 persen poin yaitu dari 8,84 persen di tahun 2008 menjadi 9,90 persen di tahun 2012. Peningkatan yang cukup tinggi terjadi pada sektor service yang peningkatan kontribusinya mencapai 6,31 persen yaitu dari 26,52 persen menjadi 32,83 persen.

Perkembangan kesempatan kerja dapat pula dikaitkan dengan perkembangan ekonomi. Seperti kita ketahui bahwa kenaikan output suatu sektor ekonomi diharapkan sejalan dengan penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut. Besarnya pengaruh peningkatan output sektor ekonomi terhadap kesempatan kerja dapat dilihat dari tingkat elastisitasnya. Tingkat elastisitas kesempatan kerja dihitung dengan cara membandingkan antara laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan hasil perhitungan PDRB, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat selama lima tahun terakhir (2008-2012) sebesar 7,36 persen per tahun. Sementara itu, rata-rata laju pertumbuhan kesempatan kerja selama periode yang sama sebesar 3,00 persen per tahun, sehingga tingkat elastisitas kesempatan kerja selama lima tahun terakhir adalah 0,41. Angka ini berarti bahwa setiap kenaikan output ekonomi (dalam hal ini PDRB) sebanyak satu persen akan menciptakan kesempatan kerja sebesar 0,41 persen atau cenderung tidak elastis.

(59)

40 KETENAGAKERJAAN Tabel 2.5

Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja, Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Koefisien Elastisitas Kesempatan Kerja (EKK)

di Provinsi Sulawesi Barat Periode 2008 – 2012 Kelompok Sektor Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Laju Pertumbuhan Ekonomi EKK (1) (2) (3) (4) Agriculture 0,54 6,38 0,08 Manufacture 5,36 7,69 0,70 Service 7,50 8,43 0,89 Sulawesi Barat 3,00 7,36 0,41

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Jika kita lihat lebih jauh maka setiap sektor memiliki tingkat elastisitas yang berbeda karena memiliki karakteristik ekonomi yang berbeda. Pada sektor agriculture, tingkat elastisitasnya sangat rendah yaitu 0,08 atau tidak elastis, sedangkan pada sektor Manufacture dan

Service cukup elastis, dengan tingkat elastisitas masing masing sebesar

0,70 dan 0,89. Tingginya elastisitas kesempatan kerja di sektor Service

diduga sebagai akibat tingginya pekerja yang berkerja di sektor informal. 2.5 Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja menggambarkan berapa besar kemampuan seorang tenaga kerja dalam menciptakan nilai tambah dalam pembentukan produk domestik regional bruto suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Produktivitas tenaga kerja diperoleh dengan membagi

Referensi

Dokumen terkait

Dampak pertumbuhan ekonomi di sektor industri dan pertanian terhadap kualitas lingkungan hidup yang diukur dengan emisi gas rumah kaca di Negara Berkembang dan Negara Maju

Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras penyempitan pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah (Sheps,

“Melihat yang demikian, para bhikkhu, murid suci yang terpelajar (sutavā ariyasāvaka) menjadi jijik terhadap mata, terhadap objek-mata, terhadap kontak-mata, terhadap perasaan

Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1) Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 1) Laporan Hasil Pengawasan

Jarak tempat tinggal responden dari domisili penderita berhubungan signifikan dengan aktivitas pembakaran jerami atau rumput kering di area sekitar kandang pada malam

/ Saya/Kami faham dan bersetuju bahawa sebarang maklumat peribadi yang dikumpulkan atau dipegang oleh AIA PUBLIC (sama ada terkandung dalam permohonan ini atau diperolehi

Kemampuan lokomotor adalah kemampuan melakukan gerakan motorik anggota tubuh untuk memindahkan seluruh tubuh dari satu tempat ke tempat lain seperti berjalan,

Vereycken (2002) juga menjelaskan bahwa konflik sebagai masa- lah yang pasif secara sistematis dalam beberapa penelitian diindikasi memiliki hubungan yang signifikan