• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Industri dan Listrik

5.3 Listrik

Kehidupan mayarakat saat ini sangat bergantung kepada sumber daya energi, salah satunya adalah energi tenaga listrik. Disadari atau tidak, listrik sekarang ini merupakan kebutuhan utama bagi seluruh lapisan masyarakat. Pasalnya hampir semua hal dalam kehidupan sehari-hari baik yang bersinggungan dengan rumah tangga, perkantoran, industri dan sebagainya selalu berhubungan dengan listrik. Hal ini tentunya menjadikan ketergantungan masyarakat terhadap energi listrik semakin meningkat. Karena listrik dapat menjadi penggerak roda kehidupan termasuk kedalamnya adalah roda perekonomian maka keberadaan energi listrik merupakan sebuah keharusan.

Pergerakan kegiatan ekonomi, perkembangan dunia industri, pertambahan jumlah penduduk, kemajuan teknologi serta meningkatnya standar kenyamanan hidup di masyarakat turut mengambil andil dalam pertumbuhan jumlah penggunaan listrik. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian yang tinggi untuk tetap menjaga sumber energi pembangkit listrik, terutama yang berasal dari sumber daya yang tidak terbarui dengan kapasitas yang terbatas. Selain itu, diversifikasi sumber energi juga perlu untuk dikembangkan untuk kebutuhan dalam jangka panjang.

Ketersediaan tenaga listrik yang handal, aman, ramah lingkungan dan efisien dengan harga terjangkau merupakan tanggung jawab pemerintah untuk memberi pelayanan kepada masyarakat yang

92 INDUSTRI DAN LISTRIK

dibebankan kepada PLN. Upaya PLN untuk meningkatkan pelayanan terlihat dari peningkatan beberapa indikator seperti peningkatan jumlah sambungan, perkembangan daya tersambung dan energi terjual, serta peningkatan jumlah pendapatan.

Pada tahun 2012, sub sektor listrik menyumbang 57,62 miliar rupiah atau 1,48 persen dalam pembentukan PDRB Sulawesi Barat. Jumlah ini meningkat cukup signifikan dari tahun 2011 yang sebesar 48,66 miliar rupiah. Pertumbuhan sub sektor listrik di Sulawesi Barat mencapai 16,20 persen pada tahun 2012, jauh diatas pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat tahun 2012 yang sebesar 9,01 persen.

Peningkatan yang pesat di sub sektor listrik tersebut seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan secara umum sehingga diikuti oleh peningkatan jumlah pembangunan rumah yang notabene memerlukan aliran listrik, serta semakin meluasnya jaringan PLN sampai ke pelosok daerah berdampak terhadap meningkatnya jumlah pelanggan dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 2007-2012, terjadi peningkatan jumlah pelanggan secara signifikan. Tahun 2007 PLN se-Sulawesi Barat memiliki 87.640 sambungan. Jumlah ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 123.530 sambungan pada tahun 2012. Selama kurun waktu tersebut peningkatan jumlah pelanggan terbesar terjadi di tahun 2010-2011, yaitu sebesar 10,56 persen.

Meningkatnya jumlah sambungan, berdampak terhadap peningkatan energi yang terpakai. Pemakaian energi listrik ini tergambar dari jumlah KWh yang berhasil dijual oleh PLN. Pada tahun 2007,

INDUSTRI DAN LISTRIK 93 pemakaian energi oleh 87.640 pelanggan sebesar 91.331.199 KWh. Jumlah ini terus mengalami kenaikan tiap tahunnya, hingga mencapai 177.623.734 KWh pada tahun 2012 yang dipergunakan oleh 123.530 pelanggan/sambungan. Seiring dengan meningkatnya kegiatan perekonomian, rata-rata pemakaian energi per pelanggan juga semakin meningkat. Pada tahun 2007, satu unit pelanggan/sambungan selama setahun mengkonsumsi energi sebesar 1.042 KWh meningkat menjadi 1.437,9 KWh per tahun per pelanggan/sambungan pada tahun 2012, atau meningkat sebesar 37,99 persen.

Tabel 5.3

Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung, Energi Terjual dan Pendapatan PT. PLN di Sulawesi Barat Tahun 2007– 2012

Tahun (Sambungan) Pelanggan Tersambung Daya (VA) Energi Terjual (KWh) Pendapatan (Juta Rp.) (1) (2) (3) (4) (5) 2007 87 640 69 226 510 91 331 199 53 902 2008 90 147 73 433 820 101 473 555 64190 2009 92 893 77 328 770 109 078 304 71 423 2010 101 091 88 551 170 130 331 273 87 754 2011 111 788 109 012 670 151 510 380 106 123 2012 123 530 128 971 898 177 623 734 127 638 Sumber : PT. PLN (Persero) Cabang Mamuju

Kondisi topografi Sulawesi Barat yang memiliki jumlah aliran sungai dengan debit air yang cukup besar, menjadikan daerah ini potensial untuk pengambangan sektor listrik. Oleh karena itu, pemerintah

94 INDUSTRI DAN LISTRIK

daerah diharapkan lebih gencar melakukan promosi sumber daya yang dimiliki Sulawesi Barat agar ada investor yang tertarik untuk mengembangan sektor tersebut. Salah satu aliran sungai yang disinyalir memiliki potensi pengembangan PLTA adalah Sungai Karama yang berada di Kabupaten Mamuju.

PERHUBUNGAN

PERHUBUNGAN 97 Sarana angkutan dan komunikasi sangat diperlukan guna memperlancar berbagai aktivitas perekonomian. Sektor ini mempunyai peran yang sangat strategis terhadap kelancaran dan percepatan mobilitas penduduk serta arus informasi pembangunan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sektor angkutan dan komunikasi dalam struktur perekonomian Sulawesi Barat terdiri dari sub sektor angkutan dan sub sektor komunikasi. Dengan laju pertumbuhan sebesar 5,64 persen pada tahun 2012, sektor ini mampu menyumbang 2,02 persen PDRB Sulawesi Barat atau setara dengan 291.262,21 juta rupiah.

6.1 Angkutan Darat

Kontur daerah Sulawesi Barat yang ditinggali oleh penduduk dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu dataran rendah yang sebagian besar dekat dengan laut dan dataran tinggi yang memiliki karakteristik bergunung-gunung dan berbukit-bukit. Hingga saat ini, transportasi melalui jalan darat menjadi sarana transportasi pilihan yang paling banyak digunakan. Untuk itu, diperlukan sarana penunjang yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Jalan darat merupakan sarana penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian yang menghubungkan daerah yang satu dengan lainnya. Data dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Barat menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 2010-2012 panjang jalan di Sulawesi Barat terus mengalami perubahan. Pada tahun 2010 panjang jalan mencapai 6.828,12 km, tahun 2011 mencapai 6.912,43 km dan tahun 2012 mencapai 6.873,18 km. Dengan demikian selama 2010-2011

98 PERHUBUNGAN

terjadi peningkatan panjang jalan sebesar 84,31 km. Namun demikian pada tahun 2012 panjang jalan di Sulawesi Barat berkurang 39,25 km menjadi 6873,18 km. Jalan yang panjangnya menurun adalah jalan provinsi yakni sepanjang 119,15 km. Meski panjang jalan pada tahun 2012 lebih pendek dibanding panjang jalan tahun 2011, namun jika dibandingkan tahun 2010, panjang jalan di tahun 2012 masih lebih panjang.

Tabel 6.1

Perkembangan Panjang Jalan (km) Menurut Status Jalan di Sulawesi Barat Tahun 2010-2012

Status 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) Jalan Nasional 571,98 571,98 571,98 Jalan Provinsi 450,51 488,10 368,95 Jalan Kabupaten 5 805,63 5 852,35 5.932,25 Sulawesi Barat 6 828,12 6 912,43 6.873,18 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Se Sulawesi Barat

Semenjak provinsi Sulawesi Barat terbentuk pada tahun 2004, pembangunan yang gencar dilakukan pemerintah salah satunya adalah pembangunan dalam upaya memperbaiki dan menambah fasilitas jalan. Hal ini tentunya memberikan arti yang sangat besar bagi masyarakat setempat. Dengan semakin baiknya kondisi jalan di Sulawesi Barat diharapkan dapat membuka daerah-daerah yang terisolir sehingga roda perekonomian di daerah tersebut dapat bergerak dengan lebih baik.

PERHUBUNGAN 99 Dampak utama yang diharapkan adalah kesejahteraan penduduk setempat menjadi lebih baik. Disamping itu, dengan adanya pembangunan jalan diharapkan dapat menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Barat.

Meningkatnya panjang jalan yang ada di Sulawesi Barat dengan peningkatan kualitas yang cukup menggembirakan menjadi salah satu tolok ukur lancarnya arus transportasi. Kendati hal tersebut masih harus diukur dari beberapa aspek lain seperti jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan yang tersedia. Berdasarkan data Dispenda Provinsi Sulawesi Barat tercatat bahwa pada tahun 2012 jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan di Sulawesi Barat sebanyak 110.930 unit kendaraan, meningkat 10.309 unit kendaraan dari tahun 2011. Jumlah kendaraan tersebut belum termasuk jumlah kendaraan yang melintasi wilayah Sulawesi Barat yang berasal dari provinsi lain.

Tabel 6.2

Jumlah Kendaraan (Unit) Yang Terekap pada Samsat Menurut Kabupaten di Sulawesi Barat Tahun 2011-2012

Kabupaten 2011 2012 Perkembangan (1) (2) (3) (4) Majene 12 741 15 289 2 548 Polewali Mandar 38 838 41 685 2 847 Mamasa 3 082 3 731 649 Mamuju 35 365 39 323 3 958 Mamuju Utara 10 595 10 902 307 Sulawesi Barat 100 621 110 930 10 309 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat

100 PERHUBUNGAN

Jika dirinci menurut keberadaan tempat pelaporan kendaraan, terlihat bahwa Kabupaten Polewali Mandar dan Mamuju memiliki populasi kendaraan tertinggi masing-masing sebesar 41.685 unit kendaraan dan 39.323 unit. Meskipun Mamuju memiliki populasi kendaraan di bawah Polewali Mandar akan tetapi perkembangan jumlah kendaraan tertinggi terjadi di Mamuju yang mencapai 3.958 unit kendaraan. Sementara jumlah kendaraan di Polewali Mandar hanya bertambah 2.847 unit kendaraan. 6.2 Angkutan Udara

Selain angkutan darat, sarana transportasi lain yang dapat digunakan yakni angkutan udara. Di Sulawesi Barat, baru terdapat satu bandar udara yang sudah beroperasi yaitu Bandar Udara Tampa Padang yang berada di ibukota Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan bandar udara lainnya, yaitu Bandar Udara Sumarorong di Kabupaten Mamasa masih dalam proses pembangunan. Hingga saat ini, Bandara Tampa Padang sudah dilalui oleh pesawat setiap hari, meski rata-rata penerbangan perharinya hanya satu hingga dua kali penerbangan saja.

Data dari laporan Bandara Tampa Padang mencatat bahwa pada tahun 2007 hingga 2012 jumlah pesawat yang tiba maupun berangkat di Bandara Tampa Padang selalu mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2007, pesawat yang tiba dan berangkat sebanyak 199 kali kunjungan dan kondisi tahun 2012 tercatat sebanyak 613 kali kunjungan. Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh bertambahnya jadwal penerbangan maskapai untuk melayani minat masyarakat terhadap jasa angkutan udara yang semakin meningkat.

PERHUBUNGAN 101

Tabel 6.3

Aktivitas Bandara Tampa Padang Mamuju Tahun 2007-2012 Tahun

Pesawat Penumpang Bagasi

(Unit) (Orang) (Ton)

Tiba Berangkat Tiba Berangkat Bongkar Muat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2007 199 199 2 872 2 921 15 269 14 064 2008 299 299 7 389 7 652 45 298 35 787 2009 361 361 7 207 8 329 38 756 37 314 2010 549 549 18 303 19 764 88 058 94 663 2011 539 539 25 082 23 393 118 371 113 900 2012 613 613 25 752 27 772 150 676 125 692 Sumber : Laporan Bandara Tampa Padang

Peningkatan jumlah penerbangan tentunya berdampak terhadap jumlah penumpang baik yang tiba maupun berangkat serta jumlah bagasi. Jumlah penumpang yang tiba dan berangkat pada tahun 2007 masing-masing sebanyak 2.872 dan 2.921 penumpang. Sementara itu pada tahun 2012 meningkat menjadi 25.752 dan 27.772 penumpang, meningkat 8 hingga 9 kali lipat dibanding tahun 2007. Untuk jumlah bagasi yang dibongkar dan dimuat masing-masing pada tahun 2007 sebesar 15269 dan 14.064 ton dan pada tahun 2012 sebanyak 150.676 dan 125.692 ton. 6.3 Angkutan Laut

Sulawesi Barat yang notabene terletak di pesisir pantai merupakan sebuah aset strategis dalam mendorong peningkatan perekonomian melalui transportasi laut. Di Sulawesi Barat terdapat empat pelabuhan yang masing-masing berada di Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali Mandar, dan dua pelabuhan di Kabupaten Mamuju. Sementara

102 PERHUBUNGAN

itu jenis pelayaran laut yang diselenggarakan diantaranya adalah pelayaran nasional, pelayaran rakyat, non pelayaran dan pelayaran luar negeri.

Tabel 6.4

Aktivitas Pelayaran Pelabuhan Menurut Jenis Pelayaran di Sulawesi Barat Tahun 2007-2012

Tahun Nasional + Umum Pelayaran Non Pelayaran Rakyat Negeri Luar Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 2007 89 1 102 1 131 7 2 329 2008 46 1 225 1 031 10 2 312 2009 41 1 680 869 43 2 633 2010 67 1 281 839 19 2 206 2011 151 697 1 304 0 2 152 2012 178 812 1 444 0 2 434

Sumber : Laporan Simoppel Se-Sulawesi Barat

Pada periode 2007-2012, aktivitas pelabuhan mengalami perkembangan yang berfluktuatif, hal ini terlihat dari frekuensi kunjungan kapal (pelayaran). Pada tahun 2007 frekuensi kunjungan kapal sebesar 2.329 kunjungan. Kemudian pada tahun 2008 mengalami penurunan frekuensi hingga 17 kali pelayaran menjadi 2.312 kunjungan dan naik lagi menjadi 2.633 kunjungan pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2010 turun menjadi 2.206 kunjungan demikian juga pada tahun 2011 turun menjadi 2.152 kunjungan. Menurunnya jumlah kunjungan kapal di tahun 2011 ini, disebabkan oleh berkurangnya jumlah non pelayaran yang berkisar 45,59 persen atau sekitar 584 kunjungan kapal. Selain aktifitas non pelayaran yang menurun, pelayaran luar negeri juga mengalami

PERHUBUNGAN 103 penurunan. Kondisi terakhir tahun 2012 mencatat adanya peningkatan pelayaran sebesar 13,10 persen atau 282 pelayaran dibanding tahun 2011, sehingga jumlah pelayarannya menjadi 2.434 kali.

Grafik 6.1

Aktivitas Penumpang Pelabuhan (Orang) di Sulawesi Barat Tahun 2008-2012

2 9.6 88 3 5.1 95 3 4.7 00 3 0.0 49 2 8.3 80 3 4. 75 0 2 4.9 67 2 5.2 10 3 1.2 19 2 6.1 01 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 2008 2009 2010 2011 2012 (Orang) Tahun

Jumlah Penumpang Naik Jumlah Penumpang Turun Sumber : Laporan Simoppel Se-Sulawesi Barat

Jumlah kunjungan kapal yang berfluktuasi berdampak terhadap jumlah penumpang yang naik dan turun di pelabuhan. Pada kurun waktu 2007-2011, jumlah penumpang yang turun cenderung lebih banyak dibanding penumpang yang berangkat kecuali di tahun 2009-2010. Pada tahun 2011, jumlah penumpang yang berangkat dan turun masing-masing 30.049 orang dan 31.219 orang. Sedangkan tahun 2012 jumlah penumpang yg berangkat lebih besar sekitar 28.380 jiwa dibanding penupang yang datang tercatat 26.101 jiwa.

104 PERHUBUNGAN

Selain melayani penumpang, juga tampak aktivitas bongkar muat berbagai jenis barang di pelabuhan di Sulawesi Barat. Barang yang dimuat dan dibongkar di pelabuhan cukup beragam dan bervariasi. Komoditi unggulan yang banyak dimuat kapal di Sulawesi Barat pada tahun 2011 diantaranya adalah cernel dan CPO yang mencapai 376.470 ton, jumlah ini meningkat dari tahun 2010 yang hanya 245.877 ton dan pada tahun 2012 tercatat 559.312 ton atau naik 48,57 persen.

6.4 Komunikasi

Sub sektor komunikasi merupakan salah satu katalisator penggerak pembangunan suatu daerah. Komunikasi yang lancar akan mempermudah proses terselenggarakanya kegiatan-kegiatan ekonomi. Transaksi perdagangan akan terjadi dengan cepat tanpa memerlukan waktu yang lama sehingga margin perdagangan dapat dimaksimalkan. Sementara dari produsen akan memiliki banyak sumber informasi terkait bagaimana meningkatkan produksi usaha, dan lain sebagainya.

Sub sektor komunikasi di Sulawesi Barat tampaknya memiliki prospek yang cukup cerah. Hal ini sangat dimaklumi mengingat beberapa tahun sebelumnya Sulawesi Barat merupakan daerah yang cukup tertinggal dalam pembangunan. Seiring dengan perkembangan sub sektor transportasi, daerah yang dahulunya sulit terjangkau kini secara psikologis menjadi mudah dan dekat untuk dijangkau. Peningkatan sub sektor komunikasi di Sulawesi Barat juga tercermin dari nilai tambah yang tercipta yang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, NTB sub sektor komunikasi mencapai 56,87 miliar rupiah naik menjadi 77,73 miliar pada tahun 2012 setelah bertengger pada posisi 70,30 miliar rupiah di

PERHUBUNGAN 105 tahun 2011. Keseriusan pengembangan sub sektor komunikasi di Sulawesi Barat tercermin dari pengelola broadband celluler dengan terus menambah kapasitas jangkauan signal melalui pembangunan base

transeiver station (BTS).

Tabel 6.5

Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Seluler dan Jumlah Ibukota Kecamatan yang Terjangkau Signal Seluler,

2011-2012

Kabupaten

Persentase Ruta Yang Memiliki HP

Ibukota Kec. Yang Terjangkau Signal HP 2011 2012 2011 2012 (1) (2) (3) (4) (5) Majene 72,47 80,11 7 7 Polewali Mandar 72,13 77,70 13 14 Mamasa 39,55 43,17 11 11 Mamuju 71,95 79,39 11 14 Mamuju Utara 77,06 88,99 10 12 Sulawesi Barat 68,64 75,55 52 58

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat

Meningkatnya jumlah BTS yang dipasang oleh sejumlah provider di Sulawesi Barat berdampak terhadap semakin banyaknya daerah yang dapat dilayani. Pada tahun 2011, jumlah ibukota kecamatan yang terjangkau oleh signal seluler mencapai 52 ibukota kecamatan. Jumlah ini mengalami peningkatan menjadi 58 ibukota kecamatan pada tahun 2012. Peningkatan keterjangkauan signal ini berdampak terhadap peningkatan jumlah rumah tangga yang memiliki/menguasai telepon seluler/HP dengan ragam metek dan type. Pada tahun 2012, persentase rumah tangga di

Dokumen terkait