• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pentahbisan Yasa dan Buddha Memulai Misinya. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Pentahbisan Yasa dan

Buddha Memulai Misinya

Pariyatti Sāsana Yunior 2

(2)

Anattalakkhaṇa Sutta (S 3:67)

“Sutta tentang Karakteristik Bukan-diri” dibabarkan 5 hari setelah kotbah pertama. Pañcakkhandha bukan “Diri”

Menyebabkan penderitaan dan berada diluar kendali kita. Anicca - Dukkha - Anatta

Apakah layak untuk dianggap sbg ‘Ini milikku’ (taṇhā), ‘Ini Aku’ (māna), ‘Ini Diriku’ (diṭṭhi)?

Pancakkhandha di masa-lalu / depan / sekarang /internal / eksternal / kasar / halus / hina / mulia / jauh / dekat harus dilihat sebagai mana adanya dengan

kebijaksanaan benar sebagai: ‘ini bukan milikku’, ‘ini bukan aku’, ‘ini bukan diriku.’ Jijik - bosan - batin terbebaskan: kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada kondisi lagi bagi

‘kelahiran’.

Lima pertapa mencapai tingkat kesucian Arahat. Saṅgha pun ( 6 arahat ) telah terbentuk untuk pertama kalinya.

(3)

Pentahbisan Yasa dan Teman

Siapakah Yasa?

Anak jutawan Benares yang bergelimang kemewahan

seperti halnya Pangeran Siddhattha.

Menyadari bahaya kehidupan, dia pergi ke Isipatana,

tempat dimana Buddha dan 5 pertapa mencapai tingkat

kesucian Arahat. Disana, ia menjadi Sotāpanna setelah

mendengarkan ceramah-bertahap dari Buddha (dāna, sīla,

sagga, kāmādinava, nekkhamma dan 4KM).

Ayahnya (sotāpanna) adalah upāsaka pertama yang

mengambil Tiga Perlindungan (tevācika upāsaka).

(4)

Pentahbisan Yasa dan Teman

Siapakah Yasa?

Menjadi arahat pada saat mendengarkan ceramah Buddha

kepada ayahnya dan dan di-‘ehi bhikkhu upasampada’ dengan:

“Kemarilah, bhikkhu! Dhamma telah sempurna dibabarkan,

jalani kehidupan suci!” (catatan: …sammā dukkhassa antakiriyāya

[untuk mengakhiri penderitaan sampai ke-akarnya] tidak

disebutkan karena pada saat itu Yasa sudah menjadi Arahat].

Pada saat itu ada 7 arahat di bumi ini.

Empat sahabat (Vimala, Subāhu, Pūṇṇajit dan Gavāmpati) dan

50 teman mengikuti jejak Yasa (V 1:17) dan menjadi arahat

setelah mendengarkan Dhamma dari Buddha.

Terdapat 60 arahat di bumi dan saat untuk mengirim misionaris

ke berbagai penjuru pun telah tiba!

(5)

Buddha Memulai Misinya

“Aku terbebaskan, para bhikkhu, dari segala ikatan (sabbapāsehi), baik deva

maupun manusia. Kamu pun, para bhikkhu, terbebaskan dari segala ikatan,

baik deva maupun manusia.

Pergilah, para bhikkhu, untuk kesejahteraan banyak mahluk, untuk

kebahagiaan banyak mahluk, sebagai wujud belas-kasih kepada dunia,

untuk kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan deva dan manusia.

Jangan dua pergi pada jalan yang sama. Ajarkanlah, para bhikkhu, Dhamma

yang baik di awal, baik di tengah, baik di akhir. Perkenalkanlah kehidupan

suci, dalam semangat dan ajarannya, lengkap menyeluruh, murni.

Ada mahluk dengan sedikit debu di matanya yang akan jatuh karena tidak

mendengarkan Dhamma. Ada mahluk yang akan memahami Dhamma.

Saya pun, para bhikkhu, akan pergi menuju Uruvela di Senānigama untuk

membabarkan Dhamma.” (V 1:21)

(6)

Buddha Memulai Misinya

“Kemudian, Māra, si jahat, mendekati bhagavā dan berkata

dalam syair:

“Kamu terikat oleh semua ikatan, baik deva maupun

manusia. Kamu terikat oleh jeratan yang maha besar,

kamu tidak akan bisa lari dariku, pertapa!”

“Aku bebas dari semua ikatan, baik deva maupun manusia.

Aku bebas dari jeratan yang maha besar. Kamu

terkalahkan, si Pembuat-Akhir (antakāta)!”

Kemudian Māra, si jahat, berpikir dalam hati, “Bhagavā

mengetahui aku, Sugata mengetahui aku,” menderita dan

sedih, kemudian (ia) lenyap dari sana. (V 1:21)

(7)

Buddha Memulai Misinya

Dikarenakan keberhasilan misi ini, Buddha

mengijinkan para bhikkhu untuk mentahbiskan

seseorang dengan cara: mencukur rambut,

memakaikan jubah dan mengucapkan Tiga

Perlindungan 3 kali. Model ini adalah bentuk

pentahbisan kedua yang diijinkan oleh Buddha:

(8)

Tiga Puluh Sahabat

Setelah menghabiskan retret-musim-hujanNya yang pertama di Isipatana, Buddha kemudian menuju Uruvelā.

Di tengah jalan, duduk dibawah pohon di hutan ‘katun-sutra’ (kappasika vanasaṇḍa), beliau melihat 30 orang sedang bersenang-senang dengan istrinya, kecuali satu orang yang,

dikarenakan tidak punya istri, menyewa seorang pelacur.

Pada saat para lelaki mengejar pelacur yang melarikan diri sambil membawa barang berharga, mereka bertemu Buddha dan menanyakan apakah Beliau melihat seorang wanita lari melewati daerah ini.

Buddha, “Manakah yang lebih baik, anak muda, mencari seorang wanita atau mencari diri-sendiri (attānaṃ gaveseyyātha).

Mereka menjawab,”Lebih baik mencari diri-sendiri.”

Setelah mendengarkan Dhamma dari Buddha, mereka semua mencapai “Mata

Dhamma” (dhammacakkhu = istilah yang merujuk pada 3 tingkat kesucian yang terbawah) Buddha mengabulkan permintaan mereka untuk ditahbiskan. (V 1:24; AA 1:101).

(9)

Jaṭila Menjadi Pengikut Buddha

Jaṭila (pertapa berambut kusut) hidup di Uruvelā:

Kakak-beradik Kassapa: Uruvelā Kassapa bersama 500 murid; Nadī Kassapa bersama 300 murid; Gayā Kassapa bersama 200 murid.

Uruvela Kassapa takjub dengan ‘kesaktian’ Buddha

(3500 keajaiban yang dipertontonkan Buddha sepanjang musim hujan spt: menundukkan nāga, memecah kayu bakar utk upacara, memanaskan pendiangan utk

digunakan setelah mandi di cuaca dingin dll)

Akhirnya mereka semua menjadi bhikkhu, dimulai dari Uruvelā Kassapa dan pengikutnya, dan diikuti berturut-urut oleh adiknya Nadī dan Gayā Kassapa.

Mereka menjadi Arahat setelah Buddha membabarkan Āditta Pariyāya Sutta (V 1:34f).

(10)

Āditta Pariyāya Sutta (S4:20f)

“Khotbah tentang Api”

“Semuanya terbakar oleh keserakahan,

kebencian dan delusi”

Sutta 1 tentang ‘penderitaan dan

lenyapnya” dan Sutta ke-2 adalah

penjabaran dari apa yang disampaikan

secara singkat di Sutta ke-1: ’secara

singkat 5 aggregat yang menjadi objek

kemelekatan adalah penderitaan.’

Sutta ini adalah sutta ke-3, Buddha

mengajarkan tentang realitas

kehidupan yakni 6 indera, 6 objek

inderawi, 6 kesadaran inderawi, 6

kontak dan 3 perasaan yang muncul

sebagai konsekuensinya yang

(11)

Āditta Pariyāya Sutta (S4:20f)

“Khotbah tentang Api”

Sutta ini sangat berkesan buat

para Jaṭila karena mereka adalah

pemuja-api.

Di sutta ini Buddha menganalisa

proses psikologis kemunculan

‘perasaan’ yang tergantung kepada

fenomena yang mendahuluinya.

Penjelasan lebih detil dari Sutta

ke-1: yāyaṃ taṇhā ponobbhavikā

(nafsu-keinginan inilah yang

(12)

Āditta Pariyāya Sutta (S4:20f)

“Khotbah tentang Api”

“Mata, para bhikkhu, terbakar, objek-mata terbakar, kesadaran-objek-mata terbakar, kontak-mata terbakar, dan perasaan

apapun yang muncul sebagai akibat dari kontak-mata —apakah menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral —itu pun juga terbakar.”

“Terbakar oleh apa? Terbakar oleh keserakahan, oleh kebencian, oleh api-delusi; terbakar oleh kelahiran, kelapukan dan kematian; oleh kesedihan,

ratap-tangis, sakit-jasmani, sakit-batin dan keputus-asaan.”

Pemahaman yang sama juga untuk

telinga, hidung, lidah, tubuh, batin dengan objeknya masing2…dst.

(13)

Madhupiṇḍika Sutta (M 1:109-115)

“Khotbah tentang Butir-madu”

Tergantung kepada mata dan objeknya, kesadaran mata muncul.

Pertemuan antara ketiganya disebutk kontak. Dengan kontak sebagai kondisi,

perasaan (muncul).

Apa yang dirasakan, itulah yang dipahami. Apa yang dipahami, itulah

yang dipikirkan. Apa yang dipikirkan, itulah yang membuatnya terbosesi

(papañca:’perkembang-biakan batin’).

Apa yang membuatnya terobsesi, tergantung padanya,

‘gagasan-dan-persepsi berdasarkan papañca’ menjadi kebiasaan dia (dalam menyikapi)

objek mata masa lalu, masa-depan, dan masa-kini yang ‘dikenali’ oleh

kesadaran mata.

Papañca: kecenderungan untuk berimajinasi, terjerat dalam Ego-sentris

‘ini milikku, ini Aku dan ini Diriku’ yang mengaburkan ‘data

asli’ (paramattha dhamma). Sumber: tañhā, diṭṭhi dan māna.

(14)

Āditta Pariyāya Sutta (S4:20f)

“Khotbah tentang Api”

“Melihat yang demikian, para bhikkhu, murid suci yang

terpelajar (sutavā ariyasāvaka) menjadi jijik terhadap mata,

terhadap objek-mata, terhadap kontak-mata, terhadap

perasaan yang muncul sebagai akibat dari kontak-mata”

Demikian pula terhadap ‘telinga’ dst.

“Melalui rasa jijik, dia menjadi tidak-bernafsu. Melalui

tidak-bernafsu, batin dia terbebaskan. Ketika

terbebaskan, muncullah kebijaksanaan, “Saya

terbebaskan!’ Dia mengerti: ‘Kelahiran telah

dihancurkan. Kehidupan suci telah dijalani. Apa yang

harus dikerjakan telah dikerjakan. Tidak ada lagi kondisi

untuk kelahiran.”

Ketika Sutta ini dibabarkan, batin ribuan bhikkhu

terbebaskan dari kekotoran-batin dikarenakan oleh

ketidak-melekatan.

(15)

Benang-Merah 3 Sutta Pertama

Sutta Ke-1

Sutta Ke-2

Sutta Ke-3

Realita:

Ada penderitaan

(Lima agregat obj.

kemelekatan adalah

penderitaan) dan sebab

penderitaan

(nafsu-keinginan).

Solusi:

Penderitaan dipahami,

sebab-penderitaan

ditinggalkan dengan

mengembangkan

JMB8

Realita:

5 agregat bukan-diri,

karena kalau ‘Diri’

maka mereka bisa

diperintahkan sesuai

kehendak kita.

Solusi:

5 agregat (dalam 11

kategori) dilihat dg

kebijaksanaan yang

benar sbg: ‘Ini bukan

milikku’, ‘Ini bukan

Aku’, ‘Ini bukan

Diriku’.

Realita:

• ‘Semua’ terbakar oleh

LDM, kelahiran,

kelapukan dan kematian; kesedihan, ratap-tangis, sakit-jasmani, sakit-batin dan keputus-asaan.

Solusi:

• Melihat yang demikian,

murid suci yang terpelajar menjadi jijik terhadap

‘semua’ —tidak-bernafsu —batin terbebaskan — muncul kebijaksanaan: “Saya terbebaskan!”

(16)

Referensi

Dokumen terkait

- Manajemen personalia mengelola sumber daya manusia yang berkaitan dengan persoalan yang berhubungan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan

Untuk dapat mengenali paper yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia maka kode program tersebut harus disesuaikan dengan cara menambahkan kata-kata

menggunakan cara tertentu. 49 Menurut sugiono sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, maka penelitian.. bisa menggunakan sampel

Pembahasan proses pembelajaran di Museum Batik di Pekalongan bertujuan untuk menentukan teori belajar di museum, sehingga dapat dipahami secara komprehensif edukasi apa yang

entertainment , khususnya di wilayah Tangerang. Sistem ini akan menampilkan tempat-tempat entertainment yang ada di sekitar pengguna tersebut. Supaya pengguna

Pertumbuhan jamur kemudian meluas keseluruh permukaan tubuh larva (Gambar 1). Pengamatan makroskopis dan mikroskopis jamur B.. Editor: Siti Herlinda et. Pertumbuhan

18) Program bantuan operasional kesehatan daerah (BOKDA).. Urusan Wajib Pendidikan dengan program sebagai berikut:. 1) Program Pendidikan Anak

proses penentuan tujuan belajar dapat membantu dalam menentukan kriteria untuk. menilai program pelatihan, mengarahkan pelatih terhadap isu-isu khusus dan