• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu-isu Strategis

Dalam dokumen R E N C A N A S T R A T E G I S (Halaman 35-41)

Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

II.5. Isu-isu Strategis

Isu-isu Strategis yang dapat kita rumuskan berdasarkan kondisi pada saat ini (tahunr 2012) dan kondisi yang diharapkan (tahun 2017), dikelompokkan menurut aspek manajemen meliputi : 1) perencanaan dan evaluasi kinerja, 2) pelaksanaan dan pengendalian, 3) sumber daya manusia, 4) kebijakan pemerintah atau regulasi, dan 5) fenomena aktual pemberdayaan perempuan perlindungan anak dan keluarga berencana.

1. Perencanaan dan evaluasi kinerja a. Perencanaan Umum (Sekretariat)

 Pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia aparatur yang mempunyai kapasitas memadai di bidang pelayanan administrasi perkantoran dan pengelolaan keuangan.

 Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor yang memadai untuk mendukung kelancaran dan efektifitas kegiatan operasional internal organisasi.

 Penyediaan pedoman operasional (standar operasional prosedur) yang mengatur mekanisme kerja antar bidang internal organisasi.

 Penyediaan software system informasi manajemen asset, kepegawaian, dan keuangan, untuk mendukung kelancaran tugas-tugas internal organisasi.

b. Perencanaan Kinerja

 Alokasi anggaran yang cukup untuk mendukung program prioritas bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana yang bersinergi pada kegiatan pemerintah provinsi.

 Pemenuhan Sumber Daya Manusia aparatur perencana dan teknis pelaksana bidang yang professional mutlak diperlukan, guna penerapan ‘gender budgeting’ di seluruh bidang pembangunan, serta terwujudnya sinkronisasi perencanaan pembangunan lingkup pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan KB KS yang komprehensif.

 Ketersediaan statistik data terpilah dan data base kasus setiap sektor terkait untuk masukan perencanaan di seluruh bidang pembangunan, melalui analisis situasi, guna mendorong implementasi strategi PUG, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, peningkatan kualitas hidup perempuan, serta keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

c. Evaluasi Kinerja

 Penyusunan dokumen perencanaan dan pengukuran kinerja kegiatan yang memuat indikator, standar, dan rencana capaian; sehingga dapat diketahui hubungan antara perencanan dengan evaluasi kinerja dengan indicator (out come) seperti : penurunan laju pertumbuhan penduduk, penurunan angka kelahiran (TFR), peningkatan jumlah pasangan usia subur peserta KB aktif, penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta angka vertilitas penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dampak (impact) arah kebijakan yang diharapkan yaitu terwujudnya ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga, terbangunnya nilai perlindungan perempuan dan anak, dan kaitan dengan program lain.

 Perencanaan harus tidak bias gender, bersifat antisipatif, perlu pemantauan dan evaluasi respon (pemahanan, sikap dan perilaku) masyarakat terhadap kebijakan dan realisasi program, untuk masukan kegiatan sosialisasi dan diseminasi pada keluarga dan masyarakat.

2. Pelaksanaan dan Pengendalian

 Kejelasan rumusan program dan kegiatan lingkup pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan keluarga berencana, yang berperspektif gender di masing-masing sektor terkait yang sinkron dan sinergi.

 Perluasan advokasi, sosialisasi, serta publikasi informasi dan edukasi tentang tentang PUG, KHP, PPA, KB, dan KS bagi lintas stakeholders tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

 Upaya mewujudkan kesetaraan gender memerlukan perumusan kebijakan strategis di 3 kelompok bidang, yakni bidang politik, sosial dan budaya (polsosbud); bidang ekonomi, ketenagakerjaan dan lingkungan hidup; serta bidang pendidikan dan kesehatan.

 Pengukuran kinerja kegiatan yang memuat indikator, standar, dan rencana capaian; sehingga dapat diketahui hubungan antara perencanan dengan evaluasi kinerja dengan indikator (out come) seperti : penurunan laju pertumbuhan penduduk, penurunan angka kelahiran (TFR),

18

peningkatan jumlah pasangan usia subur peserta KB aktif, penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta angka vertilitas penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

 Penelitian khusus berkembangnya kasus-kasus dalam masyarakat yang berimplikasi terhadap kesehatan reproduksi dan munculnya permasalahan baru, dan penelitian dan perencanaan kebijakan pemberdayaan perempuan dan kesetaran gender dikaitkan dengan aspek politik, sosial, dan budaya (polsosbud); ekonomi; dan perlindungan perempuan dan anak.

 Mekanisme terpadu pencegahan dan penanganan perlindungan perempuan dan anak

 Koordinasi, sinkronisasi pembinaan, sinergitas, monitoring, dan evaluasi provinsi ke kabupaten/kota 3. Sumber Daya Manusia

Ada 3 (tiga) karakteritik Sumber Daya Manusia yang menjadi kunci dalam rangka peningkatan kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara, yaitu :

 Diperlukan adanya tenaga pengelola administrasi umum, kepegawaian, dan keuangan serta tenaga perencana yang mampu menyusun rencana kegiatan berbasis kinerja dengan optimalisasi anggaran yang tersedia, dan mampu melaksanakan secara profesional dan berbasis pendidikan.

 Untuk penyebarluasan program BPPPAKB Kabupaten Hulu Sungai Utara di masyarakat diperlukan tenaga fasilitator dan tenaga penyuluh yang handal dan profesional dan berbasis pendidikan.

 Efektifnya implementasi program Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan KB sangat ditentukan oleh peran semua stake holder secara terpadu khususnya dalam advokasi dan sosialisasi program PUG, Perlindungan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana/Keluarga Sejahtera.

6. Kebijakan Pemerintah atau Regulasi

 Kebijakan nasional tentang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan KB memerlukan kebijakan pemerintah daerah tentang aturan pelaksanaan sesuai karakteristik kondisi daerah.

 Penetapan kebijakan pemerintah daerah untuk menjamin sinergitas fungsional program nasional dengan program pemerintah daerah, untuk mendapatkan jaminan kepastian hukum bagi pelaksanaannya dan kinerja yang diharapkan, dukungan anggaran dan keberlanjutan program pemberdayaan perempuan, perlindungan dan anak, serta pelembagaan pengarusutamaan gender di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

7. Fenomena Aktual Pemberdayaan Perempuan dan KB

 Adanya fenomena berbagai kasus perempuan, keluarga, remaja dan anak, dapat muncul sebagai dampak kebijakan pemerintah dan atau implikasi dari dinamika perubahan sosial budaya politik dan ekonomi masyarakat.

 Berbagai implementasi kebijakan pemerintah yang tidak antisipatif adalah : kepesertaan KB Laki-laki yang tidak diikuti sosialisasi menyeluruh dan ketersediaan pilihan jenis alat kontrasepsi kurang, belum optimalnya penanganan masalah kasus kekerasan perempuan dan anak; penanganan perlindunga anak dan perempuan masih bersifat parsial-belum terpadu- dan belum ada kerjasama lintas wilayah.

Adanya dinamika perubahan lingkungan sosial budaya ekonomi politik, berimplikasi langsung atau tidak langsung terhadap rendahnya proporsi perempuan yang menduduki jabatan eksekutif, kurang sinerginya kegiatan sesama lembaga terkait, lemahnya koordinasi dan rendahnya aksesibilitas perempuan di bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial budaya, ekonomi, dan hukum, tingginya angka fertilitas penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita.

20

22

BAB IV

Dalam dokumen R E N C A N A S T R A T E G I S (Halaman 35-41)

Dokumen terkait