• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS

BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Isu-isu strategis menjadi salah satu acuan pokok penyusunan kebijakan hingga program dan kegiatan prioritas pembangunan agar pencapaian tujuan pembangunan daerah lebih terstruktur, tepat, dan cepat. Oleh karenanya, diharapkan dengan adanya perumusan isu-isu strategis sebagai salah satu pondasi pengambilan kebijakan pembangunan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja pembangunan daerah agar kesejahteraan masyarakat segera terwujud.

Isu-isu strategis Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian di Provinsi Kalimantan Selatan dirumuskan melalui identifikasi berbagai permasalahan pembangunan daerah, regional, nasional, maupun fenomena internasional yang bersifat strategis dan memiliki pengaruh terhadap agenda pembangunan lima tahun ke depan. Rumusan dari isu strategis tersebut akan mencakup isu internasional, isu nasional, dan isu regional yang saling memiliki hierarki secara langsung. Tenaga kerja merupakan aset berharga dalam peningkatan capaian pembangunan baik dari segi social maupun ekonomi. Perlunya perhatian pemerintah daerah dalam memberdayakan sumber daya manusianya sebagai tenaga kerja yang berdaya saing sangatlah penting karena tenaga kerja merupakan bagian dari subyek pembangunan yang tidak bisa dianggap remeh.

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi

Permasalahan yang sering timbul dalam pembangunan suatu wilayah adalah rendahnya daya saing tenaga kerja sehingga tidak bisa memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada. Rendahnya daya saing tenaga kerja inilah yang akan memberi dampak beruntun pada permasalahan pembangunan berikutnya seperti pendapatan rendah, kemiskinan, hingga pengangguran.

Pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan memang harus diupayakan secara sadar, sungguh - sungguh dan terencana. Karenanya, harusnya tidak lagi mengandalkan ketersediaan tenaga kerja yang banyak dengan upah murahnya dalam penyelesaian permasalahan ketenagakerjaan seperti penganggur terbuka dan setengah penganggur. Penyelesaian hanya dari satu sisi saja akan berpotensi menciptakan permasalahan baru yang lebih kompleks seperti permasalahan perselisihan hubungan industrial, jaminan sosial, pengawasan ketenagakerjaan dan dampaknya belum menciptakan kondisi ketenagakerjaan yang mampu mensejahterakan pekerja dan keluarganya pada khususnya serta kondisi masyarakat yang adil dan sekaligus makmur tanpa kesenjangan yang terlalu besar. Untuk itu, terkait dengan perkembangan perekonomian terkini, sudah selayaknya jika upaya penyelesaian yang ada justru dengan ‘memahami’ kebutuhan pasar kerja sehingga mampu menciptakan kesempatan kerja yang seluasnya berikut bagaimana menyediakan tenaga kerja yang memiliki spesifikasi sesuai kebutuhan tersebut. Dan karena pembangunan ketenagakerjaan tidak mungkin lepas dari kondisi perekonomian yang ada, terutama kondisi perekonomian sektor lapangan usaha, maka perkembangan laju pertumbuhan ekonomi

40 sektor lapangan usaha juga harus dicermati, kemudian dengan koordinasi bersama instansi pembina sektor lapangan usaha tersebut ditindaklanjuti dengan target serta program yang mendukung penciptaan kesempatan kerja pada sektor tersebut bersamaan dengan karakteristik dasar tenaga kerjanya.

Penganggur merupakan indikator yang sederhana untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaan dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja yang sangat besar. Namun masalah lainnya yang juga sangat penting adalah setengah penganggur yang didefinisikan sebagai orang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu. Setengah penganggur ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain banyaknya orang yang terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal karena iklim usaha yang kurang kondusif, misalnya karena perusahaan terpaksa mengurangi jumlah produksi karena berkurangnya order yang masuk sebagai dampak melemahnya daya beli masyarakat. Kedua konsep ini sangat berbeda, karena penganggur adalah jumlah orang yang mencari pekerjaan sedangkan setengah penganggur menggunakan pendekatan jam kerja.

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Provinsi Kalimantan Selatan secara umum cenderung meningkat, meskipun peningkatannya relatif kecil. Hal ini dipengaruhi oleh semakin meningkatnya angkatan kerja serta tingkat kebutuhan hidup masyarakat di Kalimantan Selatan.

Tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2014 sebagian besar adalah bekerja pada sektor jasa (44,28%) dimana sebagian besar berstatus buruh atau karyawan pada sektor tersebut. Sedangkan pada sektor kemiskinan yang mencapai 40,22 persen tenaga kerja, sebagian besar berstatus pekerja tak dibayar dan berusaha namun dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya kualitas dan daya saing tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Selatan mengingat masih tingginya tenaga kerja yang bekerja namun tak dibayar maupun tenaga lepas.

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Provinsi Kalimantan Selatan, Tahun 2015- Februari 2017

Status Pekerjaan Utama Februari

2015 Februari 2016 Februari 2017 Berusaha sendiri 19,68 20,54 22,40

Berusaha dibantu buruh tidak tetap / buruh tidak dibayar 20,06 19,21 16,04 Berusaha dibantu buruh tetap / buruh dibayar 2,68 3,45 2,63

Buruh / karyawan / Pegawai 32,25 33,90 34,11

Pekerja Bebas 4,97 5,58 5,10

Pekerja Tak dibayar 20,36 17,32 17,72

Pekerja Sektor Formal 34,93 37,35 36,74

Pekerja Sektor Informal 65,07 62,65 63,26

Total 100,00 100,00 100,00

41 Salah satu indikasi rendahnya daya saing maupun kualitas tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Selatan adalah variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan. Di Provinsi Kalimantan Selatan, penduduk bekerja hanya memiliki ijazah Sekolah Dasar mencapai 33,42 persen dan bahkan sebanyak 19,01 persen tidak pernah sekolah atau tidak tamat Sekolah Dasar. Hal ini harus menjadi perhatian penting bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi beserta Lintas sector terkait agar peningkatan kualitas tenaga kerja dioptimalkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal sehingga kualitas dan daya saing tenaga kerja dapat meningkat.

Status pekerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan untuk kategori informal memiliki prosentase yang lebih besar dibandingkan dengan kategori formal. Hal ini karena walaupun untuk proporsi terbesar adalah pada status pekerjaan buruh/karyawan/pegawai yang tergolong formal, namun karena proporsi para pengusahanya (berusaha dengan buruh tetap/dibayar) tergolong kecil. Dengan demikian guna meningkatkan status kerja formal yang lebih terjamin dari sisi jaminan kerja dan remunerasinya perlu ditingkatkan jumlah pengusaha maupun pekerja di Provinsi Kalimantan Selatan. Jumlah yang besar dari pengusaha akan memberi dampak luas bagi penciptaan kesempatan kerja sektor formal. Sehingga diharapkan kesejahteraan dan jaminan pekerjaan dari pekerja di Provinsi Kalimantan Selatan akan semakin baik.

Sedangkan permasalahan terbesar dalam bidang Ketansmigrasian adalah susahnya mendapatkan lahan-lahan lokasi Unit Permukiman Transmigrasi, karena kalah bersaing dengan kewenangan lain yang lebih menguntungkan bagi Pemerintah Daerah seperti kewenangan untuk menjadi lahan perkebunan, lahan kehutanan, bahkan lahan pertambangan batubara. Meskipun minat masyarakat untuk bertransmigrasi masih besar, namun tidak didukung ketersediaan lokasi maupun anggaran pusat maupun daerah.

Dalam hal pengembangan dan pemberdayaan lokasi eks. Transmigrasi atau Lokasi Transmigrasi yang telah di serahkan pada Pemerintah Daerah terkendala sumber dana dan data serta informasi, karena telah terjadi mutasi pejabat dan kurang teradministrasinya data penempatan dan data lokasi yang sekarang telah berubah menjadi desa.

Lokasi eks. Transmigrasi yang telah menjadi desa itupun sebagian masih mengalami masalah tidak terinventarisirnya kepemilikan tanah lahan pekarangan maupun lahan usaha, sehingga hampir sebagian besar warga transmgrasi yang telah bertempat tinggal di lokasi tersebut belum memiliki legalitas kepemilikan lahan berupa sertifikat.

42

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kegiatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Dokumen terkait