• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Potensi Masalah

4.1.1.1 Identifikasi Permasalahan

Identifikasi permasalahan untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada, diawali dengan pengumpulan data melalui teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah, guru dan beberapa siswa, sedangkan observasi dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh akan dianalisis sebagai dasar pembuatan kuesioner. Hasil dari

triangulasi data wawancara, observasi dan kuesioner akan menjadi analisis kebutuhan untuk menentukan potensi dan masalah.

4.1.1.1.1 Hasil Wawancara

Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara tidak berstruktur. Wawancara tak berstruktur memungkinkan peneliti mengali lebih dalam mengenai informasi subjek yang diteliti (Sugiyono, 2014: 320). Subjek yang diteliti antara lain kepala sekolah, guru dan siswa. Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru dan siswa SD BOPKRI Gondolayu. Berikut ini merupakan kisi-kisi pertanyaan yang diajukan dalam wawancara kepala sekolah.

Tabel 4.1 Kisi-kisi pertanyaan wawancara kepala sekolah

No Topik Pertanyaan

1. Informasi berkaitan dengan sekolah

2. Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain:

a. Alat peraga matematika yang sudah ada di sekolah

b. Pengadaan alat peraga matematika di sekolah

c. Perawatan alat peraga matematika di sekolah

d. Penggunaan alat peraga matematika dalam pembelajaran

3. Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah

Hasil wawancara kepala sekolah menunjukkan bahwa sekolah belum mempunyai alat peraga matematika yang lengkap dalam proses pembelajaran. Alat peraga yang dimiliki sekolahan masih terbatas untuk pembelajaran matematika. Alat peraga yang banyak dimiliki sekolah berkaitan dengan mata pelajaran IPA. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaranpun tergantung guru kelas. Guru kelas dalam situasi ini banyak berperan dalam mengetahui kebutuhan siswa maupun pembelajaran di kelas. Proses pelaksanaan dalam pembelajaran

guru kelas yang memegang kendali, apakah akan menggunakan alat peraga atau tidak. Sekolah SD BOPKRI Godolayu sudah pernah dilakukan penelitian mengenai alat peraga matematika pada tahun 2013. Hasilnya siswa, guru dan sekolah sangat terbantu dengan ada penelitian ini. Prestasi siswa meningkat dan guru mendapat sumber refrensi mengenai alat peraga matematika dari penelitian tersebut. Selain itu berikut ini adalah kisi-kisi pertanyaan yang diajukan untuk wawancara guru.

Tabel 4.2 Kisi-kisi pertanyaan wawancara guru

No Topik Pertanyaan

1. Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain:

a. Alat peraga matematika yang dimiliki oleh kelas

b. Penggunaan alat peraga matematika dalam pembelajaran

c. Pengadaan alat peraga matematika oleh guru

2. Kesulitan yang dialami guru dalam penggunaan alat peraga matematika

3. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika

4. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di atas

Penggunaan alat peraga matematika dalam pembelajaran dikelas menurut hasil wawancara terhadap guru kelas menunjukkan bahwa belum banyaknya intensitas penggunaannya. Kebanyakan guru menjelaskan materi secara langsung. Guru mengatakan bahwa banyak materi yang sudah cukup dijelaskan tanpa menggunaakan alat peraga. Selain itu guru sulit untuk mengadakan alat peraga karena keterbatasan waktu dan biaya. Ada beberapa materi dalam pembelajaran matematika guru menggunakan alat peraga. Alat peraga yang banyak digunakan adalah bangun datar dan ruang. Kelemahan dalam penggunaan alat peraga oleh guru adalah siswa tidak banyak berpartisipasi aktif dalam penggunaan alat peraga tersebut. Kurangnya alat peraga yang dimiliki membuat guru kesulitan dalam

menjelaskan materi kepada siswa. Alat peraga yang ada hanya mencakup beberapa materi dan jumlahnya sedikit. Wawancara selanjutnya adalah wawancara siswa. Berikut ini merupakan kisi-kisi pertanyaan untuk siswa dalam wawancara yang dilakukan peneliti.

Tabel 4.3 Kisi-kisi pertanyaan wawancara siswa

No Topik Pertanyaan

1. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika

2. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika

3. Tanggapan terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan alat peraga.

Tanggapan siswa dalam wawancara yang dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran guru pernah menggunakan alat peraga, tetapi penggunaannya tidak maksimal. Alat peraga yang ada hanya sebatas penggaris, bangun datar dan bangun ruang. Penggunaannyapun siswa tidak diberi kesempatan untuk mencobanya. Pembelajaran dalam situasi ini siswa kesulitan dalam memahami materi yang lebih abstrak. Hasil dari pengumpulan data melalui wawancara guru dan siswa, peneliti menemukan perbedaan informasi dari kedua sumber tersebut. Perbedaan data mengenai penggunaan alat peraga dan kebutuhan akan alat peraga dalam pembelajaran. Hasil dari data tersebut, peneliti menemukan kesamaan kebutuhan antara guru dan siswa, yaitu kebutuhan akan alat peraga untuk membantu memahami materi dalam proses pembelajaran.

4.1.1.1.2 Hasil Observasi

Peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar 3.1 Mengenal konsep perpangkatan dan penarikan akar bilangan pangkat dua dan bilangan pangkat tiga sederhana. Observasi dimulai dari

awal hingga akhir pembelajaran. Pengamatan berdasarkan pada kisi-kisi observasi, sehingga pengumpulan data akan sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini adalah kisi-kisi observasi pembelajaran di kelas.

Tabel 4.4 Kisi-kisi observasi

No.

Item Kisi-Kisi Observasi Objek yang Diamati

1. Ketersediaan alat peraga matematika

di kelas

Adanya alat peraga yang di display untuk pembelajaran matematika di kelas.

2. Penggunaan alat peraga dalam

pembelajaran matematika di kelas

Guru menggunakan alat peraga selama pembelajaran matematika di kelas

untuk menjelaskan materi

pembelajaran.

3. Kesulitan belajar yang dialami siswa

dalam pembelajaran matematika

Siswa mengalami kesulitan

pemahaman materi dalam pembelajaran matematika di kelas.

4. Cara penggunaan alat peraga

matematika di kelas

Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga matematika kepada siswa.

Hasil dari observasi tersebut menunjukkan masih banyak siswa yang kesulitan dalam memahami konsep perpangkatan dan penarikan akar. Guru tidak menggunakan alat peraga dalam menjelaskan konsep pada materi, sehingga siswa kurang memahaminya. Ketersediaan alat peraga matematika belum banyak yang berada di kelas. Alat peraga yang ada berupa benda-benda untuk materi bangun datar dan ruang. Pengunaan alat peraga yang adapun jarang digunakan dalam proses pembelajaran. Situasi yang terjadi adalah siswa pasif dan guru lebih dominan dalam proses pembelajaran. Hasil data yang diperoleh peneliti menunjukkan kebutuhan akan alat peraga dalam pembelajaran sangat tinggi. Siswa berharap ada alat peraga yang membantu untuk memahami materi.

Dokumen terkait