• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENERAPAN METODE BIMBINGAN DALAM MENINGKAT-

A. Identifikasi Subyek

1. Solhannuddin (Pimpinan Panti Sosial Asuhan Rabbani)

Solhannuddin adalah lulusan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Perbandingan Mazhab Hukum (PMH) Fakultas Syariah dan Hukum. Sebelumnya dia mengenyam pendidikan Sekolah Dasar Negeri I (SDN I) Pekon Susuk Kelumbayan Lampung, MTs Islamiyah Kelumbayan Lampung dan MA Al-Khairiyah Tegal Buntu Ciwandan Cilegon Banten.

Selama menjadi mahasiswa dan sampai sekarang, dia aktif di berbagai kegiatan seperti: dia pernah menjadi pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pengurus Himpunan Qari Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dari tahun 1998 menjadi pimpinan Panti Sosial Asuhan Rabbani.

Solhannuddin adalah pimpinan Panti Sosial Asuhan Rabbani, yang bergabung pada tahun 1997 bersama temannya. Karena dia ingin mengabdikan diri untuk mengamalkan ilmu yang ada sambil belajar di bangku kuliah, serta ingin menyelamatkan generasi penerus bangsa yang berada di Panti Sosial Asuhan

Rabbani. Sampai sekarang, Solhannuddin terus melakukan kegiatan sosial terutama untuk mereka yang benar-benar membutuhkan.. Banyak program pendidikan yang ditingkatkan, namun dalam materi pendidikan selain pelajaran-pelajaran agama, mereka lebih menekankan pada materi pendidikan menghafal Al-Qur’an (Tahfidzul Qur’an).51

2. Jefriadi (Pembimbing Agama Panti Sosial Asuhan Rabbani)

Jefriadi adalah seorang pembimbing Agama di Panti Sosial Asuhan Rabbani. Sewaktu kecil dia sekolah di SDN 017 Tanjung Rambutan, Kampar Riau. Setelah lulus dia meneruskan ke MTs Tarbiyah Islamiah, Batu Belah, Kampar Riau, kemudian dia melanjutkan ke Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Pondok Pesantren Islamic Center, Al-Hidayah Kampar Riau, lalu meneruskan S-1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

Pada saat kuliah dia aktif diberbagai kegiatan dan organisasi diantaranya adalah dibidang dakwah pada Lembaga Dakwah Kampus (LDK), bidang kesenian Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.52

Jefriadi adalah salah satu pembimbing Agama sekaligus pengasuh di Panti Sosial Asuhan Rabbani. Karena dia ingin sekali membantu dan mengangkat derajat anak-anak yatim piatu, fakir miskin dan anak-anak terlantar di mata masyarakat. Sampai sekarang dia masih terus aktif melakukakan tugasnya

51

Solhannuddin, Pimpinan Panti Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor, Wawancara Pribadi, Bogor, 03 April 2008.

52

Jefriadi, Pengasuh Panti Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor, Wawancara Pribadi, Bogor, 28 Mei 2008.

membantu anak-anak panti terutama dalam hal pendidikan. Serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari Pondok Pesantren.

3. Perjalanan Hidup R (Anak Panti)

R adalah anak kedua dari enam bersaudara. Ayah R adalah seorang petani sedangkan Ibu R adalah seorang ibu rumah tangga. R mempunyai satu orang kakak dan empat adik yang sampai saat ini masih sekolah. Keluarga R adalah termasuk keluarga yang mampu dibandingkan dengan keluarga yang lain, yang berada di daerah rumahnya. Namun sayang, ketika kelas 3 Mts tepatnya R sudah menginjak masa pubertas, dalam kesehariannya R salah dalam bergaul. Sampai-sampai R melakukan perbuatan yang telah dilarang oleh norma-norma agama dan hukum. Perbuatan itu pun telah diketahui oleh kedua orang tuanya, yang akhirnya R dimasukkan oleh orang tuanya ke Pondok Pesantren Al-Hidayah Pandegelang.

Di Pondok Pesantren tersebut ternyata sama sekali tidak mempengaruhi akhlaq atau sikap R. R pun tetap saja tidak berubah dan tetap masih melakukan perbuatan yang keji. Di Pondok Pesantren tersebut R hanya sampai tujuh bulan dan kemudian dipindahkan ke Pondok Pesantren Al-Hidayah Cibeber Banten. Di Pondok Pesantren itu R pun masih tetap belum berubah, masih melakukan hal yang serupa, singkatnya di Pondok Pesantren itu R hanya sampai empat bulan.

Melihat perlakuan R, orangtua R sangat terpukul, sedih dan sakit hati atas perlakuan R. Sampai-sampai orang tua R sudah tidak sanggup dan tidak mau lagi mengurusi R. Tak lama kemudian Ibu R bertemu dengan orang tua dari temannya R, yaitu H. Dari situlah orang tua R berkeluh kesah menceritakan isi hati dan tentang anaknya. Mendengar keluhan dari orang tua R, orang tua H pun

mengusulkan agar R dimasukan ke Panti atau Pesantren Rabbani yang tepatnya berada di daerah Parung Bogor.

Dengan alasan di Panti tersebut dipimpin oleh salah seorang dari tetangganya yang tidak jauh dari rumah R. Mendengar info tersebut, Ibu R mengiyakan usulan itu kemudian membicarakan kepada ayah R. Ayah R pun setuju kemudian kedua orang tua R segera memberitahukan kepada R bahwa nanti akan di masukkan ke Panti atau Pesantren Rabbani di daerah Parung Bogor. R pun menurutinya, akan tetapi ketika di sana nanti keinginan R hanya ingin mondok saja, belum mau disekolahkan.entah apa alasannya?.

Orang tuanya pun menuruti permintaan R, karena yang penting bagi mereka adalah R harus berubah dahulu untuk menjadi orang yang baik. Setelah itu, untuk memasukkan R ke Panti, Ibu R mengirim surat kepada pimpinan Panti tersebut untuk meminta izin agar R bisa diterima di Panti Rabbani. Setelah mengetahui dari kepribadian R, pimpinan Panti sempat menolak karena melihat R yang usianya sudah tidak pantas lagi untuk tinggal di Panti dan khawatir kehadirannya R di Panti bisa mempengaruhi anak-anak yang lain. Akan tetapi Ibu R pun masih terus berusaha mempertahankan niatnya dan berkata kepada pimpinan Panti, “tolong Pak anak saya bisa diterima di sini, mungkin untuk permulaan hanya beberapa bulan saja dulu anak saya tinggal di sini dan anak saya keinginannya pun hanya ingin mondok saja, belum mau disekolahkan”.53

Melihat usaha Ibu R yang keras, akhirnya pimpinan Panti bisa menerima R untuk tinggal di Panti Rabbani dengan syarat, R harus mentaati segala

53

Wawancara Pribadi dengan R, Anak Panti Sosial Asuhan Rabbani, Bogor, 28 Mei 2008.

peraturan yang ada di Panti dan apabila R melanggar atau melakukan sesuatu yang tidak semestinya, maka saya akan mengembalikan R kepada Ibu. Ungkap pimpinan Panti kepada Ibu R dan R. Dan untuk kepentingan R dan Panti tersebut, pimpinan Panti meminta kepada Ibu R untuk menginfaqkan sebagian hartanya dengan tiap bulan 200.000,00 dan Ibu R pun langsung menyetujuinya.

Beberapa hari berjalan R merasa banyak perubahan pada dirinya. R yang tadinya sangat nakal dan brutal, kini R sangat sopan pada setiap orang dan lebih taat beribadah dengan mengerjakan shalat lima waktu, puasa senin kamis dan selalu menuruti atau mendengarkan tausyiah-tausyiah dan bimbingan yang diberikan oleh pimpinan atau pembina Panti. Lebih-lebih kini R telah menghafal Al-Qur’an 3 Juz dan dapat membacakan Al-Qur’an dengan lagu atau suara yang indah.

Dan R yang pada mulanya tinggal di Panti hanya ingin mondok saja, akhirnya R mempunyai keinginan untuk melanjutkan sekolahnya. Karena R merasa masih banyak kekurangan pada dirinya, terutama dalam ilmu pengetahuan. Akhirnya R pun bisa merasakan kembali masa sekolahnya dan sampai kini R sudah tingakat Aliyah kelas 3.

Dari situlah R bisa merasakan atau mendapatkan bimbingan-bimbingan yang diberikan oleh para pembina Panti Sosial Asuhan Rabbani dan dari beberapa bimbingan yang diberikan, R lebih menyukai bimbingan secara kelompok atau ceramah.

K adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Bapak K adalah seorang pekerja suruhan, yang biasa dikerjakan adalah sebagai petani dan nelayan. Dengan kata lain pekerjaan Bapak K adalah tidak tetap, bisa dibilang sebagai petani atau nelayan, dan itu pun kalau ada orang lain yang menyuruh untuk memperkerjakannya. Sedangkan Ibu K adalah seorang ibu rumah tangga, K mempunyai satu kakak dan satu adik yang saat ini masih balita.

Keluarga K adalah termasuk keluarga yang tidak mampu, dengan penghasilan yang tidak tetap, namun sebagai kepala keluarga Bapak K tetap berusaha untuk menghidupkan keluarganya, berbagai cara pun dilakukannya, dengan mencari pekerjaan lain bila pekerjaan sebelumnya telah usai. Begitu juga dengan Ibu K yang selalu menginginkan anaknya bahagia dan memiliki masa depan yang cerah, samapi-sampai Ibu K bernadzar atau menginginkan sekali agar K masuk ke Pesantren. Waktu itu K belum tau apa alasan Ibunya, yang K tau Ibunya ingin sekali K masuk Pesantren.54

Tepat setelah K lulus SD, akhirnya keinginan Ibunya terkabuli agar K bisa masuk Pesantren. Ibu K dan K langsung didatangi oleh pimpinan Panti untuk menawari K tinggal di Pantinya yaitu Panti Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor, yang kebetulan antara keluarga pimpinan Panti dengan keluarga K sama-sama tinggal di satu daerah.

Tanpa berpikir panjang Ibu K langsung mengiyakan tawaran pimpinan Panti tersebut. Dan tepatnya tahun 2004 K tinggal di Panti, dan mulai menjalani kehidupannya yang baru. Walaupun jauh dari keluarga, K merasa senang tinggal

54

Wawancara Pribadi dengan K, Anak Panti Sosial Asuhan Rabbani, Bogor, 11 Juni 2008.

di Panti tersebut karena semua kebutuhannya dapat terpenuhi dan yang lebih penting lagi K dapat meneruskan kembali sekolahnya ke tingkat Mts dan SMK yang sekarang ini sedang duduk di kelas 1.

Semua kegiatan-kegiatan atau aturan yang berada di Panti telah dikuti dan dilaksanakan dengan baik. Kini K menjadi lebih baik tinggal di Panti, K lebih taat pada agama dan bisa merasakan dekat kepada Allah SWT, tau mana yang baik dan yang buruk, dan kini K pun sudah dapat menghafal Al-Qur’an 3 Juz.

Di Panti itulah K dapat memperoleh ilmu agama dan bimbingan-bimbingan yang diberikan oleh para pembina Panti Sosial Asuhan Rabbani. 5. Perjalanan Hidup I (Anak Panti)

I adalah anak keempat dari enam bersaudara. Kakak I ada yang masih sekolah dan ada juga yang sudah kerja. Kedua orang tua I sampai saat ini masih ada, dan mereka sekarang tinggal di Lampung. Ayah I adalah seorang petani, sedangkan Ibu I adalah seorang ibu rumah tangga. I mempunyai satu orang kakak yaitu P yang sampai saat ini juga menjadi anak asuh di Panti Sosial Asuhan Rabbani, namun kini P menjadi anak asuh non Panti karena P sekolahnya di daerah Cilegon Banten dan di sana P tinggal bersama teman-temannya yang juga menjadi anak asuh non Panti, sedangkan I saat ini masih tinggal di asrama Panti.

Sebab pada saat I lulus SMP, Ayah I perlahan-lahan usaha yang selama ini dirintis mengalami kemunduran. Dan Ayah I pun bingung untuk membiayai I meneruskan sekolahnya, dan merasa sudah tidak sanggup lagi. Dan pada akhirnya

I diajak atau ditawari untuk tinggal di Panti oleh seorang Ibu atau tetangganya yang kebetulan anaknya menjadi pimpinan di Panti tersebut.55

Tanpa berpikir panjang, awalnya I mau dan menurutinya karena Ayah I pun sangat setuju agar I tinggal di Panti saja biar sama-sama dengan kakaknya. Kata Ayahnya. Tahun 2006 I masuk Panti dan mulai menyesuaikan diri, lama-kelamaan I pun menjadi suka dan betah tinggal di Panti, karena banyak teman-teman yang baik dengannya, begitu juga dengan pimpinan dan para pembinanya yang penuh perhatian dalam mendidik atau membimbingnya.

Di Panti I banyak memperoleh bimbingan Islam, kini I bisa melaksanakan shalat beserta doanya dengan baik dan benar, I yang tadinya hanya bisa membaca Al-Qur’an saja, kini I tahu hukum-hukum bacaan Al-Qur’an atau tajwid. Selain itu I juga mempunyai hafalan Al-Qur’an yang saat ini masih 1 Juz.

Dari Panti itulah I banyak memperoleh bimbingan, I merasakan banyak perubahan atau perkembangan pada dirinya. Dan kini I tahu bagaimana sikap atau akhlaq seorang Muslim yang baik.

6. Perjalanan Hidup N (Anak Panti)

N adalah anak tunggal. Ibu N sudah meninggal ketika N masih kecil, dan setelah itu N hanya hidup berdua dengan Ayahnya. N sudah kehilangan sosok seorang Ibu yang telah memberikannya kasih sayang dan perhatian yang penuh. Saat itu N bersama Ayahnya hidup dengan serba kekukarangan, Ayah N hanya seorang pekerja suruhan yang penghasilannya tidak tetap dan minim sekali. Akan tetapi Ayah N masih merasa sanggup untuk mengurusi N dan membiayai

55

sekolahnya, sampai-sampai Ayah N rela membanting tulang tiap harinya bekerja mencari uang untuk kehidupannya dan sekolahnya N.

Tepat N lulus SMP, Ayah N mulai sakit-sakitan yang cukup lama. N pun panik dan tidak bisa berbuat apa-apa, akhirnya N meminta tolong kepada kakeknya. Setelah itu N berpikir bahwa sekolahnya hanya berakhir sampai SMP saja dan N sempat berniat untuk menggantikan posisi Ayahnya bekerja mencari uang. Tetapi semua itu tidak diperizinkan oleh kakeknya dan justru kakeknya mengusulkan N untuk masuk Panti saja, yang nantinya kehidupan N akan terurus dan dapat meneruskan kembali sekolahnya.

N akhirnya menuruti usulan kakeknya dan masuk ke Panti yang berada di daerah Parung Bogor yaitu Panti Sosial Asuhan Rabbani, yang kebetulan pimpinan pada Panti tersebut adalah murid kakek waktu di Pengajiannya.56 N mulai menyesuaikan diri dengan teman-temannya dan lingkungan Panti. Lama kelamaan N betah dan senang hidup di Panti, N sangat penurut dengan pembina Panti, semua kegiatan dan bimbingan yang diberikan oleh pembina selalu diikutinya. Kini N rajin beribadah, kadang dalam shalat berjamaah N menjadi imam shalat menggantikan posisi pembinanya yang sedang tidak ada di tempat, selain itu N juga pandai membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang benar dan sampai saat ini sudah menghafal Al-Qur’an 2 juz. Dan N pun sudah meneruskan kembali sekolahnya yang saat ini duduk di kelas 2 Aliyah. Selain materi pendidikan yang didapat dari sekolah, di Panti N juga banyak mendapatkan materi bimbingan seperti Tahfidzul Qur’an, Fiqh, Hadits, B. Arab, Nahwu Shorof, Ilmu

56

Wawancara Pribadi dengan N, Anak Panti Sosial Asuhan Rabbani, Bogor, 17 Juni 2008.

Tajwid, Akhlaq, Sirah Nabawi, Aqidah, Seni Baca Al-Qur’an, Training Dakwah dll.

Dari situlah N banyak memperoleh bimbingan-bimbingan agama dan dapat merasakan dirinya lebih baik dari sebelumnya.

7. Perjalanan Hidup A (Anak Panti)

A adalah anak keempat dari lima bersaudara. Bapak A meninggal saat A usia 5 tahun, Ibu A masih ada, yang saat ini sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus sebagai petani yang menggantikan posisi Bapak A. Kakak A ada yang masih sekolah dan ada juga yang sudah kerja di luar daerah (merantau) yang keberadaannya kini tidak diketahui oleh keluarga, karena kakak A selalu berpindah-pindah kerjanya dan hanya pulang sehari ke rumah. A juga mempunyai adik yang saat ini masih balita. Dua tahun setelah Bapak A meninggal, Ibu A menikah lagi dengan seseorang yang satu daerah dengannya dan juga sebagai petani, karena Ibu A merasa sudah tidak sanggup lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan juga terlalu berat beban yang pikulnya.57

Setelah A lulus SD, A diajak oleh pimpinan Panti Sosial Asuhan Rabbani untuk tinggal di asramanya, kemudian orang tua A pun mendukung karena bagi mereka itu kesempatan emas, anaknya A diasuh, dibimbing dengan ajaran Islam dan juga akan disekolahkan. Dan A pun merasa sangat senang sekali, karena dibandingkan dengan kakak-kakaknya, A yang sangat beruntung. Karena dua orang kakak A pendidikannya hanya lulus SD saja, sedangkan yang satu lagi hanya lulus samapi SMP kemudian cuma masuk pesantren dan tidak sekolah,

57

Wawancara Pribadi dengan A, Anak Panti Sosial Asuhan Rabbani, Bogor, 17 Juni 2008.

karena itu adalah kemauan kakaknya sendiri dengan alasan otak atau pikirannya tidak bisa menangkap pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Kini A sudah sekolah dan sedang duduk di kelas 3 Mts. Di Panti, A juga banyak diajarkan atau diberikan bimbingan-bimbingan oleh para pembina Panti, kini A lebih tahu lagi tentang tata cara shalat dan bacaannya, membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang benar, dan sampai saat ini A mempunyai hafalan Al-Qur’an 2 juz, karena A juga memiliki daya serap yang kuat atau cepat untuk menangkap hafalan-hafalan.

Dari situlah A banyak memperoleh bimbingan-bimbingan agama yang diberikan oleh para Pembina. Dan dari beberapa bimbingan tersebut, A lebih menyukai materi bimbingan Hadits dan Training Dakwah.

B. Penerapan Metode Bimbingan Dalam Meningkatkan Kemampuan

Dokumen terkait