• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI Telosma mosaic virus ASAL NILAM BERDASARKAN RUNUTAN NUKLEOTIDA*)

(Identification of Telosma mosaic virus from Patchouli Plants Based on Nucleotide Sequence)

Abstrak

Tanaman nilam dilaporkan dapat terinfeksi oleh beberapa jenis virus.

Potyvirus merupakan virus yang dominan menyebabkan gejala mosaik pada tanaman nilam dan sampai saat ini sedikitnya sudah dua spesies (Patchouli mottle virus dan Peanut stripe virus) dilaporkan berasosiasi dengan penyakit ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi Potyvirus yang terkait dengan penyakit mosaik pada tanaman nilam di Indonesia. Hasil reaksi positif telah diperoleh dengan menggunakan metode reverse transcriptase-polymerase chain

(RT-PCR) dari ekstrak asam nukleat tanaman nilam bergejala mosaik, menggunakan sepasang primer spesifik yang dapat mengamplifikasi genom

Potyvirus mulai dari gen CP sampai 3‟untranslated region (3‟UTR). Urutan fragmen DNA berukuran 800 bp yang diperoleh dari RT-PCR menegaskan bahwa

Potyvirus berasosiasi dengan penyakit mosaik pada tanaman nilam di Indonesia. Analisa Blast dari sikuen nukleotida hasil RT-PCR memastikan bahwa spesies

Potyvirus tersebut adalah Telosma mosaic virus (TeMV). Berdasarkan analisa sikuen asam amino, TeMV isolat nilam Indonesia tetap masih memperlihatkan daerah konservatif untuk kelompok Potyvirus pada bagian C terminus dari gen CP, yaitu YMPRYG, YAFD/NFYE, QMKAAA, dan ED/NTERH, walaupun variasi antar isolat-isolat tersebut juga ditemukan.

Kata kunci: Nilam, Potyvirus, Telosma mosaic virus, RT-PCR, gen CP.

Abstract

Patchouli plant has been reported could be infected by many viruses.

Potyvirus is the dominant viruses causing mosaic symptoms on patchouli and until now at least two species (Patchouli mottle virus and Peanut stripe virus) have been reported associated with mosaic disease. This study was carried out to characterize the virus associated with mosaic disease on patchouli in Indonesia. Positive results were obtained on reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) of nucleic acid extracts from symptomatic patchouli plants using a pair

of degenerate primers specific for CP gene and 3‟UTR region of Potyvirus. The

sequence of this RT-PCR fragment consisted of 800 bp, confirmed association of a potyvirus with mosaic disease on patchouli plants in Indonesia. Based on Blast analysis of the nucleotide sequence of the RT-PCR, revealed that the species of the Potyvirus is Telosma mosaic virus (TeMV). Based on amino acid sequence, TeMV isolated from patchouli plants in Indonesia showing conservative regions for the Potyvirus group in the C terminus of coat protein gene such as YMPRYG, YAFD/NFYE, QMKAAA, and ED/NTERH, although the variation between them were also found.

Pendahuluan

Berdasarkan uji serologi (pada bab III), ditemukan bahwa virus-virus yang berasosiasi dengan penyakit mosaik pada tanaman nilam di Indonesia didominasi oleh Potyvirus. Spesies Potyvirus yang dominan menginfeksi tanaman nilam belum teridentifikasi sampai saat ini. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi spesies Potyvirus yang menginfeksi tanaman nilam berdasarkan sikuen nukleotida gen CP dan 3‟untranslated region (3‟UTR) genom Potyvirus tersebut.

Potyvirus adalah salah satu genus virus yang terbesar dan sudah diketahui memiliki 111 spesies anggota, 84 diantaranya sudah tercatat di International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) (Fauquet et al. 2005) dan beberapa spesies Potyvirus baru ditemukan setiap tahunnya. Potyvirus adalah salah satu kelompok virus tumbuhan yang penting secara ekonomi, sebagian besar dari mereka ditularkan oleh kutudaun (Ng dan Falk 2006). Potyvirus paling banyak menimbulkan kerugian hasil pertanian dibandingkan dengan virus-virus dari genus yang lainnya. Potyvirus dilaporkan menginfeksi 1 112 spesies tanaman dari 369 genus dan 53 famili tanaman (Gnutova dan Tolkach 1998). Hal ini disebabkan oleh jumlah spesies Potyvirus yang banyak, penyebarannya yang mudah melalui kutudaun secara non-persisten sehingga jadi sulit dikendalikan (Tomaru 1994, Padmavathi et al. 2011), infeksinya menyebabkan penyakit yang serius pada tanaman, baik tanaman monokotil ataupun dikotil (Wang et al. 2000). Anggota kelompok Potyvirus mempunyai partikel yang berbentuk batang, lentur dan tanpa selubung (non-enveloped) dengan ukuran panjang berkisar 680- 900 nm dan diameter 11-15 nm. Materi genetik genom Potyvirus adalah untaian tunggal positif RNA yang panjangnya sekitar 10 kb (tidak termasuk poli-A pada ujung 3‟) yang dikelilingi oleh sekitar 2000 unit coat protein (CP). Pada ujung 5‟ genom Potyvirus terdapat protein VPg yang terikat secara kovalen pada RNA. Genom RNA tersebut terdiri atas satu kerangka baca (open reading frame) yang mengkode satu untaian poliprotein yang besar (340-370kDa) yang ditranslasikan kedalam 10 jenis protein fungsional yaitu protein pertama (P1), helper component protease (HC-Pro), protein ketiga (P3), 6K1, cylindrical inclusion protein (CI), 6K2, small nuclear inclusion protein [(NIa; termasuk domain VPg dan protease (NIa-Pro)], large nuclear inclusion protein (NIb; replicase) dan coat protein (CP) (Adams et al. 2005, Urcuqui-Inchima et al. 2001), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Fungsi ke sepuluh protein Potyvirus dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Taksonomi Potyvirus, sebagai kelompok virus tumbuhan terbesar, sampai saat ini masih sulit dilakukan dengan baik karena besarnya variasi diantara anggota kelompok sehingga sulit membedakan antara strain Potyvirus (Ward dan Shukla 1990). Shukla dan Ward (1988) menggunakan sikuen asam amino CP untuk mempelajari hubungan kekerabatan 17 strain yang berasal dari delapan spesies Potyvirus. Hasil kajian tersebut menunjukkan spesies-spesies yang berbeda mempunyai kesamaan runutan asam amino CP berkisar 38% sampai 71% sedangkan strain-strain dalam spesies virus yang sama memiliki homologi 90% sampai 99%. Frenkel et al. (1989) melaporkan hasil studi homologi runutan

nukleotida 3‟UTR strain-strain dari Watermelon mosaic virus (WMV) dan

Soybean mosaic virus (SMV). Hasil studi tersebut menunjukkan homologi sikuen nukleotida berkisar 39% sampai 53% untuk virus yang berbeda dan berkisar 83% sampai 99% untuk strain dalam jenis virus yang sama.

Tabel 4.1 Fungsi sepuluh protein yang terdapat dalam struktur genom Potyvirus. Protein Fungsi Protein

P1 Proteinase, RNA silencing suppression.

HcPro Penularan melalui kutudaun, perpindahan virus dari sel ke sel, perpindahan jarak jauh, gene silencing suppression.

P3 Perpindahan, replikasi. 6K1 Perpindahan dari sel ke sel.

CI RNA helicase, ATPase, RNA binding, perpindahan. 6K2 Membrane anchor, perpindahan jarak jauh.

VPg Replikasi, NTP binding, RNA binding, perpindahan dari sel ke sel, perpindahan jarak jauh, translation inhibition, gene silencing suppression.

NIa-Pro Protease, DNase.

NIb RNA dependent RNA polymerase (RdRp), replikasi, uridililasi. CP Perpindahan melalui kutudaun, perpindahan dari sel ke sel,

perpindahan jarak jauh, encapsidation of viral RNA, regulation of RNA amplification.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi secara molekular spesies Potyvirus yang berasosiasi dengan penyakit mosaik pada tanaman nilam, (2) menganalisis keragaman genetik Potyvirus penyebab mosaik pada tanaman nilam.

Bahan dan Metode Analisis Sikuen Gen CP

Sikuen gen CP diperoleh melalui tahapan ekstraksi RNA, amplifikasi DNA, dan sikuen DNA. Sampel virus yang digunakan berasal dari tanaman nilam yang dikumpulkan dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jambi.

Ekstraksi RNA. Sebanyak 0.1 g sampel daun tanaman nilam yang terserang Potyvirus dimasukkan kedalam mortar dan tambahkan nitrogen cair, kemudian digerus hingga menjadi tepung; selanjutnya ditambahkan 450 µl bufer ekstraksi (bufer RLT). Sampel digerus sampai lunak, dipindahkan kedalam tabung ependorf (2 ml), kemudian diinkubasi pada penangas air suhu 56ºC selama 10 menit. Sampel dimasukkan ke dalam QIAshredder spin colomn ungu, ditempatkan pada tabung koleksi 2 ml, disentrifugasi pada kecepatan 13 000 rpm selama 2 menit. Supernatan dipipet tanpa menyentuh pelet dalam tabung koleksi, dipindahkan dalam tabung mikro (tabung ependorf) 2 ml baru, ditambahkan 0.5 volume etanol 96% (± 225 µl) dan dicampur sampai homogen. Sampel dimasukan (± 650 µl) ke dalam Rneasy mini colomn pink, ditempatkan pada tabung koleksi 2 ml. Tabung ditutup dengan baik dan disentrifugasi pada 10 000 rpm selama 15 detik. Cairan pada tabung koleksi dibuang, ditambahkan 700 µl bufer RW1 ke dalam Rneasy mini colomn dan tabungnya ditutup dengan baik. Tabung tersebut disentrifugasi pada kecepatan 10 000 rpm selama 15 detik untuk mencuci kolom. Supernatan dipindahkan dari Rneasy colomn ke tabung koleksi baru yang volumenya 2 ml. Ke dalam tabung tersebut dipipet 500 µl bufer RPE dan tabung ditutup dengan baik. Tabung disentrifugasi lagi dengan kecepatan 10 000 rpm selama 15 detik, selanjutnya cairan pada tabung koleksi dibuang. Tabung koleksi

digunakan kembali, ditambahkan 500 µl buffer RPE dan disentrifugasi dengan kecepatan 10 000 rpm selama 2 menit. Untuk menyakinkan bahwa kolom telah kering, maka kolom dipindahkan pada tabung koleksi baru dan disentrifugasi pada kecepatan 10 000 rpm selama 1 menit. Selanjutnyake dalam tabung Rneasy colomn ditambahkan 40 µl Rnase free water dan tabung diinkubasi selama 10 menit. Tabung disentrifugasi dalam kecepatan 10 000 rpm selama 1 menit dan disimpan dalam lemari es suhu -80ºC sampai saatnya digunakan.

Amplifikasi DNA. Total RNA hasil ekstraksi RNA dipakai sebagai

template untuk amplifikasi bagian 3‟ terminal genom Potyvirus (Gambar 4.1). Amplifikasi gen penyandi CP Potyvirus dilakukan dengan teknik RT-PCR menggunakan pasangan degenerate primer CP9502 (5‟- GCGGATCCTTTTTTTTTTTTTTTTT-3‟) yang spesifik untuk bagian ujung 3‟

terminal genom Potyvirus dan CPUP (5‟-

TGAGGATCCTGGTGYATHGARAAYGG-3‟ yang spesifik untuk CP dari genom Potyvirus (Van der Vlugt et al. 1999).

Gambar 4.1 Genom Potyvirus (~ 10 kb). Tanda panah no.1 adalah posisi primer CPUP dan tanda panah no.2 adalah primer CP9502.

Reaksi RT sebanyak 10 µl terdiri dari 3 µl template RNA; 10 mM dNTPs; 1 x buffer RT (150 mM NaCl, 50 mM Tris-HCl [pH 7,6], 0.1 mM EDTA, 1 mM dithiothreitol, 0.1% NP-40 dan 50% glycerol); 300 unit enzim reverse transcriptase Moloney Murine Leukemia Virus (MMuLV) (New England BioLabs); 10 pmol Oligo d(T); dan 40 unit Recombinant RNasin Ribonuclease Inhibitor (Promega, Madison, WI, USA). Reaksi RT dilakukan pada kondisi 25ºC selama 5 menit, 42ºC selama 60 menit, diikuti dengan inaktivasi pada 70ºC selama 15 menit. cDNA hasil reaksi RT dipakai sebagai template pada reaksi PCR.

Reaksi PCR sebanyak 25 µl terdiri dari 1 µl template RNA; 10 µM

forward primer dan 10 µM reverse primerPotyvirus; Go Tag Green PCR Mix (Promega). Amplifikasi DNA dilakukan sebanyak 45 siklus yang melalui tahapan yaitu pemanasan awal pada 94ºC selama 5 menit, pemisahan utas DNA pada 94ºC selama 1 menit, penempelan primer pada suhu 54ºC selama 2 menit, dan sintesis DNA pada 72ºC selama 1menit. Khusus untuk siklus terakhir ditambah tahapan sistesis selama 10 menit pada 72ºC, kemudian siklus berakhir dengan suhu 4ºC.

Produk PCR dielektroforesis pada gel agarosa 1% yang dijalankan pada 50 V selama 1 jam. Gel diwarnai dalam 2 µg/ml ethidium bromida dalam bufer elektroforesis (40 mM Tris, 20 mM sodium acetate, dan 1 mM EDTA, pH 7.0) dan divisualisasi pada UV transluminator.

Analisis Hubungan Kekerabatan Potyvirus.

Fragmen DNA hasil amplifikasi digunakan untuk perunutan DNA untuk mengetahui susunan DNA masing-masing isolat Potyvirus yang ditemukan. Perunutan DNA dilakukan di PT Genetika Science Indonesia menggunakan ABI PRISM model 3100 versi 3.7 dengan menggunakan pasangan primer Potyvirus

(CPUP dan CP9502). Analisis homologi asam amino gen CP Potyvirus

menggunakan Blast (Basic Local Alignment Search Tool) yang terdapat dalam situs National Center for Biotechnology Information (NCBI) (www.ncbi.nlm.nih.gov).

Runutan nukleotida semua isolat yang terpilih dimodifikasi dengan

software Bioedit V7.0.5 sebelum dilakukan analisis filogenetika. Pembentukan pohon filogeni dengan software ClustalW (Bioedit V7.0.5) dan program Mega version 5.05 berdasarkan pendekatan Neighbor Joining (NJ) (Tamura et al. 2011).

Hasil dan Pembahasan Hasil

Amplifikasi Gen CP

Ekstraksi RNA total dari tanaman nilam terinfeksi Potyvirus menggunakan pasangan primer spesifik Potyvirus yaitu CPUP dan CP9502 berhasil mengamplifikasi DNA virus yang berukuran 800 bp seperti pada Gambar 4.2. Dengan primer CP9502 yang terletak diujung 3‟ genom Potyvirus dan primer CPUP yang terletak di upstream gen CP maka produk PCR yang diperoleh melingkupi sebagian gen CP dan 3‟UTR. Keragaman genetik pada genus

Potyvirus telah banyak dilakukan berdasarkan gen-gen yang terlibat didalam pembentukan CP dan daerah 3‟UTR. Daerah tersebut diketahui merupakan daerah yang bervariasi diantara kelompok Potyvirus.

Gambar 4.2 Visualisasi fragmen DNA dari produk RT-PCR menggunakan primer

degenerate spesifik coat protein (CP) dan 3‟UTR (CPUP&CP9502) pada elektroforesis gel agarose 1%. M= DNA marker100 bp; (1) kontrol negatif (dH2O); (2) kontrol positif Potyvirus (ChiVMV); (3)

sampel daun dari Pasaman; (4) Ciamis; (5) Garut; (6) Bogor; (7) Manoko; (8) Cicurug; (9) Gunung Bunder; dan (10) Jambi.

Analisis Sikuen Gen CP dan 3’UTRPotyvirus.

Sebelas fragmen DNA hasil RT-PCR tersebut berhasil disikuen (Tabel 4.2) dengan panjang sikuen yang berkisar antara 690-754 nukleotida. Penyejajaran dengan sikuen nukleotida anggota Potyvirus lain yang tersedia di

GenBank membuktikan bahwa sikuen ini merupakan bagian gen CP dan 3‟UTR dari Potyvirus (Lampiran 1 dan 2).

Tabel 4.2 Daftar virus-virus (Potyvirus) yang digunakan untuk analis sikuen nukleotida.

No Isolat Virus Asal Geografis Tanaman Inang No. Aksesi GenBank Panjang sikuen (bp) 1 BGR01 Bogor, Jawa Barat, Indonesia P. cablin (nilam) - 754*) 2 BGR02 Bogor, Jawa Barat, Indonesia P. cablin (nilam) AB699343 698 3 CMS01 Ciamis, Jawa Barat, Indonesia P.cablin (nilam) AB699131 690 4 CMS02 Ciamis, Jawa Barat, Indonesia P. cablin (nilam) AB699342 695 5 GRT01 Garut, Jawa Barat, Indonesia P. cablin (nilam) AB699338 690 6 GRT02 Garut, Jawa Barat, Indonesia P. cablin (nilam) AB699341 695 7 PSM01 Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia P. cablin (nilam) AB699130 698 8 PSM02 Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia P. cablin (nilam) AB699339 693 9 MNK01 Manoko, Jawa Barat, Indonesia P. cablin (nilam) AB699340 699 10 GNB01 Gunung Bunder, Jawa Barat, Indonesia P. cablin (nilam) - 812 11 JMB02 Sarolangun, Jambi, Indonesia P. cablin (nilam) - 666 12 Telosma mosaic virus isolat Hanoi=TeMV1

Hanoi, Vietnam Telosma cordata

DQ851493 9689**)

13 Bean common mosaic virus isolat R=BCMV1

Zhejiang, China Vigna unguiculata

NC_003397.1 9992

14 Peace lily mosaic virus isolat Haiphong=PeLMV Haiphong, Vietnam Spathiphyllum patinii DQ851494.1 9882 15 Wisteria vein mosaic virus isolat Beijing=WiVMV

Beijing, China Wisteria sinensis

NC_007216.1 9695

16 Wild potato mosaic virus =WiPMV

Lachay, Peru Solanum tuberosum

NC_004426.1 9878

Catatan: *) Panjang sikuen nukleotida gen CP+3‟UTR Potyvirus. **) Panjang sikuen nukleotiga genom lengkap Potyvirus.

Analisis kemiripan menggunakan program Bioedit menunjukkan tingkat kesamaan sikuen nukleotida sebagian gen CP dan 3‟UTR isolat asal nilam Indonesia dengan Telosma mosaic virus (TeMV) berturut-turut berkisar 80.5– 90.7%, sedangkan dengan Potyvirus lainnya berkisar antara 49.4–70.4% (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Persentase kemiripan sikuen nukleotida (623 bp) sebagian gen CP dan 3‟UTR Potyvirus yang menginduksi gejala mosaik pada nilam dari Indonesia dan beberapa sikuen Potyvirus yang ada di GenBank.

Kode isolat**

Persentase kemiripan sekuen*

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 BGR01 2 BGR02 99,5 3 CMS01 90,0 89,5 4 CMS02 89,8 90,1 99,2 5 GRT01 89,8 89,4 98,7 98,3 6 GRT02 89,7 89,2 98,6 98,1 99,2 7 PSM01 88,6 88,6 84,0 84,3 83,8 83,8 8 PSM02 95,7 95,9 90,9 91,3 90,7 90,6 89,5 9 MNK01 95,0 95,3 88,7 89,1 88,8 88,4 86,5 93,8 10 JMB02 93,6 93,9 88,6 89,4 88,8 88,6 87,1 94,8 92,6 11 GNB01 87,1 87,0 82,2 81,9 81,9 81,7 83,5 87,9 85,0 86,2 12 TeMV1 89,5 89,1 90,4 90,3 90,7 90,7 82,6 88,3 88,2 86,8 80,5 13 PeLMV 55,7 55,6 53,5 53,5 53,8 53,5 51,1 54,8 54,1 54,5 50,1 54,7 14 BCMV1 70,4 70,2 70,3 70,4 70,3 70,0 67,7 69,3 70,1 69,2 66,4 71,4 55,6 15 WiVMV 67,6 67,2 67,5 67,3 67,3 67,0 64,6 67,5 66,7 66,5 62,1 68,0 56,1 73,5 16 WiPMV 52,6 52,2 53,5 52,9 53,7 53,7 49,4 53,4 51,8 53,0 48,2 52,9 57,9 50,8 51,0

* Pairwise comparisons dibuat dengan BioEdit version 7.0.0, menggunakan Fast Alignment optiondengan parameter:

BLOSUM62 matrix, Gap open=10, Gap extension=0.1

** Seperti pada Tabel 4.2

Analisis Hubungan Kekerabatan Potyvirus.

Pohon filogeni yang dibangun berdasarkan bootstrap dengan menggunakan pendekatan Neighbor Joining dari sikuen nukleotida sebagian gen

CP dan 3‟UTR lebih jelas lagi memperlihatkan bahwa Potyvirus yang

menginfeksi tanaman nilam pada penelitian ini lebih dekat dengan TeMV dan agak jauh dengan spesies Potyvirus lainnya (Gambar 4.3).

Keragaman Genetik Potyvirus yang Menginfeksi Tanaman Nilam.

Hasil penyejajaran sikuen asam amino bagian 3‟ terminal gen CP

Potyvirus menghasilkan 4 area dengan tingkat konservasi tinggi yaitu YMPRYG, YAFD/NFYE, QMKAAA, dan ED/NTERH (Gambar 4.4). Pada penelitian ini (Gambar 4.4) ada perubahan pada YAFD/NFYE yaitu dengan ada penggantian asam amino aspartate (D) menjadi asparagine (N) didapatkan dari sekuen

Potyvirus asal nilam (isolat PSM01).

Sebelas isolat Potyvirus asal nilam berada dalam satu kelompok dengan TeMV, walaupun demikian terbagi menjadi 2 sub kelompok besar (Tabel 4.4). Pengelompokan ini sesuai dengan tingkat kesamaan nukleotida dan asam amino gen CPnya. Sub kelompok pertama dengan tingkat kesamaan nuklotidanya diatas 90% [BGR01, BGR02, CMS01, CMS02, GRT01, GRT02, PSM02, MNK01, JMB02], dan kelompok kedua 78-88% [PSM01, GNB01].

Gambar 4.3 Pohon filogeni Potyvirus yang menginfeksi tanaman nilam di Indonesia [CMS01, CMS02, GRT01, GRT02, BGR01, BGR02, PSM01, PSM02, JMB02, GNB01 dan MNK01] dan hubungannya dengan anggota kelompok Potyvirus lainnya [Telosma mosaic virus (TeMV1), Bean common mosaic virus isolat R (BCMV1), Peace lily mosaic virus isolat Haiphong (PeLMV), Wisteria vein mosaic virusisolat Beijing (WiVMV), Wild potato mosaic virus (WiPMV)]. Analisa didasarkan pada metoda Neighbor Joining dengan nilai ulangan bootstrapnya 10.000 menggunakan program

Mega 5.05.

BGR01CP.AA DGEEQVEYP- LKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY

BGR02CP.AA DGEEQVEYP- LKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY

CMS01CP.AA GRRRQVEYP- LKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY

CMS02CP.AA DGEEQVEYP- LKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY

GRT01CP.AA DGEEQVEYP- LKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY

GRT02CP.AA DGEEQVEYP- LKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY

PSM01CP.AA GRSRQVEYP- LQPMVENAKP TLKQFMLHFS NAVEAYIEMR ISEGLYMPRY

PSM02CP.AA DGEEQVEYP- LKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY

MNK01CP.AA N---KLEYPS CKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY

JMB02CP.AA DGEEQVEYP- LKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY

GNB01CP.AA GWIRAGVPL- ARPRVSSAMP TFRQVMCHFQ YAGVLNIEMR NSEGLYMPRY

TeMV1CP.AA DGDEQVEYP- LKPMVENAKP TLRQIMHHFS DAAEAYIEMR NSEGLYMPRY