• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identitas Budaya Sebagai Instrumen Pembangunan Pariwisata Daerah

Dalam dokumen Kebudayaan Sebagai Identitas (Halaman 48-51)

Pada dasarnya pembangunan dalam suatu daerah meliputi beberapa aspek sosial, diantaranya aspek sosial ekonomi, sosial politik, sosial lingkungan dan sosial budaya. Sudah menjadi hal yang lumrah adanya setiap perkembangan daerah ditentukan pada pembangunan dan juga pertumbuhan ekonomi dalam sekala makro, aspek ekonomi memang lebih kelihatan di banding dengan aspek sosial yang lain. Dalam pembahasan ini bagaimana penulis memberikan refleksi berbeda terhadap pembangunan daerah dalam budaya jawa.

Dengan mengedepankan kebudayaan lokal sebagai tolak ukur pembangunan daerah dengan melihat kehidupan masyarakat Temanggung dengan kesenian lokal yaitu kuda lumping, bagaimana dinamika kuda lumping dengan segala inovasi dan kreatifitas anggotanya membuat kuda lumping menjadi salah satu kesenian dari berbagai seni di Temanggung yang banyak peminatnya. Dengan menggunakan Konsep Teori Modal Sosial dari Pierre Bourdieu, penulis mengemukakan strategi bertahan paguyuban dengan menggunakan modal yang mereka miliki sesuai dengan karakter dan juga kebutuhan mereka untuk terus bereksistensi. Melihat keinginan dan juga antusias para pelaku seni dan juga penonton membuat Pemerintah memberikan ruang berekspresi untuk pelaku seni budaya dalam pementasan dan juga berkembang dalam dunia seni tari Kususnya kuda lumping. Gap kelas sosial yang ada antara pelaku seni selalu menjadi pembeda dalam kehidupan sosial, sebagai pemicu untuk menampilkan pagelaran yang baik dan berkompetisi dengan tujuan yang terbaik membuat dinamika

seni kuda lumping dan paguyubannya patut untuk dinantikan kelanjutannya.

Keberadaan kesenian dan juga kebudayaan daerah di Temanggung memberikan suatu tanggapan dan respon dari pemangku kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah, bagaimana kebijakan yang dilakukan dalam upaya memaksimalkan seni budaya yang sudah ada sering kali menemui halangan baik secara internal maupun eksternal dalam prosesnya, tetapi dalam prakteknya tidak ada kesalahan yang besar dan fatal yang dilakukan pemerintah, masyarakat membuat keinginan dan harapan mereka tercapai dengan usaha mereka sendiri dan berinisiatif sehingga pada prakteknya kebijakan yang seharusnya dibuat untuk mengatur masyarakat, menjadi kegiatan dalam kehidupan sosial masyarakat yang ada menjadi refleksi dan dijadikan kebijakan dan di awasi sesuai dengan asas-asas kebijakan dan ketentuan norma yang berlaku. Manuver pemerintah dalam proses kebijakan , memberikan respon yang menarik dengan mengedepankan kebudayaan lokal dan juga keindahan alam sebagai aset pariwisata dalam pengenalan daerah Temanggung.

Dalam prakteknya Temanggung selain sebagai penghasil Tembakau yang selalu menjadi keidentikannya, mulai mengenalkan keindahan alam dan Budaya Tradisionalnya kepada masyarakat umum. Melalui sejumlah Obyek Wisata Alam dan juga Seni Kebudayaannya, Temanggung mulai dikenal bukan hanya sekedar daerah penghasil pertanian komoditas Tembakau saja tetapi juga daerah Kebudayaan dan wisata alam. Melalui proses ini kemajuan pariwisata kebudayaan dan alam temanggung mulai terekspose dan di ketahui oleh masyarakat umum. Dengan mengunakan media sosial Temanggung dalam upayanya memenuhi tantangan globalisasi media dan perkembangan teknologi nampaknya berjalan sedikit lambat daripada daerah lain seperti Yogjakarta,Magelang, dan Dieng, sebagai daerah yang berbasis kebudayaan lokal yang dikenal terlebih dahulu oleh masyarakat luas dan perkenalan terhadap media sosial, tetapi temanggung bukan berarti tanpa bergerak dan tidak berusaha, Temanggung dalam menjawab ekspektasi masyarakat umum, mulai mengenalkan

Kebudayaannya dan wisata alamnya, melalui Masyarakat yang berkunjung dan di unggah ke media Sosial.

Sama seperti kebanyakan Daerah di sekitarnya, Temanggung menjadi dikenal dengan wisata alamnya dan juga keseniaanya melalui unggahan masyarakat melalui Facebook, Instagram,twiter,web, dan lain sebagainya. Melihat semakin banyaknya metode promosi gratis menggunakan Media Sosial, pemerintah Kab. Temanggung, membuat Web Resmi Kab Temanggung, yang berisi tentang daerah Pariwisata dan juga Seni Kebudayaan temanggung melalui blog Wisata Temanggung, Wisata-Kabupaten-Temanggung-Bersenyum, dan masih banyak lagi unggahan foto dari masyarakat ke media sosial dan juga penelitian yang melibatkan seni kebudayaan dan pariwisata daerah Temanggung. Berekspresi dan mengedepankan media sosial serta keidentikan Kesenian dan pariwisata alamnya, Temanggung membentuk identitasnya dengan karakter masyarakatnya sendiri yang membantu proses dalam pembentukan identitas kebudayaan itu nyata dan berjalan sesuai dengan kehidupan sosial,semua ini berhubungan dengan karakter masyarakat Jawa, membuat Kesenian untuk terus berada dalam kehidupan sosial merupakan salah satu tindakan nyata masyarakat jawa untuk menjalani kehidupan yang damai, sejahtera,aman, sesuai dengan kekuatan hidup untuk kepentingan pribadi, kepentingan bersama,dan bernegara secara adil dan sama.

Kebudayaan Jawa di Temanggung pada dasarnya mempunyai kesamaan dengan kebudayaan jawayang ada di daerah lain di Jawa Tengah. Pembangunan daerah dengan menempatkan identitas budaya sebagai aspek yang utama dalam proses pembangunan merupakan perwujutan pembangunan yang sesuai dengan ketersediaan potensi daerah, Temanggung memberikan gambaran tentang bagaimana kearifan lokal dan kebudayaan daerah menjadi salah satu pembentukan jati diri daerah yang memberikan pandangan berbeda dalam pengembangan daerah dan juga pemenuhan keinginan masyarakat. Melalui seni budaya dan pariwisata membuat Temanggung membentuk identitas Kebudayaan mereka yang terdahulunya sebagai daerah penghasil Tembakau, menjadi daerah penghasil Tembakau yang

menunjang kebutuhan Masyarakat untuk pembentukan Identitas kebudayaan lokal.

Identitas budaya sebagai aspek penting dalam pembangunan daerah merupakan hakekat yang pasti dan nyata. Berada dalam kultur dan budaya yang menjadi identitasnya sudah seharusnya setiap daerah terlebih dahulu mencari identitas budaya daerah dan memanfaatkan ketersediaan daerah, pandangan yang sering keliru adalah proses pembangunan daerah yang meniru atau mengaplikasikan proses pembangunan yang dimiliki daerah lain padahal itu tidak sesuai dengan kebutuhan daerahnya, hal itu kemungkinan terjadi karena tidak mempunyai identitas kebudayaan, tidak mengenal daerah dan terlalu cepat melakukan perubahan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakter daerah. Melihat dari konsep yang dikemukakan oleh Coleman bagaimana pembangunan merupakan refleksi sistem tindakan sosial adalah dua orang actor yang memiliki control atas sumber daya kepentingan satu sama lain,yang memiliki tujuan dan melibatkan satu sama lain,yang pada akirnya akan memberikan karakter pada tindakan mereka masing-masing (Coleman 1990).

Pada dasarnya pembangunan diawali dari masyarakat sendiri, bagaimana masyarakat atau para actor bisa berfikir rasional dan saling melibatkan satu sama lain, atau memberikan ruang partisipasi ke pada masyarakat, sehingga karakter dari pada daerah mulai timbul dan tujuan mulai ada sehingga pembangunan itu berawal dari pemikiran rasional para masyarakat yang diamplikasikan melalui kehidupan sosial dan jejaring mereka, sehingga akan memberikan warna terhadap karakter masyarakat daerah itu sendiri demi mewujudkan pembangunan daerah yang berdasarkan ekonomi,politik maupun budaya.

Dalam dokumen Kebudayaan Sebagai Identitas (Halaman 48-51)

Dokumen terkait