• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

IV.1.1 Identitas Informan Kunci

Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Berikut adalah identitas informan kunci dalam penelitian:

1. Sekretaris BPPT Kota Medan 2. Staff BPPT Kota Medan

3. Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Medan

4. Kepala Seksi Usaha Perdagangan dan Kemitraan Disperindag Kota Medan 5. Kepala Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan

6. Staff Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan

IV.1.2 Identitas Informan Utama

Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Mereka adalah masyarakat pengusaha atau pemilik Minimarket yang sudah mengurus ijin usaha perdagangan (Minimarket). Berikut ini adalah hasil data mengenai

identitas informan utama berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan terakhir dalam penelitian ini yang disajikan dalam bentuk tabel:

Tabel 4.1. Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Orang

Laki-laki 2

Perempuan 2

Jumlah 4

Sumber: Wawancara penelitian tahun 2014

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah informan utama laki-laki ada sebanyak 2 orang dan informan utama perempuan sebanyak 2 orang. Jadi, total keseluruhan informan utama adalah sebanyak 4 orang.

Tabel 4.2. Identitas Informan Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah Orang

SD - SMP - SMA 1 Diploma 1 S1 2 Jumlah 4

Sumber: Wawancara penelitian tahun 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah informan utama dengan tingkat pendidikan SMA berjumlah 1 orang, informan utama dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 1 orang, dan informan utama dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 2 orang.

IV.2. Deskripsi Hasil Wawancara Tentang Implementasi Peraturan Walikota

Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

Sebuah kebijakan (peraturan) yang diimplementasikan berhasil atau tidaknya dipengaruhi oleh variabel (faktor-faktor) tertentu dan bagaimana variabel-variabel tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.

1.) Kejelasan Isi Kebijakan (Peraturan)/Undang-undang

Sebuah kebijakan yang akan diimplementasikan harus memiliki kejelasan isi, seperti: Apa yang menjadi dasar, standar dan sasaran kebijakan, siapa pihak yang menjadi sasaran dari kebijakan, dan siapa yang menjadi agen kebijakan. Dengan jelasnya isi kebijakan, maka akan menghindarkan distorsi atau penyimpangan dalam pengimplementasiannya.

Peneliti memulai wawancara dengan menanyakan apa yang menjadi dasar dari Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Sekretaris Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan, Bapak Saffrudin, beliau mengatakan bahwa dasarnya ialah semua yang ada di pertimbangan pembentukan Perwal tersebut, juga Perpres, Permendag, dan beberapa perubahan dari Perwal sebagai penyempurnaannya yang bukan bermaksud membatalkan Perwal yang pertama.

Peneliti juga menanyakan apa yang menjadi standar dan sasaran dari kebijakan atau peraturan tersebut. Beliau mengatakan bahwa yang menjadi standar dan sasarannya ada di Menimbang dan Mengingat pembentukan Perwal tersebut. Yang intinya seluruh

Toko Modern mempunyai ijin dan tertata dengan baik dan agar ada pembedaan, pemisahan, serta merata sehingga membutuhkan IMB.

Kemudian peneliti juga menanyakan hal yang sama kepada Kepala Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan, Bapak Muhammad Fahmi, beliau mengatakan bahwa standar dan sasaran dari Perwal ini adalah untuk meminimalissir persaingan dan memperhatikan pendapatan masyarakat ke bawah.

Berikutnya peneliti menanyakan siapa yang menjadi sasaran dari Perwal tersebut kepada Sekretaris Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan, Bapak Saffrudin, beliau mengatakan bahwa yang menjadi sasaran dari Perwal ini adalah seluruh pengusaha Toko Modern/Minimarket di Kota Medan. Hal serupa juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan, Bapak Muhammad Fahmi. Beliau mengatakan bahwa sasarannya ialah perorangan dan pihak swasta (franchise).

Untuk mengetahui apakah ada hal atau usaha yang dilakukan oleh Pemko Medan guna pencapaian target (sasaran) dari Perwal tersebut, peneliti memperoleh informasi dari informan yaitu Kepala Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan, Bapak Muhammad Fahmi. Beliau mengatakan bahwa Pemerintah pernah melakukan pemberhentian sementara terkait ijin Toko Modern kira-kira selama 1 (satu) tahun untuk mengendalikan pertumbuhan dari Minimarket yang semakin menjamur.

Dalam pencapaian standar dan sasaran yang telah ditetapkan, ada waktu yang ditargetkan untuk melihat pencapaian tersebut. Begitu juga dengan kinerja di setiap dinas. Peneliti memperoleh pernyataan dari Sekretaris Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan, Bapak Saffrudin, beliau mengatakan bahwa untuk pencapaian target dari Perwal ini tidak bisa dipastikan karena pencapaiannya tergantung dari perkembangan pasar dan

pengusaha. Hal ini bisa dilihat dari data Toko Modern (Minimarket) yang telah mengurus ijin setiap tahunnya yang ada di BPPT . Sedangkan, untuk target waktu penerbitan sebuah ijin di BPPT yakni selama 12 (dua belas) hari kerja (yang artinya tidak termasuk hari Minggu).

Kemudian peneliti menanyakan apakah dalam mengimplementasikan Perwal tersebut didukung oleh Perda-perda dan siapa yang menjadi sasaran setiap perda. Dan Sekretaris Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan, Bapak Saffrudin mengatakan bahwa Perda tentang Toko Modern belum ada, tetapi Perda-perda yang mendukung pelaksanaan Perwal ini sudah ada, seperti Perda untuk IMB, Perda Ijin Gangguan (Ho), Perda tentang SIUP yang ada di Permendagri, dan yang lainnya, yang sasarannya adalah pemerintah (pengelola) dan masyarakat (pengusaha, umum) yang obyeknya Toko Modern.

Selanjutnya peneliti juga menanyakan sosialisasi yang dilakukan terkait Perwal tersebut. Beliau mengatakan bahwa sosialisasi yang ada di BPPT adalah tentang pengurusan ijin yag dilakukan melalui website resmi BPPT, kelurahan, maupun melalui pameran seperti yang ada di Medan Fair. Sedangkan konfirmasi dari masyarakat diketahui bahwa masyarakat mengetahui Perwal Nomor 20 Tahun 2011 Tentang ijin usaha Toko Modern dari teman-teman sesama pengusaha maupun dari kelurahan setempat sewaktu pengurusan berkas-berkas.

2.) Sumber Daya

Sumber daya merupakan salah satu aspek penting dalam pengimplementasian sebuah kebijakan atau peraturan. Sumber daya dalam mengimplementasikan sebuah

kebijakan bisa berupa sumber daya manusia (SDM), peralatan, maupun pendanaan (modal). Ketersediaan sumber daya sangat mempengaruhi hasil yang ingin dicapai dari sebuah kebijakan.

Untuk mengetahui sumber daya pendanaan dari setiap dinas dalam mengimplementasikan Perwal ini, peneliti memperoleh informasi dari informan-informan setiap Dinas dan Badan. Diawali dengan pernyataan dari Sekretaris Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan, Bapak Saffrudin, beliau mengatakan bahwa tidak ada anggaran yang khusus untuk pelaksanaan Perwal karena sifat semua ijin itu adalah sama, yakni sama-sama diproses.

Sama halnya dengan sumber daya pendanaan, sumber daya manusia (SDM) yang dikerahkan dalam mengimplementasikan Perwal ini juga demikian. Beliau mengatakan bahwa di BPPT tidak ada sumber daya yang khusus dalam pelaksanaan Perwal ini karena semua ijin sama-sama diproses di pelayanan satu pintu tersebut, yaitu ke Bidang Pelayanan Perijinan I yang menangani bidang Usaha Perdagangan dan Industri. Sedangkan hasil wawancara dari masyarakat menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas dalam pengurusan ijin usaha cukup ramah dan memuaskan.

Terkait ketersediaan fasilitas, beliau menambahkan fasilitas yang ada di BPPT sangat memadai; terdapat ruang tunggu yang dilengkapi AC dan televisi, mesin nomor antrian, tempat sampah, dan mading informasi. Sedangkan hasil wawancara dari masyarakat diketahui bahwa fasilitas yang dimiliki oleh BPPT sangat memadai.

Gambar 4.1. Pojok Informasi Gambar 4.2. Ruang Tunggu

Sumber: Chyntia, Juni 2014 Sumber: Chyntia, Juni 2014

3.) Disposisi Implementor

Disposisi implementor dalam hal ini merupakan kecenderungan perilaku, sikap, karakter atau watak dari agen pelaksana kebijakan (peraturan). Setiap Dinas dan Badan harus memahami dan mengetahui apa yang menjadi wewenang, fungsi, dan tanggung jawabnya masing-masing di dalam implementasi kebijakan tersebut dalam mencapai standar dan sasaran kebijakan. Hal ini mencakup respon implementor, pemahaman, dan nilai yang dimiliki oleh implementor.

Di awal peneliti menanyakan bagaimana tanggapan dari setiap dinas terhadap Perwal tersebut. Peneliti mendapat pernyataan dari Kepala Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan, Bapak Muhammad Fahmi, beliau mengatakan bahwa Perwal tersebut sangat baik karena ditujukan untuk mengatur Minimarket, mungkin hanya di pelaksanaannya saja yang masih kurang baik. Kemudian Sekretaris BPPT Kota Medan, Bapak Saffrudin, beliau juga memberikan pernyataan bahwa Perwal tersebut tujuannya

untuk menata Toko Modern (Minimarket). Artinya, minimarket seperti Alfamart dan Indomaret itu jangan dianggap sebagai mematikan usaha-usaha kecil seperti toko kelontong, tapi toko-toko kelontong seharusnya diberdayakan supaya bisa menjadi toko modern. Lalu, Kepala Seksi Usaha Perdagangan dan Kemitraan Disperindag Kota Medan, Bapak Abdul Rahim menyatakan bahwa awalnya Perwal ini baik, karena mengatur zonasi Minimarket, tetapi perubahan yang sekarang tidak memuat zonasi lagi sehingga Minimarket dengan mudahnya menjamur.

Peneliti juga menanyakan apakah masih ada yang belum dimengerti oleh dinas terkait dalam sehubungan dengan Perwal ini, dan peneliti memperoleh pernyataan dari Kepala Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan, Bapak Muhammad Fahmi, beliau mengatakan bahwa tidak ada yang belum diketahui, semua dinas tahu apa tugasnya masing-masing. Hal ini diperkuat dengan jawaban dari Sekretaris BPPT Kota Medan, Bapak Saffrudin, beliau mengatakan bahwa semua tahu tugasnya, tidak mungkin tidak dimengerti karena BPPT juga ikut menyusunnya. Pernyataan serupa juga diberikan oleh Kepala Seksi Usaha Perdagangan dan Kemitraan Disperindag Kota Medan, Bapak Abdul Rahim, beliau mengatakan bahwa tidak ada yang tidak dimengerti oleh dinas yang terkait mengenai Perwal ini.

Selanjutnya peneliti menanyakan kendala-kendala yang dihadapi oleh dinas yang terkait dalam melaksanakan Perwal ini. Peneliti memperoleh pernyataan dari Staff Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan, Bapak Ahmad Fadil, beliau mengatakan bahwa tidak ada kendala pada Dinas, tetapi kendala yang biasa terjadi ada di pemohon, misalnya ada berkas yang tidak sesuai atau kurang lengkap. Beliau juga mengatakan

bahwa yang terlibat dalam pelaksanaan Perwal ini adalah Disperindag, TRTB, dan BPPT dengan tugasnya masing-masing.

Selanjutnya, peneliti menanyakan bagaimana peranan dari setiap agen pelaksana dalam implementasi Perwal ini. Peneliti memperoleh pernyataan dari Staff Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan, Bapak Ahmad Fadil, beliau mengatakan bahwa TRTB berperan sebagai dinas yang mengeluarkan IMB peruntukan karena setiap ijin usaha harus dilengkapi IMB.

Peneliti juga memperoleh pernyataan dari Staff Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan, Bapak Yance Safriandhana mengatakan bahwa BPPT hanya melakukan tugasnya sesuai dengan Tupoksi, yakni untuk mengeluarkan ijin sesuai peraturan. Seperti Ijin Gangguan (Ho) yang dulunya harus dibayar namun sekarang digratiskan; untuk Daftar Ulang, pemohon harus memasukkan lagi berkasnya dan mereka akan mengukur ulang jika kemungkinan ada yang berubah atau pindah lokasi, itu semua dilakukan tergantung peraturan yang berlaku. Dan diperkuat oleh pernyataan dari Sekretaris Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan, Bapak Saffrudin, beliau mengatakan bahwa BPPT memiliki tugas untuk memproses ijin yang masuk dan apabila semua persyaratan telah terpenuhi, maka ijin dapat diterbitkan.

Menurut pernyataan masyarakat, sikap dari pegawai setiap dinas dan badan mendukung terlaksananya Perwal Nomor 20 Tahun 2011 tersebut. Hal tersebut terlihat dari pelayanan yang diberikan selama pengurusan ijin ketika masyarakat yang mengurus ijin Minimarket kurang mengetahui persyaratan untuk membuka sebuah Minimarket, maka pegawai di dinas dan badan terkait mau melayani masyarakat dengan menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami oleh masyarakat tersebut.

Gambar 4.3. Kotak Saran

Sumber: Chyntia, Juni 2014

4.) Komunikasi dan Koordinasi

Komunikasi merupakan hal penting yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu pengimplementasian kebijakan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy implementors). Agar suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap hal-hal strategis yang hendak diaturnya. Hal ini terjadi dengan persepsi dari individu-individu yang bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Setiap individu tentunya memiliki cara pandang yang berbeda-beda dalam memahami suatu kebijakan. Oleh karena itu perlu adanya kejelasan tujuan dan sasaran suatu kebijakan yang perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana kegiatan.

Peneliti menanyakan bagaimana cara Pemko Medan menyampaikan informasi kepada agen pelaksana kebijakan. Beliau mengatakan bahwa cara Pemko Medan adalah

dengan menyurati setiap dinas. Peneliti juga menanyakan apa yang menjadi sarana yang digunakan Pemko Medan dalam menyampaikan informasi seputar kebijakan (peraturan) ini dan berapa lama waktu yang dibutuhkan agar informasi sampai kepada agen pelaksana, dan Kepala Seksi Perencanaan Tata Letak TRTB Kota Medan, Bapak Muhammad Fahmi. Beliau mengatakan bahwa sarana yang digunakan Pemko Medan adalah dengan memberikan tembusan Perwal ke setiap dinas yang terkait dengan waktu paling lama satu bulan, namun biasanya lebih cepat. Peraturan Walikota ini disosialisasikan melalui website resmi BPPT kepada masyarakat.

Peneliti ingin mengetahui bagaimana komunikasi dan pola koordinasi yang terjadi antarinstansi dalam mengimplementasikan Perwal tersebut dan menanyakan kepada informan Staff Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan, Bapak Yance Safriandhana, beliau mengatakan bahwa pengawasan dalam pelaksanaan Perwal ini ada di Disperindag, BPPT yang menerbitkan ijin usahanya, dan TRTB yang mengeluarkan IMB peruntukannya, karena ada sebagian masyarakat yang menganggap IMB Toko Modern adalah di perumahan/pemukiman. Sehingga IMB untuk Toko Modern seharusnya untuk usaha pertokoan, bukan perumahan. Oleh sebab itu, ketika BPPT akan menerbitkan ijin salah satu yang menjadi syaratnya adalah IMB peruntukannya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Sekretaris Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan, Bapak Saffrudin, beliau mengatakan bahwa setiap ijin yang dikeluarkan mempunyai tembusan untuk Disperindag.

Kemudian peneliti menanyakan bagaimana kerjasama yang dilakukan oleh instansi-instansi yang terkait dalam pelaksanaan kebijakan (peraturan) ini, dan beliau

mengatakan bahwa BPPT yang mengurus ijin, Disperindag yang melakukan pengawasan, Satpol PP yang menindak, dan TRTB yang menerbitkan IMB peruntukannya.

Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengawasan dan kontrol yang dilakukan oleh instansi terkait terhadap pelaksanaan Perwal ini. Maka peneliti memperoleh pernyataan dari salah satu Staff BPPT Kota Medan, Bapak Yance Safriardhana. Beliau mengatakan bahwa untuk penindakan terhadap Minimarket ada di Disperindag. BPPT memberikan tembusan berkas dan jika ada yang belum melakukan daftar ulang, maka Disperindag bisa mengetahuinya.

Selanjutnya peneliti menanyakan apakah terjadi tumpang-tindih kewenangan dinas-dinas terkait dalam melaksanakan Perwal ini. Peneliti memperoleh pernyataan dari Sekretaris BPPT Kota Medan, Bapak Saffrudin, beliau mengatakan bahwa tidak ada tumpang-tindih kewenangan, semua instansi yang terkait mengetahui tugasnya masing-masing.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, komunikasi dengan masyarakat sudah baik, beliau menambahkan bahwa komunikasi itu terjalin pada saat pengurusan ijin dimana mereka menjelaskan bagaimana prosedur dan syarat-syarat yang harus dilengkapi, pengecekan, dan pengawasan setelah ijin diterbitkan.

5.) Struktur Birokrasi

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi

setiap implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur organisasi, struktur organisasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.

Di awal peneliti menanyakan bagaimana prosedur yang harus diikuti dalam melaksanakan Perwal ini dan peneliti memperoleh pernyataan dari Staff BPPT Kota Medan, Bapak Yance Safriandhana, beliau mengatakan bahwa ada tiga ijin yang harus diurus untuk Minimarket, yakni Daftar Ulang diurus setiap tahunnya dan diperiksa lagi (diukur ulang). Untuk Ijin Gangguan (Ho) diurus setiap tiga tahun sekali, dan Ijin Usaha Perdagangan diurus hanya satu kali. Ijin yang tidak diurus lagi akan mati (tidak berlaku lagi). Kemudian BPPT memberikan tembusan berkas-berkas ijin kepada Disperindag.

Sedangkan hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa proses pengurusan Izin Usaha Minimarket yang dilakukan cukup mudah dan jelas. Adapun pelayanan yang diberikan cukup memuaskan. Alasannya adalah waktu pengurusan izin yang dibutuhkan menjadi lebih cepat dari yang dulu dan lebih transparan dan sikap pegawai yang ramah dan sopan. Masyarakat lainnya menambahkan bahwa struktur organisasi pada BPPT Kota Medan dalam pelayanan ijin toko modern tersebut sudah sangat jelas, yang kemudian kami diarahkan ke Bidang Pelayanan Perijinan I yang menangani bidang Usaha Perdagangan dan Industri.

Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengawasan dan kontrol yang dilakukan oleh instansi terkait terhadap pelaksanaan Perwal ini. Maka peneliti memperoleh pernyataan dari salah satu Staff BPPT Kota Medan, Bapak Yance Safriandhana. Beliau

mengatakan bahwa untuk penindakan terhadap Minimarket ada di Disperindag. BPPT memberikan tembusan berkas dan jika ada yang belum melakukan daftar ulang, maka Disperindag bisa mengetahuinya.

Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Medan, Bapak Ivan Siregar. Beliau mengatakan bahwa Disperindag mengawasi Toko Modern (Minimarket) setelah ijinnya diterbitkan. Di Disperindag ada yang disebut Bagian Pengawasan yang berfungsi untuk mengawasi Toko Modern tersebut, sedangkan konfirmasi dari masyarakat, diketahui beberapa masyarakat mengatakan kurang mengetahui adanya kegiatan pengawasan dan kontrol yang dilakukan oleh Disperindag. Dari pernyataan masyarakat tersebut dapat diketahui bahwasanya kegiatan pengawasan dan kontrol masih jarang dilakukan oleh Disperindag ke seluruh Toko Modern yang sudah mengurus ijin usaha di Kota Medan.

Gambar 4.4. Skematik Proses Perijinan

IV.3. Data Sekunder

Selain dari hasil wawancara kepada informan kunci dan masyarakat, peneliti juga memperoleh data-data pendukung yang berasal dari kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan mengenai data jumlah Minimarket yang sudah mengurus izin usahanya. Dari data yang peneliti peroleh ditemukan bahwa hingga pada akhir tahun 2013 ada sekitar 75 Minimarket yang sudah mengurus ijin usaha yang terdata pada BPPT Kota Medan, dimana terdapat sebanyak 54 Indomaret, 16 Alfamart, dan 5 Alfamidi.

Gambar 4.5. Dua bangunan Minimarket yang berdiri sangat berdekatan

Sumber: Chyntia, Juni 2014

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang dimaksud dengan Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual. Sedangkan Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis

barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan.

Berdasarkan luasnya, Toko Modern dibagi menjadi beberapa macam, yaitu : a. Minimarket, kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);

b. Supermarket, 400 m2 (empat ratus meter persegi) sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu meter persegi);

c. Hypermarket, lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi);

d. Department Store, lebih dari 400 m2 (empat ratus meter persegi); dan e. Perkulakan, lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi).

Berikut adalah contoh-contoh Toko Modern menurut jenisnya:

Gambar 4.6. Department Store Gambar 4.7. Supermarket

Gambar 4.8. Minimarket Gambar 4.9. Hypermarket

Sumber: Chyntia, Juni 2014 Sumber: Chyntia, Juni 2014

Gambar 4.10. Perkulakan

Sumber: Chyntia, Juni 2014

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Minimarket yang berkembang di Kota Medan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.11. Indomaret Gambar 4.12. Alfamart

Sumber: Chyntia, Juni 2014 Sumber: Chyntia, Juni 2014

Gambar 4.13. Alfamidi

Sumber: Chyntia, Juni 2014

Data lainnya yang diperoleh peneliti dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan adalah data pegawai, Perwal yang menjadi acuan, contoh surat, dan lampiran syarat-syarat yang diperlukan dalam proses pengurusan izin usaha perdagangan, yaitu: Ijin Gangguan (Ho), Ijin Usaha Perdagangan, dan Tanda Daftar Perusahaan; Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern; Peraturan Walikota Medan

Nomor 23 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern; dan Peraturan Walikota Medan Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran).

BAB V

ANALISIS DATA

V.1. Gambaran Implementasi Kebijakan Berdasarkan Variabel

1.) Kejelasan Isi Kebijakan (Peraturan)/Undang-undang

Berdasarkan hasil wawancara dengan dinas/instansi-instansi terkait, Peraturan Walikota ini disosialisasikan melalui website resmi dinas pemerintah setempat, melalui kesempatan pada saat pameran di Medan Fair, dan melalui kelurahan.

Dasar, standar, dan sasaran dari Perwal ini berdasarkan hasil wawancara adalah di bagian pertimbangan pembentukan Perwal itu sendiri, yakni “Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan atas Penerbitan Ijin dan lebih meningkatkan Pembinaan dan Pengawasan terhadap Toko Modern dan Pusat Perbelanjaan diperlukan pengaturan yang lebih sistematis; Perlu melakukan perubahan dalam rangka mengakomodir kepentingan masyarakat serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.” (Perubahan kedua atas Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern), yang juga tidak terlepas dari payung hukumnya, yakni Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Dokumen terkait