• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTITAS PEMBERI TUGAS

Dalam dokumen PT PESUD ABADI MAHAKAM (Halaman 10-0)

1. PENDAHULUAN

1.3. IDENTITAS PEMBERI TUGAS

- Pemberi Tugas : PT PESUD ABADI MAHAKAM - Bidang Usaha : Perkebunan Kelapa Sawit

- Alamat : Jalan Akhmad Muksin

Kelurahan Timbau, Kecamatan Tenggarong

Kabupaten Kutai Kartanegara – Kalimantan Timur

1.4. IDENTITAS PENGGUNA LAPORAN

- Pengguna Laporan : PT. Bank Pembangunan Daerah - Bidang Usaha : Perbankan

- Alamat : Ruko BSD Sektor 7 No. 10 - 12,

Jalan Pahlawan Seribu, Serpong, Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten 15310

1.5. MAKSUD DAN TUJUAN

Penilaian ini dibuat dengan maksud mengungkapkan suatu pendapat mengenai Nilai Pasar dan Indikasi Nilai Likuidasi atas properti tersebut untuk tujuan penjaminan utang/Agunan kepada PT. Bank Pembangunan Daerah.

1.6. OBYEK PENILAIAN

Adapun penilaian yang kami lakukan meliputi tanah seluas 20.000 meter persegi dan bangunan pabrik kelapa sawit beserta sarana dan prasaranya, mesin-mesin dan peralatannya, serta kendaraan dan alat berat Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) kapasitas 10 Ton TBS/Jam, yang terletak di Desa Harapan Maju, Kecamatan Tabalar, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Aset tersebut saat ini atas nama milik PT PESUD ABADI MAHAKAM.

1.7. BENTUK KEPEMILIKAN

Bentuk kepemilikan atas obyek penilaian ini adalah kepemilikan tunggal yang berupa sertifikat tanah Hak Milik serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan legalitas lahan yang mendahuluinya.

1.8. DEFINISI DAN ISTILAH

Laporan Penilaian ini disusun sesuai dengan KEPI (Kode Etik Penilaian Indonesia) dan SPI (Standar Penilaian Indonesia) Edisi VII – 2018 seperti yang ditetapkan oleh Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI).

Istilah-istilah yang digunakan dalam penilaian didefinisikan oleh KEPI & SPI Edisi VII - 2018 adalah:

Nilai (Value)

Nilai adalah suatu opini dari manfaat ekonomi atas kepemilikan aset, atau harga yang paling mungkin dibayarkan untuk suatu aset dalam pertukaran, sehingga nilai bukan merupakan fakta. Aset diartikan juga sebagai barang dan jasa.

(KEPI & SPI Edisi VII-2018 : KPUP : 4.4).

Nilai Pasar (Market Value)

Nilai Pasar didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh atau dibayar untuk penukaran suatu aset atau liabilitas pada tanggal penilaian, antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, di mana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan. (KEPI & SPI Edisi VII-2018, SPI 101, 3.1).

Konsep Nilai Pasar tidak harus tergantung pada transaksi sebenarnya yang terjadi pada tanggal penilaian. Nilai Pasar lebih merupakan estimasi harga yang mungkin terjadi dalam penjualan pada tanggal penilaian sesuai dengan persyaratan definisi Nilai Pasar. Nilai Pasar merupakan representasi atas harga yang disepakati pembeli dan penjual pada waktu itu sesuai definisi Nilai Pasar, yang sebelumnya masing-masing pihak telah mempunyai cukup waktu untuk menguji kemungkinan dan kesempatan lain serta menyadari bahwa

Kami menegaskan bahwa dalam menentukan opini Nilai Pasar kami tidak memperhatikan biaya penjualan atau pembelian dan tanpa dikaitkan dengan setiap pengenaan pajak pengalihan yang terkait. (sesuai definisi dalam KEPI &

SPI Edisi VII-2018 : SPI 101 : 3.3)

Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use)

Didefinisikan sebagai penggunaan yang paling mungkin dan optimal dari suatu aset, yang secara fisik dimungkinkan, telah dipertimbangkan secara memadai, secara hukum diizinkan, secara finansial layak, dan menghasilkan nilai tertinggi dari aset tersebut. (KEPI & SPI Edisi VII-2018 : KPUP : 10.1).

Harga (Price)

Harga adalah sejumlah uang yang diminta, ditawarkan, atau dibayarkan untuk suatu aset. Karena kemampuan keuangan, motivasi, atau kepentingan khusus dari pembeli atau penjual, harga yang dibayarkan mungkin berbeda dengan nilai dari aset tersebut berdasarkan anggapan pihak lain. (KEPI & SPI Edisi VII-2018 : KPUP : 4.2).

Biaya (Cost)

Biaya adalah sejumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh atau menciptakan suatu aset. Ketika aset telah diperoleh atau diciptakan biaya merupakan suatu fakta. Harga berhubungan dengan biaya, karena harga yang dibayar untuk suatu aset menjadi biaya bagi pembeli. (KEPI & SPI Edisi VII-2018 : KPUP : 4.3).

Nilai Likuidasi (Liquidation Value Indication)

Yang dimaksud dengan Nilai Likuidasi adalah sejumlah uang yang mungkin diterima dari penjualan suatu aset dalam jangka waktu yang relatif pendek untuk dapat memenuhi jangka waktu pemasaran dalam definisi Nilai Pasar. Pada beberapa situasi, Nilai Likuidasi dapat melibatkan penjual yang tidak berminat menjual, dan pembeli yang membeli dengan mengetahui situasi yang tidak menguntungkan penjual.

Definisi di atas berlaku untuk penilaian aset tetap yang umumnya berlaku dalam konteks jaminan pembiayaan dan lelang aset. Penilai harus menyatakan dasar nilai ini sebagai indikasi Nilai Likuidasi. Dasar nilai ini seharusnya hanya dapat diberikan dalam hal terjadinya kredit macet atau gagal bayar pembiayaan.

(KEPI & SPI Edisi VII-2018, SPI 102, 3.5.b). Indikasi nilai ini hanya merupakan estimasi awal yang tidak mengikat dan tidak dapat digunakan pada saat terjadi pelepasan kredit macet atau pengambilalihan aset jaminan oleh Bank.

Biaya Reproduksi Baru (Reproduction Cost New)

Biaya reproduksi baru merupakan estimasi biaya untuk mereproduksi suatu properti baru yang sama/identik dengan properti yang dinilai, berdasarkan harga pasaran setempat pada tanggal penilaian. (KEPI & SPI Edisi VII-2018, PPI 08 : 3.3.a).

Biaya Pengganti Baru (Replacement Cost New)

Biaya pengganti baru merupakan estimasi biaya untuk membuat suatu properti baru yang setara dengan properti yang dinilai, berdasarkan harga pasaran setempat pada tanggal penilaian. (KEPI & SPI Edisi VII-2018, PPI 08 : 3.3.b).

1.9. DASAR NILAI

Penilaian ini disusun mengikuti Standar Penilaian Indonesia (SPI) Edisi VII-2018, dimana dasar penilaian yang sesuai untuk tujuan penilaian ini adalah Nilai Pasar dan Indikasi Nilai Likuidasi, Standar Penilaian Indonesia mendefenisikan sebagai berikut :

Nilai Pasar (Market Value), yaitu estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh atau dibayar untuk penukaran suatu aset atau liabilitas pada tanggal penilaian, antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, dimana kedua belah pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan. (SPI 101-3.1)

Nilai Likuidasi (Liquidation Value) adalah sejumlah uang yang mungkin diterima dari penjualan suatu properti dalam jangka waktu yang relatif pendek untuk dapat memenuhi jangka waktu pemasaran dalam definisi Nilai Pasar.

Pada beberapa situasi, Nilai Likuidasi dapat melibatkan penjual yang tidak berminat menjual, dan pembeli yang membeli dengan mengetahui situasi yang tidak menguntungkan penjual. (SPI 102-3.5.b).

Dalam penilaian properti ini adalah berupa pabrik yang terdiri dari tanah, bangunan-bangunan dan sarana pelengkap lainnya, serta mesin-mesin dan peralatan dengan tujuan penilaian untuk penjaminan utang, sesuai dengan lampiran SPI 103 pada kolom 3 dasar nilainya adalah Nilai Pasar dengan sumber definisinya SPI 101 - 3.1.

Untuk Nilai Likuidasi adalah karena atas permintaan dari Pemberi Tugas, sehingga kami menggunakan Indikasi Nilai Likuidasi dan sumber definisi SPI 102-3.5.b

Kami menegaskan bahwa dalam penilaian ini kami tidak memperhitungkan biaya dan pajak yang terjadi karena adanya jual beli, sesuai dengan yang diatur didalam Standar Penilaian Indonesia.

1.10. TANGGAL PENILAIAN DAN TANGGAL INSPEKSI

Penilaian ini dilakukan berdasarkan Nilai Pasar (Market Value) per tanggal 15 Oktober 2021 (kesepakatan dengan pihak pemberi tugas sesuai tanggal hari terakhir Commisioning Test Pabrik), sedangkan inspeksi lapangan dilaksanakan pada tanggal 06 Oktober 2021 sampai dengan 07 Oktober 2021.

1.11. JENIS MATA UANG YANG DIGUNAKAN

Kami menilai properti dimaksud dengan menggunakan mata uang Rupiah.

Kami mengingatkan bahwa penggunaan nilai tukar selain yang tercantum dalam laporan ini tidak berlaku.

1.12. TINGKAT KEDALAMAN INVESTIGASI

Penilaian ini dilakukan dengan batasan investigasi sebagai berikut :

a. Investigasi dilakukan melalui proses pengumpulan data dengan cara inspeksi, penelaahan, penghitungan dan analisis.

b. Kami telah melakukan penelahaan, perhitungan dan analisis, dan diasumsikan tidak ada informasi yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan.

1.13. SIFAT DAN SUMBER INFORMASI YANG DAPAT DIANDALKAN Informasi dan data yang relevan namun tidak membutuhkan verifikasi, dapat disetujui untuk digunakan sepanjang sumber data tersebut dipublikasikan pada tingkat Nasional maupun Internasional, sumber data tersebut antara lain :

a. Data Pemerintah Kota

b. Informasi dari media massa elektronik

c. Data permintaan dan penawaran, merupakan pembanding baik dalam bentuk transaksi maupun penawaran

1.14. ASUMSI

Penilaian diatas tergantung pada hal-hal sebagai berikut :

a. Nilai yang dicantumkan dalam laporan ini serta setiap nilai lain dalam laporan yang merupakan bagian dari objek penilaian hanya berlaku sesuai dengan maksud dan tujuan penilaian.

Nilai yang digunakan dalam laporan penilaian ini tidak boleh digunakan untuk tujuan penilaian lain yang dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan.

b. Obyek penilaian dilengkapi dengan dokumen atas hak kepemilikan/

penguasaan tanah yang sah secara hukum dapat dialihkan dan bebas dari ikatan, tuntutan atau halangan apapun juga selain yang dikemukakan dalam catatan ini.

1.15. PENDEKATAN PENILAIAN

Dengan memperhatikan obyek penilaian dan data pembanding pasar yang ada, kami mempertimbangkan penggunaan pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Biaya (Cost Approach) yaitu memberikan indikasi nilai menggunakan prinsip ekonomi bahwa pembeli akan membayar aset tidak lebih dari biaya untuk mendapatkan aset dengan utilitas yang sama, baik melalui

pembelian atau dengan pembuatan konstruksi dengan mengecualikan faktor-faktor seperti waktu yang tidak semestinya, ketidaknyamanan, risiko atau faktor-faktor lainnya. Pendekatan ini memberikan indikasi nilai dengan menghitung biaya pengganti atau reproduksi saat ini dari aset dan membuat pengurangan untuk kemunduran fisik dan seluruh bentuk keusangan lainnya yang relevan. (SPI 106-6.5)

 Untuk penilaian tanah kami menggunakan Metode Perbandingan Data Pasar, dalam penilaian bisnis juga dikenal sebagai Guideline Transaction Method sedangkan dalam penilaian properti dikenal sebagai Direct Comparison Method, yaitu menggunakan informasi dari transaksi atau penawaran yang melibatkan aset yang sama atau sejenis dengan aset yang dinilai untuk mendapatkan indikasi nilai. (SPI 106-6.2.a).

 Untuk penilaian bangunan-bangunan dan sarana pelengkap, serta mesin-mesin dan peralatan kami menggunakan Metode Biaya Pengganti dikenal juga dengan metode Biaya Pengganti Terdepresiasi (Depreciated Replacement Cost/DRC); yaitu secara umum adalah biaya yang relevan dalam menentukan harga dimana pelaku pasar akan membayar, yang didasarkan pada penggantian aset dengan utilitas yang setara, dan bukan membuat aset yang sama secara fisik, dan kemudian disesuaikan untuk kerusakan fisik dan seluruh bentuk keusangan yang relevan, metode yang mengindikasikan nilai dengan menghitung biaya untuk membuat aset yang serupa dengan utilitas yang setara. (SPI 106 – 6.6b)

- Penyesuaian Depresiasi (SPI 106-6.8.b) umumnya dipertimbangkan untuk berbagai tipe penyusutan/keusangan, yang dapat dipisahkan lebih jauh kedalam sub- kategori apabila melakukan penyesuaian :

Penyusutan Fisik

Kehilangan utilitas yang disebabkan oleh kerusakan fisik aset atau komponennya yang berasal dari umur dan penggunaan.

Keusangan Fungsional

Kehilangan utilitas yang berasal dari inefisiensi dari aset yang dinilai dibandingkan dengan penggantinya seperti desain, spesifikasi dan teknologi yang sudah ketinggalan jaman.

Keusangan Eksternal atau Ekonomis

Kehilangan utilitas yang disebabkan oleh faktor ekonomi, lokasi, atau faktor eksternal lainnya. Keusangan jenis ini dapat berupa temporer atau permanen.

- Diperhatikan pula tentang besarnya manfaat, peran dan kegunaan dari properti.

1.16. PERSYARATAN ATAS PERSETUJUAN UNTUK PUBLIKASI

Laporan penilaian dan/atau referensi yang melampirinya hanya ditujukan untuk memberi tugas dan pengguna laporan sebagaimana dimaksud pada lingkup penugasan ini. Pengguna laporan diluar dari ketentuan pada lingkup penugasan ini harus mendapat persetujuan KJPP JIMMY PRASETYO & REKAN dan Pemberi Tugas.

1.17. KONFIRMASI BAHWA PENILAIAN BERDASARKAN SPI.

Analisis, opini dan kesimpulan yang dibuat oleh penilai, serta laporan penilaian telah dibuat dengan memenuhi ketentuan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI), SPI Edisi VII - 2018 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penggunaan laporan diluar dari ketentuan pada lingkup penugasan ini harus mendapat persetujuan KJPP JIMMY PRASETYO & REKAN dan Pemberi Tugas.

2. RINGKASAN PENILAIAN PABRIK KELAPA SAWIT (Kap. 10 Ton TBS/Jam)

Desa Harapan Maju

Kecamatan Tabalar (Pemekaran Ex. Kec. Talisayan) Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur

A. Tanah 20.000 72.907.000 51.035.000

B. Bangunan & Infrastruktur 2.699.400.000 1.889.600.000

Bangunan Kantor, Mess & Gudang 600 935.600.000 654.900.000

Bangunan PKS 540 1.753.800.000 1.227.700.000

Bangunan Pos Timbang 6 10.000.000 7.000.000

C. Sarana Pelengkap 500.100.000 350.100.000

Pengupasan & Pemadatan Area Pabrik + Kolam

Limbah 4.800

446.400.000 312.500.000

Area Penerimaan TBS 432 28.900.000 20.200.000

Saluran Air 80 24.800.000 17.400.000

D.Mesin-mesin dan Instalasi 23.456.000.000 16.419.500.000

FFB Reception 1.715.200.000 1.200.600.000

Sterilizer Station 4.209.500.000 2.946.700.000

Pressing Station 2.082.500.000 1.457.800.000

Clarification Station 2.125.800.000 1.488.100.000

Depericarper & Kernel Station 1.917.700.000 1.342.400.000

Boiler House Station 4.575.400.000 3.202.800.000

Power House Station 1.730.800.000 1.211.600.000

Raw Water Treatment Station 1.231.400.000 862.000.000

Piping 1.083.600.000 758.500.000

Electrical Instalation 1.709.300.000 1.196.500.000

Effluent Treatment Plant 714.500.000 500.200.000

Mesin & Peralatan Tambahan (Non Pabrik) 360.300.000 252.300.000

E.Kendaraan dan Alat berat 454.500.000 272.700.000

Total 27.182.907.000 18.982.935.000 Dibulatkan 27.182.900.000 18.982.900.000

3. TINJAUAN UMUM INDUSTRI DAN PASAR KELAPA SAWIT 3.1. PENDAHULUAN

Dalam perekonomian makro ekonomi Indonesia, industri minyak sawit memiliki peran strategis, antara lain penghasil devisa terbesar (sektor non migas), lokomotif perekonomian nasional, kedaulatan energi, pendorong sektor ekonomi kerakyatan, dan penyerapan tenaga kerja. Penggunaan minyak kelapa sawit terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia, perkembangan teknologi produksi, dan peningkatan tingkat konsumsi penduduk.

Kelapa sawit menjadi penting karena produknya dibutuhkan hampir di seluruh masyarakat dunia sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng yang merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang paling banyak digunakan oleh berbagai kalangan seperti rumah tangga, restoran dan pabrik-pabrik yang memproduksi bahan makanan lainnya. Begitu juga dengan berbagai produk olahan turunan minyak sawit yang menjadi produk pangan atau non pangan selain minyak goreng antara lain adalah margarin, produk kosmetik, pomade, pasta gigi, bahan pembuat cat, sabun, sampoo, biodiesel dan lain sebagainya. Banyaknya produk pangan dan non pangan yang dihasilkan dari minyak sawit di seluruh dunia sehingga secara kontinu mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit.

Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri utama di Indonesia yang berkaitan erat dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG's), karena menjadi bagian dari solusi pencapaian SDG's di Indonesia atau dunia.

Perkebunan sawit berkontribusi pada pencapaian SDG's yakni penghapusan kemiskinan, pertumbuhaan ekonomi dan kesempatan kerja inklusif, pengurangan ketimpangan, dan peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan yang tercipta secara langsung atau tidak langsung akibat berkembangnya perkebunan sawit juga menyumbang pada SDG's-2, SDG's-3 dan SDG's-4 yakni menghapus kelaparan, perbaikan gizi dan hidup sehat serta pendidikan berkualitas.

Secara empiris kontribusi industri kelapa sawit dalam ekonomi telah banyak terbukti. Kelapa sawit merupakan industri padat karya, sehingga jutaan masyarakat bergantung pada sektor ini. Perkembangan perkebunan kelapa sawit baik oleh perusahaaan swasta, BUMN atau UKM menciptakan kesempatan kerja baru sehingga mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan pada masyarakat yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam industri ini.

Kebun industri mampu menyerap 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung. Sementara petani swadaya mampu menyerap 4,6 juta tenaga kerja. Adanya penyerapan tenaga kerja akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sehingga menyebapkan berkurangnya angka kemiskinan. Kehadiran kelapa sawit didaerah pedesaan juga telah memberikan dampak ekonomi antara lain menstimulus pertumbuhan sektor lain di wilayah pedesaan.

Meningkatnya Produksi CPO di wilayah pusat pengembangan kelapa sawit memberikan dampak sekitar 40% terhadap sektor non pertanian seperti restoran, hotel, infrastruktur dan sektor lainnya. Peningkatan pendapatan sekaligus akan membuat masyarakat mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang yang lebih tinggi lagi serta memiliki hidup yang sehat melalui pemenuhan gizi yang baik. Selain meningkatkan kesejahteraan petani, juga akan turut meningkatkan kualitas fasilitas-fasilitas kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, khususnya jalan raya yang akan mempermudah proses distribusi perekonomian masyarakat.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan akan membuat kesenjangan antar masyarakat perkotaan dan pedesaan akan menurun. Hal ini menunjukkan pengembangan kelapa sawit di daerah pedesaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pelaku usaha kelapa sawit tetapi juga memberikan manfaat kepada masyarakat lain di luar usaha kelapa sawit.

Pemerintah Indonesia juga sangat berperan dalam upaya peningkatan pemanfaatan minyak sawit untuk konsumsi nasional. Salah satunya adalah penerapan kebijakan biodiesel 30% (B-30), yang telah diterapkan pada Desember 2019, dengan melakukan pencampuran 30% minyak sawit pada biodiesel, dan akan ditingkatkan rasionya secara bertahap. Upaya ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil, dan juga penyediaan energi untuk tahun-tahun mendatang.

Indonesia juga sedang mengembangkan skema kredit karbon guna mendukung upaya pelestarian lingkungan. Dengan luas perkebunan kelapa sawit ± 14 juta hektar yang dimiliki Indonesia, mampu menyerap sekitar 2,2 miliar ton karbon dioksida (CO2) dari udara setiap tahun. Namun tantangan utamanya terletak pada upaya mengonversikan carbon foot print ke dalam suatu skema bisnis yang bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini telah disampaikan pada pertemuan tahunan World Economic Forum, Davos. Bagi Indonesia, investasi lingkungan, terutama menyangkut reforestasi, tidak harus dibatasi hanya dalam konteks replanting.

Namun perlu diperluas hingga mencakup aspek monetization dari emisi karbon yang dapat diserap oleh perkebunan sawit. Oleh karenanya, Indonesia mengusulkan agar para stakeholders yang hadir bisa ikut memikirkan mekanisme atau skema penerapan carbon credit yang tepat dalam merealisasikan potensi Indonesia sebagai the capital of carbon credit.

3.2. PRODUK KELAPA SAWIT

Produk yang dihasilkan tanaman kelapa sawit adalah Tandan Buah Segar (TBS) atau Fresh Fruit Bunch (FFB), yang selanjutnya diolah menjadi minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sekitar 15 - 24%, dan minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) sekitar 4,5 – 6%. Tingkat ekstraksi CPO dan PKO dari tandan buah kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh umur produksi, kondisi tanaman, serta penanganan pasca panen. Hingga tahap ini, skala industri perkebunan kelapa sawit masuk ke dalam kategori industri hulu.

Gambar 3.1. Produk Kelapa Sawit dan Turunannya

Dari produk CPO dan PKO, dapat dikembangkan menjadi bermacam-macam produk industri hilir. CPO dan PKO merupakan ester asam lemak dan gliserol yang disebut trigliserida. Trigliserida CPO kaya akan asam lemak palmitat, linoelat, stearat, dan gliserol; sedangkan trigliserida PKO mengandung asam laurat, miristat, stearat, gliserol, dan sedikit palmitat. Produk-produk hilir yang dihasilkan antara lain minyak goreng, margarine, vanaspati, shortening, fatty acid, methyl ester (biodiesel), glycerol, dan garam metalik. Produk lainnya digunakan pada industri makanan, kosmetik, farmasi, pabrik logam, karoseri, dan industri tinta cetak.

3.3 PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 - 15 ton TBS per tahun dengan berat 3 - 40 kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam 1 tandan, terdapat 1.000 - 3.000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10 - 20 gram. TBS diolah di pabrik kelapa sawit (PKS) untuk diambil minyak dan intinya. PKS umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung, yang diuraikan sebagai berikut:

3.3.1 Stasiun Utama

a. Stasiun Penerimaan Buah 1. Jembatan Timbang

Penimbangan dilakukan 2 kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS), serta pada saat keluar (berat truk). Dari selisih timbangan saat masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik.

2. Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang, kemudian dibongkar di loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk. Loading ramp merupakan bangunan dengan lantai yang berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45º. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran (Paser, kerikil, dan sampah) yang terikut dalam TBS. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolis, sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Kapasitas lori kecil dapat memuat 2,5 - 2,75 ton TBS, sedangkan lori besar dapat memuat 4,5 ton TBS.

Gambar 3.2. Proses di Stasiun Penerimaan Buah b. Stasiun Rebusan (Sterilisasi)

Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang banyak digunakan umumnya adalah bejana tekan horisontal yang bisa menampung 10 lori per unit (25 - 27 ton TBS). Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur 135ºC dan tekanan 2,0 - 2,8 kg/cm² selama 80 - 90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam 3 puncak tekanan agar diperoleh hasil yang maksimal.

c. Stasiun Pemipilan (Threshing)

Buah hasil perebusan disalurkan masuk ke moving trippler dan dituangkan ke dalam thresher melalui hopper untuk menampung buah rebus.

Autofeeder akan mengatur meluncurnya buah agar tidak sekaligus.

Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum yang berputar

oleh distributing conveyor. Sedangkan tandan kosong dibawa ke incinerator (atau empty bunch hopper) melalui empty bunch conveyor.

Gambar 3.3. Proses Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Kelapa Sawit d. Stasiun Pengadukan (Digester)

Buah yang masuk ke dalam digester (biasa disebut MPD : material passing to digester) akan diaduk, sehingga sebagian besar daging buah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan ini akan berjalan baik jika isi digester selalu dipertahankan dalam kondisi penuh. Minyak bebas akan keluar melalui lubang dasar digester secara kontinu, dan terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak beralih fungsi sebagai pelumas pisau digester. Suhu digester harus dipertahankan 90ºC - 95ºC.

e. Stasiun Pengempaan (Pressing)

Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan cone 30 - 35 Bar, suhu 90ºC - 95ºC dengan menggunakan air pengencer untuk menurunkan viskositas minyak sebesar 15% - 20% massa.

Penambahan air dapat juga dilakukan di oil gutter, kemudian dialirkan ke stasiun klarifikasi. Ampas hasil kempa dipecah dengan menggunakan cake breaker conveyor untuk memudahkan pemisahan biji dan serat.

f. Stasiun Pemisah Serabut dan Biji Basah (Depericarping)

Digunakan untuk memisahkan serabut dengan biji basah, terdiri atas 3 bagian utama yang merupakan satu kesatuan mesin yakni:

1. Pemecah Ampas Kempa (Cake Breaker Conveyor)

Merupakan suatu ularan pengantar di mana badannya merupakan

Merupakan suatu ularan pengantar di mana badannya merupakan

Dalam dokumen PT PESUD ABADI MAHAKAM (Halaman 10-0)

Dokumen terkait