PABRIK KELAPA SAWIT (Kap. 10 Ton TBS/Jam)
Desa Harapan Maju
Kecamatan Tabalar (Pemekaran Ex. Kec. Talisayan) Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur
A. Tanah 20.000 72.907.000 51.035.000
B. Bangunan & Infrastruktur 2.699.400.000 1.889.600.000
Bangunan Kantor, Mess & Gudang 600 935.600.000 654.900.000
Bangunan PKS 540 1.753.800.000 1.227.700.000
Bangunan Pos Timbang 6 10.000.000 7.000.000
C. Sarana Pelengkap 500.100.000 350.100.000
Pengupasan & Pemadatan Area Pabrik + Kolam
Limbah 4.800
446.400.000 312.500.000
Area Penerimaan TBS 432 28.900.000 20.200.000
Saluran Air 80 24.800.000 17.400.000
D.Mesin-mesin dan Instalasi 23.456.000.000 16.419.500.000
FFB Reception 1.715.200.000 1.200.600.000
Sterilizer Station 4.209.500.000 2.946.700.000
Pressing Station 2.082.500.000 1.457.800.000
Clarification Station 2.125.800.000 1.488.100.000
Depericarper & Kernel Station 1.917.700.000 1.342.400.000
Boiler House Station 4.575.400.000 3.202.800.000
Power House Station 1.730.800.000 1.211.600.000
Raw Water Treatment Station 1.231.400.000 862.000.000
Piping 1.083.600.000 758.500.000
Electrical Instalation 1.709.300.000 1.196.500.000
Effluent Treatment Plant 714.500.000 500.200.000
Mesin & Peralatan Tambahan (Non Pabrik) 360.300.000 252.300.000
E.Kendaraan dan Alat berat 454.500.000 272.700.000
Total 27.182.907.000 18.982.935.000 Dibulatkan 27.182.900.000 18.982.900.000
3. TINJAUAN UMUM INDUSTRI DAN PASAR KELAPA SAWIT 3.1. PENDAHULUAN
Dalam perekonomian makro ekonomi Indonesia, industri minyak sawit memiliki peran strategis, antara lain penghasil devisa terbesar (sektor non migas), lokomotif perekonomian nasional, kedaulatan energi, pendorong sektor ekonomi kerakyatan, dan penyerapan tenaga kerja. Penggunaan minyak kelapa sawit terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia, perkembangan teknologi produksi, dan peningkatan tingkat konsumsi penduduk.
Kelapa sawit menjadi penting karena produknya dibutuhkan hampir di seluruh masyarakat dunia sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng yang merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang paling banyak digunakan oleh berbagai kalangan seperti rumah tangga, restoran dan pabrik-pabrik yang memproduksi bahan makanan lainnya. Begitu juga dengan berbagai produk olahan turunan minyak sawit yang menjadi produk pangan atau non pangan selain minyak goreng antara lain adalah margarin, produk kosmetik, pomade, pasta gigi, bahan pembuat cat, sabun, sampoo, biodiesel dan lain sebagainya. Banyaknya produk pangan dan non pangan yang dihasilkan dari minyak sawit di seluruh dunia sehingga secara kontinu mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit.
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri utama di Indonesia yang berkaitan erat dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG's), karena menjadi bagian dari solusi pencapaian SDG's di Indonesia atau dunia.
Perkebunan sawit berkontribusi pada pencapaian SDG's yakni penghapusan kemiskinan, pertumbuhaan ekonomi dan kesempatan kerja inklusif, pengurangan ketimpangan, dan peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan yang tercipta secara langsung atau tidak langsung akibat berkembangnya perkebunan sawit juga menyumbang pada SDG's-2, SDG's-3 dan SDG's-4 yakni menghapus kelaparan, perbaikan gizi dan hidup sehat serta pendidikan berkualitas.
Secara empiris kontribusi industri kelapa sawit dalam ekonomi telah banyak terbukti. Kelapa sawit merupakan industri padat karya, sehingga jutaan masyarakat bergantung pada sektor ini. Perkembangan perkebunan kelapa sawit baik oleh perusahaaan swasta, BUMN atau UKM menciptakan kesempatan kerja baru sehingga mampu menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan pada masyarakat yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam industri ini.
Kebun industri mampu menyerap 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung. Sementara petani swadaya mampu menyerap 4,6 juta tenaga kerja. Adanya penyerapan tenaga kerja akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sehingga menyebapkan berkurangnya angka kemiskinan. Kehadiran kelapa sawit didaerah pedesaan juga telah memberikan dampak ekonomi antara lain menstimulus pertumbuhan sektor lain di wilayah pedesaan.
Meningkatnya Produksi CPO di wilayah pusat pengembangan kelapa sawit memberikan dampak sekitar 40% terhadap sektor non pertanian seperti restoran, hotel, infrastruktur dan sektor lainnya. Peningkatan pendapatan sekaligus akan membuat masyarakat mampu menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke jenjang yang lebih tinggi lagi serta memiliki hidup yang sehat melalui pemenuhan gizi yang baik. Selain meningkatkan kesejahteraan petani, juga akan turut meningkatkan kualitas fasilitas-fasilitas kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, khususnya jalan raya yang akan mempermudah proses distribusi perekonomian masyarakat.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan akan membuat kesenjangan antar masyarakat perkotaan dan pedesaan akan menurun. Hal ini menunjukkan pengembangan kelapa sawit di daerah pedesaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pelaku usaha kelapa sawit tetapi juga memberikan manfaat kepada masyarakat lain di luar usaha kelapa sawit.
Pemerintah Indonesia juga sangat berperan dalam upaya peningkatan pemanfaatan minyak sawit untuk konsumsi nasional. Salah satunya adalah penerapan kebijakan biodiesel 30% (B-30), yang telah diterapkan pada Desember 2019, dengan melakukan pencampuran 30% minyak sawit pada biodiesel, dan akan ditingkatkan rasionya secara bertahap. Upaya ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil, dan juga penyediaan energi untuk tahun-tahun mendatang.
Indonesia juga sedang mengembangkan skema kredit karbon guna mendukung upaya pelestarian lingkungan. Dengan luas perkebunan kelapa sawit ± 14 juta hektar yang dimiliki Indonesia, mampu menyerap sekitar 2,2 miliar ton karbon dioksida (CO2) dari udara setiap tahun. Namun tantangan utamanya terletak pada upaya mengonversikan carbon foot print ke dalam suatu skema bisnis yang bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini telah disampaikan pada pertemuan tahunan World Economic Forum, Davos. Bagi Indonesia, investasi lingkungan, terutama menyangkut reforestasi, tidak harus dibatasi hanya dalam konteks replanting.
Namun perlu diperluas hingga mencakup aspek monetization dari emisi karbon yang dapat diserap oleh perkebunan sawit. Oleh karenanya, Indonesia mengusulkan agar para stakeholders yang hadir bisa ikut memikirkan mekanisme atau skema penerapan carbon credit yang tepat dalam merealisasikan potensi Indonesia sebagai the capital of carbon credit.
3.2. PRODUK KELAPA SAWIT
Produk yang dihasilkan tanaman kelapa sawit adalah Tandan Buah Segar (TBS) atau Fresh Fruit Bunch (FFB), yang selanjutnya diolah menjadi minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sekitar 15 - 24%, dan minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) sekitar 4,5 – 6%. Tingkat ekstraksi CPO dan PKO dari tandan buah kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh umur produksi, kondisi tanaman, serta penanganan pasca panen. Hingga tahap ini, skala industri perkebunan kelapa sawit masuk ke dalam kategori industri hulu.
Gambar 3.1. Produk Kelapa Sawit dan Turunannya
Dari produk CPO dan PKO, dapat dikembangkan menjadi bermacam-macam produk industri hilir. CPO dan PKO merupakan ester asam lemak dan gliserol yang disebut trigliserida. Trigliserida CPO kaya akan asam lemak palmitat, linoelat, stearat, dan gliserol; sedangkan trigliserida PKO mengandung asam laurat, miristat, stearat, gliserol, dan sedikit palmitat. Produk-produk hilir yang dihasilkan antara lain minyak goreng, margarine, vanaspati, shortening, fatty acid, methyl ester (biodiesel), glycerol, dan garam metalik. Produk lainnya digunakan pada industri makanan, kosmetik, farmasi, pabrik logam, karoseri, dan industri tinta cetak.
3.3 PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 - 15 ton TBS per tahun dengan berat 3 - 40 kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam 1 tandan, terdapat 1.000 - 3.000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10 - 20 gram. TBS diolah di pabrik kelapa sawit (PKS) untuk diambil minyak dan intinya. PKS umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung, yang diuraikan sebagai berikut:
3.3.1 Stasiun Utama
a. Stasiun Penerimaan Buah 1. Jembatan Timbang
Penimbangan dilakukan 2 kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS), serta pada saat keluar (berat truk). Dari selisih timbangan saat masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik.
2. Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang, kemudian dibongkar di loading ramp dengan menuang (dump) langsung dari truk. Loading ramp merupakan bangunan dengan lantai yang berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45º. Kisi-kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran (Paser, kerikil, dan sampah) yang terikut dalam TBS. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolis, sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Kapasitas lori kecil dapat memuat 2,5 - 2,75 ton TBS, sedangkan lori besar dapat memuat 4,5 ton TBS.
Gambar 3.2. Proses di Stasiun Penerimaan Buah b. Stasiun Rebusan (Sterilisasi)
Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang banyak digunakan umumnya adalah bejana tekan horisontal yang bisa menampung 10 lori per unit (25 - 27 ton TBS). Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur 135ºC dan tekanan 2,0 - 2,8 kg/cm² selama 80 - 90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam 3 puncak tekanan agar diperoleh hasil yang maksimal.
c. Stasiun Pemipilan (Threshing)
Buah hasil perebusan disalurkan masuk ke moving trippler dan dituangkan ke dalam thresher melalui hopper untuk menampung buah rebus.
Autofeeder akan mengatur meluncurnya buah agar tidak sekaligus.
Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum yang berputar
oleh distributing conveyor. Sedangkan tandan kosong dibawa ke incinerator (atau empty bunch hopper) melalui empty bunch conveyor.
Gambar 3.3. Proses Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Kelapa Sawit d. Stasiun Pengadukan (Digester)
Buah yang masuk ke dalam digester (biasa disebut MPD : material passing to digester) akan diaduk, sehingga sebagian besar daging buah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan pelumatan ini akan berjalan baik jika isi digester selalu dipertahankan dalam kondisi penuh. Minyak bebas akan keluar melalui lubang dasar digester secara kontinu, dan terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak beralih fungsi sebagai pelumas pisau digester. Suhu digester harus dipertahankan 90ºC - 95ºC.
e. Stasiun Pengempaan (Pressing)
Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan cone 30 - 35 Bar, suhu 90ºC - 95ºC dengan menggunakan air pengencer untuk menurunkan viskositas minyak sebesar 15% - 20% massa.
Penambahan air dapat juga dilakukan di oil gutter, kemudian dialirkan ke stasiun klarifikasi. Ampas hasil kempa dipecah dengan menggunakan cake breaker conveyor untuk memudahkan pemisahan biji dan serat.
f. Stasiun Pemisah Serabut dan Biji Basah (Depericarping)
Digunakan untuk memisahkan serabut dengan biji basah, terdiri atas 3 bagian utama yang merupakan satu kesatuan mesin yakni:
1. Pemecah Ampas Kempa (Cake Breaker Conveyor)
Merupakan suatu ularan pengantar di mana badannya merupakan selubung uap (steam jacket), tempat dimasukkannya uap air untuk memanaskan serabut bekas (sampah) agar tidak terlalu berat untuk dihisap oleh blower, untuk selanjutnya dialirkan ke fibre cyclone.
Alat ini terdiri dari pedal-pedal yang diikat pada poros yang berputar.
Kemiringan pedal diatur, sehingga pemecahan gumpalan ampas kempa yang masih mengandung biji terjadi dengan sempurna, sambil mendorongnya perlahan-lahan menuju separating column dan penguapan air dapat berlangsung dengan lancar.
2. Kolom Pemisah (Separating Column)
Merupakan tempat perpisahan antara serabut bekas (sampah) dan biji.
Biji yang sifatnya lebih berat akan jatuh masuk ke polishing drum;
sedangkan serabut bekas (sampah) masuk ke dalam kolom isapan blower, dan setelah kering (berat jenis kecil), masuk ke dalam conveyor bahan bakar.
3. Drum Pemoles (Polishing Drum)
Sebagai perantara biji yang akan disalurkan ke nut silo dan pembersih biji-biji yang pada bagiannya masih melekat serabut kelapa sawit tersebut.
Cara kerja ketiga bagian tersebut semi automatic dan tenaga kerja yang diperlukan sangat sedikit.
g. Stasiun Klarifikasi (Clarifier) 1. Pemisahan Paser
Minyak yang keluar dari screw press melalui oil gutter dialirkan ke dalam stand trap tank dengan tujuan untuk mengendapkan Paser.
2. Penyaringan Bahan Padatan
Crude oil diencerkan dan dialirkan ke vibrating screen yang berukuran
Dengan mengambil sampel crude oil sebelum masuk vibrating screen, setiap 2 jam sekali dapat ditentukan ketepatan penambahan air pengencer. Dengan hand centrifuge/electric centrifuge dapat diketahui komposisi minyak, NOS, dan air. Komposisi yang tepat jika perbandingan minyak dan sludge 1 : 2 (konvensional), dan jika dengan decanter perbandingan minyak dan sludge 1 : 1. Crude oil yang telah disaring dialirkan ke dalam crude oil tank dengan suhu dipertahankan 90°C - 95°C, untuk kemudian dipompa ke setting tank.
3. Pemisahan Minyak dengan Sludge Setting Tank/Clarifier Tank
Berfungsi untuk mengendapkan sludge yang terkandung dalam crude oil. Temperatur harus dipertahankan 90°C - 95°C. Minyak yang berada pada lapisan atas diangkat dengan bantuan skimmer ke oil tank;
sedangkan sludge yang masih mengandung minyak dialirkan ke sludge tank secara periodik. Sludge dan Paser pada dasar bejana harus dibuang (flushed out) agar pemisahan minyak dapat berjalan dengan baik.
4. Pemurnian Minyak (Oil Purifier)
Berfungsi untuk memisahkan sludge yang melayang (emulsi) dalam minyak dan mengurangi kadar air dalam minyak, sehingga kadar kotoran minyak produksi <0,02%. Temperatur oil purifier tetap dipertahankan 90°C - 95°C.
5. Pengeringan Minyak (Oil Dryer)
Setelah proses oil purifier selesai, minyak dipompa dan ditampung dalam float tank untuk selanjutnya dihisap oleh vacuum dryer. Volume minyak yang masuk diatur oleh toper spindle, sehingga kehampaan dalam vacuum dryer tetap terkendali <50 TORR. Melalui nozzle, minyak disemburkan ke dalam bejana, sehingga penguapan air akan lebih sempurna, dan untuk menjaga keseimbangan minyak masuk dan keluar dari bejana digunakan float valve.
6. Penimbunan Minyak Produksi
Minyak yang terkumpul di dasar bejana akan dipompa ke tangki timbun. Secara periodik, pada tangki timbun dilakukan pengurasan mengikuti standar prosedur pencucian tangki. Suhu penyimpanan 40°C-50°C.
h. Stasiun Pengolahan Sludge 1. Sand Cyclone
Dari sludge tank, sludge dipompakan ke sand cyclone, di mana Paser halus akan terpisah dengan gaya centrifugal dan di blow down secara berkala. Sand cyclone berfungsi dengan baik jika perbedaan tekanan inflow dan outflow sludge menunjukkan angka 2 bar.
Selanjutnya diproses dalam sludge separator untuk memisahkan atau mengambil minyak yang masih terkandung pada sludge.
2. Pemisah Lumpur (Sludge Separator)
Dengan gaya centrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke poros dan terdorong keluar melalui sudut-sudut (disc) ke setting tank; sedangkan ampas dan cairan yang lebih berat terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui nozzle. Padatan yang menempel pada dinding bowl ini harus dibersihkan secara manual atau otomatis. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
Suhu sludge dijaga 90°C - 95°C.
Air yang digunakan untuk balancing harus merupakan air panas (90°C - 95°C) dengan besarnya aliran 10 - 15 pada gelas duga (alfalaval) atau berpedoman pada pelampung (westfalia).
Pembebanan, dilaksanakan setelah mesin berputar normal dengan berpedoman pada revolution counter.
Pencucian bowl dilakukan secara periodik sesuai dengan kebutuhan.
Pembersihan dan pemeriksaan menyeluruh dilaksanakan setiap hari.
3. Penampungan Limpahan Minyak (Preclaim Oil Tank)
Seluruh endapan dari clarifier tank, oil tank, dan sludge tank yang di drain setiap pagi sebelum mengolah, ditampung dalam tangki ini.
Tangki ini dilengkapi dengan sistem pemanas uap injeksi untuk tujuan pemanasan. Minyak yang terapung di bagian atas dialirkan ke clarifier tank, sedangkan lumpur pekat dibuang ke bak penampung sludge yaitu fat pit.
4. Pengutipan Minyak Parit
Pat fit berfungsi untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari condensat dan stasiun klarifikasi. Minyak yang dikutip akan dipompa ke pre claim oil tank.
Pembersihan bak dan pemeriksaan dilakukan setiap 1 bulan.
i. Stasiun Kernel Recovery
Pada stasiun ini, inti sawit (kernel) akan diambil dari cangkangnya, kemudian dikeringkan menjadi inti sawit yang siap dipasarkan. Prosesnya meliputi:
1. Pemeraman Biji (Nut Silo)
Berfungsi sebagai tempat pemeraman/pengeringan biji, agar lebih mudah dipecah dan dipisahkan kernel dari cangkangnya.
2. Pemecahan Biji
Alat pemecah biji yang terdiri dari 2 tipe yaitu nut creaker dan ripple
diperhatikan adalah magnit yang terdapat pada corong pemasukan harus selalu dijaga bersih dari logam yang melekat.
3. Pemisahan Basah dan Kering
Biji yang telah dipecah, antara kernel dan cangkangnya masih bercampur, dan dipisahkan dengan cara pemisahan kering dengan bantuan hisapan angin atau pemisahan basah dengan bantuan tanah liat (claybath) atau (hydrocyclone).
Pengeringan kernel dilakukan secara bertingkat, baik untuk pemisahan basah maupun pemisahan kering. Produk kernel ditimbun dan disimpan dalam karung, yang kelembaban udaranya diatur tidak lebih dari 70%
atau ditimbun dalam silo kernel, di mana pengiriman ke tempat penjualan dengan sistem curah.
4. Stasiun Penyimpanan CPO
Merupakan tempat penyimpanan minyak hasil dari proses klarifikasi sebelum dijual.
3.3.2. Stasiun Pendukung
a. Stasiun Pembangkit Tenaga
Berfungsi untuk mensuplai energi untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan lain yang memerlukan tenaga dalam jumlah besar. Kebutuhan energi di PKS dipasok dari 2 sumber, yaitu ketel uap air (boiler) yang menghasilkan tenaga uap dan diesel genset. Pada PKS, tenaga uap yang dihasilkan oleh boiler, pertama-tama dikonversi menjadi energi listrik melalui turbin. Kemudian, uap keluaran dari turbin ditampung dalam bejana tekan dan dimanfaatkan untuk proses perebusan buah dan keperluan proses pengolahan.
b. Laboratorium
Berfungsi sebagai pusat pengendalian terhadap proses dan kualitas yang dihasilkan selama dan setelah proses produksi berlangsung.
c. Stasiun Pengolahan Air
Air merupakan kebutuhan vital bagi sebuah PKS karena sebagian proses pengolahan membutuhkan air. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti kesadahan dan kadar silika.
d. Stasiun Limbah
Berfungsi untuk menetralisir air buangan pabrik sebelum dibuang ke lingkungan.
e. Bengkel PKS
Berfungsi sebagai tempat untuk pemeliharaan umum terhadap semua peralatan PKS. Jenis pekerjaan yang dilakukan antara lain perbaikan
alat-alat, pembuatan suku cadang, dan modifikasi peralatan sesuai dengan kondisi di lapangan. Biasanya didukung dengan peralatan-peralatan, seperti mesin bubut, mesin skrap, mesin gerinda, mesin bor, mesin las, mesin potong, mesin gergaji, dan mesin peralatan bengkel lainnya.
3.4. INDUSTRI KELAPA SAWIT DUNIA
Berdasarkan data dari USDA (United States Department of Agriculture), minyak sawit (CPO) termasuk dalam golongan Major Vegetable Oil, yang terdiri dari : a. Oil, Coconut - Minyak Kelapa
b. Oil, Cottonseed - Minyak dari Biji Kapas c. Oil, Olive - Minyak Zaitun
d. Oil, Palm - Minyak Sawit
e. Oil, Palm Kernel - Minyak Inti Sawit
f. Oil, Peanut - Minyak dari Kacang-kacangan g. Oil, Rapeseed - Minyak Canola
h. Oil, Soybean - Minyak Kedelai
i. Oil, Sunflower - Minyak dari Bunga Matahari
Jumlah produksi untuk Major Vegetable Oil hingga periode tahun 2020/2021 (periode yang digunakan USDA adalah dari bulan Oktober hingga bulan September tahun berikutnya) mencapai 208,05 juta ton, dan diprediksikan meningkat pada periode selanjutnya (2021/2022*), menjadi 216,17 juta ton, mengalami peningkatan sebesar 3,90%.
Dalam periode tahun 2017/2018 hingga 2021/2022*, rata-rata pertumbuhan produksi major vegetable oil dunia mengalami peningkatan sebesar 2,18% per tahun. Kontribusi rata-rata produksi minyak sawit, dan minyak inti sawit pada Major Vegetable Oil dunia (periode yang sama) adalah sebesar 39,65%, diikuti dengan minyak kedelai (Soybean Oil) sebesar 28,26%, minyak canola (Rapeseed Oil) sebesar 13,73%, dan minyak biji bunga matahari (Sunflowerseed) sebesar 9,65%.
Tabel 3.1. Produksi Major Vegetable Oil Dunia Tahun 2017/2018 – 2020/2022*
(juta ton)
PRODUKSI 2017/18 2018/19 2019/20 2020/21 2021/22*
Oil, Coconut 3,67 3,76 3,6 3,54 3,67
Hingga periode tahun 2020/2021 jumlah produksi minyak sawit dan minyak inti sawit dunia mencapai 81,60 juta ton, terdiri dari 73,31 juta ton minyak sawit, dan 8,29 juta ton minyak inti sawit. Dan pada 2021/2022* diperkirakan meningkat menjadi 85,10 juta ton, terdiri dari 76,38 juta ton minyak sawit, dan 8,72 juta ton minyak inti sawit.
Indonesia menjadi Negara terbesar yang memproduksi major vegetable oil, pada periode tahun 2020/2021, yaitu sebesar 49,44 juta ton, yang sebagian besar adalah minyak sawit (43,5 juta ton). Selanjutnya adalah Tiongkok sebanyak 28,83 juta ton (17,20 juta ton merupakan minyak kedelai), Malaysia sebanyak 20,21 juta ton (18,20 juta ton adalah minyak sawit), Uni Eropa sebanyak 17,87 juta ton (9,24 juta ton adalah minyak kanola), dan Amerika Serikat sebanyak 12,96 juta ton (11,52 juta ton adalah minyak kedelai). Dan untuk periode tahun 2021/2022*, susunan produsen terbesar major vegetable oil masih menempatkan Indonesia sebagai Negara produsen terbesar yaitu sebanyak 50,55 juta ton, yang sebagian besar adalah minyak sawit (44,5 juta ton), Tiongkok sebanyak 29,46 juta ton (17,92 juta ton merupakan minyak kedelai), Malaysia sebanyak 22,00 juta ton (19,7 juta ton adalah minyak sawit), Uni Eropa sebanyak 18,37 juta ton (9,32 juta ton adalah minyak kanola), dan Amerika Serikat sebanyak 13,22 juta ton (11,77 juta ton adalah minyak kedelai).
Dari sisi konsumsi atau kebutuhan dunia untuk Mayor Vegetable Oil hingga periode tahun 2020/2021 mencapai 207,78 juta ton, dan diprediksikan meningkat pada periode 2021/2022* menjadi 213,01 juta ton, atau mengalami peningkatan sebesar 2,52%. Dalam periode tahun 2017/2018 hingga 2021/2022*, rata-rata pertumbuhan konsumsi major vegetable oil dunia mengalami peningkatan sebesar 2,58% per tahun.
Tabel 3.2. Konsumsi Major Vegetable Oil Dunia Tahun 2017/2018 – 2021/2022*
(juta ton) KONSUMSI DOMESTIK 2017/18 2018/19 2019/20 2020/21 2020/21*
Oil, Coconut 3,44 3,56 3,63 3,55 3,68
Sumber : USDA, edisi Juni 2021, diolah
Kontribusi rata-rata konsumsi minyak sawit, dan minyak inti sawit pada Major Vegetable Oil dunia, untuk periode tahun 2017/2018 hingga 2021/2022* adalah sebesar 39,55%, diikuti dengan minyak kedelai (Soybean Oil) rata-rata sebesar 28,43%, dan minyak canola (Rapeseed Oil) sebesar 14,03%.
Tiongkok menjadi Negara terbanyak yang mengkonsumsi major vegetable oil pada tahun 2020/2021, yaitu sebanyak 41,57juta ton, diikuti Uni Eropa sebanyak 25,98 juta ton, India sebanyak 22,60 juta ton, Indonesia sebanyak 18,67 juta ton, dan Amerika Serikat sebanyak 16,58 juta ton. Untuk periode tahun 2021/2022*, Tiongkok masih menjadi Negara konsumen major vegetable oil terbesar, yaitu sebanyak 42,95 juta ton, diikuti Uni Eropa sebanyak 26,29 juta ton, India sebanyak 22,78 juta ton, Indonesia sebanyak 18,95 juta ton, dan Amerika Serikat sebanyak 17,49 juta.
3.4.1. Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit Dunia
Dari data USDA (United States Department of Agriculture), produksi minyak sawit (CPO) dunia dalam 5 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan, meskipun pada periode tahun 2019/2020 mengalami penurunan produksi terutama dari Negara Malaysia, dan beberapa negara lain akibat dampak dari epidemi COVID-19 yang sedang melanda dunia hingga saat ini. Pada periode tahun 2017/2018, produksi minyak sawit dunia mencapai 70,54 juta ton, dan pada periode tahun 2020/2021 produksi minyak sawit dunia mencapai 73,310 juta ton. Angka pertumbuhan rata-rata produksi minyak sawit dunia sepanjang periode tersebut adalah sebesar 1,33% per tahun.
Sumber : USDA edisi Juni 2021, diolah
Gambar 3.4. Produksi dan Tingkat Pertumbuhan CPO Dunia Periode Tahun 2017/2018 sampai dengan tahun 2021/2022*
Pada periode tahun 2021/2022* produksi minyak sawit dunia diprediksi mengalami peningkatan sebesar 4,18%, atau menjadi 76,38 juta ton, seiring dengan pulihnya permintaan minyak sawit dunia pasca pandemi COVID-19.
Untuk periode tahun 2020/2021, Indonesia dan Malaysia masih menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan masing-masing jumlah produksi sebesar 43,50 juta ton, dan 18,20 juta ton. Jumlah produksi minyak