• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identitas Responden dan Karakteristik Industri

1. Identitas Responden Industri Tape Skala Rumah Tangga

Identitas responden adalah gambaran umum dari responden industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yang masih aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian. Identitas responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur responden, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam produksi, status usaha serta lama mengusahakan. Pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus yang berjumlah 23 orang, terbagi di dua desa yaitu Desa Tepisari, dan Desa Sanggang. Metode sensus adalah suatu metode pengambilan responden secara keseluruhan. Dari penelitian diperoleh responden sebanyak 7 orang untuk desa Tepisari, dan Desa Sanggang sebanyak 16 orang. Identitas responden pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Karakteristik Responden Pengusaha Tape Skala Rumah

Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No Uraian Rata-rata

1. Umur (thn) 57,26

2. Lama pendidikan (thn) 4,61

3. Jumlah anggota keluarga (org) 3,61 4. Jumlah anggota keluarga aktif dalam

produksi (org) 3,13

5. Lama mengusahakan (thn) 26,91

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Menurut Mantra (2003), penduduk berumur kurang dari 15 tahun termasuk dalam golongan penduduk yang belum produktif, penduduk berumur 15-64 tahun termasuk golongan penduduk produktif dan umur 65 ke atas termasuk golongan penduduk yang sudah tidak produktif. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada industri tape skala rumah tangga, rata-rata umur responden adalah 57,26 tahun. Hal ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

berarti bahwa responden tape skala rumah tangga masih termasuk dalam penduduk usia produktif. Produktivitas kerja responden tape cukup tinggi pada saat masih dalam umur produktif. Produktivitas berkaitan dengan kemampuan fisik responden. Semakin kuat kemampuan fisik yang dimiliki responden tape maka responden akan lebih mampu menjalankan dan mengembangkan usaha sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Sebagian besar pengusaha tape di Kabupaten Sukoharjo telah mengalami pendidikan formal dengan rata-rata pendidikan selama 4,6 tahun atau setara SD. Sedangkan beberapa responden lainnya tidak mengalami pendidikan formal, terutama bagi kaum wanita, hal ini disebabkan karena mereka beranggapan membantu orang tua berdagang di pasar lebih bermanfaat daripada mengenyam ilmu di pendidikan formal. Meskipun pendidikan formal bukanlah syarat utama dalam usaha industri tape, namun pendidikan formal akan mempengaruhi pola pikir responden dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya, terutama dalam memanfaatkan informasi pasar ataupun dalam memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan dan pemasaran. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka responden akan lebih dapat berfikir rasional dalam mengelola dan mengembangkan usahanya seperti saat pengambilan keputusan dalam menetapkan strategi usaha yang akan diterapkan sehingga dapat mempengaruhi pendapatan yang akan diperoleh responden tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Dalam penelitian diketahui adanya perbedaan harga pasar yang dapat dimanfaatkan pengrajin tape sebagai salah satu peluang untuk meningkatkan pendapatan yaitu dengan jalan mendistribusikan hasil produksi ke daerah yang mempunyai harga jual tinggi.

Jumlah rata-rata anggota keluarga responden usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah sebanyak 4 orang. Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh pada ketersediaan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga yang ikut aktif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55

dalam kegiatan industri tape. industri tape skala rumah tangga sedikitnya membutuhkan 3 orang tenaga kerja. Jumlah rata-rata anggota keluarga yang ikut aktif dalam industri sebanyak 3 orang. Pada umumnya anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan industri tape adalah suami dan istri, sedang anggota keluarga yang lain bekerja di luar kota atau sektor lain, masih menempuh pendidikan atau termasuk usia belum/sudah tidak produktif (anak-anak dan lanjut usia).

Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo telah diusahakan rata-rata selama 26,91 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah cukup lama menjalankan usahanya, sehingga pengalaman yang dimiliki responden pun sudah cukup banyak. Semakin lama waktu mengusahakan, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki, maka responden semakin mampu menghadapi kendala-kendala yang muncul selama proses produksi hingga proses pemasaran produk, seperti naiknya harga bahan baku dan bahan penolong, ataupun karena cuaca yang tidak menentu.

Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi dua macam status usaha yaitu usaha utama dan usaha sampingan. Status usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.

Tabel 18. Status Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Status Usaha Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Utama 20 86,96

2. Sampingan 3 13,04

Jumlah 23 100

Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berstatus sebagai usaha utama yaitu sebesar 86,96 % atau 20 industri tape, sedangkan 3 industri tape atau 13,04 % berstatus sebagai usaha sampingan. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo melakukan produksi setiap hari,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tetapi ada juga yang berproduksi dua hari sekali atau satu minggu dua kali produksi. Disebut sebagai usaha utama karena anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak ikut aktif dalam proses produksi dan lebih banyak mencurahkan waktu kerja nya dalam industri ini. Selain itu pendapatan yang diperoleh dari industri tape merupakan pendapatan utama yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Disebut sebagai usaha sampingan karena mempunyai usaha lain dengan waktu kerja yang dicurahkan dalam industri tape sama atau lebih sedikit dibandingkan dengan usaha lain tersebut. Sebagian responden menjadikan industri tape sebagai usaha sampingan karena responden mempunyai pekerjaan utama lain seperti pedagang dan petani.

Responden mengusahakan industri tape dengan berbagai macam alasan. Data mengenai alasan responden mengusahakan industri tape dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19. Alasan Mengusahakan Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah

(orang) Persentase (%) 1. 2. Usaha warisan Menguntungkan 10 3 43,48 13,04 3. Tidak mempunyai pekerjaan

lain

10 43,48

Jumlah 23 100

Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo, sebagian besar merupakan usaha warisan yaitu sebesar 43,48 % atau sebanyak 10 orang. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo disebut sebagai usaha warisan karena merupakan usaha yang diperoleh secara turun-temurun. Sebesar 43,48 % atau sebanyak 10 orang mengusahakan industri tape karena alasan tidak mempunyai pekerjaan lain. Hal ini disebabkan karena terbatasnya lapangan pekerjaan lain atau karena pekerjaan sebelumnya tidak memberikan pendapatan yang layak. Alasan lain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57

responden mengusahakan industri tape dengan alasan industri tape merupakan industri yang menguntungkan yaitu sebesar 13,04 % atau sebanyak 3 orang.

2. Modal Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga

Setiap usaha pasti tidak terlepas dari kebutuhan akan modal. Modal adalah sejumlah uang yang digunakan untuk memulai usaha maupun untuk menjalankan usaha, seperti untuk membeli peralatan maupun bahan-bahan yang dibutuhkan. Sumber modal dapat berasal dari modal sendiri atau dari modal pinjaman. Permodalan pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20. Sumber Modal Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo

No Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Modal sendiri 23 100

2. Modal pinjaman - -

Jumlah 23 100

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan bahwa seluruh responden industri tape dalam menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri yaitu sebesar 100% atau sebanyak 23 orang. Pada saat penelitian tidak ada responden yang menggunakan modal pinjaman dari Bank atau lembaga keuangan lain.

3. Pengadaan Bahan Baku Industri Tape Skala Rumah Tangga

Singkong merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam industri pembuatan tape. Pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo menggunakan mekanisme pembelian borongan (tebasan). Sistem tebasan merupakan sistem pembelian bahan baku singkong dengan luasan tertentu dan dengan nominal yang disesuaikan dengan harga jual dan telah disepakati bersama antara pengusaha tape dan petani singkong. Biasanya pengusaha tape memborong atau menebas sebidang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

lahan singkong siap panen dengan harga Rp 500.000,00 - Rp 800.000,00 untuk digunakan sebagai bahan baku produksi selama satu bulan. Pembayaran dilakukan secara kontan tetapi ada juga yang melakukan pembayaran secara kredit (cicilan). Pengambilan singkong disesuaikan dengan kapasitas produksi yang dimiliki masing-masing pengusaha tape atau dengan kata lain kuantitas pengambilan bahan baku hanya untuk satu kali produksi saja. Hal ini bertujuan agar singkong yang diambil dalam keadaan bagus dan segar sehingga dapat menghasilkan produk tape yang berkualitas bagus dan manis.

4. Pengadaan Bahan Penolong Industri Tape Skala Rumah Tangga Bahan penolong yang digunakan dalam industri tape adalah ragi, dan kayu bakar. Ragi tape banyak dijual di pasar umum ataupun di pasar-pasar tradisional dengan kisaran harga yang bervariasi antara Rp2.000,00 hingga Rp3.500,00 per bungkus. Terdapat beberapa macam ragi yang dijual di pasaran. Namun demikian responden usaha industri tape di Kabupaten Sukoharjo lebih memilih untuk menggunakan ragi NKL dengan alasan ragi NKL memberikan cita rasa yang paling baik. Cita rasa yang baik yaitu menghasilkan produk tape yang manis, warna terang menarik, struktur yang lembut dan butiran ragi yang halus. Penggunaan ragi selain ragi NKL dengan harga yang lebih murah memberikan dampak pada produk tape yang dihasilkan menjadi berwarna kusam, butiran ragi terlihat kasar dan rasa tape menjadi pahit. Dalam satu bungkus ragi NKL terdapat 24 butir bola ragi.

Harga kayu bakar di masing-masing daerah penelitian juga berbeda-beda. Harga kayu bakar berkisar antara Rp 3.000,00 – Rp 5.000,00 per ikat. Perbedaan harga kayu bakar ini terjadi karena tiap ikat kayu bakar isi dan ukurannya berbeda-beda. Sebagian besar responden menggunakan kayu bakar dalam proses perebusan ketela pohon.

5. Peralatan Industri Tape Skala Rumah Tangga a. Pisau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59

Pisau yang digunakan dalam pembuatan tape menggunakan dua macam pisau yaitu pisau besar dan pisau kecil. Pisau besar digunakan untuk memotong singkong dan untuk membersihkan singkong dari kulitnya. Sedangkan pisau kecil digunakan untuk membersihkan serat singkong hingga singkong terlihat putih bersih. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tape yang dihasilkan tidak pahit.

b. Tungku

Tungku merupakan alat yang terbuat dari tumpukan batu bata yang dibentuk menyerupai kubus dan pada bagian permukaan terdapat 2 lubang sedangkan pada bagian dasar terdapat 1 lubang sebagai tempat dimana bahan bakar diletakkan. Alat ini digunakan untuk merebus singkong hingga singkong menjadi empuk dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakar.

c. Tenggok/bakul

Tenggok adalah alat yang terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk seperti keranjang. Tenggok digunakan sebagai wadah singkong yang telah dicuci bersih ataupun sebagai wadah pada saat pemeraman (fermentasi). Pencucian bisa dilakukan sampai tiga kali agar singkong benar-benar bersih sehingga dapat menghasilkan tape yang berkualitas baik. Air yang digunakan untuk proses pencucian harus bersih. Penggunaan air yang tidak bersih atau penggunaan air hujan dapat mengakibatkan kegagalan (tape tidak manis).

d. Ember plastik

Ember plastik digunakan sebagai penampung air. Peralatan ini digunakan pada saat pencucian singkong yang telah dikupas.

e. Lemper dan muntu

Lemper digunakan sebagai wadah saat menghancurkan dan menghaluskan butiran-butiran ragi dengan menggunakan muntu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

f. Saringan

Alat ini digunakan pada saat menaburkan ragi yang berfungsi agar ragi yang ditaburkan benar-benar lembut dan halus. Ragi yang mulanya berbentuk bola-bola ragi dihaluskan terlebih dahulu baru kemudian ditaburkan dengan menggunakan penyaring.

g. Periuk

Periuk adalah alat yang terbuat dari aluminium yang digunakan sebagai wadah pada saat perebusan singkong.

6. Proses Produksi Pembuatan Tape

Bahan baku utama dalam pembuatan tape adalah ketela pohon (singkong). Untuk mendapatkan hasil tape yang berkualitas baik maka singkong yang digunakan harus dalam kondisi baik dan bagus, bersifat empur. Singkong yang bagus atau baik dapat dilihat dari tampilan fisiknya pada saat pemanenan. Singkong yang menonjol keluar dari tanah biasanya kurang bagus dan bersifat kenyal.

Pembuatan tape dimulai dengan proses sortasi singkong yaitu memilih singkong yang bagus, empur. Singkong yang bagus untuk dibuat tape adalah yang berumur 10 bulan, dan baru saja dicabut dari kebun. Penggunaan bahan baku singkong yang berumur kurang dari 7 bulan akan menghasilkan rasa asam pada tape yang dihasilkan. Jika singkong yang digunakan sebagai bahan baku berumur lebih dari 12 bulan akan lebih banyak mengandung serat, kurang baik jika digunakan sebagai bahan baku karena akan mengakibatkan tape yang dihasilkan kurang manis. Singkong yang mempunyai sifat kenyal harus dipisahkan terlebih dahulu. Tahap selanjutnya adalah pengupasan kulit singkong dan membuang bonggol singkong. Setelah tahap pengupasan kulit singkong selesai, tahap selanjutnya adalah pengerikan dan pemotongan. Setelah singkong dikerik hingga putih bersih dan dipotong-potong kemudian singkong kembali dicuci hingga bersih. Setelah proses pencucian, singkong yang telah dicuci bersih diletakkan ke dalam periuk untuk proses perebusan. Perebusan singkong dilakukan hingga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61

singkong mengalami perubahan warna menjadi kekuningan dan merekah. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih empat jam. Setelah itu singkong didinginkan kurang lebih selama dua jam.

Sambil menunggu singkong menjadi dingin, tahapan selanjutnya adalah menghancurkan dan menghaluskan bola-bola ragi dengan menggunakan muntu dan lemper. Setelah singkong benar-benar dingin, ragi mulai ditaburkan pada singkong secara merata dengan menggunakan saringan, agar ragi yang ditaburkan benar-benar lembut dan halus. Setelah ragi ditaburkan secara merata, tahap selanjutnya adalah menutup permukaan singkong yang telah diletakkan di dalam tenggok dengan menggunakan daun pisang atau plastik dengan rapat. Apabila permukaan singkong tidak ditutup rapat akan dapat mengakibatkan kegagalan dalam pembuatan tape yang disebabkan oleh enzim pada ragi saccharomyces cereviceae tidak pecah apabila terdapat udara yang mengganggu proses pemecahan enzim tersebut. Proses fermentasi berlangsung kurang lebih membutuhkan waktu dua malam. Setelah proses fermentasi selesai, tahap selanjutnya adalah mengemas tape menggunakan daun pisang atau plastik dan memasarkan ke pedagang ataupun konsumen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Gambar 2. Skema Pembuatan Tape Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Sukoharjo

Singkong Sortasi Baik Pengupasan kulit singkong &pengerikan Kenyol

(bonggol besar, umbi keluar dari tanah waktu pemanenan)

Direbus lebih lama (diletakkan pada

bag plg dasar) Pencucian

Perebusan ±4jam Dinginkan pada wadah Taburkan ragi dengan penyaring Fermentasi ± 36 jam Tape (daya tahan 2 hari)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63

7. Pemasaran

Pemasaran produk industri tape di Kabupaten Sukoharjo masih terbatas di dalam kota, yaitu dipasarkan di pasar-pasar yang ada di Sukoharjo seperti Pasar Tawangsari, Pasar Polokarto, Weru, Krisak dan Nguter. Data mengenai jalur distribusi industri tape di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 21 berikut:

Tabel 21. Jalur Pemasaran Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Dipasarkan sendiri 23 100

2. Lewat pedagang 0 0

Jumlah 23 100 Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 21 menunjukkan bahwa 100% responden atau sebanyak 23 orang responden memasarkan tape yang dihasilkan dengan cara dipasarkan sendiri ke konsumen akhir. Daerah pemasaran hasil produksi masih terbatas di dalam kota saja yaitu di pasar-pasar dan warung terdekat antara lain di Pasar Bulu, Pasar Krisak, Pasar Tawangsari, Pasar Nguter, Pasar Polokarto, Pasar Weru dan Pasar Notokan. Pemasaran biasa dilakukan setiap 2 hari sekali yaitu pada pasaran pon dan legi. Produsen lebih memilih untuk menjual langsung ke konsumen tanpa melalui pedagang perantara dengan alasan untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi.

B. Analisis Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga

Dokumen terkait