• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identitas Responden

Dalam dokumen implementasi manajemen berbasis sekolah (Halaman 61-82)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Responden sebanyak 49 orang yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah dan 24 orang guru kelas, termasuk diantaranya wakil kepala sekolah dan berbagai urusan yang diberikan amanat untuk menjalankan tugas-tugas vital di sekolah serta 24 orang komite sekolah (masyarakat) yang merupakan perwakilan dari orang tua siswa.

Selanjutnya untuk memperoleh informasi yang akurat maka responden dipilih sengaja dari lokasi sampel Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Watampone Kabupaten Umum sebagai syarat memenuhi karakteristik sampel yang diteliti. Selanjutnya untuk memperoleh gambaran secara rinci, akan diuraikan karakteristik responden sebagai berikut:

a. Pangkat/golongan responden

Semakin tinggi tingkat kepangkatan/golongan merupakan faktor yang diasumsikan signifikan dengan kualitas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru

Tabel 4.1. Karakteristik responden guru berdasarkan pangkat/golongan

Pangkat/Golongan Frekuensi (f) Persentase (%)

II/a – II/d -

-III/a – III/d 5 20,83

IV/a – IV/e 19 79,17

Jumlah 24 100

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa dari 24 responden guru yang dijadikan sampel dapat dibuat perincian sebagai berikut yaitu untuk golongan IIa-IId adalah 0 persen, Untuk golongan IIIa-IIId sebanyak 20,83 persen atau sebanyak 5 orang guru, dan untuk golongan IVa-IVe sebanyak 79,17 persen .

Jika responden guru dianalisis berdasarkan golongan seperti pada tabel yang disajikan di atas, bahwa responden golongan 1V yang paling tinggi yaitu sebanyak 79,17 persen, hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi yang memadai dalam rangka pengembangan manajemen berbasis sekolah dapat terlaksana dengan baik.

b. Tingkat umur responden

Tingkat umur responden dalam penelitian ini dimulai dengan batas usia 30 tahun sampai 55 tahun ke atas, hal ini diasumsikan keaktifan (enerjik) dalam pelaksanaan tugas-tugas guru.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden berusia 30 tahun ke bawah sebanyak 2 orang atau 8,33 persen, usia responden berusia 31-45 tahun sebanyak 7

orang atau sekitar 29,17 persen. Usia 46-55 tahun sebanyak 12 orang atau sekitar 50 persen dan hanya 3 orang responden atau 12.5 persen berusia 55 tahun ke atas.

Tabel 4.2. Penyebaran responden guru menurut kelompok umur

Kelompok Umur Frekuensi (f) Persentase (%)

< 30 tahun 2 8,33

31-45 tahun 7 29,17

46- 55 tahun 12 50

> 55 tahun 3 12.5

Jumlah 24 100

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa dari sebanyak 24 responden guru dan sampel yang diteliti sebanyak 21 orang atau sekitar 87.5 persen pada usia kurang dari 55 tahun masih sangat potensi dalam kedudukannya baik sebagai guru kelas maupun kedudukannya sebagai kepala sekolah dianggap cukup enerjik dan berpengalaman sedang sisanya yaitu sebanyak 3 orang karena berumur di atas 55 tahun atau sekitar 12.5 diasumsikan kurang enerjik.

c. Tingkat pendidikan

Distribusi responden menurut tingkat pendidikan merupakan suatu faktor yang diasumsikan mempunyai pengaruh terhadap kualitas responden yang berprofesi sebagai guru. Salah satu indikasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan baik output maupun inputnya adalah memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga pendidik untuk melanjutkan pendidikannya pada level D.4 atau setara dengan sarjana.

Tabel 4.3. Penyebaran responden guru menurut tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

Diploma : 1. Diploma I 0 0 2. Diploma II 0 0 3. Diploma III 3 12,5 4. Sarjana Strata 1 19 79,17 5. Sarjana Strata 2 2 8,33 Jumlah 24 100

Sumber: Data Primer, 2012

Memperhatikan tabel 4.3 penyebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan terlihat bahwa kategori pendidikan setingkat SPG sebanyak 0 persen atau tidak ada guru yang berpendidikan SPG sederajat, demikian halnya dengan pendidikan diploma dua sebanyak 0 persen, diploma tiga terdapat 3 orang atau 12,5 persen sedang sarjana strata satu 19 orang atau sekitar 79.17 persen dan 2 orang atau 8,33 persen dengan tingkat pendidikan strata dua.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari sebanyak 24 responden guru apabila dianalisis berdasarkan kategori pendidikan rendah. sedang dan tinggi terlihat bahwa tidak terdapat guru yang berkualifikasi pendidikan rendah dan hanya terdapat 3 orang guru yang berpendidikan D.III atau sekitar 12,5 persen, disusul guru yang berpendidikan strata satu S1 tampak sangat mayoritas sebanyak 19 orang atau sekitar 79,17 persen dan yang berpendidikan stara 2 yakni sebanyak 2 orang atau sekitar 8,33 persen.

Dengan membandingkan masing-masing tingkat pendidikan dalam tabel tersebut dimana tingginya tingkat pendidikan tinggi (Strata satu) menyusul tingkat pendidikan diploma dan strata 2 dapat dikatakan bahwa Keberadaan responden guru sangat

signifikan dengan kualitas akademik dengan prospek pengembangan sekolah dalam rangka pengimplementasian MBS.

1. Responden Masyarakat

Jumlah responden masyarakat/orang tua siswa sebanyak 24 orang. Responden anggota komite sekolah maupun orang tua/wali murid yang dipilih sebagai lokasi sampel penelitian. Selanjutnya karakteristik responden masyarakat akan diuraikan secara rinci sebagai berikut:

a. Responden masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan

Responden masyarakat/orang tua siswa sebanyak 24 orang. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan merupakan suatu faktor yang diasumsikan mempunyai pengaruh terhadap kualitas responden berpartisipasi terhadap pengembangan sekolah. Responden masyarakat menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4. Penyebaran responden masyarakat menurut tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak Tamat SD - -SD - -SLTP 2 8.33 SLTA 9 37.5 Sarjana 13 54.17 Jumlah 24 100

Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.4 tentang penyebaran responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan menyebar dari SLTP sebanyak 2 orang atau 8.33 persen, SLTA 9 orang atau sekitar 37.5 persen sampai pada tingkat sarjana sebanyak 13 orang atau sekitar 54.17 persen. Jika distribusi responden tersebut dianalisis dengan

membandingkan masing-masing tingkat pendidikan yang ada, dominan responden berpendidikan sarjana, hal ini menunjukkan bahwa peran serta masyarakat potensial terlibat dalam setiap kegiatan sekolah.

b. Responden masyarakat berdasarkan pendapatan

Distribusi responden menurut tingkat pendapatan diasumsikan signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan/pengembangan sekolah.

Responden masyarakat menurut tingkat pendapatan dapat dilihat pada tabel 4.5: Tabel 4.5. Penyebaran responden menurut tingkat pendapatan

Tingkat Pendapatan Frekuensi (f) Persentase (%)

< 1 Juta 5 20,83

1 – 5 Juta 12 50

< 5 Juta 7 29,17

Jumlah 24 100

Sumber: Data Primer, 2012

Pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendapatan 1-5 juta atau 50 persen. Dan bila dibandingkan dengan yang berpendapatan rendah (kurang 1 juta) lebih banyak berpendapatan tinggi (di atas 5 juta) yaitu sebesar 29,17 persen dan jumlah sampel yang diteliti (sebanyak 24 orang). Dari Persentase ini jika dianalisis, maka tingkat pendapatan masyarakat potensial terhadap pengembangan sekolah menjadi lebih baik.

2. Latar belakang pekerjaan responden masyarakat

Latar belakang pekerjaan dapat diasumsikan signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengembangan sekolah. Biasanya tingkat pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sangat mendukung dalam penetapan kebijakan pada sebuah institusi terlepas dari konsep politik maupun sosial. Adapun tabel penyebaran tingkat dan latar belakang pekerjaan dapat dijelaskan melalui tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6. Penyebaran responden masyarakat menurut latar belakang pekerjaan Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

Pegawai Negeri 14 41,67

Pensiunan Pegawai Negeri 2 20.83

Wiraswasta 8 37.5

Jumlah 24 100

Sumber: Data Primer, 2012

Dengan melihat tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki latar belakang pekerjaan sebagai pegawai negeri yaitu sebanyak 9 orang atau sekitar 41,67, menyusul wiraswasta 8 orang atau sekitar 37,5 persen sedang pensiunan pegawai negeri yang terlibat dalam komite sekolah hanya 4 orang atau sekitar 20.83 persen.

Memperhatikan tabel tentang penyebaran responded menurut latar belakang pekerjaan bahwa pegawai negeri sipil yang dominan memperlihatkan tingkat partisipasi paling tinggi, kemudian kalangan wiraswasta juga memperlihatkan tingkat partisipasi yang cukup tinggi, hal tersebut jika dianalisis bahwa selama ini perhatian dunia usaha/wiraswasta yang menjadi sorotan masyarakat telah mengalami perubahan yang mendasar sebagai akibat dan perubahan subsistem manajemen pendidikan yaitu manajemen berbasis sekolah.

C. Kinerja Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan MBS pada SMP Negeri 4 Khusus Kabupaten Umum

Secara khusus variabel kinerja kepala sekolah dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan quosioner sebagai pedoman wawancara untuk menganlisis aktivitas kinerjanya sebagai kepala sekolah serta melakukan pengamatan secara seksama mengenai kondisi riil berkaitan dengan implementasi manajemen berbasis sekolah. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja kepala sekolah adalah instrumen

yang sama dikeluarkan oleh departemen pendidikan nasional, Dirjen Dikdasmen tahun 2000, dengan upaya memotret keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dan sekaligus menggambarkan kondisi obyektif profit sekolah secara utuh. Kinerja sekolah merupakan keterpaduan semua warga sekolah yang tidak terlepas dan pelaksanaan tugas kepala sekolah (Dirjen Dikdasmen 2000)

Untuk kinerja kepala sekolah dipakai 7 (tujuh) komponen penilaian yaitu (1) kepala sekolah sebagai edukator (2) kepala sekolah sebagai manajer, (3) kepala. sekolah sebagai administrator, (4) kepala sekolah sebagai supervisor, (5) kepala sekolah sebagai leader, (6) kepala sekolah sebagai innovator, dan (7) kepala sekolah sebagai motivator.

Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Edukator).

Sebagai edukator, kepala sekolah bertugas untuk membimbing guru, tenaga kependidikan, peserta didik, mengikuti perkembangan iptek, dan memberi teladan yang baik. Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut: a) mengikutsertakan guru-guru dalam penataran, atau pendidikan lanjutan; b) menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik; c) menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara

mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran; dan sebagainya

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala SMPN 4 Watampone” Drs Mahmud MM” kegiatan pembelajaran di sekolahnya berjalan dengan tertib, bahkan beliau sebagai kepala sekolah mendapat tugas mengajar di kelas dengan jumlah jam wajib sebanyak 6 jam.

“Kepala Sekolah itu adalah tugas tambahan yang dipercayakan pemerintah kepada saya untuk memimpin lembaga ini. Tugas utama saya adalah mengajar, membimbing siswa serta membimbing guru dalam peningkatan proses pembelajaran. dan itu fungsi utama saya sebagai seorang edukator atau tenaga pendidik, meskipun saya menyadari kegiatan diluar yang berkaitan dengan kepentingan sekolah terkadang membuat saya tidak mengajar. Sekalipun demikian saya akan menggantinya atau mencarikan waktu untuk tetap mengajar pada kelas yang saya ajar. Khusus untuk membimbing siswa, saya serahkan ke pembina kesiswaan, sedangkan untuk pembimbingan guru diserahkan kepada tim yang saya bentuk untuk memantau kinerja guru” (14 Maret 2012).

Apa yang disampaikan oleh kepala SMPM 4 Watampone, sejalan dengan yang diinformasikan oleh Wakasek “ Drs Suradi” dan bapak Muh Amin sebagai urusan Kurikulum. Tugas diluar dan tamu yang datang terkadang menyebabkan kepala sekolah tidak masuk mengajar dikelas, tetapi tetap mencari waktu di sore hari untuk mengajar. Oleh karena itu kami berusaha bekerja semaksimal mungkin agar tugas utama kepesek tidak terbengkalai maka jam mengajar kepala sekolah kami tempatkan pada jam 1dan 2 setiap hari senin sampai jumat.

“Kami memahami bahwa kepala sekolah memiliki kesibukan yang teramat padat sehingga tugas mengajarnya terkadang terabaikan, meskipun beliau tetap menggantinya di sore hari. Karena itu, kami membuat jadwal mengajar yang tetap memungkinkan kepala sekolah tetap mengajar dengan memberi jadwal jam 1-2 setiap hari Senin-Rabu, agar aktivitas pembelajaran siswa tidak terganggu (15 Maret 2012”).

Berdasarkan keterangan diatas, kepala sekolah sebagai seorang edukator telah bekerja sesuai standar yang berlaku. Dan menurut analisis penulis bahwa prilaku kepala

SMPN 4 Watampone yang mengajar dalam kelas dan berusaha menggantinya jika berhalangan masuk adalah sebuah prilaku yang patut ditiru oleh kepala sekolah yang lain yang terkadang hanya namanya yang tercantum dalam jadwal/roster mengajar tetapi orang lain yang menjalankannya.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Watampone:

a) Masuk kelas mengajar, dengan jumlah jam wajib 6 jam pelajaran/minggu yang dilaksanakannya setiap hari Senin-Rabu dengan masuk pada jam pertama sampai jam kedua.

b) Kepala SMP Negeri 4 Khusus telah melaksanakan fungsinya sebagai Educator (pendidik) sebagaimana yang diharapkan dalam MBS yaitu kepala sekolah tetap menjalankan aktivitas mengajar dalam kelas.

Adapun bentuk riil dan masing-masing tugas yang telah dilakukan Kepala Sekolah tersebut di atas adalah :

a) Bersama dengan tim yang dibentuk dari urusan kurikulum dan pengajaran, kepala sekolah Membimbing guru dalam meningkatkan kinerja mereka terutama bagaimana menyusun RPP dan mengajar dengan memanfaatkan tekhnologikhususnya dalam hal kegiatan proses belajar mengajar dan

b) membimbing siswa dengan memberikan materi pembelajaran sekaligus memotivasi siswa untuk berprestasi.

Kegiatan kepala sekolah masuk mengajar adalah selain sebagai tugas pokok juga memberi contoh kepada guru agar guru dapat melaksanakan tugasnya secara optimal dan siswa dapat termotivasi untuk belajar dengan baik.

Sebagai seorang manajer, Kepala Sekolah diharuskan mampu mensinkronkan antara berbagai program yang telah disusun dengan memanfaatkan sumber daya sekolah yang tersedia yang disesuaikan dengan arah dan kondisi sekolah, administrasi sekolah, uraian tugas berdasarkan kemampuan personil serta uraian tugas organisasi. Berdasarkan wawancara dengan ibu Rosmawati sebagai kepala tata usaha dan pak Herman sebagai wakasek kurikulum dan pengajaran, bahwa masih terdapat beberapa kelemahan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai seorang manajer yang seharusnya kelemahan tersebut bisa diminimalisir bahkan ditiadakan.

“Potensi guru disekolah kami termasuk pegawai dari segi jumlah sangatlah besar, namun kepala sekolah sering memberikan tugas rangkap kepada seorang guru atau pegawai sehingga sumber daya yang seharusnya bisa dimaksimalkan perannya menjadi berkurang, seperti dalam kegiatan ketatausahaan, banyak tenaga honorer yang terparkir yang tenaganya hanya kadang dipakai untuk mengurus atau mengerjakan hal yang sama, padahal masih banyak pekerjaan lain”(27 Maret 2012).

Meskipun demikian, ditambahkan oleh ibu Rosmawati, bahwa kepala sekolah tetap menempatkan orang-orang yang dianggap sangat profesional dalam hal-hal yang sangat urgensial untuk kemajuan sekolah, karena semua urusan yang diangkat untuk mendampingi beliau dalam membantu menjalankan tugasnya adalah orang-orang pilihan, sehingga kelemahan-kelemahan yang terjadi dapat cepat diatasi.

“Kepala sekolah sangat jeli melihat guru atau pegawai yang profesional untuk ditempatkan pada bidang atau urusan yang sangat strategis dalam rangka pengembangan sekolah dan sangat membantu meringankan pekerjaan kepala sekolah”(23 Maret 2012).

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Watampone sebagai seorang manajer telah melaksanakan fungsinya dengan baik dengan catatan masih perlu melakukan koordinasi antar pegawai khususnya pegawai tata usaha. Adapun bentuk kegiatan riil dari masing-masing uraian tugas yang telah dilakukan kepala sekolah tersebut di atas adalah :

1. Pembuatan Program :

Program utama yang menjadi fokus antara lain adalah (1) Program kerja kepala sekolah adanya :

a) Program jangka panjang (8 tahun), jangka menengah (4 tahun) dan jangka pendek baik akademik maupun non akademik, penyusunan RAPBS serta dan mempunyai mekanisme monitor dan evaluasi pelaksanaan program secara sistematika.

b) Memiliki susunan kepegawaian sekolah

c) Memanfaatkan sumber daya manusia serta sarana-prasarana secara optimal.

d) Mempunyai catatan kinerja sumber daya manusia yang ada disekolah serta program peningkatan mutu.

Kepala Sekolah sebagai Administrator

Administrasi merupakan suatu proses yang menyeluruh dan terdiri dari bermacam kegiatan atau aktivitas di dalam pelaksanaannya. Sebagai administator, kepala sekolah bertanggung jawab atas kelancaran segala pekerjaan dan kegiatan administratif di sekolahnya. Aktivitas administratif adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan, penyusunan dan dokumentasi program dan kegiatan sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah juga dituntut untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.

Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Watampone telah melaksanakan fungsi sebagai administrator. Adapun. bentuk kegiatan riil dari masing-masing uraian tugas yang telah dilakukan kepala sekolah sebagai seorang administrator di SMPN 4 Watampone tersebut di atas adalah :

a. Memiliki dokumen yang berkaitan dengan laporan penggunaan dana bos, dokumen penyusunan RAPBS dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan pemanfaatan dana.

b. inovasi yang mengikuti perkembangan dunia pendidikan dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan pengembangan kurikulum dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasiona

c. Administrasi kepala sekolah yang dapat memperlancar semua kegiatan kepala sekolah yang dilengkapi beberapa administrasi antara lain administrasi kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana dan administrasi persuratan yang bertujuan untuk mempermudah/ memperlancar segala sesuatu tugas kepala sekolah.

Sejalan dengan fungsinya sebagai seorang administrator, Kepala SMP Negeri 4 Khusus Kabupaten Umum telah berusaha secara maksimal untuk mengadministrasikan berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada kepala sekolah, beliau menyatakan:

“Saya berusaha untuk mengarsipkan setiap laporan yang berkaitan dengan keuangan, kegiatan kesiswaan, persuratan, penyusunan dan dokumentasi program serta pengelolaan pemanfaatan sarana dan prasarana. Meskipun demikian karena banyaknya dokumen yang harus diarsipkan maka saya mempercayakan kepada kepala tata usaha untuk menghandel sebagian dari tugas-tugas saya selaku administrator, bahkan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan kesiswaan juga banyak yang dipegang langsung oleh urusan kesiswaan( 27 Maret 2012).

Kepala Sekolah sebagai Supervisor.

Supervisi juga dapat diartikan sebagai pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Kepala sekolah sebagai supervisior mempunyai peran dan tanggung jawab untuk membina,

memantau, dan memperbaiki proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Supervisi kepala sekolah dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Di antara tugas-tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah: 1) Membantu stafnya menyusun program; 2) Membantu stafnya mempertinggi kecakapan dan keterampilan mengajar; dan 3) Mengadakan evaluasi secara kontinyu tentang kesanggupan stafnya dan tentang kemajuan program pendidikan pada umumnya. Keberhasilan peran kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh: 1) meningkatnya kesadaran guru dan staf untuk meningkatkan kinerjanya; dan 2) meningkatakan keterampilan guru dan staf dalam melaksanakan tugasnya.

Sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah, Bapak Drs. Mahmud, MM, bahwa tugasnya sebagai seorang supervisor belumlah berlangsung dengan optimal, karena masih ada guru yang mengajar tidak sesuai dengan program yang telah disusunnya, disisi lain kemampuan mengajar yang diperlihatkan oleh guru yang disupervisi terlihat masih sangat rendah.

“Saya menyadari bahwa kemampuan mengajar antara guru yang satu dengan yang lain tidaklah sama, tergantung kepada kemampuan setiap guru. Setiap 3 bulan sekali saya melakukan supervisi akademik dan supervisi manajerial untuk memantau aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan selama hasil pemantauan masih ada guru yang belum membuat RPP padahal sudah disiapkan filenya oleh urusan kurikulum dan urusan pengajaran. Disis lain, aktivitas pembelajaran yang dilakukan belumlah mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran yang sifatnya Joyfull Learning masih jauh dari harapan”(27 Maret 2012).

Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi dan menggerakkan sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah,

pengembangan kurikulum, pembelajaran yang berkarakter, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat, penciptaan iklim sekolah, dan sebagainya. Kondisi ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh kepala sekolah”Drs. Mahmud, MM’’ bahwa:

“Kedudukannya sebagai kepala sekolah sangat berkaitan erat dengan perencanaan dan evaluasi program , pengelolaan ketenagaan, pemanfaatan dana serta penciptaan iklim sekolah yang kondusif. Sebagai orang yang dipercayakan untuk memimpin SMPN 4 Watampone, terkadang sikap otoriter tetap dipakai agar sistem tetap berjalan karena jika terlalu lemah, bawahan bisa semakin menjadi-jadi, bahkan sebagai pimpinan saya harus berani mengambil resiko untuk kepentingan bersama. Perumusan visi dan misi demi sebuah pembaharuan harus menjadi prioritas utama demi terselenggarannya pendidikan yang bermartabat”(27 Maret 2012).

Adapun bentuk kegiatan riil dari masing-masing kegiatan uraian dan tugas yang telah dilakukan kepala sekolah di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Mengenal bawahannya

Kepala sekolah harus mengenal bawahan dari dekat diantaranya jenjang pendidikan, tingkat golongan, kepribadian dan wawasan yang dimiliki guru serta memberikan penghargaan bagi guru yang mengharumkan nama sekolah.

b) Berani mengambil resiko

Tidak semua kepala sekolah berani mengambil resiko atau bertanggung jawab dalam kehidupan di sekolah. Misalkan gurunya dipindahkan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, pengamperaan kekurangan gaji guru terlambat. Solusinya dikoordinasikan bersama dengan semua personil sekolah dan komite sekolah. Bahkan kepala sekolah tidak segan untuk turun kelapangan memperjuangkan bantuan bagi siswa yang tidak mampu.

Sekolah harus memiliki visi dan misi yang bertujuan untuk kesiapan kedepan demi terlaksananya pendidikan yang efektif dan efisien.

d) Gagasan Pembaharuan

Kepala sekolah memikirkan akan perkembangan sekolahnya sehingga dapat membuat program-program sebagai pembaharuan yang ujung-ujungnya peningkatan mutu dan peningkatan kualitas sekolah.

e) Evaluasi.

Pelaksanaan evaluasi dalam fungsinya sebagai leader bahwa semua tanggungjawabnya dilaksanakan sepenuhnya yaitu semua stafnya dinilai berdasarkan hasil yang sudah dicapai dengan pengajuan Kriteria yang didapat sebagai dasar tindak lanjut perbaikan (kalau perlu), pelaksanaan pengembangan kegiatan pembelajaran dan hasil kerja guru penetapan dan Kenaikan kelas, administrasi, daftar hadir guru (jam dan harian), pembagian tugas guru, kesemuanya hal tersebut di atas dilaksanakan secara demokratis. Hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4

Dalam dokumen implementasi manajemen berbasis sekolah (Halaman 61-82)

Dokumen terkait