• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

IV.2. Analisis & Interpretasi

IV.2.1.2. Identitas Setelah Masuk Triple S

Setelah ketiga informan bergabung sebagai anggota Triple S, mereka saling berinteraksi untuk mengembangkan pikiran (mind) agar dapat menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama. Simbol yang biasa digunakan berupa simbol verbal dan nonverbal yang kemudian manjadi mediasi interaksi antar individu dan menjadi ciri khas atau identitas bagi setiap anggota.

Simbol verbal seperti: singkatan-singkatan seperti TS (Triple S) atau DS

(SS501 = Double S Five O One), istilah-istilah seperti fandom (komunitas),

bahasa Korea, lagu-lagu SS501 yang dinyanyikan saat mereka gathering. Sedangkan simbol nonverbal seperti: gerakan-gerakan dancing SS501 yang

ditirukan beberapa anggota Triple S, pakaian dan aksesoris yang dominan berwarna hijau dan selalu bertemakan Triple S atau SS501, huruf-huruf Korea yang seperti peneliti lihat waktu gathering, mereka mengadakan games dengan membuat huruf Korea Kyu Joong (personil SS501 yang ulang tahunnya sedang dirayakan saat itu) dengan sedotan plastik dan menyanyikan ‘Saengil

Chukkahamnida’ (lagu selamat ulang tahun versi Korea).

Terkait dengan aksesoris SS501 yang selalu dibawa setiap hari, informan 1 mengatakan:

“Pin dan strip. Jarang sih bawa barang-barang mereka tapi jadinya sekarang kalau beli barang lihat warna hijau suka dan identik beli barang warna hijau.”

Informan 2 menjelaskan arti simbol dan asal usul warna yang digunakan oleh anggota Triple S, sebagai berikut:

“Triple S itu artinya Double S Supporter, kami supporter nya mereka, kan ada 3 tuh S nya…Kan pas debut pertamanya, dilihat fansnya tuh lebih banyak yang bawa balon hijau biasanya kan kalau yang belum ada fans nya warna/i tapi supporter banyak yang warna hijau dan terus dibilang orang itu “mereka hijau-hijau kayak kacang polong jadi makanya dinamakan green peas”

Interaksi yang dilakukan secara terus menerus di antara sesama anggota akhirnya membentuk konsep diri anggotanya, dan ditambah dengan atribut-atribut yang dikenakan akhirnya memberikan identitas baru bagi anggota-anggota Triple

S. Konsep diri merupakan sebuah motif penting untuk berperilaku. Pemikiran

bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri menpengaruhi perilaku.

Konsep diri yang dimiliki oleh ketiga informan dinyatakan sebagai berikut: “Keras kepala, cerewet ga terlalu sih kalau di rumah lebih banyak diam sih.” (Informan 1)

“Wina ini orangnya plin plan, cerewet, tapi baek, suka nolongin orang.” (Informan 3)

Individu cenderung menafsirkan dirinya lebih kepada bagaimana orang-orang melihat atau menafsirkan dirinya (Looking glass self). Ia cenderung untuk menunggu, untuk melihat bagaimana orang lain akan memaknai dirinya, bagaimana ekspektasi orang terhadap dirinya. Oleh karenanya konsep diri dibentuk sebagai upaya pemenuhan terhadap harapan atau tafsiran orang lain tersebut kepada diri sendiri.

Individu acap kali mencoba memposisikan diri ke dalam orang lain, dan mencoba melihat bagaimanakah perspektif orang tersebut ketika memandang dirinya. Individu semacam meminjam kaca mata orang lain tersebut untuk dan dalam melihat diri kita. Sebagai bagian dari sebuah komunitas, ketiga informan menyadari bahwa beberapa anggota masyarakat bahkan keluarga mereka sendiri menganggap bahwa komunitas-komunitas seperti Triple S atau menjadi seorang

fans girl, identik dengan hal-hal yang negatif seperti pemborosan. Pandangan

masyarakat terhadap mereka dapat dilihat dari pernyataan mereka sebagai berikut: “Karena takut jadinya mereka tuh boros ortu kan mikirnya gitu, belum kerja tapi udah habisin duit untuk yang pentingnya buat dia sendiri padahal manfaat ke depannya ga ada.” (informan 1)

Informan menempatkan dirinya apabila ia menjadi orangtua dan ia menganggap anak akan menjadi boros saat menjadi seorang fans girl, mereka akan membeli banyak barang untuk memenuhi kepuasan tersendiri tentang SS501. Masih berkaitan dengan sisi negatif dari sebuah komunitas yang mengikuti boyband Korea, informan 2 menyatakan pendapat ayahnya sebagai berikut:

“Gini kadang kan mereka liat girlband gitu, kalo girlband kan selalu mengarah ke pakaian yang ga sopan gitu, kayak 4minute

(salah satu girlband Korea) gitu kan , membernya seksi semua, jadi pernah dilihat ayah, ayah jadi langsung ga suka sama Korea gitu, karena cowo-cowonya katanya kayak banci gitu padahal ngga.” Dan informan 2 menyatakan bagaimana orangtua melihat dirinya dan berharap agar anaknya tidak mengikuti sisi negatif idolanya.

Informan 3 sangat mengetahui harapan ibunya terhadap dirinya yaitu mengenyam pendidikan dengan baik. Dan ia menyatakan kalau ibunya berpendapat bahwa menjadi fans girl adalah tidak penting dan dapat mengganggu pendidikan.

“Karena mama orangnya ini, orangnya pendidikan kali yang dipentingkan dia. Jadi segala yang gak berhubungan dengan pendidikan gak dikasih dia.”

Walaupun banyak pandangan negatif terhadap komunitas mereka, tetapi mereka tetap ikut serta dalam komunitas itu. Seperti yang dilakukan oleh informan 1 meyakinkan orang tuanya untuk hidup yang lebih hemat:

“Modelnya ga sebut harga tapi pake trik. Cuma bilang mau beli ini. Tapi kita kan intensitasnya ga beli tiap hari jadi belinya, dicicil satu-satu jadi nampaknya satu-satu datangnya jadi dilihat ga terlalu banyak belinya padahal numpuk juga kalau udah dikumpulin banyak juga. Intinya jangan ampe lupa sholat… Tami bukan orang yang boros juga, bukan yang hal-hal pribadi harus beli ini beli ini.

Ngga. Jadi bahkan uang bulanan itu dikasih habisnya cuma seratus

ribu dan itu juga udah makan udah semua- semuanya. Bukan karena emang mau nabung tapi emang pengeluaran ga banyak

kali.”

Orangtua informan 3 juga mengizinkan karena anaknya bisa mengembangkan bakat dancenya di Triple S. Seperti pernyataan berikut ini:

“… mama itu suka anaknya gini, Wina kan suka nari, nah jadi di

gathering gitu kan Wina ikutin. Jadi karena Wina ikut isi acara jadi

Kalau informan 2 memiliki cara yang lain dalam meyakinkan orangtuanya dalam mengikuti setiap kegiatan Triple S, dia membujuk ayahnya untuk bisa ikut dalam sebuah konser boyband Korea:

“Itu emang maksa, nangis seminggu sampai ikutin ayah terus di rumah minta izin, terakhirnya dikasih. Tadi itu ada dua konser, di Malaysia satu, yang satu lagi di Berastagi, yang dikasih cuma di Berastagi, karena di Malaysia terlalu jauh. Padahal Tyas bilang itu

pake duit sendiri, tetap ga dikasih. Dia bilang ‘mending di

Berastagi aja dibayarin’. Padahal paling pengen yang di Malaysia, konser Suju.”

Selain itu, mereka juga menunjukan pada masyarakat kalau masih peduli terhadap orang lain. Triple S Medan menggalang dana untuk korban gempa Jogjakarta melalui note di jejaring sosial. Hal ini saya ketahui saat penelitian awal terhadap komunitas ini. Beberapa hari setelah bencana gempa terjadi di Jogjakarta, TripleChangjo Indo (Komunitas Penggemar SS501 Seluruh Indonesia) melakukan penggalangan dana bantuan, bekerja sama dengan Triple S setiap provinsi di Indonesia termasuk Triple S Medan. Triple S Medan mengumpulkan dana bantuan ketika gathering berlangsung dan semua anggota sukarela membantu, lalu dana tersebut disalurkan ke Jogjakarta bersama dengan hasil sumbangan dari kota lain bahkan Triple S di berbagai negara. Seseorang membutuhkan the generalized other, yaitu berbagai hal (orang, obyek, atau peristiwa) yang mengarahkan bagaimana kita berpikir dan berinteraksi dalam komunitas maka sangat penting untuk anggota Triple S berinteraksi dengan masyarakat luar. Saat berinteraksi dengan generalized other , informan menggunakan pikiran (mind) misalnya menggunakan bahasa Indonesia dan proses pemikiran (thought) seperti saat memutuskan untuk terlibat dalam penggalangan dana bantuan bencana gempa Jogja. Perilaku ini adalah usaha agar masyarakat

mempunyai persepsi bahwa mereka masih peduli dengan dunia di luar komunitas mereka.

Identitas diri seseorang merupakan kode yang mendefenisikan keanggotaannya dalam komunitas yang beragam, kode yang terdiri dari simbol, kata-kata dan makna yang seseorang dan orang yang lainnya hubungkan terhadap benda-benda. Setiap orang membutuhkan identitas untuk diakui keberadaannya dalam masyarakat baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Identitas ada yang melekat dan ada yang dinegosiasikan melalui interaksi dengan individu lain. Setiap manusia adalah makluk yang dinamis dan kreatif oleh karena itu mereka akan selalu menjadi individu baru setiap saat, maka identitas diri dapat mengalami perubahan. Demikian pula yang terjadi pada ketiga informan setelah memasuki komunitas Triple S ini.

Informan 1 sebelum memasuki Triple S, dia tidak memiliki komunitas sama sekali dan sama sekali tidak menyukai boyband Korea karena personilnya

dancing semua. Tetapi semenjak masuk komunitas ini, dia mendengarkan

lagu-lagu SS501 setiap hari melalui handphone dan mengoleksi hampir semua album asli SS501, yang dipesan melalui online shop. Awalnya, dia bukan merupakan orang yang mempunyai banyak koneksi tetapi saat ini sudah banyak koneksinya dari berbagai negara. Triple S memperluas jaringannya. Informan sebelumnya juga tidak begitu mahir bahasa Inggris dan sama sekali tidak tahu bahasa Korea tetapi setelah menjadi anggota Triple S, dia memiliki kemampuan bahasa Inggris yang aktif dan bahasa Korea yang lumayan. Ini terjadi karena sebagai fans girl, dia wajib searching tentang SS501 lewat website yang berbahasa Inggris dan dia mengikuti les bahasa Korea agar bisa berbahasa Korea saat bertemu idolanya.

Informan 2 adalah pelajar SMK dan kesehariannya dipenuhi kegiatan sekolah serta rumah. Saat ini, hari-harinya dipenuhi dengan kegiatan sebagai seorang fans girl, seperti; searching info SS501, mendengarkan lagu-lagu SS501, mengikuti gathering, membeli barang-barang asli SS501, membicarakan tentang

SS501 kepada Kpop lovers. Dari ketiga informan, informan 2 memiliki perubahan

yang negatif, sebelum masuk komunitas dia selalu pulang ke rumah tepat waktu tetapi saat ini dia sering pulang terlambat karena kumpul-kumpul dengan sesama

Kpop Lovers. Nilainya semester terakhir ini juga menurun dari rata-rata 8 jadi 7,5.

Informan 2 juga sering berbohong kepada orangtua untuk sekedar mendapatkan izin menghadiri gathering komunitas dan orangtuanya berpendapat bahwa ia menjadi lebih bandel setelah masuk komunitas.

Informan 3 adalah orang yang supel, ceria dan enerjik, ia sebelumnya tidak menyukai fandom. Dia menganggap orang-orang yang ikut serta dalam sebuah

fandom adalah aneh, kenapa mereka bisa menangis saat menonton konser

idolanya. Tetapi saat ini, dia sudah tahu alasan kenapa mereka bisa seperti itu karena sudah mengalami sendiri. Informan 3 ingin orang-orang mengetahui keberadaannya sebagai Triple S. Hal ini dilakukannya dengan cara memperkenalkan SS501 dengan orang-orang di sekitarnya. Informan 3 berkuliah di dua universitas sekaligus dan dia dikenal sebagai Triple S di kedua kampusnya. Sebelum masuk komunitas, informan hanya menggunakan bahasa Indonesia tetapi setelah masuk, ia mulai menggunakan bahasa Korea sebagai kode rahasia bersama adiknya atau hanya sekedar untuk bercanda teman-temannya dengan bahasa itu.

SS501 terdiri dari lima pria yang cantik dan ketiga informan mempunyai

dengan sebutan suami. Bahkan informan 2, menyatakan kepada ibunya bahwa

Young Saeng (personil yang paling ia sukai) adalah calon menantu ibunya. Seperti

pernyataan berikut:

“Iya setiap orang yang ada di depan Tyas, nanti bilang ama mama “Ma, ini menantu” nanti mama cuma bilang “oalah, nak sadarlah” (tertawa)”

Informan 3 mengatakan bahwa hal tersebut hanya khayalannya saja tapi ia berharap kalau nanti mempunyai suami, sifatnya bisa seperti Young Saeng. Ia menyukai Young Saeng karena ia merasa suara Young Saeng bagus dan memiliki wajah tampan.

Informan 1 personil yang bernama Hyung Joon. Sebutan suami dipakai untuk menyatakan sense of belonging terhadap personil tersebut. Ia menganggap kalau Hyung Joon memiliki wajah yang lebih gentle dibanding yang lain dan selalu bertidak apa adanya.

“Kenapa sih kalian bilang suami? Hmm perasaan karena milik aja hahaha… Dan itu julukan buat yang paling disukai. Kenapa suka Hyung Joon (personil SS501)? Pertama ganteng, dia paling cakep dan lebih manly tapi kalo yang udah bergerak sikit aja cacad

ntah hapa-hapa yang diomongin, aku suka dia karena dia apa yang

ada di kamera emang dia yang kayak gitu.”

Sedangkan informan 3 lebih memilih Jung Min untuk menyandang sebutan suami darinya. Awalnya, ia tidak mau menyebut Jung Min dengan sebutan suami karena ia menganggap itu adalah abangnya tetapi karena anggota

Triple S yang lain melakukan hal seperti itu, akhirnya ia mengikuti mereka.

“Sebenarnya saya gak pengen menganggap mereka suami, saya menganggap mereka abang. Tapi begitu ngumpul, mereka mengakui itu suami masing-masing, saya jadinya gak mau kalah

gitu kan? enak kali, emangnya kau aja yang bisa jadiin dia suami,

mereka abang aku. Jadi karena orang itu kek gitu, gak mau kalah lah. Ada rasa tersaingi gitu lho kak.”

Perasaan memiliki tersebut ditampilkan melalui panggilan suami olehnya dan alasan ia menyukai Jung Min agak aneh. Ia menyukai sisi negatif dari personil ini. Saat ditanya mengapa dia hanya bisa menjawab tidak tahu.

“Jung Min. Karena kak, dia itu cerewet, egois, sebenernya saya juga bingung kak… dia itu lebih banyak sisi negatifnya daripada sisi positifnya, tapi ntah kenapa saya suka karena dia punya sisi negatif yang seperti itu.”

Panggilan suami tersebut salah satu cara mereka membentuk identitas. Secara tidak langsung, mereka ingin anggota yang lain tahu bahwa ia adalah ‘istri’ dari personil yang mereka sukai. Hal ini wajar saja di dalam suatu komunitas penggemar, hal ini menampilkan rasa fanatisme terhadap kesukaan mereka.

IV.2.2. Proses Interaksi Anggota terhadap Anggota yang Lain dan SS501