• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ideologi, organisasi, faksionalisme

Dalam dokumen 1. Kajian Terhadap Dinamika Internal Par (Halaman 24-42)

Bagian ini akan membahas struktural internal JT dan PKS, serta hubungan antara keduanya, baik dari segi organisasi ataupun kepemimpinan. Pada prinsipnya, dua organisasi ini ibarat dua sisi mata uang, mengikuti prinsip Ikhwanul Muslimin,

‘masyarakat adalah partai, dan partai adalah masyarakat’. Bagaimanapun, semenjak dua organisasi ini bergerak di ranah yang berbeda; satu organisasi di ranah sosial dan yang lain di ranah politik serta tunduk pada aturan hukum yang berbeda, keduanya telah berkembang menuju kutub yang berjauhan pula karena adanya peraturan dan prosedur, yang kadang-kadang saling bertabrakan satu sama lain: JT adalah

40 R. Willia Liddle, The Isla ic Tur i I do esia: A Political E pla atio , The Journal of Asian Studies 55, no. 3 (1996), 613–634.

organisasi sosial keagamaan yang tunduk pada prinsip-prinsip etika dan spiritualisme, sementara PKS terlibat dalam kompetisi perebutan kekuasaan politik dan sebagian besar bergerak di program yang berkaitan pencapaian dan akuntabilitas program. Konsekuensinya adalah terjadinya clash di antara keduanya.

3.1. Islamisasi politik secara bertahap

Sebagai anak cabang dari Ikhwanul Muslimin Mesir, JT juga mengadopsi ideologi, program politik dan bentuk struktur organisasi. Secara ideologis, JT meniru

pendekatan ‘Islamisasi bertahap’ mereka juga, bergerak secara bertahap dari islamisasi individu, keluarga, masyarakat kemudian islamisasi negara.41 Bagi aktivis JT, program evolusiner ini bukan saja dianggap ideal, tetapi juga masuk akal jika mengikuti logika pembangunan sosial, islamisasi individu akan lebih mudah untuk bergerak ke arah menanamkan nilai-nilai Islam ke dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat. Sekali saja keluarga hidup sesuai ajaran Islam, maka masyarakat akan bergerak dengan sendirinya untuk menegakkan nilai-nilai dan budaya Islam. Akhirnya, jika norma-norma Islam menjadi norma masyarakat, maka kemunculan sistem politik Islam hanya masalah waktu.42

Metode Islamisasi bertahap ini merepresentasikan gerakan moderat Ikhwanul Muslimin yang merupakan gerakan damai berbasis Islam, tentu tidak dapat dikaitkan dengan gerakan radikal dan organisasi berbasis Islam lainnya. Para aktivis JT selalu mengajukan argumentasi ini. Sebagaimana diketahui bahwa Ikhwanul Muslimin terus dicap dan dianggap oleh media-media Asing dan media-media dalam negeri sebagai gerakan radikal dan revolusioner. Implikasi secara implisit jika JT dan PKS sebagai

41

Konsep awal dari reformasi bertahap (islah) merupakan dari pendiri Ikhwanul Muslimin Hassan Banna dengan urutan sebagai berikut: reformasi individu (islah al-nafs), reformasi keluarga Muslim (islah al-bait al-Muslim), reformasi masyarakat (islah al-mujtama' ), kemerdekaan nasional (tahrir al-wathan), reformasi pemerintah (islah al-hukumah).Lantasmendapatkan perhatian internasional kemudian melakukan ekspansi internasional. Lihat Fathi Yakan, Revolusi Hassan Al-Banna: Dari Sayyid Qutub hingga Rasyid Al-Ganusyi, penerjemah Fauzun Jamal dan Alimin (Bandung: Harakah, 2002), 12– 13.

42

anak cabangnya adalah kecenderungan mengikuti metode yang sama pula. Selanjutnya, dalam konteks gerakan berbasis Islam Indonesia, program Islamisasi bertahap Ikhwanul Muslimin mencontohkan terobosan yang mentransendensikan wajah antagonisme serta kegagalan gerakan radikal sebagaimana yang dilakukan laskar jihad atau FPI, ataupun gerakan secara akomodatif seperti Muhammadiyah dan NU. Ini adalah tren baru kalangan umat Islam Indonesia yang telah melahirkan wajah baru santri.43 Abdi Sumaithi alias Abu Ridho menjelaskan bahwa langkah bertahap seperti ini adalah metode dakwah Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Dia mulai dengan mengajak individu untuk mengikuti Islam, kemudian menanamkan nilai-nilai dan perilaku Islam melalui keluarga, yang kemudian akan menjalar pada islamisasi struktur sosial dan adat istiadat. Setelah Islam menjadi kerangka masyarakat, Nabi akan membangun sistem politik dan negara, yang akan diikuti oleh ekspansi internasionalisasi Islam ke negara-negara lain.44

Ciri khas ideologi lain Ikhwanul Muslimin yang juga diadopsi oleh JT adalah rasa simpati dan antusiasme terhadap konflik-konflik internasional yang melibatkan umat Islam, khususnya konflik Palestina. Kejadian-kejadian tersebut ikut memberi andil atas sikap para kader JT. Pertama, hal tersebut memberi landasan ideologis untuk JT, sebagai bagian dari jaringan Ikhwanul Muslimin yang berjuang untuk Islam dan umat Islam, dan untuk memerangi musuh-musuh Islam terutama orang-orang Yahudi. Dalam keyakinan mereka, orang-orang Yahudi selalu menimbulkan masalah bagi umat Islam dan mereka takut dan benci terhadap keunggulan umat Islam. Pun, juga sebagai pihak yang terlibat dalam pelengseran semua dinasti-dinasti besar Islam besar. Dari peristiwa penaklukan Dinasti Umayyah oleh Mongol serta dinasti Ottoman oleh Atatürk.45 Kedua, isu-isu internasional tersebut sangat menjual dalam menarik anggota baru, khususnya kalangan mahasiswa. Ketiga, hal itu merupakan isu yang begitu menarik perhatian dan simpati publik.

43

Wawancara dengan Yon Machmudi, a pks founder and lecturer at the University of Indonesia.

44

Wawancara dengan Abu Ridho, Jakarta. 45

Selain program dakwah bertahap tersebut, JT juga mengadopsi strategi politik secara evolusioner, yang dikenal sebagai ‘tahapan dakwah’: tahap pertama adalah ‘dasar’ (tanzim), yang mana aktivis JT mulai mengekplorasi program-program Islam politik dan melakukan penelitian sosial-politik di lingkungan masing-masing. Kedua, sosialisasi (sha'bi) di mana para kader mulai bersosialisasi tentang program-program politik, serta merekrut dan melatih anggota lainnya. Ketiga adalah menempatkan semua sumber daya manusia mereka (mu'assasi) dengan cara mendorong para anggota JT untuk mengejar karir mereka di berbagai pekerjaan professional (publik, swasta dan sukarela), memanfaatkan jaringan alumni dari universitas-universitas ternama dalam mencapai posisi-posisi sesuai bidang masing-masing guna merebut mengambil sumber daya itu untuk mendukung program-program JT.46

Para aktivis JT percaya bahwa tahap pertama dan kedua sudah dilewati selama dekade 1980 ketika organisasi masih melakukan aktifitasnya secara underground dalam menyusun strategi, perekrutan serta pelatihan anggota dan aktivis. Tahap ketiga dilalui selama dekade 1990-an. Lantas, ketika suasana politik telah mendukung, mereka mulai go public, memasuki berbagai lembaga. Di kesempatan yang sama pula, karir para anggota mereka juga melesat di berbagai bidang pekerjaan profesional. Akhirnya, fase keempat dicapai pada tahun 1998 ketika mereka mendirikan partai politik dan ikut serta dalam pemilu, menguasai birokrasi pemerintahan dan membuat kebijakan publik .47

3.2. Isu kunci arah perjuangan 3.2.1 Negara Islam

PKS mengikuti cara Ikhwanul Muslimin Mesir, tidak memiliki blue prints spesifik terkait bentuk negara atau sistem politik yang seharusnya. Hal ini berbeda dengan Hizbut Tahrir yang berusaha untuk menghidupkan kembali konsep kekhalifahan

46Yo Ma h udi, Isla izi g I do esia, (Canberra: anu e Press, 2008), 177–186. Anis Matta, Menikmati Demokrasi: Strategi Dakwah Menikmati Kemenangan (Jakarta: Pustaka Saksi, 2002), 9–11.

47

M. Aay Furqon, Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia (Bandung: Teraju, 2004), 124

Islam yang universal, atau Jamaah Islamiyah di bawah komando Abu Bakar Ba'asyir yang bertujuan mendirikan aliansi pemerintahan Islam se-Asia Tenggara.48 Lebih lanjut, PKS memiliki kecenderungan mirip gerakan-gerakan radikal lainnya, PKS meyakini bahwa Islam adalah sistem tata kehidupan yang komprehensif yang seharusnya diberlakukan kepada setiap individu, sosial dan juga bidang politik. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, apa yang PKS yakini tentang Islam kaffah (menyeluruh) tidak terpola, melainkan kecenderungan penekanan pada perilaku individu dalam diri setiap orang. Masyarakat Islam menurut mereka adalah masyarakat yang mana setiap orang berperilaku sesuai dengan ajaran Islam, sementara struktur masyarakat itu sendiri dibiarkan dalam bentuk modern, tradisional atau kesukuan. Suatu bentuk entitas masyarakat Islam yang mana setiap umat Islam menjalankan ritual keislaman secara teratur serta adanya penegakan nilai-nilai Islam. Misalnya standar berpakaian dan barang yang diperkenankan dikonsumsi menjadi norma dalam kehidupan publik, kejahatan dan perilaku amoral diminimalisir, atau kalau perlu dihilangkan sama sekali.

Terkait bentuk sistem politik yang Islami menurut mereka tidak hanya terbatas pada konsep kekhalifahan universal, tetapi dapat juga berbentuk kerajaan atau republik sejauh mengadopsi prinsip-prinsip Islam. Menurut persepsi PKS, manusia yang hidup dalam bermasyarakat dan bernegara adalah media untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, negara berfungsi sebagai faktor pendukung untuk menciptakan masyarakat Islami, sebuah konsep ummah. Konsep seperti ini merupakan struktur yang menyediakan peraturan dan regulasi hukum di mana setiap orang seharusnya menjalani kehidupan, dan memiliki kewenangan untuk menegakkan prinsip-prinsip tersebut, dan juga wewenang untuk menghukum para pelanggarnya.

Negara Islam merupakan suatu sistem politik yang mana mampu memberlakukan prinsip-prinsip Islam di dalam masyarakatnya.49 PKS juga percaya bahwa Indonesia

48 Sid ey Jo es, Al-Qaeda i Southeast Asia: The case of the Ngruki Network i

I do esia , icg I do esia Briefi g, 8 Agustus 2002, no. 14, 693–617.

49

pada dasarnya adalah negara Islam karena mengakomodasi agama sebagai bagian dari negara dan pemerintahan. Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dirumuskan oleh para politisi Muslim, dan sila-sila itu mencerminkan semangat ajaran Islam dalam kehidupan berpolitik. Yang menjadi titik perhatian PKS itu adalah kinerja para pemegang kekuasaan di Indonesia yang tidak mengimplementasikan Pancasila secara komperhensif dengan alasan bahwa pemerintah tidak memiliki komitmen terhadap prinsip-prinsip Islam. Prinsip-prinsip Islami itu bisa berjalan jika para pemimpin politik dan pejabat pemerintah, yang sebagian besar Muslim memiliki komitmen secara pribadi untuk menegakan nilai-nilai Islam, maka Pancasila dapat diterapkan secara komprehensif.

PKS menerima sistem demokrasi berdasar dua alasan. Pertama, demokrasi adalah sistem yang fleksibel yang bisa mengarah ke bentuk sistem sosialis atau kapitalis, dan sekuler ataupun religius. Musyawarah sebagai prinsip dasar demokrasi benar-benar sejalan dengan ajaran Islam. Kedua, demokrasi adalah realitas politik di Indonesia dan internasional, oleh karena itu harus diambil sebagai titik anjak untuk membangun sistem politik Islam. Politik merupakan sarana untuk menyebarkan agama (dakwah), dan bertujuan untuk mengubah orang perorang dan memperbaiki kondisi sosialnya. Itulah amanat yang diemban oleh Tarbiyah. Dengan demikian, kegiatan dakwah, termasuk dakwah dalam ranah politik, harus dimulai dari pemahaman dan penerimaan akan realitas, bukan justru mengabaikan realitas tersebut.50

3.2.2. Pluralisme keagamaan

Menurut JT-PKS, Islam adalah kebenaran hakiki dan universal yang harus disebarkan ke seluruh umat manusia di mana pun dan siapa pun mereka. Ini adalah kewajiban bagi semua umat Islam untuk mendakwahkan agama mereka sesuai dengan kapasitas dan kesempatan mereka. Namun, dakwah harus memfokuskan diri pada tujuan mencapai kemanfaatannya dan menghindari kerusakan dan meminimalisir resiko. Dalam konteks sosial dan politik berarti kegiatan dakwah harus dilakukan dengan

50

cara-cara menghindari konflik dan ketidakstabilan (chaos) yang tidak hanya akan merugikan masyarakat, tetapi juga dampak berupa citra negatif tentang Islam dan Muslim itu sendiri. Indonesia merupakan negara demokrasi dan bangsa religius. Ini berarti bahwa orang Indonesia bebas untuk hidup sesuai dengan keyakinan mereka. Pluralisme agama tidak berarti pengakuan bahwa semua agama itu sama, tetapi mengacu pada suatu kondisi di mana orang boleh memproklamirkan diri dan mengekspresikan keyakinan agama mereka. Oleh karena itu, dalam pandangan PKS tidak ada pluralisme agama, melainkan pluralitas agama. Artinya, setiap orang yang tinggal Indonesia, negara mengakui agama-agama yang berbeda tersebut. Pun begitu, pluralitas tersebut tidak menggugurkan kewajiban bagi Muslim untuk menyebarkan Islam. Islam harus disebarkan, tapi dengan cara damai.

Pada kenyataannya, ada dua sisi dalam istilah pluralisme, eksternal dan internal. Pluralisme eksternal berarti koeksistensi dan toleransi terhadap pemeluk agama lain. Sedangkan pluralisme internal adalah pemahaman dan kerjasama dengan umat Islam lainnya dalam tradisi-tradisi yang berbeda. Berkenaan dengan pluralisme eksternal, PKS menunjukkan sikap toleran terhadap agama lain, sementara dalam kaitannya dengan pluralisme internal yang juga menunjukkan toleransi terhadap kelompok Muslim lainnya adalah sejauh tidak ada tanda-tanda bid'ah secara doktrinal atau kepentingan politik. Ada dua kasus perlu mendapat perhatian khusus terkait hal ini. Pertama, kontroversi pengikut Ahmadiyah yang memicu kekerasan berdarah terhadap kelompok minoritas. Berkaitan hal ini, politisi PKS mendesak otoritas pemerintahan untuk bertindak tegas guna mencegah tindak kekerasan. Namun pada saat yang sama, mereka juga mendesak pemerintah untuk melarang penganut Ahmadiyah mengaku sebagai bagian komunitas Islam. Penelitian Bastiaan Scherpen dalam buku ini memetakan sikap politik organisasi sosial dan politik Islam di Indonesia terkait isu Ahmadiyah tersebut. Dalam kasus ini, PKS sendiri menunjukkan sikap yang keras dan konservatif. PKS sendiri juga dikabarkan memecat anggotanya yang masuk Syiah dan merawat istrinya yang memutuskan untuk meminta cerai sesuai saran PKS. Kedua, Lebih lanjut, JT-PKS juga menunjukkan perubahan sikap terhadap Ormas-ormas Islam lainnya. menyusup dan mengambil alih forum-forum keagamaan dan

masjid-masjid yang menjadi sarana keagamaan pengikut ormas keagamaan lainnya. Penelitian Syaifuddin Zuhri mengungkap contoh sensitif tentang bagaimana aktivis PKS mengambil alih masjid Muhammadiyah di Yogyakarta dengan memanfaatkan momentum bencana gempa bumi yang menimpa Yogyakarta.51 Bagaimanapun, setelah ormas-ormas besar lain seperti Muhammadiyah dan NU memberi reaksi secara formal dengan mengeluarkan pernyataan dan kebijakan mengkritik PKS, Partai merespon dengan mengeluarkan klarifikasi dan instruksi kepada anggotanya untuk menjaga keharmonisan dan persaudaraan dengan organisasi Islam lainnya.52

3.2.3. Kesetaraan gender

Kesetaraan gender merupakan isu yang sangat sensitif bagi JT-PKS, mereka menyikapinya dengan hati-hati. Pada dasarnya, PKS yang menjunjung tinggi idealisme agaknya memusuhi kesetaraan gender dan percaya bahwa laki-laki lebih unggul dibanding perempuan. Dewan Syariah Partai PKS mengeluarkan pernyataan terkait partisipasi perempuan dalam ranah politik. Dewan Syariah Partai mengatakan bahwa pria dan wanita memiliki segenap perbedaaan terkait kewajiban dan hak-hak. Namun partisipasi perempuan dalam kehidupan politik diperbolehkan asalkan dianggap tepat. Menariknya, pernyataan itu secara implisit mengatakan bahwa itu adalah perilaku tidak pantas yang harus dihindari bagi perempuan dalam politik, seperti berpakaian terlalu mencolok, memakai parfum berlebihan, dan berbicara dengan suara menggoda. Seolah-olah Dewan Syariah Partai begitu khawatir bahwa politisi perempuan PKS tidak mampu menempatkan diri dan berperilaku tidak pantas menggunakan nalar waras mereka.53 Pemahaman misoginis terkait hubungan gender di dalam PKS juga tampak jelas dengan fakta-fakta bahwa banyak elit PKS, dari faksi-faksi yang berbeda, baik dari faksi radikal-konservatif hingga pragmatis dan liberal, mempraktekan poligami.

51

Lihat kontribusi Syaifuddin Zuhri dalam buku ini.

52 Trio o Wahyu Sudi yo, Ka pa ye di Se ara g, Hidayat Klarifikasi PKS A ti Maulid , http:// e s.detik. o /read/ / / / / 3/700/kampanye-di-semarang-hidayat-klarifikasi-pks-anti-maulid?nd992203605, diakses Maret 2009.

Ada beberapa politisi perempuan PKS yang telah mendapatkan reputasi yang bagus dalam ranah politik, seperti Nur Sanita Nasution, almarhum Yoyoh Yusroh, dan Ledia Hanifa. Mereka mendukung penafsiran bahwa ada perberbedaan terkait kewajiban dan hak antara laki-laki dan perempuan, tetapi status gender adalah sama. Artinya bahwa laki-laki dan perempuan memiliki status yang sama di hadapan Allah, negara dan masyarakat. Namun demikian, karena mereka memiliki biologis dan psikologis yang berbeda, mereka memiliki peran yang berbeda pula, baik secara pribadi ataupun sebagai anggota masyarakat.54 Beberapa perempuan telah mencoba untuk memulai pemahaman yang lebih progresif tetapi konsekuensi sial yang harus diterima, mereka dikeluarkan dari struktur kepartaian atas usahanya.55

PKS sebenarnya memberikan kesempatan yang relatif terbuka bagi perempuan, politisi perempuan dan kader perempuan yang ikut serta dalam setiap bagian struktur kepartaian. Lebih lanjut, ada beberapa perempuan yang termasuk pendiri dari partai (lima dari 50 pendirinya), dan PKS pun mengalokasikan kursi untuk kader perempuan di setiap struktur organisasi.

Dalam struktur anggota Majelis Syuro PKS, sepuluh dari 100 anggotanya adalah perempuan. Di Dewan Penasehat Partai, tiga anggotanya adalah perempuan, sesuatu yang sangat tidak lazim untuk organisasi berbasis Islam, bahkan ada dua anggota perempuan dalam Dewan Syariah. Selain itu, PKS juga memiliki departemen khusus untuk masalah perempuan yang khusus menangani isu-isu perempuan.56

PKS juga mengusung sejumlah calon perempuan dalam Pileg. Pada saat Pemilu 2004 ada 446 calon perempuan. Baik untuk pemilihan tingkat nasional, Propinsi, dan Kabupaten/Kota. Kesemuanya lulus persyaratan kualifikasi, meskipun tidak ada informasi lebih lanjut mengenai berapa banyak dari mereka yang benar-benar terpilih sebagai anggota DPR. Sebagai perbandingan, kandidat perempuan yang diusung oleh partai-partai Islam lain sebagai berikut; 497 kandidat dari PPP, 551 kandidat dari PKB, 554 kandidat dari PAN, dan 372 kandidat dari PBB. Banyaknya kandidat

54

Wawancara dengan Nur Sanita, Jakarta. 55

Wawancara dengan Nur Sanita, Jakarta. 56

perempuan tersebut berkaitan dengan keharusan kuota 30 persen yang direkomendasikan Undang-Undang untuk calon perempuan. PKS sekali lagi lebih unggul, dan sanggup memenuhi kuota tersebut di 65 daerah pemilihan. Ini adalah jumlah tertinggi dibandingkan dengan partai-partai Islam lain. Sedangkan PAN dan PKB berhasil mencapai di 45 daerah pemilihan, PBB di 42 daerah, dan PPP dalam hanya dalam 30 daerah pemilihan.57 Di DPR, PKS memiliki satu wakil perempuan dari tujuh anggota dewan perempuan (14 persen) selama periode 1999-2004.

Pada periode 2004-2009, PKS juga menempatkan satu anggota perempuan lainnya di Parlemen, namun persentase tersebut lebih rendah, yaitu tiga Dalam pemilihan umum 2009, PKS memiliki calon perempuan dengan jumlah tertinggi untuk duduk DPR di antara partai-partai besar lainnya, 212 perempuan dari 579 calon perempuan, atau 36,1 persen. Namun, calon mereka yang terpilih ketika Pemilu Legislatif 2009-2014, partai PKS menduduki peringkat terendah, hanya mendapatkan tiga kursi dari 57 kursi, atau hanya 5,2 persen dari 45 (6 persen).58

Fakta-fakta di atas mengungkapkan realita paradoksial politisi perempuan di dalam partai PKS. Di satu sisi, secara personal pemimpin dan aktifis perempuan PKS memiliki kualifikasi pendidikan dan keterampilan yang tinggi, dan memainkan peran besar dalam berkontribusi terhadap pencapaian partai. Di sisi lain, dalam level institusional kepartaian, mereka memiliki kesempatan terbatas, baik untuk memajukan karirnya dan pengakuan atas kontribusinya.59

57

Wawancara dengan salah seorang anggota DPR dari partai PKS Yoyoh Yusroh, 21 Juni 2007.

58

Lihat Republika, 29 Januari 2004. 59

Sampul VCD yang digunakan oleh PKS untuk kampanye pada Pemilu 2004.

3.3. Pola asimetrikal organisasi

Hingga 1998, JT bergerak sebagai sebuah gerakan bawah tanah, meniru gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir, yang mana pemimpin tertinggi merupakan pemegang otoritas keagamaan serta organisasi. Ia dibantu oleh deputi dengan tugas yang berbeda. Pemimpin tertinggi JT berada di bawah naungan dan melakukan konsultasi dengan pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin Mesir, terutama dalam hal mengenai prosedural organisasi dan strategi politik. Meskipun begitu, JT secara kelembagaan merdeka dari otoritas asing. terdapat forum bersifat koordinatif dari sudut pandang

kewilayahan dengan jaringan Ikhwanul Muslimin internasional. Jaringan tersebut juga menggunakan ibadah haji sebagai sarana saling berkoordinasi dan berkonsultasi dengan kantor pusat Mesir.60

Di bawah kepemimpinan yang sentralistik, JT menyelenggarakan perekrutan dan pelatihan indoktrinasi melalui jaringan-jaringan terkecilnya seperti aktivis, yang dikenal sebagai kelompok usroh, terdiri dari lima sampai 12 peserta yang diawasi oleh mentor. Dalam berbagai kasus, unit-unit terkecil tersebut tidak mengungkapkan kepada unit dari anggota lain siapa yang melatih mereka. Selanjutnya, para pembimbing memecah unit-unit tersebut menjadi unit-unit kelompok lebih kecil lagi dan seterusnya. Ada beberapa kegiatan rutin yang dilakukan oleh masing kelompok. Pertama adalah pertemuan mingguan (liqo), di mana setiap unit anggota bertemu dengan mentor mereka untuk belajar dan berdiskusi pelajaran agama, sebagian besarmembahas besar teologi dan sejarah kenabian. Kegiatan kedua adalah pertemuan bulanan (mabit) di mana setiap masing-masing anggota unit kelompok menghabiskan malam di sebuah masjid, mendirikan shalat malam dan menghabiskannnya dengan diskusi mendalam tentang topik-topik tertentu dengan pembimbingnya. Ketiga adalah gathering (daurah) di mana sejumlah besar kader berkumpul dan mengajak rekrutan baru yang potensial, biasanya dijalankan secara tertutup dalam acara kesiswaan/kemahasiswaan di sekolah dan kampus. Keempat melakukan wisata (rihlah), di mana sejumlah besar aktivis JT dengan disertai keluarga mereka melakukan perjalanan ke situs pariwisata untuk saling bersosialisasi satu sama lain secara informal. Kelima adalah melakukan perjalanan ke luar wilayah (mukhayam), di mana setiap anggota kelompok JT menghabiskan beberapa hari di luar kota untuk pemantapan fisik dan belajar keterampilan bertahan hidup.61

Di antara anggota JT terdapat hubungan formal strktural ataupun informal. Struktur formal mengatur bagaimana setiap anggota JT berinteraksi satu sama lain berdasarkan senioritas keanggotaan dalam organisasi, serta berdasar posisi mereka dalam organisasi. Sebagai organisasi yang terdiri dari unit-unit usroh yang

60

Wawancara dengan Yusuf Supendi, Jakarta

Dalam dokumen 1. Kajian Terhadap Dinamika Internal Par (Halaman 24-42)

Dokumen terkait