• Tidak ada hasil yang ditemukan

III Linkage

Dalam dokumen 1.1 (Halaman 37-42)

II

Dependent

I

pengelolaan pesisir dan pulau-pulau akan tumpang tindih dan menyebabkan tidak terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai. Munculnya kendala kebijakan dan sarana prasarana yang belum memadai akan menyebabkan lemahnya koordinasi antar stakeholder. Namun terdapat satu kendala yang terlebih dahulu harus ditangani dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang agar semua kendala yang ada bisa tertangani dengan baik. Kendala yang dimaksud yaitu lemahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam.

Hal ini dibuktikan dengan konsep yang menyatakan bahwa kuadran independent memiliki kekuatan penggerak (driver power) yang besar dan tingkat ketergantungan terhadap kendala lainnya lebih rendah. Jika sub-elemen yang terdapat di kuadran independent ini tidak ditangani dengan baik maka akan menyebabkan terjadinya persoalan yang sulit dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang. Persoalan yang akan terjadi yaitu akan mengakibatkan kelembagaan yang terlibat dalam pengembangan ekowisata mangrove tidak bisa bekerja secara optimal. Kendala pada kuadran linkage sebenarnya penting dan memiliki daya penggerak yang tinggi terhadap kendala kelembagaan lain. Namun penyelesaian kendala pada kuadran linkage juga sangat tergantung pada penyelesaian kendala kelembagaan lain (terutama independent).

Struktur hirarki sub-elemen kendala kelembagaan yang dihadapi dalam pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang meliputi 5 level, sub- elemen yang berada pada level tertinggi merupakan kuadran kunci (key player) yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap level yang lebih rendah (Gambar 16).

Gambar 16 Strukturisasi kendala kelembagaan (K) yang dihadapi dalam pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang.

Sub-elemen kendala yang dihadapi dalam pengembangan mangrove di Pulau Pannikiang pada level 1 ialah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat

K1

Level 1 (key player) K2 K3 K4 K5

K7

Level 2 K6 Level 3 Level 4

Level 5 Keterangan

K1: Pengalokasian bantuan dana desa belum baik K2: Rendahnya tingkat

kesadaran masyarakat terhadap potensi Pulau Pannikiang

K3: Lemahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam

K4: Kurangnya pembinaan terhadap masyarakat setempat

K5 : Lemahnya koordinasi antar stakeholder

K6 : Kebijakan pemerintah terkait pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil masih tumpang tindih K7 : Sarana dan prasarana

belum memadai

terhadap potensi Pulau Pannikiang (K2); lemahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam (K3); dan kurangnya pembinaan terhadap masyarakat setempat (K4). Ketiga sub-elemen kendala pada level 1 ini memiliki daya dorong yang paling kuat atau merupakan sektor kunci dalam pencapaian semua kendala pengembangan dan pengelolaan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang. Ketiga kendala kelembagaan pada level 1 sangat menentukan penanganan kendala yang berada pada level selanjutnya. Apabila ketiga kendala kelembagaan pada level 1 mampu ditangani dengan tuntas maka akan mampu mendorong penyelesaian kendala kelembagaan pada level selanjutnya (level 2 sampai level 5).

Penanganan sub-elemen kendala pada level 1 ini akan mendorong penyelesaian sub-elemen kendala kelembagaan level 2, yaitu kebijakan pemerintah terkait pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil masih tumpang tindih (K6). Level 2 ini akan mendorong penyelesaian kendala kelembagaan level 3, yaitu sarana dan prasarana belum memadai (K2). Pada kendala kelembagaan level 3 akan mendorong penyelesaian kendala kelembagaan level 4, yaitu lemahnya koordinasi antar stakeholder (K5). Selanjutnya penyelesaian kendala kelembagaan level 4 akan mendorong penyelesaian kendala kelembagaan level 5, yaitu pengalokasian bantuan dana desa belum baik (K1). Kendala kelembagaan pada level 5 akan mudah terselesaikan jika penanganan kendala pada level 1 sampai level 4 sudah selesai dengan baik.

4.5.3 Elemen aktivitas yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang

Hubungan kontekstual antar sub-elemen aktivitas ke-i (Ai) lebih penting untuk dikerjakan dan dapat menggerakan sub-elemen ke-j (Aj) dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang. Terdapat beberapa sub- elemen aktivitas (A) yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang. Berdasarkan hasil identifikasi, elemen tujuan yang diinginkan (T) terdiri dari 8 sub-elemen yaitu:

A1 : Sosialisasi potensi yang dapat dimanfaatkan A2 : Membuat kebijakan yang konsisten

A3 : Memberikan modal untuk pengembangan ekowisata

A4 : Kolaborasi/kerjasama aktivitas masyarakat dalam pengembangan ekowisata

A5 : Memberikan pengawasan dalam pemanfaatan sumber daya di Pulau Pannikiang

A6 : Monitoring kegiatan pengelolaan

A7 : Melakukan koordinasi antar instansi terkait

A8 : Memberikan sarana dan prasarana pelayanan ekowisata

Klasifikasi elemen aktivitas (A) yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang menempati satu kuadran Sub-elemen aktivitas (A) yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang pada matriks driver power-dependent diklasifikasikan ke dalam empat kuadran yakni autonomous, dependent, linkage dan independent (Gambar 17).

Driver Power

8 Sosialisasi potensi yang dapat

dimanfaatkan

Membuat kebijakan yang konsisten

Memberikan modal untuk pengembangan ekowisata Kolaborasi/kerjasama aktivitas

4 masyarakat dalam pengembangan

ekowisata

Memberikan pengawasan dalam pemanfaatan sumberdaya di Pulau Pannikiang

Monitoring kegiatan pengelolaan

0

0 4 8

Dependent

Melakukan koordinasi antar instansi terkait

Memberikan sarana dan prasarana pelayanan

Gambar 17 Matriks driver power-dependent elemen aktivitas (A) pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang.

Pada kuadran autonomous, dependent, dan independent tidak terdapat satupun sub-elemen aktivitas di dalamnya. Pada kuadran linkage terdiri dari semua sub-elemen, yaitu sosialisasi potensi yang dapat dimanfaatkan (A1), membuat kebijakan yang konsisten (A2), memberikan modal untuk pengembangan ekowisata (A3), kolaborasi/kerjasama aktivitas masyarakat dalam pengembangan ekowisata (A4), memberikan pengawasan dalam pemanfaatan sumber daya di Pulau Pannikiang (A5), monitoring kegiatan pengelolaan (A6), melakukan koordinasi antar instansi terkait (A7), memberikan sarana dan prasarana pelayanan ekowisata (A8).

Pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang membutuhkan aktivitas yang dapat mendukung pelestarian ekosistem. Aktivitas yang diperlukan untuk ditangani lebih awal saat ini yaitu sosialisasi potensi yang dapat dimanfaatkan. Aktivitas tersebut di masa yang akan datang dapat membantu masyarakat dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam sebagaimana mestinya. Adanya aktivitas sosialisasi ini dapat menciptakan kolaborasi/kerjasama masyarakat yang baik dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang. Terciptanya kerjasama yang baik dapat mendorong pemerintah dalam membuat kebijakan yang kosisten untuk menghasilkan keputusan yang lebih terarah terkait pengembangan ekowisata. Apalagi terkait dengan kebijakan dalam memberikan pengawasan dalam pemanfaatan sumber daya, penyaluran bantuan sarana dan prasarana harus dikaji secara hati-hati. Untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan diperlukan monitoring kegiatan pengelolaan. Monitoring kegiatan ini akan menggerakkan instansi terkait untuk melakukan koordinasi dengan baik dalam menentukan pemberian modal dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang.

Struktur hirarki sub-elemen aktivitas yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang meliputi 5 level, sub- elemen yang berada pada level tertinggi memiliki pengaruh yang kuat terhadap level yang lebih rendah (Gambar 18).

Level 5 Keterangan

Level 4

Level 3

Level 2 A2

Level 1 (key player)

A7

A3

A6

A5 A8

A1 A4

A1: Sosialisasi potensi yang dapat dimanfaatkan

A2: Membuat kebijakan yang konsisten A3: Memberikan modal untuk

pengembangan ekowisata A4: Kolaborasi/kerjasama aktivitas

masyarakat dalam pengembangan ekowisata

A5 : Memberikan pengawasan dalam pemanfaatan sumberdaya di Pulau Pannikiang

A6 : Monitoring kegiatan pengelolaan A7 : Melakukan koordinasi antar instansi

terkait

A8: Memberikan sarana dan prasarana pelayanan ekowisata

Gambar 18 Strukturisasi aktivitas (A) yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang

Sub-elemen aktivitas yang akan dijadikan program pencapaian dalam strukturisasi aktivitas pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang sebanyak 8 level. Sub-elemen yang terdapat pada level 1, yaitu sosialisasi potensi yang dapat dimanfaatkan (A1); kolaborasi/kerjasama aktivitas masyarakat dalam pengembangan ekowisata (A4). Kedua sub-elemen aktivitas pada level 1 ini memiliki daya dorong yang paling kuat dalam pencapaian program aktivitas pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang. Kedua sub-elemen pada level 1 ini sangat menentukan tercapainya aktivitas yang berada pada level selanjutnya. Apabila kedua sub-elemen aktivitas pada level 1 mampu ditangani dengan baik maka akan mampu mendorong tercapainya aktivitas pada level selanjutnya (level 2 sampai level 5).

4.5.4 Elemen lembaga (L) yang terkait dalam pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang

Hubungan kontekstual antar sub-elemen lembaga ke-i (Li) lebih berpengaruh dan dapat menggerakan sub-elemen ke-j (Lj) dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang. Terdapat beberapa sub-elemen lembaga (L) yang berpengaruh dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang. Berdasarkan hasil identifikasi, elemen tujuan yang diinginkan (T) terdiri dari 8 sub-elemen yaitu:

Identifikasi elemen lembaga (L) yang terkait dalam pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang terdiri dari 5 sub-elemen yaitu:

L1 : DKP Provinsi Sulawesi Selatan L2 : Dinas Perikanan Kab.Barru

L3 : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barru L4 : Dinas Pariwisata Kabupaten Barru

L5 : Desa Madello

Klasifikasi dari elemen lembaga (L) yang terkait dalam pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang menempati dua kuadran yaitu kuadran dependent dan linkage pada matriks driver power-dependent (Gambar 19).

DKP Provinsi Sulawesi Selatan

Dinas Perikanan Kab.Barru

Dinas Lingkungan Hidup Kab.Barru

Dinas Pariwisata Kabupaten Barru

Desa Madello

0 2,5 5

Dependent

Gambar 19 Matriks driver power-dependent elemen lembaga (L) pengembangan ekowisata mangrove Pulau Pannikiang.

Sub-elemen lembaga yang terkait dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang dikelompokkan ke dalam empat kuadran yakni autonomous, dependent, linkage dan independent. Sub-elemen lembaga yang masuk ke dalam kuadran dependent yaitu Dinas Perikanan Kabupaten Barru (L2).

Lembaga ini memiliki daya dorong yang rendah dan tingkat ketergantungan yang tinggi, sehingga sangat tergantung pada lembaga lain dan tidak dapat mendorong lembaga lain. Sesuai dengan fungsinya saat ini hanya sebatas pemberdayaan masyarakat di Pulau Pannikiang. Hasil analisis ini memberikan makna bahwa sub- elemen lembaga yang berada di kuadran dependent sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan penggerak yang besar.

Sub-elemen lembaga yang termasuk kedalam kuadran linkage ada empat lembaga, yaitu: DKP Provinsi Sulawesi Selatan (L1); Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barru (L3); Dinas Pariwisata Kabupaten Barru (L4) dan Desa Madello (L5). DKP Provinsi Sulawesi Selatan sangat berpengaruh dalam pengelolaan Pulau Pannikiang termasuk dalam pengembangan ekowisata di Pulau Pannikiang.

DKP Provinsi Sulawesi Selatan dapat menggerakan atau mendorong instansi daerah yang terkait seperti instansi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Barru, Dinas Pariwisata Kabupaten Barru dan Desa Madello dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang. Hasil analisis menggunakan model ISM menghasilkan struktur hirarki sub-elemen lembaga yang terlibat dalam pengembangan ekowisata mangrove di Pulau Pannikiang, sub-elemen yang

Driver Power 2,505

IV

Dalam dokumen 1.1 (Halaman 37-42)

Dokumen terkait