• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Ikan Nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) bukanlah ikan asli perairan Indonesia, melainkan ikan introduksi ikan yang berasal dari luar Indonesia, tetapi sudah dibudidayakan di Indonesia Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui mass penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. (Wiryanta Bernard T. W, dkk 2010).

Sesuai dengan nama Latinnya Oreochromis niloticus berasal dari sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan ( ke hilir) sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan

manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar sampai ke lima benua, meskipun habitat yang disukainya adalah daerah tropis dan sub tropis. Sedangkan di wilayah beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. ( Suyanto S.Rachmatun 2009).

Pada awalnya ikan nila dikenal dengan nama Tilapia nilotica. Aristoteles dan rekan-rekannya memberi nama itu 300 tahun SM. Mengingat Mesir kuno bukan satu- satunya negeri yang menghargai nila tetapi di kawasan Yunani juga telah dikenal sebagai penggemar ikan nila sehingga diyakini telah menamakan Tilapia nilotica (ikan Nil) pada waktu tersebut.

Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan sejak tahun 1972. Menurut klasifikasi yang terbaru (1982) nama ilmiah ikan nila ialah Oreochromis niloticus. Name genus Oreochromis menurut klasifikasinyang berlaku sebelumnya disebut Tilapia. Perubahan nama tersebut telah disepakati dan clipergunakan oleh para ilmuwan meskipun di kalangan swam tetap disebut Tilapia nilotica. Perubahan klasifikasi tersebut dipelopori oleh Dr.Trewavas (1980) dengan membagi genus Tilapia tiga genus berdasarkan prilaku kepedulian induk ikan terhadap telur dan anak-anaknya yaitu genus Oreochromis, genus Sarotherodon dan genus Tilapia.

- Genus Oreochromis

Pada genus Oreochromis induk ikan betina mengerami telur di dalam rongga mulut dan mengasuh sendiri anak-anaknya. Anggota genus ini adalah Oreochromis hunteri, O.niloticus, O.mossambicus, O.aureus, dan O.spilurus

- Genus Sarotherodon

Pada genus Sarotherodon induk jantanlah yang mengerami telur dan mengasuh anaknya. Contoh spesiesnya adalah Sarotherodon melanotheron dan S.galilaeus - Genus Tilapia

Ikan dalam genus Tilapia memijah dan menaruh telur pada suatu tempat atau bends (substrat). Induk jantan dan betina bersama-sama atau bergantian menjaga telur dan anak-anaknya. Contoh spesies ini adalah Tilapia sparmanii, T.rendalli, dan T.zilli.

Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh para ilmuwan adalah yang telah dirumuskan oleh Dr.Trewavas sebagai berikut:

Filum : Chordate Sub- Filum : Vertebrate Kelas : Osteichthyes Sub- kelas : Achanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus ( Suyanto S.Rachmatun 2009). -

Secara umum ikan nila. (Oreochromis niloticus) masih kerabat dekat dengan ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Karakteristik fisik pada beberapa strain ikan nila juga ada mirip dengan ikan mujair. Ikan mujair kurang disukai petani karena lambat pertumbuhannya, sangat rakes tetapi tidak gemuk. Mujair juga cepat sekali beranak pinak sehingga sangat mengganggu ikan lain yang sama-sama dipelihara di kolam. Akibatnya muncul anggapan bahwa mujair adalah hams yang harus diberantas.

Untuk menggantikan ikan mujair maka didatangkanlah bibit ikan nila dari mancanegara, untuk disebarluaskan. Hal ini mengingat ikan nila mempunyai sifatsifat yang menguntungkan yaitu:

− Ikan nila sangat peridi (mudah berbiak) − Perwatannya tidak rumit

Ikan nila efisien dalam menggunakan pakan (merupakan) yaitu mempunyai konversi pakan (Food Convertion Ratio = FCR) yang lebih rendah misalnya di kolam air tawar, tambak, dan keramba faring apung secara intensif dan tujuan komersil sekitar 0,8 – 1,2 kg. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan nila dibutuhkan pakan sebanyak 0,8 – 1,2 kg

Bersifat omnivora. Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan baik hewani maupun nabati. Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umurnya. Pada stadia larva pakan utamanya adalah alga bersel tunggal, crustacea kecil, dan benthos. Ukuran benih sampai fingerling lebih menyukai zooplankton, sedangkan ukuran pembesaran menyukai pakan buatan (Sudjana, 1988)

• Cepat pertumbuhannya sehingga waktu panennya lebih pendek • Berdaging tebal

• Relatif tahan terhadap hams dan penyakit

• Ikan nila sangat muclah beradaptasi dengan kondisi perairan. Artinya ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara dalam lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Ikan nila mampu hidup pada suhu 14 - 38 T. Adapun suhu terbaiknya adalah 25 - 30 T. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam. Kadar garam air yang disukai antara 0 - 35 permil. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stres dan kematian pada ikan (Carman Odang, Sucipto Adi, 2010).

Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera ditemakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Sehingga untuk kedepan ikan nila bagi Indonesia akan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam yang relatif besar dengan jumlah penduduknya menducluki rangking empat terbesar di dunia yang menyebabkan potensi pasar domestiknya masih sangat terbuka.

Berikut beberapa strain ikan nila yang cukup dikenal dan digemari, baik oleh petani maupun konsumen.

a. Nila Gift (Genetic Improvement of Farmed Tilapias)

Dikembangkan oleh International Center for Living Aquatic Research Management (ICLARM) pada tahun 1987 dengan dukungan dari Asian Development Bank dan Unites Nations Development Programe (UNDP). Strain ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila darim Kenya, Israel, Senegal, Ghana, Singapura, Thailand, Mesir , dan Taiwan.

b. Nila Best (Bogor Enhanced Strain Tilapias)

Merupakan salah satu ikan unggulan yang dihasilkan pada tahun 2008. Mempunyai fisik yang mirip dengan nila gift. Merupakan hasil seleksi yang menggunakan populasi dasar yang salah satunya bersumber dari ikan nila gift generasi keenam. Tepatnya nila best lahir dari seleksi empat strain ikan nila yaitu nila lokal, nila danau tempeh, nila gift generasi ketiga, dan nila gift generasi 6 (generasi terakhir).

c. Nila Gesit (Genetically Supermale Indonesian Tilapias)

Yang berarti ikan nila yang secara genetis diarahkan menjadi jantan super. Ikan ini dihasilkan di BBPBAT Sukabumi hasil kerja sama dengan IPB dan BBPBAT. Rintisannya sudah dimulai sejak 2001 dan di-release tahun 2007. Sumber gennya berasal dari nila Gift G3.

d. Nila Jica (Japan for International Cooperation Agency)

Jika adalah sebuah lembaga donor dari Jepang. Tahun 2002, Jika bekerja sama dengan BBAT Jambi melakukan rekayasa genetis strain ikan nila hasil penelitian Kagoshima Fisheries Research Station , Jepang di Jambi. Tahun 2004 dihasilkan ikan nila unggul yang dinamakan strain Rea. Sebagian masyarakat Jambi menyebut nila strain Jica dengan nama nila kagoshima.

e. Nila Nifi (National Inland Fishery Institute)

Disebut juga nila Bangkok.Nifi pertama kali didatangkan dari Thailand pada tahun 1989.Dikenal juga sebagai nila merah atau nirah. Ada juga menyebutnya mujarah (mujair merah) atau kakap merapi. Pertumbuhannya lebih cepat dari ikan nila lokal. Keunggulan lainnya mampu menghasilkan keturunan yang dominan

jantan. Ikan ini kemungkinan merupakan hasil persilangan antara mujair dengan nila O.aureus, O.zilii, O.hornorum.

f. Nila Nirwana (Nila Ras Wanayasa)

Berasal dari Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Merupakan hasil pemuliaan genetis dari nila gift dan nila get dari Filipina yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa dan FPK, Institut Pertanian Bogor. Dikenalkan kepada masyarakat tahun 2006 ak-hir. Gennya berasal dari nila gift dan nila get (Genetically Enhanced of Tilapias).

g. Nila hitam 69

Merupakan strain ikan nila yang pertama kali didatangkan dari Taiwan. Karena begitu akrabnya masyarakat dengan ikan nila ini sehingga tidak heran jika ada yang menyebutnya dengan ikan nila lokal. Memiliki keunggulan mudah berkembang biak, pertumbuhan badannya cepat, serta pemakan plankton dan tanaman air lunak yang tumbuh di dalam kolam.

h. Nila Cangkringan

Merupakan nila yang berasal dari Cangkringan. Ikan nila merah ini merupakan hasil pemuliaan genetis dari strain nifi, citralada, Singapura, dan Filipina oleh BAT atau BBI Cangkringan. Strain ini sebenamya belum resmi diliris ke masyarakat.

i. Nila Larasati

Dikenal juga dengan nila janti. Ikan nila strain ini merupakan hasil pemuliaan BBI Janti di Klaten. Memiliki keseragaman warns sampai 90% warna merah. (Wiryanta Bernard T. W, dkk.2010)

Jenis nila unggul yang direkomendasikan sebagai bibit untuk pembesaran secara cepat ( 2,5 bulan panen) adalah nila merah hasil silangan (hibrida), nila Gesit dan nila Best. (Carman Odang, Sucipto Adi, 2010).

Untuk pangsa ekspor sebaiknya memilih ikan nila merah dan ikan nila gift yang tentu saja harganya pasti akan lebih mahal dibandingkan ikan nila biasa. Kualitas daging dan ukuran tubuh menjadi tuntutan bagi para peternak untuk mengekspor

produknya. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah berat tubuh minimal 500 gr per ekornya dengan kualitas nomor 1 dan tujuan ekspornya adalah Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

Pembesaran ikan nila merupakan salah satu proses dalam budidaya ikan yang bertujuan untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi. Pada usaha budidaya ikan, pembesaran merupakan segmen usaha yang banyak dilakukan oleh para pembudidaya ikan. Dalam melakukan pembesaran, ikan ini relatif tidak terlalu sulit karena ketrampilan yang dibutuhkan tidak sesulit dalam melakukan pembenihan ikan.

Pada kegiatan pembesaran ikan, hal yang perlu diperhatikan adalah wadah yang akan digunakan dalam proses pembesaran, padat penebaran, pola pemberian pakan, pencegah terhadap hama, dan penyakit ikan, pengontrolan pertumbuhan serta pengelolaan kualitas air.

Dokumen terkait