• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS SOSIOLOGIS TOKOH PELAKU

3.3 Ikatan Sosial Antara Tokoh Pelaku Pembunuhan Dengan Tokoh

3.3.1 Marina Ayatsuji Cuplikan 1 jilid 4 hal 107-11

42

Marina: “Sepuluh tahun yang lalu aku naik pesawat bersama kedua orangtuaku, lalu pesawat itu mengalami kecelakaan, aku berusaha mencari kedua orangtuaku, ayah tidak kutemukan, dan ibu yang kutemukan dengan susah payah pun terhimpit oleh badan pesawat yang terlihat ambruk, setelah lewat beberapa jam aku disana, empat orang itu datang.”

Marina 10 tahun lalu: “Kumohon! Tolong ibuku!!”

Michio 10 tahun lalu: “Berisik! Jangan ganggu! Lekas pergi sana, anak nakal!!”

Marina 10 tahun lalu: “Ibuuuuuuuu..!” Brak!! (suara serpihan pesawat yang ambruk)

Mizunuma 10 tahun lalu: “Suara ribut apa itu?”

Michio 10 tahun lalu: “Biarkan saja! Lebih baik bereskan mayat ini, kita harus menguburnya sebelum ada yang datang..”

Marina 10 tahun lalu (dialog dalam hati): “Ku..bu..nuh.., akan kubunuh kalian..!! Akan kubunuh!!”

Analisis:

Dari cuplikan di atas, Marina mengalami kecelakaan pesawat yang mengakibatkan dirinya menjadi salah satu korban yang selamat namun dia kehilangan orang tuanya, ketika itu muncullah 4 orang yang sedang memanfaatkan kekacauan di sekitar lokasi kecelakaan tersebut, mereka bertujuan mencari salah satu pelukis terkenal, Himuro Issei, disaat itulah Marina bertemu dengan korban yang dibunuhnya pertama kali dalam kecelakaan pesawat, Marina meminta pertolongan kepada mereka untuk menyelamatkan ibunya yang terjepit

43

badan pesawat, namun 4 orang tersebut mengabaikannya, dan pada akhirnya Marina menaruh dendam yang sangat besar kepada mereka. Marina merupakan penumpang pesawat tersebut, namun 4 orang korban bukan penumpang pesawat tersebut. Sosiologi Sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan dalam hal ini karya sastra dikonsumsikan secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya dan karya sastra bukan semata-mata merupakan gejala individual tetapi gejala sosial (Ratna, 2004:11). Gejala sosial dapat berubah baik itu diakibatkan tindakan yang positif ataupun negatif. Gejala sosial yang dimaksud dalam teori diatas adalah saat dimana Marina menaiki satu pesawat dengan para korban namun gejala sosial tersebut berubah karena suatu tindakan negatif yang merugikan Marina sehingga menumbuhkan rasa dendam kepada para korban.

3.3.2 Kahoru Takigawa Cuplikan 1 jilid 17 hal 45

Kahoru: “Megumi, Richard, dan Kusaburo, akulah yang membunuh ketiga orang itu.”

Kindaichi: “Apa hubungan tiga orang itu denganmu?” Kahoru: “Teman..”

44

Kahoru: “Sewaktu kuliah, aku dan ketiga orang itu adalah sahabat yang mengejar mimpi yang sama, tapi… mereka mengkhianati kami 20 tahun yang lalu..”

Cuplikan 2 jilid 17 hal 49

Kahoru: “Semua dimulai dua puluh tahun lalu, ketika aku masih mahasiswi tingkat satu, aku yang suka novel misteri masuk klub penelitian kejahatan, anggotanya Cuma lima orang, termasuk aku, Kusaburo, Megumi, mahasiswa asing dari Inggis bernama Richard, dan seorang lagi, Kyoji Kiyama yang waktu itu sudah tingkat empat di Fakultas Hukum, dia kekasihku..”

Cuplikan 3 jilid 17 hal 68, Kahoru: “Aku bersumpah! Diriku yang sebelumnya telah mati bersamanya membalas dendam pada para pengkhianat itu adalah segalanya bagiku! Aku menjadi algojo yang akan menghukum mereka!

Analisis:

Pada cuplikan pertama, si pelaku yaitu Kahoru mengakui bahwa dialah pelakunya dan menjelaskan kalau ketiga korban tersebut dulunya adalah sahabat, lalu pada cuplikan kedua, Kahoru menjelaskan lebih detil bagaimana hubungan sosialnya dengan para korban, Kahoru yang saat itu menjadi mahasiswi bergabung dengan klub penelitian kejahatan bersama dengan 3 korban. Dalam cuplikan ke-3, karena dendam terhadap ketiga orang tersebut, Kahoru mulai menganggap mereka pengkhianat. Berdasarkan teori Ratna yang telah disebutkan sebelumnya pada bab 3.3.1, Kahoru sebelumnya adalah sahabat dari para korban, namun akibat gejala sosial yang timbul, maka status sosial Kahoru dengan korban tersebut pun mulai berubah karena tindakan para korban mengubah pandangan Kahoru yang tadinya menganggap mereka sahabat menjadi pengkhianat.

45 3.3.3 Yoichi Takato

Cuplikan 1 jilid 21 hal 136

Yoichi: “Aku adalah anak tunggal Reiko Chikayama, pesulap berbakat yang dibunuh Sakonji dan yang lainnya.”

Cuplikan 2 jilid 21 hal 151-153

Yoichi 3 tahun lalu (dalam hatinya berkata): “Ibu, jangan-jangan.. para muridmu ini telah.. membunuhmu?”

Yoichi: “Aku masuk grup sulap ilusi sebagai manajer untuk memastikan hal itu.. memang, agak makan waktu, tapi tak disangka, mereka buka mulut lebih cepat.” Yumi 3 tahun lalu: “Sulit dipercaya ya, padahal tiga tahun lalu kita cuma murid Reiko. Sekarang kita adalah grup sulap yang sangat terkenal!”

Yamagami 3 tahun lalu: “Ya.. Salah satunya kita berhasil sampai sini adalah berkat trik catatan itu!!

Yoichi 3 tahun lalu (dalam hatinya berkata): “Yamagami.. Yurama.. Yumi.. Sakonji.. sekarang targetku sudah jelas”

Analisis:

Dalam cuplikan pertama, terlihat jelas bahwa sang pelaku, Yoichi merupakan anak dari Reiko, guru sulap dari empat orang korban tersebut. Pada cuplikan kedua, di dialog pertama dan kedua, diketahui bahwa Yoichi berusaha menelusuri jejak kematian ibunya yang mencurigakan dengan cara menjadi bagian dari grup sulap tersebut, dan ia pun diterima menjadi manajer, dan kemudian ia pun

46

mengetahui yang sebenarnya telah terjadi. Lalu pada dialog ke-3 dan ke-4, salah satu korban yaitu Yumi, menjelaskan bahwa mereka meraih sukses atas hasil kerja keras dari ibunya Yoichi. Tidak terima dengan semua yang telah terjadi, pada dialog terakhir di cuplikan ke-2, Yoichi mulai menargetkan keempat orang tersebut untuk melampiaskan dendamnya. Dalam teori Ratna diatas, gejala sosial yang menunjukkan ikatan sosial adalah saat dimana Yoichi mengetahui bahwa sebelumnya Yoichi hanya menaruh rasa curiga terhadap empat korban tersebut, namun ternyata hasil kerja keras dari grup sulap yang dimanajerinya adalah berasal dari ibunya yang mengalami kecelakaan yang diakibatkan empat orang tersebut.

3.3.4 Shino Tatsumi Cuplikan 1 jilid 12 hal 57

Kindaichi: “Walaupun demi membuat anakmu mewarisi harta yang melimpah itu, kenapa tega membunuh anak yang kau besarkan selama 18 tahun itu seperti membunuh kutu saja?! Apa gerangan yang membuatmu menjadi binatang buas? Membunuh Seimaru yang tidak tahu apa-apa, padahal dia mengira kau ibu kandungnya.”

Cuplikan 2 jilid 12 hal 61-63

Saruhiko (beberapa jam yang lalu saat Seimaru dibunuh): Huh! Kasihan anak ini, dia mengira perempuan kejam ini adalah ibunya..”

47

Kindaichi: “Mungkin ayah kandung Ryunosuke adalah Saruhiko Senda! Mungkin kedatangan Saruhiko ke rumah ini pun bukan kebetulan, tapi untuk memerasmu bukan?”

Analisis:

Dua korban yang dibunuh memiliki ikatan yang cukup rumit. Seimaru, korban pertama yang dibunuh merupakan anak dari orang yang dia benci, saat di rumah sakit dia menukar anaknya yang sebenarnya, Ryunosuke, dengan anak seorang wanita yang dibencinya, Seimaru. Dalam cuplikan 1 dan dialog pertama di cuplikan ke-2, Seimaru yang tidak tahu apa-apa pun berpikir kalau Shino adalah ibu kandungnya, bahkan sampai ia dibunuh ia tidak tahu kenyataan yang sebenarnya. Lalu pada cuplikan 2 dialog kedua dijelaskan bahwa korban kedua yaitu Saruhiko merupakan ayah kandung dari Ryunosuke yang sebenarnya, yang juga anak kandung dari Shino. Dia muncul karena tahu kalau Ryunosuke akan mewarisi harta kekayaan keluarga Tatsumi, Saruhiko berusaha memeras Shino dengan cara merahasiakan siapa ayah kandung Ryunosuke sebenarnya, sampai akhirnya Saruhiko juga dibunuh. Terlihat jelas bahwa ikatan sosial Shino dengan korbannya adalah hubungan keluarga, namun karena gejala sosial yang dulu dialaminya terhadap seseorang, akhirnya nilai-nilai akibat gejala sosial tersebut meluas hingga ke ikatan keluarga seperti yang disebutkan dalam teori sosiologi yaitu Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.

3.3.5 Manami Yasuoka Cuplikan 1 jilid 27 hal 141

48

Reika: “Nyo.. Nyonya Manami, kenapa..? Kenapa kau membunuh suamimu sendiri?”

Manami: “Suami? Baiklah akan kuceritakan apa yang telah dilakukan pria sampah itu padaku..! Tujuh tahun lalu aku bekerja di Kaburagi Prodution ini sebagai penyanyi yang kurang tenar, waktu itu Yasuyuki cuma keponakan direktur yang jadi teman bermainku di kantor, dia selalu merayuku dan mengikutiku kemana-mana..”

Cuplikan 2 jilid 27 hal 144

Manami: “Aku mengetahuinya setengah tahun lalu”

Yasuyuki (setengah tahun lalu): “Dengar! Dengan ini sekarang kita tidak saling kenal!”

Seseorang yang tak dikenal (setengah tahun lalu): “Baiklah! Tak kusangka, kau benar-benar menikahi wanita itu, dengan bantuan kami sendiri kau memperkosanya, lalu membuat dia berhutang budi padamu, kau benar-benar hebat! Hehehehe”

Manami: “Laki-laki itu telah mengoyak diriku dengan tangannya sendiri..!! Lalu menikahiku sampai sekarang!! Tak bisa kumaafkan!! Dalam setengah tahun ini aku terus berpikir bagaimana cara melempar dia ke neraka!!”

Analisis:

Dalam cuplikan pertama pada dialog pertama yang digarisbawahi, satu-satunya korban yang dibunuh oleh Manami yaitu Yasuyuki merupakan suaminya, lalu di dialog kedua diceritakan bagaimana pertamanya ia mengenal korban, dan juga

49

diceritakan bahwa korban adalah sepupu dari atasan pelaku, lalu pada cuplikan kedua, secara tak sengaja pelaku mendengar percakapan korban, lalu terungkaplah semua kebenaran tentang mengapa korban menikahi pelaku, dia merubah pandangannya terhadap suaminya tersebut lalu membunuhnya. Jelas terlihat kalau hubungan Manami dan korbannya adalah suaminya, namun jika melihat dari teori Ratna, gejala sosial yang ditimbulkan adalah saat Manami menemukan fakta bahwa ia diperalat dan dimanfaatkan untuk dinikahi dengan korban. Gejala sosial tersebut muncul saat korban melakukan percakapan dengan orang yang bekerjasama dengannya untuk memanfaatkan Manami.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisis, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Komik Detektif Kindaichi merupakan komik Jepang (Manga) karya Yozaburo Kanari dan Fumiya Sato yang bercerita tentang kisah seorang anak SMU bernama Kindaichi Hajime yang memecahkan berbagai kasus sulit yang bahkan tidak bisa ditangani kepolisian. Kindaichi Hajime merupakan cucu dari detektif ternama Kindaichi Kosuke, Kindaichi merupakan murid SMU yang pemalas, suka tidur di kelas, bahkan sering membolos saat jam mata pelajaran tertentu, namun IQ-nya diatas rata-rata

50

murid SMU lain. Pada beberapa kasus, ia ditemani oleh teman semasa kecilnya, Miyuki Nanase.

2. Dalam komik Detektif Kindaichi, tokoh utama yaitu Kindaichi bertemu dengan tokoh baru dalam setiap kasusnya, bahkan ada beberapa tokoh tersebut yang menjadi tokoh pendukung (tokoh yang muncul lebih dari satu kali pada setiap kasusnya) terhadap Kindaichi dalam memecahkan kasus. Bahkan ada satu tokoh yang menjadi rival Kindaichi dalam membongkar trik pembunuhan, yaitu Yoichi Takato yang lihai dalam membuat trik pembunuhan.

3. Dalam beberapa motif pembunuhan, pengarang berusaha menjelaskan bahwa pembunuh merupakan seseorang yang kenal baik dengan korban dan mempunyai hubungan kerabat kerja ataupun hubungan darah, membunuh seseorang tanpa tahu kejadian yang sebenarnya berakibat penyesalan dan kesedihan yang mendalam, namun ada beberapa yang berakhir tanpa penyesalan dan berakhir dengan sang pelaku melakukan bunuh diri. Dengan adanya interaksi yang baik dengan orang lain maka juga akan menghasilkan pemikiran dan penyelesaian masalah yang baik pula.

4.2 Saran

Setelah menjalani proses penelitian dan penulisan skripsi ini, maka penulis menyarankan.

1. Komik tidak hanya dimanfaatkan sebagai media bacaan dan hiburan saja, tetapi hendaknya juga dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran dan inspirasi.

51

Dengan demikian komik dapat dijadikan sebagai acuan untuk mempelajari berbagai hal, baik tentang pengarang maupun cerita di dalamnya yang merupakan pencerminan suatu masyarakat.

2. Untuk menganalisis karya sastra secara sosiologis, maka sorang peneliti harus mengetahui dan memahami kajian-kajian sosiologis serta hal-hal yang mendukung penelitiannya.

3. Penulis berharap melalui skripsi ini, para pembaca dapat menjernihkan pikiran saat akan emosi terhadap sesuatu yang berujung penyesalan nantinya, membalas dendam tidak akan merubah suatu fakta masa lalu yang telah terjadi.

Daftar Pustaka

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Niaga Swadaya

Esten, Mursal. 1978. Kesusasteraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa

Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

51

Dengan demikian komik dapat dijadikan sebagai acuan untuk mempelajari berbagai hal, baik tentang pengarang maupun cerita di dalamnya yang merupakan pencerminan suatu masyarakat.

2. Untuk menganalisis karya sastra secara sosiologis, maka sorang peneliti harus mengetahui dan memahami kajian-kajian sosiologis serta hal-hal yang mendukung penelitiannya.

3. Penulis berharap melalui skripsi ini, para pembaca dapat menjernihkan pikiran saat akan emosi terhadap sesuatu yang berujung penyesalan nantinya, membalas dendam tidak akan merubah suatu fakta masa lalu yang telah terjadi.

Daftar Pustaka

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Niaga Swadaya

Esten, Mursal. 1978. Kesusasteraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa

Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

52

Fumiya Sato, Yozaburo Kanari. 1999. Detektif Kindaichi jilid. Jakarta: Elex Media Komputindo

Luxemburg, Jan Van & Mieke Bal Willem G.W. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia Daftar Pustaka.

Nasir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Bandung: Galia Indonesia

Nurgihantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko, 2010. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer, George. 2009. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta: Rajawali

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa

53

Waluyo, Herman. 2002. Apresiasi dan pengajaran sastra. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

http://iniitublogedo.blogspot.com http://hedisasrawan.blogspot.com http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_deskriptif http://id.wikipedia.org/wiki/komik http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi

Dokumen terkait