• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKU 1 :“Tersertifikasinya semua produk pertanian

Dalam dokumen DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN...1 (Halaman 27-33)

BAB III PENGUKURAN KINERJA

A. Pengukuran Kinerja Dukungan Direktorat Jenderal PPHP

I. IKU 1 :“Tersertifikasinya semua produk pertanian

2 Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan / diekspor.

63%

3 Meningkatnya produksi tepung2an untuk mensubstitusi gandum/terigu impor.

5% atau 11%

4 Meningkatnya sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri.

60%

5 Surplus neraca perdagangan komoditi petanian 15% atau 23%

I. IKU 1 :“Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet”

Parameter Pertama : “Tersertifikasinya semua produk pertanian

organik”

Rumus yang digunakan dalam menghitung berapa banyak produk pertanian yang sudah memperoleh sertifikat organic adalah :

Jumlah luasan area organik yang disertifikasi oleh LSO / Jumlah luasan area organik yang dibina oleh Kementan tahun 2013 x 100% 1. Produk pertanian organic di Indonesia terdiri dari : beras, 25 jenis

sayuran, 10 jenis buah, lada, kopi, kakao, kayu manis, mete, vanilla, teh, gula kelapa, biofarmaka.

2. Indonesia memiliki Asosiasi Organic Indonesia (Masyarakat Peduli Pertania Organik atau MPPO, Aliansi Organik Indonesia atau AOI dan Masyarakat Pecinta Organik Indonesia atau Maporina).

3. Lembaga Sertifikasi Produk Organic (LSPO) di Indonesia ada 8 yaitu PT Sucofindo, PT Mutu Agung Lestari, PT Lesos, Pt Persada, LSO Sumbar, Inofice, PT Biocert dan SDS. LSPO ini yang berwenang menerbitkan sertifikat untuk produk pertanian organic. Data mengenai luasan organic yang dapat dipantau berasal dari 6 LSPO, PT Biocert dan LSO Sumbar tidak memberikan datanya.

4. Tersertifikasinya semua produk pertanian organic dapat dihitung dengan mengetahui berapa banyak (ton) jumlah produk pertanian organic Indonesia yang memperoleh sertifikat setiap tahun dan membandingkannya terhadap berapa banyak produk pertanian organic yang mengajukan sertifikat ditambah produk pertanian organic lainnya yang dihasilkan Indonesia pada tahun yang sama. Namun hal ini belum pernah dipantau, diharapkan hal ini dapat diketahui dengan melakukan kerjasama pemantauan dengan 8 LSPO. Rumus yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Jumlah produk pertanian organic Indonesia yang memperoleh sertifikat tahun 2013 / (Jumlah produk pertanian organic yang memperoleh sertifikat + produk pertanian organic yang mengajukan sertifikat dan produk pertanian organic lainnya yang dihasilkan Indonesia tahun 2013) x 100%.

5. Untuk saat ini yang dipantau adalah jumlah operator organic yang dibina oleh Kementan serta luasan lahan yang berhasil memperoleh sertifikat organic.

6. Pada tahun 2012 Kementerian Pertanian telah membina 92 operator organic dan yang telah lulus sertifikasi dan memperoleh sertifikat dari LSPO sebanyak 35 operator organic atau sama dengan 38,04%. Luas lahan yang tercakup di 35 operator organic tersebut mencakup 1.889,13

ha, sedangkan luas lahan organic yang dibina secara keseluruhan

adalah 5.693,07 ha.

7. Pada tahun 2013 Kementerian Pertanian telah membina 92 operator

organic dan yang telah lulus sertifikasi dan memperoleh sertifikat dari LSPO sebanyak 28 operator organic atau sama dengan 30,43%. Luas

ha, sedangkan luas lahan organic yang dibina secara keseluruhan

adalah 4.995,92 ha.

8. Perbandingan luasan area organic yang memperoleh sertifikat dibandingkan dengan luasan area organic yang dibina Kementan tahun 2012 adalah :

1.889,13 ha / 5.693,07 ha x 100% = 33,18%

Perbandingan luasan area organic yang memperoleh sertifikat dibandingkan dengan luasan area organic yang dibina Kementan tahun 2013 adalah :

1007,92 ha / 4.995,92 ha x 100% = 20,17%.

9. Capaian kinerja ...

10. Bila dilihat dari Kelompok Usaha yang menjadi target binaan Ditjen PPHP untuk menghasilkan produk organik maka selama periode 2010-2014 ditargetkan sejumlah 105 Pelaku Usaha yang akan memperoleh sertifikasi organik melalui dana dekonsentrasi Ditjen PPHP periode tahun 2010-2014. Pada tahun 2013 pembinaan dalam rangka sertifikasi pertanian organik ditargetkan kepada 87 Gapoktan/Pelaku Usaha, terealisasi 85 Gapoktan/Pelaku usaha melalui dana dekonsentrasi kegiatan pembinaan dan sertifikasi pangan organik. Dari 85 Gapoktan/Pelaku Usaha tersebut ditargetkan 25 Gapoktan/Pelaku Usaha yang akan memenuhi persyaratan SNI 01 6729 2010 (Sertifikasi Organik). Pada akhir tahun 2013 ternyata terealisasi 35 Gapoktan/Pelaku Usaha yang memperoleh sertifikat organic.

11. Sejak tahun 2010 - 2013 maka telah terealisasi sebanyak 97 Gapoktan/Poktan yang telah memperoleh sertifikasi organik dari target 105 Gapoktan/Poktan pada periode 2010-2014. Pada tahun 2014 Ditjen PPHP masih mempunyai tugas untuk membina minimal 8 Gapoktan/Poktan yang akan memperoleh sertifikasi organik.

Tabel 5. Target dan Realisasi Sertifikasi Produk Pertanian Organik Tahun 2010-2014 Uraian Total Target 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Total Realisasi 2010-2013 Target 105 10 20 25 25 25 -Realisasi 9 18 35 35 - 97 Realisasi/Target (%) 90 90 140 140 92,38

Parameter Kedua :”Tersertifikasinya semua produk kakao fermentasi” Rumus yang digunakan dalam menghitung berapa banyak produk kakao fermentasi yang sudah memperoleh sertifikat adalah :

Kakao fermentasi dalam negeri yang diserap industri kakao / produksi kakao fermentasi yang dihasilkan di dalam negeri x 100%.

1. Syarat kakao fermentasi untuk memperoleh sertifikat adalah memenuhi prinsip keamanan pangan. Lembaga yang berhak mengeluarkan sertifikat untuk kakao fermentasi adalah Otoritas Kompeten Keamanan

Pangan Daerah (OKKPD) yang terdapat di 33 Propinsi (Propinsi

Kalimantan Utara belum membentuk OKKPD).

2. Sampai dengan 2013 OKKPD belum pernah mengeluarkan sertifikat kakao fermentasi disebabkan karena Permentan mengenai Persyaratan

Mutu dan Pemasaran Biji Kakao ditandatangani oleh Menteri Pertanian

tanggal 12 Mei 2014. Berdasarkan Permetan ini maka Poktan/Gapoktan Kakao diwajibkan membentuk Unit Fermentasi dan Pengolahan Biji Kakao dan mengajukan sertifikasi keamanan pangan biji kakao kepada OKKPD. Untuk selanjutnya maka data berapa banyak kakao fermentasi yang dihasilkan tahun 2014 dan memenuhi syarat untuk disertifikasi, serta berapa banyak kakao fermentasi yang dihasilkan tahun 2014, harus dipantau secara rutin dan berkala. Rumus yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Jumlah kakao fermentasi yang memenuhi syarat untuk disertifikasi tahun 2012 dan 2013 / jumlah semua kakao fermentasi yang dihasilkan tahun 2012 dan 2013 .

3. Untuk tahun 2012 dan 2013 perhitungan mengenai kakao fermentasi yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung seberapa besar kakao fermentasi dalam negeri yang diserap oleh industri kakao dalam negeri. Besarnya kakao fermentasi yang dihasilkan di dalam negeri dapat dihitung dengan menghitung jumlah peralatan box fermentasi yang difasilitasi Kementan (Ditjen PPHP dan Ditjen Perkebunan).

4. Di Indonesia ada 19 industri kakao, yang membutuhkan kakao fermentasi adalah industri kakao yang menghasilkan powder, jadi hanya ada 5 industri kakao dimaksud. Jumlah kebutuhan industri kakao fermentasi tahun 2012 dan 2013 pada 5 industri kakao dimaksud antara

30.000 ton - 40.000 ton pertahun. Kakao fermentasi dalam negeri yang

5. Jumlah peralatan fermentasi yang difasilitasi Ditjen PPHP tahun 2012 pada 41 Poktan/Gapoktan yang terdiri dari 35 box fermentasi per Poktan/ Gapoktan; sedangkan tahun 2013 Ditjen PPHP memfasilitasi pada 47 Poktan/Gapoktan yang terdiri dari 25 box fermentasi per unit. 6. Jumlah peralatan fermentasi yang difasilitasi Ditjen Bun tahun 2012 dan

2013 : 48 Poktan/Gapoktan dan 10 unit. Masing-masing unit terdiri dari 16 box fermentasi.

7. Total jumlah peralatan fermentasi yang difasilitasi Ditjen PPHP dan Ditjenbun tahun 2012 sebesar (41 x 35 + 48 x 16) = 2.203 box

fermentasi sedangkan tahun 2013 : (47 x 25 +10 x 16) = 1.335 box fermentasi.

8. Dalam setahun box fermentasi tersebut dapat digunakan selama 2 x dalam sebulan selama masa panen selama 8 bulan setahun. Jadi tahun 2012 pemakaian 2.203 box setara dengan 2.203 x 2 x 8 = 35.248 box

fermentasi. Tahun 2013 pemakaian 1.335 box fermentasi setara

dengan 1.335 x 2 x 8 = 21.360 box fermentasi.

9. Kapasitas box fermentasi @ 40 kg kakao basah yang dapat menghasilkan 15 kg kakao fermentasi kering per box dalam jangka waktu 5 hari. Masa panen kakao pertahun selama 8 bulan mulai dari Juni sampai Oktober dan Februari sampai April. Box fermentasi selama masa panen tersebut dapat digunakan sebanyak 2 kali dalam sebulan. 10. Jadi produksi kakao fermentasi kering pada tahun 2012 adalah : 35.248

x 15 kg = 528.720 kg kakao fermentasi kering atau setara 528,7 ton. 11. Jadi produksi kakao fermentasi kering pada tahun 2013 adalah : 21.360

x 15 kg = 320.400 kg kakao fermentasi kering atau setara 320,4 ton. 12. Produksi kakao fermentasi dalam negeri yang diserap oleh industri

kakao dalam negeri pada tahun 2012 adalah : 300 ton / 528,7 ton x 100% = 56,74%.

13. Produksi kakao fermentasi dalam negeri yang diserap oleh industri kakao dalam negeri tahun 2013 adalah : 300 / 320,4 ton x 100% =

93,63%.

14. Capaian kinerja...

Parameter ketiga :”Tersertifikasinya semua produk bahan olahan

karet”

Rumus yang digunakan dalam menghitung berapa banyak produk bahan olahan karet yang sudah disertifikasi adalah :

Produksi bokar bersih yang dihasilkan UPPB teregister 2013 / produksi bokar nasional 2013 x 100%.

1. UPPB adalah Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang sudah teregister artinya unit tersebut telah menerapkan SOP Bokar Bersih yang dibuktikan dengan Surat Tanda Register (STR) dari dinas yang membidangi perkebunan di kabupaten/kota, sehingga bokar tersebut tidak memerlukan pengujian sebagai bahan baku industri

crumb rubber. UPPB yang teregister berwenang mengeluarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Bokar Bersih bagi pekebun atau kelompok

pekebun dalam wilayah kerjanya.

2. UPPB yang berada disetiap sentra produksi karet yang harus dibentuk sesuai Permentan nmr 38 tahun 2008. Namun daerah lainnya yang bukan merupakan sentra karet tetapi menghasilkan produk karet diupayakan untuk membentuk UPPB. Terdapat lima sentra produksi karet yang dijadikan model pembentukan UPPB (Jambi, Sumsel, Riau, Kalbar dan Kalsel).

3. UPPB yang ada di Indonesia tahun 2012 ada sebanyak 10 Unit di Kalimantan Selatan dan semuanya sudah teregister. Produksi bokar bersih yang dihasilkan oleh 10 UPPB di Kalsel sepanjang tahun 2012 adalah sebesar 25 ton bokar bersih per minggu, jadi setahun menghasilkan bokar bersih sebanyak 25 ton x 52 = 1.300 ton/tahun. 4. Ketersediaan bokar tahun 2012 menurut data Dewan Karet Indonesia

sebesar 3.040.376 ton.

5. UPPB yang ada di Indonesia tahun 2013 ada sebanyak 33 Unit dan semuanya sudah teregister, dengan rincian : Sumsel (23) dan Kalsel (10). UPPB di Sumatera Selatan perbulan rata-rata menghasilkan 250 ton bokar bersih, jadi setahun total UPPB di Sumatera Selatan menghasilkan 250 ton x 12 bulan x 23 = 69.000 ton. 10 UPPB di Kalimantan Selatan rata-rata menghasilkan 25 ton bokar bersih per minggu, jadi setahun menghasilkan bokar bersih sebanyak 25 ton x 52 = 1.300 ton. Produksi bokar bersih yang dihasilkan oleh 33 UPPB yang sudah teregister selama tahun 2013 adalah sekitar 70.300 ton/tahun. 6. Ketersediaan bokar tahun 2013 yang diproduksi petani menurut

Gapkindo sebesar 2.400.000 ton

7. Prosentase bokar bersih yang memperoleh sertifikat dibandingkan produk bokar bersih yang dihasilkan tahun 2012 : 1.300 ton / 3.040.376 ton x 100% = 0,04%

8. Prosentase bokar bersih yang memperoleh sertifikat dibandingkan produk bokar bersih yang dihasilkan tahun 2013 : 70.300 ton / 2.400.000 ton x 100% = 2,9%

II. IKU 2 :“ Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan atau yang

Dalam dokumen DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN...1 (Halaman 27-33)

Dokumen terkait