DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang...1
B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ...2
1. Sekretariat Direktorat Jenderal...3
2. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian ...3
3. Direktorat Mutu dan Standardisasi ...3
4. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi ...4
5. Direktorat Pemasaran Domestik ...4
6. Direktorat Pemasaran Internasional ...5
C. Organisasi dan Sumber Daya Manusia...6
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ...9
A. Rencana Strategis ...9
1. Visi dan Misi...9
2. Tujuan dan Sasaran, serta Indikator Sasaran ...11
3. Strategi, Kebijakan, dan Program untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran...13
B. Penetapan Kinerja dan Perjanjian Kinerja...14
BAB III PENGUKURAN KINERJA ...19
A. Pengukuran Kinerja Dukungan Direktorat Jenderal PPHP Terhadap IKU Kementerian Pertanian ...19
I. IKU 1 :“Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet”...19
II. IKU 2 :“ Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan atau yang diekspor”. ...25
III. IKU 3 : “ Meningkatnya produksi tepung-tepungan untuk mensubstitusi gandum/terigu impor”. ...34
IV. IKU 4 : “Meningkatnya sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri”. ...36
V. IKU 5 : “ Surplus neraca perdagangan komoditi
petanian”...38
I. Prosentase Capaian Kinerja Terhadap Target Kinerja 2013...44
B. Pengukuran Indikator Kinerja Direktorat Jenderal PPHP Tahun 2013 ...45
I. Prosentase peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik (target 5% per tahun). ...45
II. Prosentase peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian (target 5% per tahun). ...48
III. Prosentase peningkatan jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (target 6% pertahun)...49
IV. Prosentase peningkatan net-ekspor komoditi segar dan olahan (target 15% pertahun)...50
C. Indikator Kinerja Per Direktorat Lingkup Dirjen PPHP ...53
I. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian ...53
II. Direktorat Mutu dan Standardisasi ...55
III. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi ...61
IV. Direktorat Pemasaran Domestik ...63
V. Direktorat Pemasaran Internasional ...65
VI. Sekretariat Ditjen PPHP...66
D. Kendala ...69
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan Per 31
Desember 2013 ...7 Tabel 2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Pangkat ...7 Tabel 11. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan
Pemasaran Domestik...17 Tabel 13. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen
dan Dukungan Teknis Lainnya Tahun 2013...18 Tabel 15. Target dan Realisasi Sertifikasi Produk Pertanian
Organik Tahun 2010-2014 ...21 Tabel 17. Rata-rata Kapasitas per Jenis Alat Olahan Tanaman
Pangan ...27 Tabel 18. Jenis, Jumlah Unit dan Produksi Alat Pengolahan
Produk Tanaman Pangan (2010-2013)...28 Tabel 19. Rata-rata Kapasitas per Jenis Alat Olahan
Perkebunan ...29 Tabel 20. Jenis, Jumlah Unit dan Produksi Alat Pengolahan
Produk Perkebunan (2010-2013)...30 Tabel 21. Rata-rata Kapasitas per Jenis Alat Olahan
Hortikultura ...31 Tabel 22. Jenis, Jumlah Unit dan Produksi Alat Olahan Produk
Hortikultura (2010-2013) ...32 Tabel 23. Rata-rata Kapasitas per Jenis Alat Olahan
Peternakan ...33 Tabel 24. Jenis, Jumlah Unit dan Produksi Alat Olahan Produk
Peternakan (2010-2013) ...33 Tabel 25. Rata-rata Capaian Peningkatan Produk Olahan
Kurun Waktu 2010-2013 ...34 Table 29. Target dan Capaian Surplus Neraca Perdagangan
Komoditi Pertanian Per Tahun ( 2010-2014)...39 Tabel 30. Rangkuman Capaian Capaian Kinerja Ditjen PPHP
Tabel 31. Produksi Produk Olahan Gapoktan Penerima
Fasilitas Alat Ditjen PPHP TA 2010 – 2013 (kg)...46 Tabel 32. Perkembangan Volume Ekspor dari Gapoktan Hasil
Binaan Ditjen PPHP TA 2010 - 2013 ...47 Tabel 33. Jumlah Kelembagaan Pemasaran Bagi Petani (Unit)...48 Tabel 34. Jumlah Unit Usaha Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian TA 2010 – 2013 (Unit)...50 Table 35. Target dan Capaian Surplus Neraca Perdagangan
Komoditi Pertanian Per Tahun ( 2010-2014)...51 Tabel 36. Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2013...52 Tabel 37. Pengukuran Kinerja Realisasi terhadap Target
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2013
(Unit)...53 Tabel 38. Pengukuran Kinerja Realisasi terhadap Target
Direktorat Mutu dan Standardisasi Tahun 2013 ...56 Tabel 39. Jumlah RSNI yang Dihasilkan Tahun 2013...56 Tabel 40. Daftar OKKP-D dengan Target Memperoleh Status
Verifikasi oleh OKKP - Pusat TA 2013 ...58 Tabel 41. Daftar Laboratorium Penguji yang Siap Diakreditasi
oleh Komite Akreditasi Nasional TA 2013 ...59 Tabel 42. Pengukuran Kinerja Realisasi terhadap Target
Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi TA
2013 ...61 Tabel 43. Daftar Fasilitasi Dalam Rangka Kegiatan Investasi...62 Tabel 44. Pengukuran Kinerja Realisasi terhadap Target
Direktorat Pemasaran Domestik TA 2013 ...63 Tabel 45. Daftar Rincian Lokasi PIP 2013 ...64 Tabel 46. Pengukuran Kinerja Realisasi terhadap Target
Direktorat Pemasaran Internasional TA 2013 ...65 Tabel 47. Pengukuran Kinerja Dukungan Manajemen dan
Dukungan Teknis Lainnya TA 2013 ...67 Table 48. Beberapa Penghargaan dan Prestasi yang Diraih
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Lokasi Lembaga Pemasaran Bagi Petani Yang Dibina Ditjen PPHP TA 2013 Daftar Pasar
Tani TA 2013...75
Lampiran 2. Daftar Industri Kecil Menengah (Gapoktan) Penerap Jaminan Mutu Kemanan Pangan Tahun 2013...78
Lampiran 3. Daftar Industri Kecil Menengah (Gapoktan) Penerap Organik 2013...86
Lampiran 4. Data Hasil Uji BPMA Tahun 2013...93
Lampiran 5. Realisasi Pameran Dalam Negeri Tahun 2013 ...113
Lampiran 6. Jadual Pameran di Beberapa Negara Tahun 2013 ...114
Lampiran 7. Daftar Bahan Posisi DELRI Yang Disusun Direktorat Pemasaran Internasional Tahun 2013 ...115
Lampiran 8. Daftar Rincian Laporan Hasil Perundingan Internasional Bidang Pertanian Yang Disusun Direktorat Pemasaran Internasional Tahun 2013...117
Lampiran 9. Daftar Analisa Ekspor Impor Komoditi Pertanian Yang Dihasilkan Direktorat Pemasaran Internasional Tahun 2013 ...118
Lampiran 10. Daftar Gapoktan Binaan Direktorat Pemasaran Internasional Ditjen PPHPPenerima Dana TP Tahun 2013 119 Lampiran 11. Daftar Lembaga/Unit Usaha yang Telah Menerima Bansos (LM3) 2013 ...122
Lampiran 12. Daftar Peraturan Menteri Pertanian yang Dihasilkan Ditjen PPHP 2010-2013...126
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPelaporan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam proses pembangunan.Pelaporan dilakukan untuk memberikan informasi yang cepat, tepat dan akurat kepada pemangku kepentingan/pimpinan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebujakan yang relevan.
Laporan akuntabilitas kinerja adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintah kepada publik dan presiden. LAKIP merupakan salah satu komponen dalam Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dapat dijadikan cerminan akuntabilitas kinerja suatu instansi dalam rangka pencapaian sasaran yang dilaksanakan dalam bentuk progran dan kegiatan yang telah ditetapkan.
LAKIP menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang dilaksanakan melalui penerapan SAKIP. Dalam implementasi pelaksanaan program yang dilakukan instansi pemerintah telah menggunakan sumberdaya publik ( public resources), sehingga pertanggungjawaban sumberdaya publik tersebut merupakan kunci dari proses pengelolaan negara serta merupakan elemen yang utama bagi demokrasi yang sehat. Terkait dengan hal tersebut, pihak legislatif, eksekutif dan masyarakat sangat ingin mengetahui, apakah pelayanan instansi pemerintah kepada masyarakat telah dilaksanakan secara efisien, efektif, ekonomis serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan penyusunan LAKIP adalah memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemberi mandat/amanah dan publik) tentang visi dan misi organisasi, serangkaian tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, serta tingkat pencapaian sasaran-sasaran tersebut melalui program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat dikatakan bahwa LAKIP adalah pintu masuk untuk penilaian SAKIP suatu instansi, karena melalui informasi yang tersaji dalam LAKIP, didapatkan gambaran secara utuh mengenai pelaksanaan SAKIP suatu instansi mulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja dan evaluasi kinerja.
LAKIP Ditjen PPHP 2013 merupakan kelanjutan tahun-tahun sebelumnya yang merupakan tahun keempat penjabaran Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian periode tahun 2010-2014. Melalui LAKIP ini akan diketahui seberapa jauh tingkat pencapaian kinerja, kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya pemecahannya dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan tahun berjalan sebagai ekspresi dari rencana strategis Direktorat Jenderal PPHP yang pada gilirannya dapat diakumulasikan menjadi bentuk pertanggungjawaban baik keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal PPHP. Sebagai wujud pertanggungjawaban tersebut, maka disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2013.
B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal PPHP mempunyai tugas “merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang
pengolahan dan pemasaran hasil pertanian”. Dalam melaksanakan tugasnya
tersebut, Direktorat Jenderal PPHP menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan di mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian,
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian,
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian,
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan standardisasi, pengolahan, pengembangan usaha, dan pemasaran hasil pertanian,
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal PPHP.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Jenderal PPHP didukung oleh 6 (enam) unit kerja Eselon II yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi, Direktorat Pemasaran Domestik, dan Direktorat Pemasaran Internasional. Keenam Eselon II tersebut mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
1. Sekretariat Direktorat Jenderal, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, dan menyelenggarakan fungsi antara lain :
a. Koordinasi dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerjasama di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian,
b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan,
c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi dan tatalaksana, serta pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik,
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
2. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan hasil pertanian; yang menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengolahan dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman pangan, hortiklutura, perkebunan dan peternakan,
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengolahan dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman pangan, hortiklutura, perkebunan dan peternakan,
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengolahan dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman pangan, hortiklutura, perkebunan dan peternakan,
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan dan analisis mengenai dampak lingkungan tanaman pangan, hortiklutura, perkebunan dan peternakan,
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 3. Direktorat Mutu dan Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang mutu dan standardisasi; yang menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standarisasi, penerapan, dan pengawasan jamianan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerjasama dan harmonisasi,
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang standarisasi, penerapan, dan pengawasan jaminan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerjasama dan harmonisasi,
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang standarisasi, penerapan, dan pengawasan jamianan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerjasama dan harmonisasi,
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang standarisasi, penerapan, dan pengawasan jaminan mutu, akreditasi dan kelembagaan, serta kerjasama dan harmonisasi,
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Mutu dan Standardisasi. 4. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan usaha dan investasi; yang menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang kemitraan dan kewirausahaan, investasi, promosi dalam dan luar negeri,
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kemitraan dan kewirausahaan, investasi, promosi dalam dan luar negeri,
c. Penyusunan norma, standard, prosedur dan kriteria di bidang kemitraan dan kewirausahaan, investasi, promosi dalam dan luar negeri.
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kemitraan dan kewirausahaan, investasi, promosi dalam dan luar negeri,
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi.
5. Direktorat Pemasaran Domestik, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran domestik; yang menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang informasi, pemantauan, dan
stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar, serta jaringan pemasaran,
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang informasi pasar, pemantauan dan stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar serta jaringan pemasaran,
3. Penyusunan norma, standard, prosedur dan kriteria di bidang informasi, pemantauan dan stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar serta jaringan pemasaran,
4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi, pemantauan dan stabilisasi harga, sarana dan kelembagaan pasar serta jaringan pemasaran,
5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pemasaran Domestik.
6. Direktorat Pemasaran Internasional, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standard, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasaran internasional; yang menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis, pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional, pemasaran multilateral dan kerjasama komoditi,
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang analisis, pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional, pemasaran multilateral dan kerjasama komoditi,
c. Penyusunan norma, standard, prosedur dan kriteria di bidang analisis, pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional, pemasaran multilateral dan kerjasama komoditi,
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang analisis, pengembangan ekspor, pemasaran bilateral, pemasaran regional, pemasaran multilateral dan kerjasama komoditi,
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pemasaran Internasional. Untuk operasionalisasi pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian khususnya di bidang mutu dan standardisasi alat dan mesin pertanian, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian (BPMA). Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan /OT.140/10/2006 tanggal 3 Oktober 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian, BPMA mempunyai tugas melaksanakan pengujian mutu alat dan mesin pertanian. Dalam menjalankan tugas pokok tersebut, BPMA menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan uji verifikasi, uji unjuk kerja, uji beban berkesinambungan, uji pelayanan dan uji kesesuaian alat dan mesin pertanian,
d. Pemantauan dan evaluasi peredaran alat dan mesin pertanian yang sudah diuji,
e. Pemberian pelayanan teknis kegiatan pengujian mutu alat dan mesin pertanian,
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga BPMA.
Untuk operasionalisasi pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di daerah, pada tahun 2013 Direktorat Jenderal PPHP didukung oleh 95 satuan kerja (satker), yang terdiri atas 2 satker pusat (Direktorat Jenderal PPHP dan BPMA) serta 79 satker di tingkat provinsi, yaitu Dinas lingkup pertanian provinsi yang mendapatkan alokasi Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan Provinsi serta 14 satker di tingkat kabupaten/kota yaitu Dinas lingkup pertanian kabupaten/kota yang mendapatkan alokasi Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota.
C. Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian, struktur organisasi Direktorat Jenderal PPHP secara rinci dapat dilihat pada lampiran.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan organisasi. Sejalan dengan berkembangnya organisasi dan beban tugas Direktorat Jenderal PPHP, jumlah SDM yang ada saat ini dirasakan masih terbatas, terutama SDM yang meguasai teknologi pengolahan hasil pertanian. Pada posisi Desember 2013 jumlah pegawai Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian sebanyak 372 orang. Sebaran jumlah pegawai berdasarkan pendidikan adalah 0,5% SD; 0,25% SLTP; 19,35% SLTA; 4,31% DIII; 50,0% S1; 24,46% S2; 0,80 % S3. Secara rinci jumlah pegawai pada Direktorat Jenderal PPHP berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan Per 31 Desember 2013
No Unit Kerja SD SLTP SLTA DIII S1 S2 S3 Jumlah
1 Sekretariat 1 1 32 3 49 23 109
2 Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian
- - 4 4 23 11 1 43
3 Direktorat Mutu dan
Standarisasi - - 7 - 27 11 2 47
4 Direktorat Pengem-bangan Usaha dan Investasi 1 - 5 1 30 10 47 5 Direktorat Pemasaran Internasional - - 4 1 18 15 - 38 6 Direktorat Pemasaran Domestik - 1 9 3 22 15 - 50
7 Balai pengujianMutu Alsintan - - 11 4 17 6 - 38
Jumlah 2 1 72 16 186 91 3 372
Untuk pegawai Direktorat Jenderal PPHP berdasarkan golongan pangkat terakhir dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Pangkat Per 31 Desember 2013 Unit Kerja Golongan Jumlah I II III IV d a b c d a b c d a b c d e Sekretariat 1 2 5 10 7 19 17 18 16 7 5 1 - 1 109 Dit. Pengolahan Hasil Pertanian - - - 4 12 6 5 9 4 2 1 - - 43
Dit. Mutu dan Standarisasi
- - 1 1 2 11 6 7 7 5 6 1 - - 47
Dit. Peng. Usaha dan Investasi - 1 - 1 - 10 5 11 14 2 1 2 - - 47 Dit. Pemasaran Internasional - - - 3 2 9 3 5 8 4 3 1 - - 38 Dit. Pemasaran Domestik - 1 - 2 1 16 5 6 9 5 4 - 1 - 50 Balai pengujian Mutu Alsintan - 1 2 5 1 8 9 5 3 4 - - - - 38 Jumlah 1 5 8 26 13 85 51 57 66 31 21 6 1 1 372
Dari data absensi Ditjen PPHP maka sepanjang tahun 2013 rata-rata kehadiran pegawai adalah 57,06%, dinas luar sebanyak 33,37%, yang mengambil cuti 0,43%, yang mengajukan izin 2,68% dan yang sakit 1,61%. Sedangkan yang tanpa keterangan atau alpa sebanyak 1,81% serta Tugas Belajar sebanyak 1,91%.
Tabel 3. Rekapitulasi Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil Ditjen PPHP Tahun 2013
(%) NO Unit Kerja Hadir DinasLuar Cuti Izin Sakit Alpa BelajarTugas 1 Sekretariat 48,56 42,38 0,53 2,43 0,96 2,18 2,38 2 Dit. Pengolahan HasilPertanian 57,58 32,14 0,1 3,06 1,62 2,17 1,49 3 Dit. Mutu DanStandardisasi 55,58 33,46 0,32 3,24 1,08 3,61 0,93 4
Dit. Pengembangan
Usaha Dan Investasi 60,39 31,68 0,13 2,31 0,99 2,28 1,39 5 Dit PemasaranDomestik 54,44 33,83 0,64 2,97 1,83 1,35 4,01 6 Dit. PemasaranInternasional 53,71 36,49 - 3,3 1,24 0,13 3,2 7 Balai Pengujian MutuAlsintan (BPMA 69,16 23,6 1,29 1,48 3,53 0,93
-Rata-rata 57,06 33,37 0,43 2,68 1,61 1,81 1,91
Sedangkan Pegawai Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian berdasarkan jabatan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini :
Tabel 4. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan 31 Desember 2013
No. Uraian Jabatan Jumlah %
1 Jabatan Struktural 90 24,19
2 Fungsional Medik Veteriner 1 0,27
3 Fungsional Perencana 4 1,08
4 Fungsional PMHP 14 3,76
5 Fungsional Analis Pasar Hasil Pert -
-6 Fungsional Pranata Humas 2 0,5
7 Fungsional Pranata Komputer 2 0,5
8 Fungsional Analisis Kepegawaian 2 0,5
9 Fungsional Umum 257 69,08
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien dan akuntabel, Direktorat Jenderal PPHP berpedoman pada dokumen perencanaan yang terdapat pada :
Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014,
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2010-2014,
Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2013.
A. Rencana Strategis 1. Visi dan Misi
Direktorat Jenderal PPHP dengan mengacu visi Kementerian Pertanian “terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya
lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani” menetapkan visi Direktorat Jenderal PPHP sebagai
berikut : “menjadikan institusi yang peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk
mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera, handal dan berdaya saing di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui penyelenggaran birokrasi yang profesional dan berintegritas’.
Untuk mewujudkan visi dimaksud, Kementerian Pertanian mengemban misi : a. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan
sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis.
b. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan.
c. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan.
d. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri, serta mampu
memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi.
e. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dkonsumsi.
f. Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku
industri.
g. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horizontal
guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan.
h. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya
lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional.
i. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas
pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan.
j. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang
pertanian yang amanah dan profesional.
Direktorat Jenderal PPHP mendukung misi Kementerian Pertanian terutama pada butir d dan f sampai dengan j. Untuk mendukung Kementan dan mewujudkan visi Direktorat Jenderal PPHP, maka Direktorat Jenderal PPHP mengemban misi yang harus dilaksanakan, yaitu :
a. Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran petani yang merupakan basis ekonomi perdesaan, yang nantinya diharapkan sebagai wadah peningkatan peran dari petani produsen menjadi petani pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan permodalan secara profesional.
b. Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di perdesaan melalui keterpaduan sistem produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian; sehingga mampu memberikan peningkatan pendapatan petani, kesempatan kerja di perdesaan, dan peningkatan nilai tambah produk pertanian secara adil serta profesional.
c. Mengembangkan penerapan sistem jaminan mutu hasil pertanian secara efektif dan operasional untuk meningkatkan daya saing produk segar dan olahan, baik di pasar domestik maupun internasional.
d. Meningkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien.
e. Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil pertanian melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien.
f. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Jenderal menuju pengelolaan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang profesional dan berintegritas moral tinggi.
2. Tujuan dan Sasaran, serta Indikator Sasaran
Sesuai dengan visi dan misi, Kementerian Pertanian mempunyai tujuan, untuk:
a. Mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal.
b. Meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan.
c. Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan.
d. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian.
e. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Sesuai dengan visi, misi dan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal PPHP dalam mendukung tujuan Kementerian Pertanian terutama butir ke 4, maka tujuan yang akan dicapai pada periode 2010-2014 yaitu :
a. Menumbuhkembangkan unit usaha pengolahan hasil pertanian yang berkelanjutan.
b. Menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
c. Menumbuhkembangkan usaha dan investasi pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan.
d. Meningkatkan daya serap pasar domestik.
e. Meningkatkan ekspor hasil pertanian di pasar internasional.
Kementerian Pertanian dalam upaya mencapai tujuan telah menetapkan empat target utama, yaitu :
a. Swasembada dan swasembada berkelanjutan. b. Diversifikasi pangan.
c. Peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor. d. Kesejahteraan petani.
Direktorat Jenderal PPHP sesuai tugas dan fungsinya, maka ditetapkan untuk menjadi leader untuk target utama c, yaitu peningkatan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor. Target ini dituangkan dalam indikator kinerja utama Kementerian Pertanian yang didukung Ditjen PPHP sebagai berikut :
a.
Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet pada tahun 2014 (pemberlakuan sertifikasi wajib).b.
Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan dari 20% (2010) menjadi 50% (2014.)c.
Pengembangan tepung-tepungan untuk mensubstitusi 20% gandum/terigu impor 2014.d.
Memenuhi semua sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri.e.
Meningkatnya surplus neraca perdagangan US$ 15,11 milyar (2010) menjadi US$ 26,43 milyar (2014).Untuk mendukung capaian tersebut Direktorat Jenderal PPHP menetapkan sasaran strategis periode 2010-2014, yaitu “Meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan”. Sasaran strategis dan indikator kinerja Direktorat Jenderal PPHP periode 2010-2014 seperti tercantum pada dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal PPHP 2010-2014, adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Jenderal PPHP Periode 2010-2014 Beserta Target Pencapaiannya
Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Target 2010 2011 2012 2013 2014 Meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan Meningkatnya produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik
5% 5% 5% 5% 5%
Meningkatnya jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian
5% 5% 5% 5% 5%
Meningkatnya jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
6% 6% 6% 6% 6%
Meningkatnya nett ekspor komoditi segar dan olahan
3. Strategi, Kebijakan, dan Program untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran Untuk mencapai tujuan dan sasaran, strategi yang diterapkan Direktorat Jenderal PPHP adalah:
a. Penerapan dan pengawasan sistem jaminan mutu komoditi strategis dan keamanan pangan.
b. Pengembangan dan pengelolaan sarana kelembagaan pemasaran produk hasil pertanian.
c. Pengembangan kewirausahaan dan investasi pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
d. Pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan penguatan ekspor komoditas strategis.
Dengan strategi dimaksud maka ditetapkan kebijakan pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, sebagai berikut :
a. Kebijakan pengembangan pengolahan hasil pertanian.
Kebijakan pengembangan pengolahan hasil pertanian ini antara lain : 1) peningkatan nilai tambah melalui agroindustri perdesaan; 2) peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan; 3) peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui optimalisasi dan modernisasi sarana pengolahan; 4) peningkatan kemampuan dan memberdayakan SDM pengolahan dan penguatan lembaga usaha pengolahan di tingkat petani; dan 5) peningkatan upaya pengelolaan lingkungan.
b. Kebijakan pengembangan mutu dan standardisasi.
Kebijakan pengembangan mutu dan standardisasi antara lain : 1). pengembangan standardisasi sarana dan hasil pertanian; 2). penerapan dan pengawasan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan; 3). Pengembangan kerjasama dan harmonisasi standar; 4) pengembangan sistem uji mutu alsintan; dan 5). pembinaan kelembagaan mutu.
c. Kebijakan pengembangan pemasaran domestik.
Kebijakan pengembangan pemasaran domestik antara lain : 1). pengembangan jaringan pemasaran domestik; 2). pengembangan sarana dan kelembagaan pasar; 3). kebijakan stabilisasi harga dan pemantauan pasar; dan 4). pengembangan pelayanan informasi pasar.
d. Kebijakan pengembangan pemasaran internasional.
internasional; 2). berpartisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian; 3). penyusunan posisi Indonesia dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum komoditi strategis; 4). pembinaan kelompok usaha untuk tujuan ekspor; dan 5). peningkatan akses ekspor komoditi strategis.
e. Kebijakan pengembangan usaha dan investasi.
Kebijakan pengembangan usaha dan investasi antara lain : 1). pengembangan usaha dan kelembagaan pertanian berbasis kemitraan dan kewirausahaan; 2). peningkatan promosi dan pelayanan investasi pertanian; 3). peningkatan promosi produk pertanian di tingkat nasional dan internasional; dan 4). peningkatan konsumsi produk lokal melalui kampanye. Direktorat Jenderal PPHP mempunyai satu program dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran Kementerian Pertanian yang ditetapkan, yaitu :
Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian.
Selanjutnya program dimaksud diimplementasikan melalui 6 (enam) kegiatan utama yang dilaksanakan di satker pusat dan daerah, yaitu :
a. Kegiatan pengembangan pengolahan hasil pertanian, b. Kegiatan pengembangan mutu dan standardisasi, c. Kegiatan pengembangan pemasaran domestik, d. Kegiatan pengembangan pemasaran internasional, e. Kegiatan pengembangan usaha dan investasi,
f. Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya.
B. Penetapan Kinerja dan Perjanjian Kinerja
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2013 merupakan penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) periode Tahun 2010-2014 untuk tahun 2013. RKT Direktorat Jenderal PPHP tahun 2013 ditetapkan pada bulan Nopember 2012. RKT dimaksud secara rinci sebagai berikut :
Tabel 6. Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal PPHP 2013
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
berkelanjutan
Prosentase peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik
5%
Prosentase peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian
5%
Prosentase peningkatan jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
6% Prosentase peningkatan nett ekspor komoditi
segar dan olahan
15%
Setelah melalui proses perencanaan hingga ditetapkannya DIPA dan RKAKL Direktorat Jenderal PPHP, maka pada bulan Februari 2013 telah dilakukan Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal PPHP. Penetapan kinerja ini merupakan perjanjian kinerja antara Direktur Jenderal PPHP dengan Menteri Pertanian. Penetapan kinerja ini dibiayai dengan APBN sebesar Rp. 519.623.100.000,-. Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal PPHP tahun 2013 sebagai berikut :
Tabel 7. Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal PPHP Tahun 2013
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Meningkatnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
berkelanjutan
Prosentase peningkatan produk olahan hasil pertanian yang bermutu untuk ekspor dan pasar domestik
5%
Prosentase peningkatan jumlah lembaga pemasaran petani dalam rangka penyerapan pasar hasil pertanian
5%
Prosentase peningkatan jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
6%
Prosentase peningkatan nett ekspor komoditi segar dan olahan
Perjanjian kinerja dalam bentuk dokumen Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal PPHP yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal PPHP dengan Menteri Pertanian, ditindaklanjuti dengan perjanjian kinerja antara masing-masing Eselon II lingkup Direktorat Jenderal PPHP dengan Direktur Jenderal PPHP yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja masing-masing Eselon II. Selain itu, berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 29 tahun 2010, unit kerja eselon I pada kementerian melaporkan pencapaian tujuan/sasaran strategis yang bersifat hasil (outcome) dan atau keluaran (output) penting. Penetapan kinerja kegiatan utama Direktorat Jenderal PPHP (output penting) untuk masing-masing kegiatan utama yang dilaksanakan oleh masing-masing Direktorat terkait lingkup Direktorat Jenderal PPHP, adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2013
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya usaha pengolahan hasil pertanian yang berkelanjutan
Jumlah unit usaha pengolahan hasil tanaman pangan
301 unit usaha Jumlah unit usaha pengolahan
hasil hortikultura
74 unit usaha Jumlah unit usaha pengolahan
hasil perkebunan
137 unit usaha Jumlah unit usaha pengolahan
hasil peternakan
173 unit usaha
Tabel 9. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Usaha dan Investasi Tahun 2013
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya usaha, kemitraan dan
investasi sektor pertanian
Jumlah unit usaha binaan kemitraan dan kewirausahaan di sektor
pertanian
163 kelompok usaha
Jumlah fasilitasi investasi di sektor pertanian
32 laporan Jumlah pameran, promosi, eksibisi
dan perlombaan dalam negeri maupun luar negeri
256 kali pameran/ promosi
Tabel 10. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Mutu dan Standardisasi
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya mutu dan keamanan pangan hasil pertanian
Jumlah rancangan SNI produk pertanian
27 dokumen Jumlah unit usaha yang menerapkan
sistem jaminan mutu
198 unit usaha Jumlah laboratorium pengujian dan
OKKPD
43 unit/laboratorium Jumlah kerjasama standar mutu dan
harmonisasi standar mutu
6 kerjasama Jumlah pengujian dan sertifikasi
alsintan
225 dokumen Jumlah pengawasan jaminan mutu 30 unit
Tabel 31. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya pemasaran hasil pertanian di pasar domestic
Jumlah optimalisasi sarana kelembagaan pasar domestik
143 unit Jumlah komoditi dalam pemantauan pasar dan
stabilisasi harga komoditas pertanian utama
36 laporan Jumlah pengembangan akses pemasaran 73 laporan Jumlah unit pelayanan informasi pasar
komoditi pertanian
Tabel 12. Penetapan Kinerja Kegiatan Pengembangan Pemasaran Internasional Tahun 2013
Sasaran Indikator Kinerja Target
Meningkatnya pemasaran internasional hasil pemasaran
Jumlah analisa data dan informasi untuk penyusunan posisi Indonesia dalam forum perundingan bilateral, regional dan multilateral serta forum komoditi
strategis.
36 laporan
Jumlah partisipasi dalam perundingan internasional bidang pertanian
27 laporan
Jumlah hasil analisa peningkatan ekspor dan penurunan impor hasil pertanian
13 laporan
Jumlah Gapoktan yang dibina dalam rangka akselerasi ekspor komoditi pertanian
40 unit
Tabel 43. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Tahun 2013
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Terselenggaranya pelayanan administrasi dan pelayanan teknis lainnya secara professional dan berintegritas di lingkungan Ditjen PPHP.
Jumlah dokumen perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan
program peningkatan nilai tambah, daya saing, industry hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian.
14 Dokumen/ Laporan
Jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melalui LM3.
200 lembaga (LM3)
BAB III
PENGUKURAN KINERJA
A. Pengukuran Kinerja Dukungan Direktorat Jenderal PPHP Terhadap IKU Kementerian Pertanian
Selama periode 2010-2014, Direktorat Jenderal PPHP mempunyai tanggungjawab mendukung IKU Kementerian Pertanian yang terdiri dari 5 indikator utama; pada tabel dibawah ini dapat dilihat masing-masing indikator dengan targetnya yang harus dicapai selama periode tersebut.
Tabel. 14 Indikator Kinerja dan Target Capaian Sasaran Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor Tahun 2013
No Indikator Kinerja Target 2013
1
Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao
fermentasi dan bahan olahan karet. 90%
2 Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan / diekspor.
63%
3 Meningkatnya produksi tepung2an untuk mensubstitusi gandum/terigu impor.
5% atau 11%
4 Meningkatnya sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri.
60%
5 Surplus neraca perdagangan komoditi petanian 15% atau 23%
I. IKU 1 :“Tersertifikasinya semua produk pertanian organik, kakao fermentasi dan bahan olahan karet”
Parameter Pertama : “Tersertifikasinya semua produk pertanian
organik”
Rumus yang digunakan dalam menghitung berapa banyak produk pertanian yang sudah memperoleh sertifikat organic adalah :
Jumlah luasan area organik yang disertifikasi oleh LSO / Jumlah luasan area organik yang dibina oleh Kementan tahun 2013 x 100% 1. Produk pertanian organic di Indonesia terdiri dari : beras, 25 jenis
sayuran, 10 jenis buah, lada, kopi, kakao, kayu manis, mete, vanilla, teh, gula kelapa, biofarmaka.
2. Indonesia memiliki Asosiasi Organic Indonesia (Masyarakat Peduli Pertania Organik atau MPPO, Aliansi Organik Indonesia atau AOI dan Masyarakat Pecinta Organik Indonesia atau Maporina).
3. Lembaga Sertifikasi Produk Organic (LSPO) di Indonesia ada 8 yaitu PT Sucofindo, PT Mutu Agung Lestari, PT Lesos, Pt Persada, LSO Sumbar, Inofice, PT Biocert dan SDS. LSPO ini yang berwenang menerbitkan sertifikat untuk produk pertanian organic. Data mengenai luasan organic yang dapat dipantau berasal dari 6 LSPO, PT Biocert dan LSO Sumbar tidak memberikan datanya.
4. Tersertifikasinya semua produk pertanian organic dapat dihitung dengan mengetahui berapa banyak (ton) jumlah produk pertanian organic Indonesia yang memperoleh sertifikat setiap tahun dan membandingkannya terhadap berapa banyak produk pertanian organic yang mengajukan sertifikat ditambah produk pertanian organic lainnya yang dihasilkan Indonesia pada tahun yang sama. Namun hal ini belum pernah dipantau, diharapkan hal ini dapat diketahui dengan melakukan kerjasama pemantauan dengan 8 LSPO. Rumus yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Jumlah produk pertanian organic Indonesia yang memperoleh sertifikat tahun 2013 / (Jumlah produk pertanian organic yang memperoleh sertifikat + produk pertanian organic yang mengajukan sertifikat dan produk pertanian organic lainnya yang dihasilkan Indonesia tahun 2013) x 100%.
5. Untuk saat ini yang dipantau adalah jumlah operator organic yang dibina oleh Kementan serta luasan lahan yang berhasil memperoleh sertifikat organic.
6. Pada tahun 2012 Kementerian Pertanian telah membina 92 operator organic dan yang telah lulus sertifikasi dan memperoleh sertifikat dari LSPO sebanyak 35 operator organic atau sama dengan 38,04%. Luas lahan yang tercakup di 35 operator organic tersebut mencakup 1.889,13
ha, sedangkan luas lahan organic yang dibina secara keseluruhan
adalah 5.693,07 ha.
7. Pada tahun 2013 Kementerian Pertanian telah membina 92 operator
organic dan yang telah lulus sertifikasi dan memperoleh sertifikat dari LSPO sebanyak 28 operator organic atau sama dengan 30,43%. Luas
ha, sedangkan luas lahan organic yang dibina secara keseluruhan
adalah 4.995,92 ha.
8. Perbandingan luasan area organic yang memperoleh sertifikat dibandingkan dengan luasan area organic yang dibina Kementan tahun 2012 adalah :
1.889,13 ha / 5.693,07 ha x 100% = 33,18%
Perbandingan luasan area organic yang memperoleh sertifikat dibandingkan dengan luasan area organic yang dibina Kementan tahun 2013 adalah :
1007,92 ha / 4.995,92 ha x 100% = 20,17%.
9. Capaian kinerja ...
10. Bila dilihat dari Kelompok Usaha yang menjadi target binaan Ditjen PPHP untuk menghasilkan produk organik maka selama periode 2010-2014 ditargetkan sejumlah 105 Pelaku Usaha yang akan memperoleh sertifikasi organik melalui dana dekonsentrasi Ditjen PPHP periode tahun 2010-2014. Pada tahun 2013 pembinaan dalam rangka sertifikasi pertanian organik ditargetkan kepada 87 Gapoktan/Pelaku Usaha, terealisasi 85 Gapoktan/Pelaku usaha melalui dana dekonsentrasi kegiatan pembinaan dan sertifikasi pangan organik. Dari 85 Gapoktan/Pelaku Usaha tersebut ditargetkan 25 Gapoktan/Pelaku Usaha yang akan memenuhi persyaratan SNI 01 6729 2010 (Sertifikasi Organik). Pada akhir tahun 2013 ternyata terealisasi 35 Gapoktan/Pelaku Usaha yang memperoleh sertifikat organic.
11. Sejak tahun 2010 - 2013 maka telah terealisasi sebanyak 97 Gapoktan/Poktan yang telah memperoleh sertifikasi organik dari target 105 Gapoktan/Poktan pada periode 2010-2014. Pada tahun 2014 Ditjen PPHP masih mempunyai tugas untuk membina minimal 8 Gapoktan/Poktan yang akan memperoleh sertifikasi organik.
Tabel 5. Target dan Realisasi Sertifikasi Produk Pertanian Organik Tahun 2010-2014 Uraian Total Target 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Total Realisasi 2010-2013 Target 105 10 20 25 25 25 -Realisasi 9 18 35 35 - 97 Realisasi/Target (%) 90 90 140 140 92,38
Parameter Kedua :”Tersertifikasinya semua produk kakao fermentasi” Rumus yang digunakan dalam menghitung berapa banyak produk kakao fermentasi yang sudah memperoleh sertifikat adalah :
Kakao fermentasi dalam negeri yang diserap industri kakao / produksi kakao fermentasi yang dihasilkan di dalam negeri x 100%.
1. Syarat kakao fermentasi untuk memperoleh sertifikat adalah memenuhi prinsip keamanan pangan. Lembaga yang berhak mengeluarkan sertifikat untuk kakao fermentasi adalah Otoritas Kompeten Keamanan
Pangan Daerah (OKKPD) yang terdapat di 33 Propinsi (Propinsi
Kalimantan Utara belum membentuk OKKPD).
2. Sampai dengan 2013 OKKPD belum pernah mengeluarkan sertifikat kakao fermentasi disebabkan karena Permentan mengenai Persyaratan
Mutu dan Pemasaran Biji Kakao ditandatangani oleh Menteri Pertanian
tanggal 12 Mei 2014. Berdasarkan Permetan ini maka Poktan/Gapoktan Kakao diwajibkan membentuk Unit Fermentasi dan Pengolahan Biji Kakao dan mengajukan sertifikasi keamanan pangan biji kakao kepada OKKPD. Untuk selanjutnya maka data berapa banyak kakao fermentasi yang dihasilkan tahun 2014 dan memenuhi syarat untuk disertifikasi, serta berapa banyak kakao fermentasi yang dihasilkan tahun 2014, harus dipantau secara rutin dan berkala. Rumus yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Jumlah kakao fermentasi yang memenuhi syarat untuk disertifikasi tahun 2012 dan 2013 / jumlah semua kakao fermentasi yang dihasilkan tahun 2012 dan 2013 .
3. Untuk tahun 2012 dan 2013 perhitungan mengenai kakao fermentasi yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung seberapa besar kakao fermentasi dalam negeri yang diserap oleh industri kakao dalam negeri. Besarnya kakao fermentasi yang dihasilkan di dalam negeri dapat dihitung dengan menghitung jumlah peralatan box fermentasi yang difasilitasi Kementan (Ditjen PPHP dan Ditjen Perkebunan).
4. Di Indonesia ada 19 industri kakao, yang membutuhkan kakao fermentasi adalah industri kakao yang menghasilkan powder, jadi hanya ada 5 industri kakao dimaksud. Jumlah kebutuhan industri kakao fermentasi tahun 2012 dan 2013 pada 5 industri kakao dimaksud antara
30.000 ton - 40.000 ton pertahun. Kakao fermentasi dalam negeri yang
5. Jumlah peralatan fermentasi yang difasilitasi Ditjen PPHP tahun 2012 pada 41 Poktan/Gapoktan yang terdiri dari 35 box fermentasi per Poktan/ Gapoktan; sedangkan tahun 2013 Ditjen PPHP memfasilitasi pada 47 Poktan/Gapoktan yang terdiri dari 25 box fermentasi per unit. 6. Jumlah peralatan fermentasi yang difasilitasi Ditjen Bun tahun 2012 dan
2013 : 48 Poktan/Gapoktan dan 10 unit. Masing-masing unit terdiri dari 16 box fermentasi.
7. Total jumlah peralatan fermentasi yang difasilitasi Ditjen PPHP dan Ditjenbun tahun 2012 sebesar (41 x 35 + 48 x 16) = 2.203 box
fermentasi sedangkan tahun 2013 : (47 x 25 +10 x 16) = 1.335 box fermentasi.
8. Dalam setahun box fermentasi tersebut dapat digunakan selama 2 x dalam sebulan selama masa panen selama 8 bulan setahun. Jadi tahun 2012 pemakaian 2.203 box setara dengan 2.203 x 2 x 8 = 35.248 box
fermentasi. Tahun 2013 pemakaian 1.335 box fermentasi setara
dengan 1.335 x 2 x 8 = 21.360 box fermentasi.
9. Kapasitas box fermentasi @ 40 kg kakao basah yang dapat menghasilkan 15 kg kakao fermentasi kering per box dalam jangka waktu 5 hari. Masa panen kakao pertahun selama 8 bulan mulai dari Juni sampai Oktober dan Februari sampai April. Box fermentasi selama masa panen tersebut dapat digunakan sebanyak 2 kali dalam sebulan. 10. Jadi produksi kakao fermentasi kering pada tahun 2012 adalah : 35.248
x 15 kg = 528.720 kg kakao fermentasi kering atau setara 528,7 ton. 11. Jadi produksi kakao fermentasi kering pada tahun 2013 adalah : 21.360
x 15 kg = 320.400 kg kakao fermentasi kering atau setara 320,4 ton. 12. Produksi kakao fermentasi dalam negeri yang diserap oleh industri
kakao dalam negeri pada tahun 2012 adalah : 300 ton / 528,7 ton x 100% = 56,74%.
13. Produksi kakao fermentasi dalam negeri yang diserap oleh industri kakao dalam negeri tahun 2013 adalah : 300 / 320,4 ton x 100% =
93,63%.
14. Capaian kinerja...
Parameter ketiga :”Tersertifikasinya semua produk bahan olahan
karet”
Rumus yang digunakan dalam menghitung berapa banyak produk bahan olahan karet yang sudah disertifikasi adalah :
Produksi bokar bersih yang dihasilkan UPPB teregister 2013 / produksi bokar nasional 2013 x 100%.
1. UPPB adalah Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang sudah teregister artinya unit tersebut telah menerapkan SOP Bokar Bersih yang dibuktikan dengan Surat Tanda Register (STR) dari dinas yang membidangi perkebunan di kabupaten/kota, sehingga bokar tersebut tidak memerlukan pengujian sebagai bahan baku industri
crumb rubber. UPPB yang teregister berwenang mengeluarkan Surat Keterangan Asal (SKA) Bokar Bersih bagi pekebun atau kelompok
pekebun dalam wilayah kerjanya.
2. UPPB yang berada disetiap sentra produksi karet yang harus dibentuk sesuai Permentan nmr 38 tahun 2008. Namun daerah lainnya yang bukan merupakan sentra karet tetapi menghasilkan produk karet diupayakan untuk membentuk UPPB. Terdapat lima sentra produksi karet yang dijadikan model pembentukan UPPB (Jambi, Sumsel, Riau, Kalbar dan Kalsel).
3. UPPB yang ada di Indonesia tahun 2012 ada sebanyak 10 Unit di Kalimantan Selatan dan semuanya sudah teregister. Produksi bokar bersih yang dihasilkan oleh 10 UPPB di Kalsel sepanjang tahun 2012 adalah sebesar 25 ton bokar bersih per minggu, jadi setahun menghasilkan bokar bersih sebanyak 25 ton x 52 = 1.300 ton/tahun. 4. Ketersediaan bokar tahun 2012 menurut data Dewan Karet Indonesia
sebesar 3.040.376 ton.
5. UPPB yang ada di Indonesia tahun 2013 ada sebanyak 33 Unit dan semuanya sudah teregister, dengan rincian : Sumsel (23) dan Kalsel (10). UPPB di Sumatera Selatan perbulan rata-rata menghasilkan 250 ton bokar bersih, jadi setahun total UPPB di Sumatera Selatan menghasilkan 250 ton x 12 bulan x 23 = 69.000 ton. 10 UPPB di Kalimantan Selatan rata-rata menghasilkan 25 ton bokar bersih per minggu, jadi setahun menghasilkan bokar bersih sebanyak 25 ton x 52 = 1.300 ton. Produksi bokar bersih yang dihasilkan oleh 33 UPPB yang sudah teregister selama tahun 2013 adalah sekitar 70.300 ton/tahun. 6. Ketersediaan bokar tahun 2013 yang diproduksi petani menurut
Gapkindo sebesar 2.400.000 ton
7. Prosentase bokar bersih yang memperoleh sertifikat dibandingkan produk bokar bersih yang dihasilkan tahun 2012 : 1.300 ton / 3.040.376 ton x 100% = 0,04%
8. Prosentase bokar bersih yang memperoleh sertifikat dibandingkan produk bokar bersih yang dihasilkan tahun 2013 : 70.300 ton / 2.400.000 ton x 100% = 2,9%
II. IKU 2 :“ Meningkatnya produk olahan yang diperdagangkan atau yang diekspor”.
Rumus yang digunakan ada dua yaitu :
Rumus I untuk menghitung produk yang diperdagangkan :
Volume produksi produk olahan komoditi strategis tahun 2013 / volume produksi segar dan olahan tahun 2013 x 100% (beras, jagung, gula,
daging sapi dan daging ayam, kakao, karet, kelapa sawit, kopi, kelapa).
Rumus II untuk menghitung produk yang diekspor :
Volume ekspor produk olahan tahun 2013 / volume ekspor olahan dan segar tahun 2013 x 100%. (kakao, karet, kelapa sawit, kopi, kelapa) 1. Perhitungan pada Rumus I menggunakan komoditi strategis yaitu :
beras, jagung, gula, daging sapi, daging ayam, kakao, karet, kelapa sawit, kopi, kelapa.
2. Volume produksi produk olahan dan produksi produk segar beberapa komoditi strategis :
No Komoditi Produksi Olahan (ton)
Produksi Olahan dan Segar (ton) 2012 2013 2012 2013 1 Beras 9.265.261 8.892.604 52.080.060 53.093.330 2 Jagung 8.380.481 9.108.062 27.767.503 27.614.349 3 Gula 689.443 563.959 2.591.687 2.545.842 4 Daging sapi 214.864 218.066 828.762 841.110 5 Daging ayam 780.305 827.056 2.514.316 2.664.959 6 Kakao 627.298 629.025 1.563.564 1.567.868 7 Karet 2.371.493 2.480.632 5.411.869 5.660.929 8 Kelapa sawit 20.228.121 21.011.210 43.749.192 45.442.850 9 Kopi 538.853 546.158 1.195.991 1.212.204 10 Kelapa 2.540.978 2.541.874 5.717.201 5.719.217 Total 45.637.098 46.818.646 143.420.146 146.362.658 Keterangan : 1) Angka konversi padi menjadi beras 62%, produksi padi 2012 : 69.056.126 ton dan tahun 2013 : 71.291.494 ton; 2) Sumber : BPS dan Kemenperin, 2014.
3. Prosentase produk olahan yang diperdagangkan tahun 2012 : 45.637.098 ton / 143.420.146 ton x 100% = 31,8%.
4. Prosentase produk olahan yang diperdagangkan : 46.818.646 ton / 146.362.658 ton x 100% = 32%
5. Capaian kinerja 2012 : 31,8% / 63% x 100% = 50,48%. 6. Capaian kinerja 2013 : 32% / 63% x 100% = 50,79%
7. Perhitungan pada Rumus II menggunakan komoditi andalan ekspor yaitu : kakao, karet, kelapa sawit, kopi, kelapa.
8. Volume ekspor produk olahan dan ekspor olahan + segar sebagai berikut
No Komoditi Ekspor Olahan (ton)
Ekspor Segar dan Olahan (ton) 2012 2013 2012 2013 1 Kakao 215.791 212.582 387.777 414.087 2 Karet 2.436.818 2.696.087 2.444.438 2.701.995 3 Kelapa sawit 20.330.494 22.224.951 23.832.378 25.795.383 4 Kopi - - 448.591 534.025 5 Kelapa 1.250.034 959.079 1.519.353 1.295.442 Total 24.233.137 26.092.700 28.632.537 30.740.932 Sumber : BPS 2014
9. Prosentase produk olahan yang diekspor terhadap produk olahan dan segar yang diekspor : . 24.233.137 ton / 28.632.537 ton x 100% =
84,63%.
10. Prosentase produk olahan yang diekspor terhadap produk olahan dan segar yang diekspor : 26.092.700 ton / 30.740.932.ton x 100% =
84,88%
11. Capaian kinerja 2012 : 84,63% / 63% x 100% = 134,3% 12. Capaian kinerja 2013 : 84,88% / 63% x 100% = 134,7%
Apabila dilihat dengan menggunakan alat umur lainnya, maka capaian kinerja IKU 2 dapat dilakukan dengan menghitung produksi yang dihasilkan oleh UPH komoditi perkebunan, peternakan, tanaman pangan dan hortikultura yang mendapat fasilitas alat pengolahan dari Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian selama periode 2010-2013. Perhitungan ini dengan asumsi bahwa produk yang dihasilkan dipasarkan dengan baik di dalam negeri dan kapasitas setiap jenis alat pengolahan adalah sama.
TANAMAN PANGAN
Ditjen PPHP telah memfasilitasi 4 jenis alat pengolahan produk tanaman pangan (pengadaan baru dan revitalisasi) yang sebagian besar didominasi oleh RMU. Peralatan pengolahan kedelai tidak lagi menjadi prioritas pada tahun 2011 dan seterusnya, kemungkinan besar karena kesulitan dalam penyediaan bahan baku di beberapa daerah.
Pada Tabel 17 dapat dilihat rata-rata kapasitas per hari masing-masing jenis alat sehingga dapat diperkirakan total produksi yang dihasilkan pertahun oleh alat tersebut.
Tabel 6. Rata-rata Kapasitas per Jenis Alat Olahan Tanaman Pangan
Jenis Alat Kapasitas/hari (ton) Jumlah hari Berproduksi/tahun Total Produksi/tahun/alat (ton) Pengilingan Padi 1 120 120 Pengolah kedelai (tahu, tempe, sari kedelai) 0,075 160 12 Pengolah Jagung (grits, tepung) 0,5 120 60 Pengolah tepung lokal (ubi kayu, ubi jalar, sagu)
1 125 125
Bila diasumsikan bahwa kapasitas produksi yang dihasilkan setiap tahun sama, maka pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa produksi produk olahan tanaman pangan sejak 2010-2013 berfluktuasi, tahun 2011 meningkat 118% terhadap tahun 2010; tahun 2012 meningkat 90% terhadap 2011 dan tahun 2013 meningkat 232% terhadap tahun 2012; rata-rata pertumbuhan produk olahan tanaman pangan pertahun (2010-2013) sebesar 146,6%.
Tabel 7. Jenis, Jumlah Unit dan Produksi Alat Pengolahan Produk Tanaman Pangan (2010-2013)
Jenis Alat
2010 2011 2012 2013
Unit Produksi(ton) Unit Produksi(ton) Unit Produksi(ton) Unit Produksi(ton) Penggilingan padi 22 2.640 48 5.760 117 14.040 419 50.280 Pengolah kedelai (tahu, tempe, sari kedelai) - - 2 24 4 48 23 276 Pengolah Jagung (grits,tepung) - - - - 5 300 47 2.820 Pengolah tepung lokal (ubi kayu, ubi jalar, sagu) 13 1.625 28 3.500 26 3.250 41 5.125 Total 35 4.265 78 9.284 152 17.638 530 58.501 Growth/ tahun (%) 118 90 232 Rata-rata pertumbuhan /tahun 146,6% PERKEBUNAN
Pada kurun waktu 2010-2013 Ditjen PPHP telah memfasilitasi 13 jenis alat pengolahan perkebunan keberbagai propinsi/kabupaten. Sebagian besar peralatan adalah pengolah biji kakao fermentasi dan pengolah bahan olahan karet.
Rata-rata kapasitas terpakai masing-masing jenis alat pengolahan perkebunan dapat dilihat pada tabel dibawah ini, maka dapat diketahui total produksi alat tersebut selama setahun.
Tabel 8. Rata-rata Kapasitas per Jenis Alat Olahan Perkebunan
N0 Jenis Alat Kapasitas/hari Per UPH Jumlah hari Berproduksi/tahun Total Produksi/tahun/alat (Kg)
1 Pengolah biji kopi (Kg)
50 182 9.100
2 Pengolah Kopi Bubuk 2,2 264 581
3 Pengolah kacang mete (Kg) 40 264 10.560 4 Pengolah karet (bokar) (Kg) 476 276 131.376 5 Pengolah limbah kelapa (Kg) 602 240 144.480 6 Pengolah minyak atsiri (Kg) 3 180 540 7 Pengembangan agroindustri gula tebu (kg)
10 276 2.760
8 Pengolah gula kelapa aren(kg)
300 300 90.000
9 Pengolah biji kakao untuk agroindustri (kg) 363 264 95.832 10 Pengolahan agroindustri coklat (kg) 35 365 12.775 11 Pengembangan agroindustri pengolahan lada (kg) 20 260 5.200 12 Pengolah gambir (Kg) 12 300 3.600 13 Pengolahan teh (kg) 400 104 41.600 Catatan: 1 Liter =0,8Kg
Dengan menggunakan angka rata-rata produksi yang dihasilkan oleh masing-masing jenis peralatan sama, maka pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa produksi produk olahan perkebunan sejak 2010-2013 berfluktuasi, tahun 2011 meningkat 363,7 % dibandingkan tahun 2010; tahun 2012 meningkat sebesar 5,9 % terhadap 2011 dan tahun 2013 meningkat 16% dari tahun 2012; rata-rata pertumbuhan produk olahan perkebunan pertahun (2010-2013) sebesar
Tabel 9. Jenis, Jumlah Unit dan Produksi Alat Pengolahan Produk Perkebunan (2010-2013)
No. Jenis Alat 2010 2011 2012 2013
Unit Produksi Unit Produksi Unit Produksi Unit Produksi 1 Pengolah biji kopi (kg) - - - - 33 300.300 31 282.100 2 Pengolah kopi bubuk (kg) 1 581 29 16.849 13 7.553 - -3 Pengolah kacang mete (kg) 5 52.800 8 84.480 13 137.280 12 126.720 4 Pengolah karet (bokar) (kg) - - 46 6.043.296 40 5.255.040 49 6.437.424 5 Pengolah agroindustri kelapa (kg) - - 17 2.456.160 27 3.900.960 29 4.189.920 6 Pengolah minyak atsiri(kg) 12 6.480 17 9.180 9 4.860 17 9.180 7 Pengembangan agroindutri gula (kg) 1 2.760 3 8.280 10 27.600 13 38.640 8 Pengolah gula kelapa aren (kg) - - - 1 90.000 9 Pengolah gula tebu (kg) 1 2.760 10 Pengolah biji kakao untuk agroindustri (kg) 28 2.683.296 40 3.833.280 41 3.929.112 47 4.504.104 11 Pengolahan agroindustri coklat (kg) - - 28 357.700 - - 2 25.550 12 Pengembangan agroindustri pengolahan lada - - - - 2 10.400 - -13 Pengolah gambir (kg) 5 18.000 2 7.200 1 3.600 1 3.600 14 Pengolahan teh - - - 1 41.600 Total (kg) 2.763.917 12.816.425 13.576.705 173 15.751.598 Growth/ tahun (%) 363.7 5,9 16 Rata-rata pertumbuhan / tahun 128,5%
HORTIKULTURA
Selain alat olahan untuk komoditi tanaman pangan dan perkebunan, maka Ditjen PPHP pada periode 2010-2013 juga memfasilitasi alat olahan untuk produk Hortikultura. Tahun 2012 dan 2013 fasilitasi peralatan olahan tanaman buah dan sayuran (peralatan baru atau revitalisasi) meningkat cukup tinggi dibanding tahun 2010 dan 2011. Hal ini sebagian besar disebabkan karena panen buah dan sayuran yang cukup tinggi dan perlu diolah agar dapat lebih tahan lama.
Pada Tabel 21 dapat dilihat ada empat jenis alat olahan hortikultura yang difasilitasi oleh Ditjen PPHP selama tahun 2013 beserta produksi yng dihasilkan per alat setiap tahunnya.
Tabel 10. Rata-rata Kapasitas per Jenis Alat Olahan Hortikultura Jenis Alat Kapasitas/hari
(Kg/hari) Jumlah Hari Berproduksi/tahun (hari/Tahun) Total Produksi/tahun/alat (Kg/tahun/alat)
Pengolah tanaman buah 10 260 2.600
Pengolah tanaman sayuran
10 260 2.600
Pengolah tanaman obat 5 260 1.300
Pengolah hortikultura lainnya
7 260 1.820
Pada tabel 22 dapat dilihat total produksi yang dihasilkan oleh peralatan hortikultura setiap tahun selama 2010-2013. Dengan menggunakan angka rata-rata produksi yang dihasilkan oleh masing-masing jenis peralatan sama, maka pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa produksi produk olahan hortikultura sejak 2010-2012 meningkat lalu menurun pada tahun 2013. Tahun 2011 meningkat 80% dibandingkan tahun 2010; tahun 2012 meningkat sebesar 231,66 % terhadap 2011 dan tahun 2013 menurun kembali sebesar -26.88% dibandingkan tahun 2012; rata-rata pertumbuhan produk olahan hortikultura pertahun (2010-2013) sebesar 94,93 %.
Tabel 11. Jenis, Jumlah Unit dan Produksi Alat Olahan Produk Hortikultura (2010-2013) Jenis Alat 2010 2011 2012 2013 Unit Produksi (Kg) Unit Produksi (Kg) Unit Produksi (Kg) Unit Produksi (Kg) Pengolah tanaman buah 4 10.400 5 13.000 68 176.800 47 122.200 Pengolah tanaman sayuran 15 39.000 25 65.000 44 114.400 28 72.800 Pengolah tanaman obat 2 2.600 5 6.500 12 15.600 19 24.700 Pengolah hortikultura lainnya - - 5 9.100 2 3.640 4 7.280 Total 21 52.000 40 93.600 126 310.440 98 226.980
Growth per tahun
(%) 80 231,66 -26,88 Rata-rata pertumbuhan /tahun 94,93% PETERNAKAN
Alat pengolahan produk peternakan juga ada yang difasilitasi oleh Ditjen PPHP walaupun jenisnya tidak banyak yaitu hanya 3 jenis, namun jumlah unit yang difasilitasi cukup banyak baik untuk pengadaan baru maupun revitalisasi.
Rata-rata kapasitas per jenis alat olah produk peternakan dapat dilihat pada Tabel 23 di bawah ini, demikian juga dengan total kapasitas produksi per alat per tahun.
Tabel 12. Rata-rata Kapasitas per Jenis Alat Olahan Peternakan Jenis Alat Kapasitas/hari Jumlah Hari
Berproduksi/tahun Total Produksi / tahun/alat Pengolahan daging Sapi 25 Kg 312 7.800 Kg Pengolah pakan ternak 250 Kg 312 78.000 Kg
Pengolah susu sapi 50 liter (40Kg) 312 12.480 Kg Catatan : 1Liter=0,8 Kg
Pada tabel 24 dapat dilihat total produksi yang dihasilkan oleh peralatan produk peternakan setiap tahun selama 2010-2013. Dengan menggunakan angka rata-rata produksi yang dihasilkan oleh masing-masing jenis peralatan sama, maka pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa produksi produk olahan peternakan sejak 2010-2013 berfluktuasi. Tahun 2011 menurun 43,38% dibandingkan tahun 2010; tahun 2012 meningkat sebesar 60,22 % terhadap 2011 dan tahun 2013 meningkat sedikit sebesar 10,53% dibandingkan tahun 2012; rata-rata pertumbuhan produk olahan peternakan pertahun (2010-2013)
sebesar 9,12 %.
Tabel 13. Jenis, Jumlah Unit dan Produksi Alat Olahan Produk Peternakan (2010-2013)
Jenis Alat 2010 2011 2012 2013
Unit Produksi Unit Produksi Unit Produksi Unit Produksi Pengolah daging sapi (Kg) 25 195.000 21 163.800 34 265.200 149 1.162.200 Pengolah pakan ternak (Kg) 53 4.134.000 28 2.184.000 48 3.744.000 43 3.354.000 Pengolah susu sapi (liter) 26 324.480 23 287.040 17 212.160 12 149.760 Total (Kg) 104 4.653.480 72 2.634.840 99 4.221.360 204 4.665.960 Growth pertahun(%) -43.38 60.21 10,53 Rata-rata Growth/thn 9,12%
Dari keempat subsektor (perkebunan, tanaman pangan, hortikultura dan peternakan) yang telah memperoleh alat pengolahan dari Ditjen PPHP selama tahun 2013 telah menghasilkan sekitar 16.175.640 kg produk
olahan, sedangkan selama kurun waktu 2010-2013 telah dapat menghasilkan
sebanyak 151.455.305 kg produk olahan yang dapat diperdagangkan. Rata-rata petumbuhan pertahun sebesar 92,2 %. Perbandingan realisasi terhadap target pada tahun 2013 sebesar 242%.
Tabel 14. Rata-rata Capaian Peningkatan Produk Olahan Kurun Waktu 2010-2013 Produk Olahan 2010 (Kg) 2011 (Kg) 2012 (Kg) 2013 (Kg) Total (Kg) Perkebunan 2.763.917 12.816.425 13.576.705 15.751.598 44.908.645 Tanaman pangan 4.265.000 9.284.000 17.638.000 58.501.000 89.688.000 Hortikultura 52.000 93.600 310.440 226.980 683.020 Peternakan 4.653.480 2.634.840 4.221.360 4.665.960 16.175.640 Total 11.734.397 24.828.865 35.746.505 79.145.538 151.455.305 Growth pertahun % 111,6 44 121 Rerata Pertumbuhan / tahun (%) 92,2% Capaian kinerja (R/T) 2013 242%.
III. IKU 3 : “ Meningkatnya produksi tepung-tepungan untuk mensubstitusi gandum/terigu impor”.
Rumus yang digunakan untuk menghitung berapa banyak produksi tepung berbasis bahan baku lokal yang diasumsikan dapat mensubstitusi tepung gandum adalah :
Produksi tepung berbasis bahan baku lokal / konsumsi dalam negeri tepung gandum (terigu) impor x 100%
1. Data mengenai Produksi tepung berbasis bahan baku lokal 2012 dan
2013 diambil dari hasil survey Kementerian Peridustrian yang
jagung, kedele, kacang hijau, sorghum, koro, mokaf, singkong, tapioka, iles2, ubi jalar, gembeli, ganyong, tales, ubi ungu, gadung, garut).
Produksi tepung berbasis bahan baku lokal tahun 2012 : 178.414 ton Produksi tepung berbasis bahan baku lokal tahun 2013 : 193.905 ton 2. Impor tepung gandum (terigu) tahun 2012 sebesar 208.973,51 ton dan
biji gandum tahun 2012 1.815.452,86 ton setara dengan 1.343.435,12 ton tepung gandum (konversi biji gandum ke tepung gandum 74%) . Total impor gandum tahun 2012 = 208.973,51 ton + 1.343.435,12 ton =
1.552.408,62 ton.
3. Jika akan menghitung berapa besarnya substitusi tepung gandum maka harus dihitung dulu konsumsi dalam negeri impor tepung terigu dengan menggunakan rumus :
Konsumsi dalam negeri tepung terigu impor = (Impor tepung gandum 2012 + impor tepung terigu 2012)–ekspor tepung terigu 2012.
Jadi konsumsi dalam negeri tepung terigu impor 2012 = 1.552.408,62 ton – 45.937,82 ton = 1.506.470,80 ton.
4. Impor tepung gandum (terigu) tahun 2013 sebesar 174.823,80 ton dan biji gandum tahun 2013 3.739.592,94 ton setara dengan 2.767.298,77 ton tepung gandum (konversi biji gandum ke tepung gandum 74%) . Total impor gandum tahun 2013 = 174.823,80 ton + 2.767.298,77 ton =
2.942.122,57 ton.
5. Jika akan menghitung berapa besarnya substitusi tepung gandum maka harus dihitung dulu konsumsi dalam negeri akan impor tepung terigu dengan menggunakan rumus :
Konsumsi dalam negeri tepung terigu impor = (Impor tepung gandum 2013 + impor tepung terigu 2013)–ekspor tepung terigu 2013.
Konsumsi dalam negeri tepung terigu impor 2013 = 2.942.122,57 ton -136.371,29 ton = 2.805.751,28 ton.
6. Impor tepung gandum /ekspor tepung terigu x 100% = 2.805.751,28 ton/136.371,29 ton = 2.057%
7. Perbandingan produksi tepung berbahan baku lokal terhadap konsumsi dalam negeri tepung gandum impor : 178.414 ton / 1.506.470,80 ton x
8. Perbandingan produksi tepung berbahan baku lokal terhadap konsumsi dalam negeri tepung gandum impor : 193.905 ton / 2.805.751,28 ton x
100% = 6,91%
9. Meningkatnya produksi tepung2an berbasis bahan baku lokal tahun 2013 terhadap 2012 : (193.905 ton – 178.414 ton ) / 178.414ton x 100% = 8,68%.
10. Capaian kinerja 2013 : 8,68% / 5% x 100% = 173,65% Capaian kinerja 2013 : 8,68% / 11% x 100% = 78,9%
IV. IKU 4 : “Meningkatnya sarana pengolahan kakao fermentasi bermutu
untuk industri coklat dalam negeri”.
Rumus yang digunakan untuk menghitung berapa peningkatan sarana pengolahan kakao fermentasi adalah :
Jumlah peralatan fermentasi yang sudah difasilitasi oleh Ditjen Bun dan Ditjen PPHP tahun 2013 / (Kebutuhan kakao fermentasi industri olahan kakao di Indonesia 2013 : rata-rata kapasitas setiap box fermentasi) x 100%
1. Di Indonesia ada 19 industri kakao, yang membutuhkan kakao fermentasi adalah industri kakao yang menghasilkan powder, jadi hanya ada 5 industri kakao dimaksud. Jumlah kebutuhan industri kakao fermentasi tahun 2012 dan 2013 pada 5 industri kakao dimaksud antara
30.000 ton - 40.000 ton pertahun.
2. Kakao fermentasi yang diimport rata-rata 30.000 ton pertahun. Bila dibandingkan dengan kapasitas box fermentasi 15 kg maka setiap tahun dibutuhkan 2.000.000 box fermentasi yang operasional.
3. Jumlah peralatan fermentasi yang difasilitasi Ditjen PPHP tahun 2012 pada 41 Poktan/Gapoktan yang terdiri dari 35 box fermentasi per Poktan/Gapoktan; sedangkan tahun 2013 Ditjen PPHP memfasilitasi pada 47 Poktan/Gapoktan yang terdiri dari 25 box fermentasi per unit. 4. Jumlah peralatan fermentasi yang difasilitasi Ditjen Bun tahun 2012 dan
2013 : 48 Poktan/Gapoktan dan 10 unit. Masing-masing unit terdiri dari 16 box fermentasi.
5. Total jumlah peralatan fermentasi yang difasilitasi Ditjen PPHP dan Ditjenbun tahun 2012 sebesar (41 x 35 + 48 x 16) = 2.203 box