• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikut Serta Dalam Menentukan Pemimpin Mereka Lewat Pemilu

KEBUDAYAAN DAN TRADISI YANG UNIK, MEMBUAT MEREKA-MEREKA MEMILIKI IDENTITAS KHUSUS DAN BERBEDA DENGAN KELOMPOK LAINNYA, DAN ETNISITAS

D. Ikut Serta Dalam Menentukan Pemimpin Mereka Lewat Pemilu

Pemilu dipandang sebagai tolok ukur demokrasi. Keyakinan kuat pada pemilu sebagai ukuran utama demokrasi didasarkan pada tiga pertimbangan. Pertama, pemilu merupakan proses terbaik dibanding, misalnya, sistem karir dan penunjukkan/pengangkatan, untuk menentukan

50

Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Mei 2012, di kelurahan Pusat Pasar, Medan Kota

51

pemimpin politik. Kedua, pemilu memungkinkan pergantian kekuasaan secara berkala dan membuka akses bagi aktor-aktor baru masuk dalam arena kekuasaan. Ketiga, pemilu memungkinkan partisipasi rakyat untuk menentukan pemimpin sesuai dengan kehendak mereka.

Kesempatan yang hanya sekali dalam lima tahun ini tentu tidak ingin disia-siakan begitu saja oleh masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam menentukan siapa yang akan memimpin mereka atau membawa mereka ke kesejahteraan yang lebih baik lagi. Termasuk oleh warga di Kelurahan Pusat Pasar, Medan Kota, yang antusias dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah 2010 yang lalu. Seperti yang diutarakan oleh warga Tionghoa di kelurahan Pusat Pasar, Medan Kota, Tan Wanni (30 tahun), Ng Ik Yen (39 tahun), dan Ng Jan Sim (47 tahun) tentang alasan mereka ikut memilih calon Kepala Daerah mereka tahun 2010 yang lalu,

Tan Wanni (30 tahun), “Beginilah cara yang paling efektif bagi kita untuk menentukan siapa yang akan memimpin kita, memimpin daerah kita. Saya bisa dengan bebas memilih siapa calon pemimpin saya. Walau calon yang saya unggulkan tidak selalu duduk dalam posisi tersebut”52

Ng Jan Sim (47 tahun), “Kan sekarang udah enak kita. Bisa bebas nentukan pilihan siapa yang mau kita pilih jadi pemimpin kita. Gak kayak dulu”53

Ng Ik Yen (39 tahun), “Menurut saya ini merupakan kemajuan. Karena kita bisa bebas memilih pemimpin kita tanpa takut-takut”54

Seperti yang tercantum dalam salah satu fungsi Pemilu, bahwa Pemilu sebagai sarana memilih pejabat publik. Pembentukan pemerintahan melalui pemilu, rakyat memilih wakil-wakilnya yang akan duduk dilembaga legislatif, ataupun memilih sosok pemimpin dari salah satu calon Kepala Daerah. Wakil-wakil tersebut akan menjalankan kedaulatan yang dilegasikan kepadanya. Dengan kedaulatan itu para wakil rakyat ataupun Kepala Daerah mempunyai hak dan kewajiban menentukan arah dan kebijakan yang harus dijalankan oleh pemerintahan.

Beberapa Alasan warga Tionghoa ikut serta dalam memberikan suaranya pada Pemilukada 2010 yang lalu di Kelurahan Pusat Pasar sebagaimana yang dijelaskan diatas, menunjukkan bahwa masyarakat etnis Tiongoa di Kelurahan Pusat Pasar peduli akan hak dan kewajibannya untuk berpartisipasi dalam menentukan pemimpin daerah mereka. Walau pilihan mereka bukanlah pilihan yang kritis tentang sosok calon pemimpinnya. Mereka hanya

52

Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Mei 2012, di kelurahan Pusat Pasar, Medan Kota

53

Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Mei 2012, di kelurahan Pusat Pasar, Medan Kota

54

mempunyai kesadaran saja bahwa kegiatan pemilu adalah hak yang rugi jika tidak dipergunakan untuk memilih calon pemimpin.

Seperti yang tercantum di dalam Undang-Undang terbaru yang mengatur mengenai penyelenggaraan Pemilu yaitu UU No. 15 Tahun 2011 disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 bahwa Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adanya pengertian yang demikian ini sesungguhnya juga harus dimaknai bahwa pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia bukan hanya kongritisasi dari kedaulatan rakyat (langsung, umum, bebas, dan rahasia), tetapi lebih dari itu yaitu menghendaki adanya suatu bentuk pemerintahan yang demokratis yang ditentukan secara jujur dan adil.

Pemilu sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat sekaligus merupakan arena kompetisi yang paling adil bagi partai politik sejauh mana telah melaksanakan fungsi dan perannya serta pertanggungjawaban atas kinerjanya selama ini kepada rakyat yang telah memilihnya. Rakyat berdaulat untuk menentukan dan memilih sesuai aspirasinya kepada partai politik mana yang dianggap paling dipercaya dan mampu melaksakanan aspirasinya. Undang-undang dasar 1945 mensyaratkan Indonesia sebagai Negara yang mempunyai sistem kekuasaan yang terdiri dari eksekutif, legislatif dan yudikatif bahkan menurut Prof. Prayudi Atmosudirdjo, kekuasaan yang ada di Indonesia didistribusikan ke dalam enam kekuasaan, yaitu : kekuasaan konsitutif, legislatif, yudikatif, eksekutif, konsultatif dan inspektif.55

Selain mengacu pada Undang-Undang Dasar, ketentuan lain juga diatur melalui peraturan perundang-undangan dibawah Undang-undang Dasar. Pada ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menunjukkan adanya bentuk pelanggaran hukum terhadap jaminan hak memilih yang melekat pada warga negara Indonesia. Menurut ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 dinyatakan bahwa “Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya”. Lebih lanjut menurut ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999,

55

http://hukum.kompasiana.com/2012/05/17/hak-pilih-warga-negara-sebagai-sarana-pelaksanaan-kedaulatan-rakyat-dalam-pemilu/. Di akses pada tanggal 1 juli 2012.

dinyatakan bahwa : “Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Kedua ketentuan pasal di atas jelas menunjukkan adanya jaminan yuridis yang melekat bagi setiap warga Negara Indonesia itu sendiri untuk melaksanakan hak memilihnya.

C. Alasan Masyarakat Etnis Tionghoa Dalam Menentukan atau Menjatuhkan Pilihannya Kepada Pasangan Calon Kepala Daerah.

Salah satu pilar penting dari demokrasi adalah partisipasi. Jika demokrasi diartikan secara sederhana sebagai suatu pemerintahan yang berasal dari, dan, untuk rakyat, maka partisipasi merupakan sarana dimana rakyat dapat menentukan siapa yang memimpin melalui pemilihan kepala daerah langsung, dan apa yang harus dikerjakan oleh pemimpin (pemerintah) melalui keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan politik yang mengikat rakyat banyak. Dalam hubungannya dengan pengembangan demokrasi, partisipasi masyarakat sebenarnya tidak hanya sebatas dalam menentukan pemimpin dan apa yang harus dilakukan oleh pemimpin, tetapi juga menentukan proses demokrasi itu sendiri. Dalam proses transisi dan konsolidasi demokrasi misalnya, masyarakat mempunyai peran yang sangat signifikan dalam menentukan percepatan proses transisi dan konsolidasi demokrasi melalui berbagai bentuk partisipasi dan gerakan sosial lainnya. Salah satu bentuk partisipasi politik yang sangat penting dilakukan oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan kepala daerah.

Ada beberapa alasan masyarakat etnis Tionghoa dalam menentukan atau menjatuhkan pilihannya untuk memilih Kepala Daerah, yaitu: