• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KARYA

B. Proses Penciptaan

3. Ilumunasi atau Proses Penciptaan karya

Setelah melewati tahap persiapan dan inkubasi atau pemecahan masalah mulailah tahap berikutnya proses perwujudan atau membuat lukisan. Yang pertama sketsa dasar harus dipindahkan di atas kertas ke kanvas dengan menggunakan cat minyak. Pada langkah berikutnya sebagai dasar penciptaan dibutuhkan teknik yang memadai serta alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat suatu karya seni lukis, tidak cuma alat dan bahan saja untuk memunculkan ide-ide kedalam media, dipilih obyek-obyek sesuai dengan konsep dan tema yang telah dibuat atau ditentukan yaitu tentang ketuaan.

a. Teknik Penciptaan Karya

Dalam karya tugas akhir ini teknik yang digunakan tidak terfokus pada satu teknik saja, melainkan tidak terbatas. Misalnya dalam karya yang berjudul peminta-minta, dikerjakan dengan menggunakan teknik yang terkesan kasar, kotor, dan tidak beraturan atau bebas yaitu ada sebagian oyek yang dikerjakan dengan teknik plototan tinta atau cat yang dibuat agak encer, sehingga akan mudah meleleh atau cat tersebut dapat dengan mudah menyebar kesegala arah yang diinginkan. Disamping itu pada bagian tertentu disapu dengan kuas lukis dan ada juga dengan menggunakan alat lainnya, seperti sikat dengan cara dipercikan atau teknik pointilisme. Dalam hal ini sengaja untuk melambangkan pengemis atau peminta-minta yang terkesan kotor, kumuh bahkan tidak mengenal rasa malu demi untuk bertahan hidup.

Kemudian dalam karya yang berjudul arca dibuat dengan teknik

pointilisme atau dengan kata lain titik-titik (dot). Dalam candi atau bangunan kuno cenderung banyak unsur kasar dan retak. Teknik

pointilisme ini bertujuan agar unsur bebatuan atau pasir yang kasar dalam arca ini dapat nampak terlihat kuno dan pada akhirnya memberi efek tua.

Selanjutnya dalam karya tang berjudul kerut I menggunakan teknik basah dengan menggunakan cat acrilic di atas kertas gambar. Sedangkan karya kerut II menggunakan teknik kering dengan memakai Bolpen dan tinta di atas kanvas. Dan pada bagian-bagian tertentu ada juga yang diarsir dengan dusel atau jari tangan.

Disamping itu ada juga yang menggunakan mix media yaitu pada karya yang berjudul Bangkit, tiada lagi sang legenda, merupakan karya lukis diatas kanvas yang dilengkapi dengan media pendukung yaitu figura dengan menggunakan triplek bekas agar terkesan alami dan bertektur. Di atas triplek itu juga dilukis sebagaimana lanjutan dari lukisan didalam kanvas, Sehingga mempeluas ruang dalam berkarya.

Dalam karya monas ada teknik tertentu yang lain dari karya-karya sebelumnya, yaitu dengan menggunakan teknik airbrush pada background, agar gradasi warnanya terkesan rapi, rata, dan lebih kelihatan bertekstur (tekstur semu)

b. Proses Penciptaan Karya

(1) Proses Penciptaan Karya Yang Pertama Berjudul “Sosok”

Karya ini adalah karya yang pertama dibuat dengan media kanvas berukuran 125x125cm dengan menggunakan cat minyak (lukis) dan dikerjakan tidak hanya pada satu tempat saja melainkan berpindah-pindah. Yaitu awalnya di kampus SGO Ngoresan, kemudian lama-kelamaan rasa jenuh atau bosan itu muncul dan motivasi berkaryapun berkurang. Oleh karena itu dibawa pulang dan dikerjakan dirumah. Dengan berjalannya waktu rasa bosan itu muncul lagi. Kemudian yang terakhir karya ini dilanjutkan dan pada commit to user

akhirnya selesai juga di sanggar lukis yang berada di pasar klodran pada waktu itu.

Awal mula karya ini tercipta pada saat melihat batang pohon yang sudah tua dan sudah keropos. Yang pada saat itu berada di persawahan yang tepatnya di daerah Malang pada saat berkunjung di rumah saudara. Dari setiap sudut dan detail pohon itu dicermati dan dihayati terlintas sesosok wajah manusia yang dilihat dari samping. Dan dari situlah muncul ide untuk divisualisasikan dalam karya lukis.

Proses awal yang dilakukan adalah kain kanvas yang masih lembaran atau gulungan dibentangkan dulu di atas spanram kayu yang sudah disiapkan. Setelah itu baru memindahkan sketsa gambar ke dalam media kanvas, kemudian setelah globalnya sudah terlihat, maka langkah yang selanjutnya mulailah menggoreskan cat atau warna di tas kanvas yang sudah disket. Untuk penuangan cat yang pertama dilakukan dengan warya yang dianggap muda dulu tau warna dasar. Kemudian sedikit demi sedikit mulai proses detail.

Dalam proses pengerjaan tidak lepas dari referensi, karena referensi adalah sumber inspirasi tau ide yang utama. Proses detail inilah ang banyak memerlukan waktu yang lama. Dari setiap sisi, letak, maupun sudut pandang harus tahap demi tahap untuk proses pendetailan. Setelah proses detai semuanya terlewati, langkah yang selanjutnya adalah proses finishing.

Dalam tahap ini yaitu finishing secara keseluruhan harus sudah selesai dalam detailnya, karena tahap inilah tahap yang paling akhir. Setelah itu baru dapat dievaluasi dari proses awal hingga karya itu jadi. Dimana letak kekurangan atau kelebihan karya dapat dilihat, sehingga pesan dan kesan yang disampaikan dapat terealisasi.

Dalam finishing ini tidak semua karya harus diberi figura, karena figura itu hanyalah faktor pendukung bilamana diperlukan figura itu dapat digunakan. Dan sebaliknya apabila karya itu sudah commit to user

cukup tanpa figura maka tidak perlu diberi figura, karena dapat mempengaruhi sudut pandang apresian.

(2) Proses Penciptaan Karya Yang Kedua Berjudul “Kepedihan”

Karya ini dibuat dengan ukuran 125x125cm dan dikerjakan dengan menggunakan cat mnyak di atas kanvas. Karya ini dibuat di sanggar lukis, ide itu muncul pada saat membuka situs di internet tentang orang tua. Pada waktu itu ditemukan potret seorang nenek yang begitu mengesankan ekspresi wajahnya. Pada saat itu juga ada keinginan untuk mendokumentasikan ekspresi nenek tersebut dalam media lukis. Dengan berbagai alternatif dan referensi muncul ide untuk menggabungkan dengan obyek lain.

Dalam proses berkarya ini langkah yang pertama yang dilakukan adalah memindahkan sketsa gambar yang sudah ada ke dalam media kanvas. Setelah itu langkah yang kedua memulai menggoreskan kuas pada bagian yang disukai atau yang mudah dulu. Untuk karya ini dimulai pada bagian wajah, karena ekspresi yang muncul dari gambar nenek tersebut merupakan faktor utama yang mendorong untuk mendokumentasikan dalam karya lukis.

Kemudian langkah berikutnya baru mengerjakan bagian lainnya, seperti tangan, selendang, dan langkah yang terakhir pewarnaan pada bagian background, yaitu dikerjakan secara global dulu dengan pewarnaan dasar. Kemudian selanjutnya pemberian efek ombak sampai terkesan seperti ombak betulan. Kemudian baru pemberian efek percikan air yang berada didekat obyek orang tua atau nenek.

(3) Proses Penciptaan Karya Yang Ketiga Berjudul “Peminta-minta” Proses awal dalam karya ini adalah penuangan ide atau gagasan diwujudkan di atas kertas gambar melalui sketsa. Kemudian setelah bereksplorasi dengan sketsa yang terpilih baru dipindahkan ke dalam kanvas. commit to user

Dalam karya ini dikerjakan dengan teknik yang berbeda dari yang lainnya, begitu pula dalam pewarnaanya. Yaitu dengan ekspresif atau spontanitas dan cenderung kearah abstrak. Disamping itu hasilnya lebih terkesan kasar, kotor, dan tidak beraturan atau bebas. Karena kebebasan merupakan kepuasan tersendiri dalam berkarya.

Karya ini di lukis dalam sebuah kain kanvas dengan menggunakan cat acrilik dengan ukuran 125x175cm. Proses pengerjaan karya ini dilakukan di rumah, baik dari pemindahan sketsa gambar hingga proses pengerjaan karya.

Langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan sketsa gambar di atas kanvas hingga global gambar secara keseluruhan dapat terlihat. Setelah itu baru mengerjakan proses detail yaitu pada bagian wajah. Kemudian setelah obyek yang dirasa mudah atau lebih disenangi selesai baru mengerjakan pada bentuk lainnya.

(4) Proses Penciptaan Karya Yang Keempat Berjudul “Monas...?”

Karya ini dilukis dalam sebuah kain kanvas dengan ukuran 150x200cm dan menggunakan bahan mix media, antara lain dengan cat pigmen, cat tembok, bahkan dengan menggunakan cat minyak juga.

Proses penciptaannya diawali dengan memindahkan sketsa gambar, kemudian setelah selesai pemindahan sketsa baru mengerjakan tugu monasnya secara global. Semua global sudah terlihat langkah yang selanjutnya memberi warna gelap terang atau pencahayaan. Kemudian setelah gelap terangnya semua obyek sudah terlihat baru langkah yang selanjutnya memberi efek retak-retak pada tugu monas.

Setelah itu pewarnaan pada bagian tanah atau bebatuan yang berada di bawah tugu monas sampai proses detail selesai. Kemudian langkah yang terakhir pewarnaan pada bagian background. Dalam commit to user

pewarnaan pada bagian background ini dimulai dari warna yang gelap dulu, agar warna muda atau pencahayaannya bisa terlihat. Dalam pewarnaan background ini dilakukan dengan menggunakan alat airbrush, agar efek gradasi warnanya bisa muncul dengan teratur dan terkesan rapi.

(5) Proses Penciptaan Karya Yang Kelima Berjudul “Bangkit”

Karya ini terinspirasi oleh karya seniman wanita atau seniwati lewat katalog yang menampilkan karakter seseorang yang ingin mengungkap jati dirinya yang sebenarnya, kemudian distilasi dan doperbaharui dalam sebuah konsep tentang ketuaan. Karya ini dibuat dalam mix media yaitu media kanvas dan triplek.

Disamping itu dalam pewarnaannya dengan menggunakan bahan cat minyak (lukis), pigmen, dan juga dalam finisingnya diberi vernis agar daya tahan karya ini dapat lebih terjaga. Dan karya ini dibuat dengan ukuran 130x120cm.

Langkah awal yang dilakukan adalah penuangan ide yang dikerjakan langsung kedalam media kanvas. Kemudian setelah semua global sudah tergambar, langkah yang selanjutnya pemberian warna dasar pada semua obyek. Dan diawali pada obyek yang disukai dahulu atau yang dianggap mudah. Yaitu dalam karya ini pada bagian background awan atau mendung sampai pada proses gelap terangnya selesai.

Setelah itu penekanan warna pada bagian yang paling utama yaitu pada obyek manusia, karena obyek ini adalah poin interestnya, sehingga harus hati-hati dan lebih teliti agar hasilnya dapat maksimal. Kemudian langkah yang selanjutnya pengerjaan pada bagian background candi.

Dalam pewarnaan tembok candi ini sengaja dibuat warna kusam atau lebih kearah gelap dan dikerjakan dengan teknik yang tidak

beraturan agar unsur bebatuan candi itu dapat muncul dan memberi efek kasar seperti batu.

(6) Proses Penciptaan Karya Yang Keenam Berjudul “Arca”

Proses pembuatan karya ini awalnya terinspirasi oleh ekspresi yang muncul dari gambar arca. Disamping itu juga tekstur yang nampak dengan warna hitam dan putih menjadikan unsur alamiah tetap ada.

Karya ini dibuat dengan media kertas linen, karena kertas linen itu memiliki daya serat seperti kain. Oleh karena itu dalam membuat karya ini dipakai kertas linen. Kemudian teknik yang digunakan adalah teknik kering dengan sistem dot atau pointilisme. Dalam pengerjaannya karya ini kebanyakan langsung menuangkan idenya ke dalam media kertas dan tidak lepas dari referensi. Hanya sedikit menggunakan pensil untuk sketsa global. Kemudian setelah selesai langsung pada proses detail dengan spidol dengan menggunakan teknik dot atau pointilisme.

Disini hal yang ingin ditampilkan adalah tekstur yang nampak dari obyek bebatuan pada arca dengan menggunakan teknik pointilisme. Kemudian setelah selesai diberi figura polos agar tidak mempengaruhi arah atau sudut pandang orang yang melihat, yaitu dengan papan triplek yang diberi warna hitam atau netral. Karya ini tanpa diberi kaca agar orang yang melihat merasa ada keinginan untuk meraba atau memegang. Bahwa sebenarnya halus dan rata, akan tetapi terkesan kasar atau tekstur semu yang nampak.

(7) Proses Penciptaan Karya Yang Ketujuh Berjudul “Kerut Wajah 1” Karya ini terinspirasi oleh kerutan pada nenek yang sudah sangat tua, waktu itu saat melihat sebuah sinetron di televisi. Kemudian lain waktu mencoba mencari insprirasi dan referensi lain yaitu dari internet. Akhirnya tercapailah hingga mendapat obyek commit to user

wajah seorang nenek yang kerutannya sangat jelas dan ekspresif. Setelah itu baru mulailah diwujudkan dalam media lukis.

Karya ini dibuat dengan media kertas dan menggunakan cat

acrilic dengan campuran atau bahan pengencer air. Langkah pertama yang dilakukan adalah memindahkan sketsa gambar kedalam media kertas karton yang lebih besar. Pada saat itu dalam memindahkan sketsa gambar dengan menggunakan pensil warna yang warnanya mendekati warna yang akan dilukis. Karena dengan pensil warna pada akhirnya akan larut juga dalam air. Apabila menggunakan pensil H atau B yang bukan warna dapat menjadikan kotor dan bekas goresan pensil terkadang belum hilang atau bahkan tidak bisa hilang.

Kemudian langkah yang berikutnya sedikit demi sedikit mulai pada proses detail. Dalam proses detail tidak semua gambar dibuat detail, melainkan hanya poin-poinnya saja yang di maksimalkan. Sedangkan pada bagian yang lain atau bagian pendukung dan

background dibuat kabur atau polos. Setelah semua terselesaikan langkah yang terakhir yaitu finishing.

Dalam finishing karya ini diberi frame atau figura dari potongan triplek bekas. Disamping menghemat biaya agar unsur alaminya tetap ada dan tidak hilang. Triplek itu dilapisi dengan vernis agar daya keawetannya lebih lama dan tidak mudah dimakan serangga atau rayap. Sedangkan pada bagian karya diberi atau ditutup dengan kaca bening. Agar karya dengan media kertas ini dapat terjaga keawetannya.

(8) Penciptaan Karya Yang Kedelapan Berjudul “Kerut Wajah 2”

Untuk karya ini awalnya muncul saat melihat katalog pameran potografi tentang orang tua atau sepuh. Rasa ketertarikan terfokous pada kerutannya, yang penuh artistik, serta ekspresi wajahnya yang ekspresif membuat lebih tertarik. Awalnya mencoba sketsa diatas

kertas, terus lama-kelamaan akhirnya termotivasi untuk dituangkan di atas kanvas.

Untuk karya ini agak sedikit berbeda dengan karya lainnya. Karena dalam pengerjaannya menggunakan bahan pendukung lainnya, yaitu lem fox. Pada saat sketsa gambar sudah dipindahkan di tas kanvas kemudian diberi lem fox. Dengan teknik plototan kemudian diratakan dengan kuas yang ukurannya sesuai keinginan. Begitu pula tekstur yang diinginkan sesuai dengan arah gambar yang ada pada desain atau sketsa gambar.

Setelah lem fox sudah rata atau sudah sesuai yang diinginkan kemudian didiamkan dulu sampai mengering dan bertekstur, baru melakukan proses selanjutnya, yaitu proses detail. Dalam proses detail ini arah goresan kuas mengikuti arah tekstur yang ada. Hingga pada akhirnya seperti goresan cat. Setelah itu langkah yang terakhir dalam pembuatan karya ini diberi media pendukung atau tambahan sekaligus sebagai figura, yaitu triplek pula. Di atas triplek ini juga dibuat bertekstur dengan lem fox, serta dalam pengecatannya. Disini bertujuan agar dapat mengimbangi atau sebagai faktor pendukung karya lukisan.

(9) Proses Penciptaan Karya Yang Kesembilan Berjudul “Tiada Lagi Sang Legenda”

Karya ini awal mulanya dari membaca majalah, kemudian pada halaman tertentu mengulas tentang icon seni lukis Bali yang bernama Ida Bagus Made Poleng wafat. Karya ini dibuat dengan ukuran 120x150 Dalam proses penciptaan karya ini dimulai dari pembuatan sketsa yang langsung dituangkan di atas kanvas yaitu pada obyek manusianya dulu. Setelah itu langsung proses detail pada bagian wajah, seperti bagian mata, hidung, dan mulut.

Kemudian yang selanjutnya pada bagian rambut dan yang selanjutnya pada bagian lengan dan dada. Setelah itu baru commit to user

dilanjutkan pada background. Dalam background ini masih ada tambahan media, yaitu triplek. Dan triplek itupun juga diberi pewarnaan atau dicat sesuai dengan tema yang diambil. Setelah itu yang terakhir proses detail pada bagian background dan obyek yang belum tergarap atau belum selesai.

Dokumen terkait