• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KARYA

A. Konsep Karya

1. Karya Pertama Berjudul “Sosok”

Terkadang apa yang kita lihat, kita rasakan, maupun kita dengar sehari-hari akan menjadi sebuah referensi atau inspirasi. Seperti halnya batang pohon tua yang sudah mati dan rapuh ini menjadi sebuah inspirasi dalam berkarya seni.

Gambar 11

Ukuran : 125cm X 125cm Media : Oil On Kanvas

Didalam karya ini mempunyai banyak kenangan dan pesan yang tersimpan. Salah satunya adalah siklus kehidupan. Begitu pula sesuatu yang ada dalam angan-angan ataupun hanya ilusi semata akan memperkuat daya imajinasi

kita dalam berkarya, dan pada akhirnya muncul ide atau gagasan. Berawal dari tidak ada menjadi ada atau lahir, kemudian tumbuh lama-kelamaan menjadi dewasa dan pada akhirnya tua. Setelah tua, maka akan mati dan rapuh menjadi makhluk yang tidak bernyawa dan akhirnya akan menghilang menjadi tanah yaitu kembali pada Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

2. Karya Kedua Berjudul “Kepedihan”

Gambar 12

Ukuran : 125cm X 125cm Media : Oil On Kanvas

Ketika manusia mendapatkan suatu kenikmatan yang lebih banyak yang melalaikannya. Lalai akan bersyukur kepada yang telah memberikan kenikmatan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga orang itu menjadi kufur dan murka. Sebaliknya ketika musibah datang menghampirinya, orang baru merasakan betapa perih, sedih bahkan kebingungan dengan bencana yang menimpanya. Manusia itu baru menyadari bahwa begitu dahsyatnya kuasa Tuhan.

Begitu pula dalam karya ini memberikan pesan dan kesan bahwa hidup didunia ini hanyalah sebentar, maka untuk itu agar digunakan dengan sebaik-baiknya.

3. Karya Ketiga Berjudul “Peminta-minta”

Gambar 13

Ukuran : 125cm X 175cm Media : Acrilik on Kanvas

Demi kelangsungan hidupnya, seseorang rela menjalani kesehariannya dengan berbagai cara yang di tempuh. Kadang dimata orang lain pekerjaan itu tidak layak untuk dilakukan, akan tetapi bagi mereka mungkin itulah jalan yang terakhir untuk bertahan hidup. Betapa perihnya demi menghidupi anak-anaknya seorang ibu terpaksa rela menggendong anaknya kesana-kemari, pagi, siang mungkin sampai malam, demi mendapatkan uang. Akan tetapi masih banyak juga commit to user

yang menyalahgunakan pekerjaan ini walaupun pekerjaan ini tidak layak dilakukan, padahal dilain pihak orang tersebut masih mampu untuk bekerja keras selain meminta-minta.

Dalam karya ini sengaja dibuat extrime atau dengan teknik yang agak kasar. Karena dari unsur keropos, kotor dan warna tua yang nampak akan melambangkan sebuah pengorbanan yang besar, tak pernah lelah dan tidak mengenal rasa malu meskipun dalam keadaan kotor atau kumuh.

4. Karya Keempat Berjudul “Monas...?”

Gambar 14

Ukuran : 150cm X 200cm Media : Acrilik on Kanvas

Sesuatu hal tidak dapat dinilai atau dinikmati hanya melihat fisiknya saja. Akan tetapi lihatlah secara menyeluruh, baik dari proses pembuatannya, filosofinya, maupun tujuan atau manfaatnya. Salah satunya dalam hal ini adalah Monas. Dimana monas itu tidak sekedar tugu, melainkan apabila ita telusuri didalamnya masih banyak hal yang lebih penting lagi, baik dari sejarahnya, latar belakangnya sampai hal-hal yang terkandung didalamnya.

Monas melambangkan semangat juang bangsa Indonesia dalam perang kemerdekaan, yang dilambangkan pada tugu dan api abadi di puncaknya. Seperti commit to user

halnya dalam karya keempat ini, tugu monas yang sengaja dibuat retak-retak dan rapuh, bertujuan agar kita selaku pemuda generasi bangsa harus menjaga dan melestarikan budaya dan sejarah yang sudah dirintis para pejuang sebelumnya agar tidak punah dan hancur termakan waktu.

Bangunan semegah apapun kalau tidak dirawat dan dijaga dengan baik lama-kelamaan akan mengalami masa tua dan pada akhirnya akan rapuh dan hancur. Untuk itu peran pemuda sangat penting demi masa depan yang lebih baik. Karena kalau kita malas-malasan, mudah putus asa dan tidak semangat lama-kelamaan bangsa ini akan hancur dan tertinggal dari bangsa lainnya.

5. Karya Kelima Berjudul “Bangkit”

Gambar 15

Ukuran : 130cm X 120cm Media : Mix Media

Candi selain menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga menjadi pusat ibadat bagi penganut Buddha di Indonesia khususnya pada setiap perayaan Waisak. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan bahwa candi digunakan sebagai tempat meditasi penganut Budha.

Dalam hal ini ingin rasanya membangkitkan kepedulian terhadap bangunan-bangunan kuno, salah satunya disini adalah candi. Yang mana peninggalan sejarah ini kalau tidak dirawat dan dijaga kelestariannya lama-kelamaan akan punah. Suatu musibah atau bencana dapat dicegah atau dihindari apabila jauh-jauh hari sebelumnya sudah diperhitungkan dari resiko terburuk yang akan terjadi.

6. Karya Keenam Berjudul “Arca”

Kemudian yang selanjutnya dalam karya selanjutnya menggunakan media kertas, dan menggunakan spidol sebagai alat untuk melukisnya. Dibantu dengan cat air untuk mengimbangi pada sisi-sisi tertentu. Dan dalam karya ini digunakan teknik pointilisme atau dot, karena dengan teknik ini akan lebih muncul pada keteksturannya. Awalnya hanya melihat-lihat gambar pada buku bacaan tentang candi. Kemudian semakin lama muncul ide untuk menuangkan sebuah karya yaitu Arca.

Gambar 16

Ukuran : 100cm X 120 cm Media : Ink On Paper

Arca berasal dari bahasa India pada zaman dahulu adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan dalam memuja tuhan atau commit to user

dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.

Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari), atau murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam (kuningan, tembaga, emas), yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan

Arca tidak selalu ditemukan di dekat sebuah candi. Candi bisa jadi memiliki sebuah arca, namun sebuah arca belum tentu ada dalam sebuah candi.

7. Karya Ketujuh Berjudul “Kerut Wajah 1”

Gambar 17 Ukuran : 40cm X 60cm

Media : Ink On Paper

Kerut adalah lipatan yang letaknya di kulit. Kulit keriput biasanya muncul sebagai akibat dari penuaan proses seperti glikasi. Kerutan di kulit disebabkan oleh kebiasaan ekspresi wajah, penuaan, kerusakan akibat sinar matahari, merokok, hidrasi miskin, dan berbagai faktor lain. Kulit tidak berkembang secara merata, menyebabkan ia keriput.

Karya ini terinspirasi oleh kerutan pada nenek yang sudah sangat tua, waktu itu saat melihat sebuah sinetron di televisi. Kemudian lain waktu mencoba mencari insprirasi dan referensi lain yaitu dari internet. Akhirnya tercapailah hingga mendapat obyek wajah seorang nenek yang kerutannya sangat jelas dan ekspresif. Untuk karya ini dituangkan kedalam media kertas dengan menggunakan cat air atau akrilik.

Disamping itu masih banyak hal yang tersimpan dibalik kerutan tersebut. Terutama pada kulit orang tua yang sudah lanjut usia (nenek atau kakek), yang commit to user

mengagumkan, baik dari visualisainya, warnanya, maupun tekstur yang muncul. Untuk itu dari setiap kerutan dicoba didokumentasikan kedalam karya seni dua dimensi yaitu lukisan.

8. Karya Kedelapan Berjudul “Kerut Wajah 2”

Gambar 18

Ukuran : 120cm X 150cm Media : Mix Media

Kejahatan dan kebohongan seseorang di dunia masih bisa dibuat-buat atau direkayasa. Akan tetapi di akhirat nanti semua kesalahan, kebohongan dan kejahatan akan nampak jelas. Bahwa semua organ tubuh itu akan menjadi saksinya. Seperti halnya mata tidak akan berbohong ketika melihat keindahan commit to user

akan merasa nyaman, sebaliknya apabila mata itu terkena duri akan merasakan sakit. Itulah kuasa Tuhan, untuk itu dalam karya ini mata dijadikan suatu poin interest yang bertujuan sebagai teropong kehidupan. Yang mana semua kejadian yang dialami semasa hidupnya akan terekam dan terdokumentasikan.

9. Karya Kesembilan Berjudul “Tiada Lagi Sang Legenda”

Gambar 19

Ukuran : 120cm X 150cm Media : Mix Media

Karya ini awal mulanya dari membaca majalah, kemudian pada halaman tertentu mengulas tentang icon seni lukis Bali yang bernama Ida Bagus Made Poleng wafat. Ia meninggalkan warisan : harga diri melukis diantara kesibukan bertani. Yang sekarang tinggal nama atau kenangan dan legenda. Dalam hal ini commit to user

yang membuat penulis tertarik dan kagum adalah komitmen atau prinsip seniman ini tentang karya seni. Begitu menghargai atau menghormati dengan hasil karya seni. Bahkan hal yang sampai sekarang masih melekat dalam benak penulis dari seniman ini adalah bahwa beliau selalu menekankan kepada banyak orang bahwa pelukis Bali sesungguhnya bukanlah tukang. Dan seni lukis Bali diciptakan bukan sekedar hiasan. Ia memiliki “roh”

Dari situlah bisa diambil suatu pelajaran bahwa sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga. Manusia hidup di dunia sudah ditentukan oleh Sang Pencipta, dari hidup-matinya seseorang sampai dengan lika-liku kehidupan yang dilalui sehari-hari, seperti halnya ada kaya ada juga yang miskin, ada yang pintar dan ada juga yang bodoh dan seterusnya. Akan tetapi ketika orang itu sudah mendekati ajal dan bahkan sampai meninggal, semuanya akan berubah menjadi kenangan saja.

Dokumen terkait