• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR KETUAAN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR KETUAAN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN TUGAS AKHIR

KETUAAN

SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN

KARYA SENI LUKIS

Oleh :

HERI SUPRIYATNO

NIM K3204014

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

ii

LAPORAN TUGAS AKHIR

KETUAAN

SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN

KARYA SENI LUKIS

Oleh :

HERI SUPRIYATNO

NIM K3204014

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta,...2011

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Tjahjo Prabowo, M. Sn Adam Wahida, S. Pd., M. Sn

NIP. 195304291985031001 NIP. 197309062005011001

(4)

iv

Tugas Akhir ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Pada hari :... Tanggal :...

Tim Penguji Tugas Akhir

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Margana, M. Sn. ...

Sekretaris : Lili Hartono, S. Sn., M. Hum. ...

Anggota I : Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn. ...

Anggota II : Adam Wahida, S. Pd., M. Sn. ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.

(5)

v

ABSTRAK

HERI SUPRIYATNO. KETUAAN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS. Tugas Akhir, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2011

Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui apa yang melatar belakangi dalam penciptaan karya tugas akhir yang bertemakan tentang ketuaan, serta bagaimana eksplorasi teknik dan medium yang digunakan untuk memberi efek kesan tua.

Dalam pembuatan karya tugas akhir ini digunakan dua metode pendekatan yaitu: Pertama dengan pendekatan empiris, berdasarkan pengalaman dan pengamatan langsung berinteraksi dengan orangtua di masyarakat, Kedua dengan pendekatan estetis, pendekatan ini merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara pencarian referensi-referensi mulai dari buku, membaca koran, mendengarkan radio, melihat berita televisi, artikel majalah, dokumentasi foto yang berhubungan dengan ketuaan dan pencarian data maupun gambar lewat internet.

Dari karya Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan bahwa, ketuaan memberikan arti penting, yaitu memberikan inspirasi dan dorongan untuk penciptaan karya tugas akhir. Dari karya-karya tugas akhir ini cenderung mengarah pada unsur tua. Misalnya untuk menampilkan kesan kasar pada bebatuan, yaitu pada karya yang berjudul arca digunakan teknik pointilisme atau titik-titik. Kemudian untuk memberikan efek tua dengan digunakan warna-warna yang cenderung mendekati warna tanah atau tua, misalnya coklat, merah hati, keabu-abuan, dan juga hitam. Unsur rapuh, retak, serta keropos dapat juga digunakan sebagai kesan tua. Contohnya, pada batang pohon tua dan bangunan-bangunan kuno atau tua.

Selain itu dalam memberi efek angker dan menakutkan digunakan warna-warna panas dan diikuti dengan warna-warna gelap. Meskipun warna-warna panas sifatnya emosi atau marah bahkan sebagai simbol kematian atau maut. Akan tetapi dengan pengolahan warna yang matang dan penggabungan warna yang tepat akan menimbulkan efek angker, misalnya pada karya yang berjudul “bangkit” yaitu dengan mengoptimalkan obyek manusia dan backgroundnya diberi obyek bangunan candi yang retak-retak yang dikelilingi langit-langit dan mendung yang cenderung kearah warna gelap menjadikan efek angker. Begitu pula dengan karya yang berjudul “tiada lagi sang legenda” yaitu dengan menggabungkan warna

background kearah gelap atau hitam dan juga frame yang penuh retak-retak dapat mendukung untuk dijadikan efek angker.

Di samping itu karyanya beragam dan tidak monothon, baik dari ketehnikannya maupun warna dan coraknya juga bervariasi. Begitu pula dengan media dan alat yang digunakan tidak cukup dengan oil on kanvas pada umumnya, melainkan ada pula dengan menggunakan ink on paper ataupun media dan alat pelengkap lainnya, misalnya: lem fox, papan triplek.

(6)

vi

MOTTO

Jalani hidup dengan kejujuran untuk menuju kebenaran, karena

kebahagiaan akan hadir di atas kejujuran

Peganglah suatu prinsip yang kita anggap benar tetapi ingatlah baik

dan benar menurut cara pandang kita belum tentu benar menurut

cara pandang orang lain

Teruslah bermimpi dan wujudkan mimpi-mimpi itu menjadi

kenyataan

(penulis)

(7)

vii

Kepada

o

Bapak dan Ibu tercinta yang sebagai bukti kelulusan

o

Istriku tercinta yang selalu sabar menemaniku disaat suka

maupun duka serta yang selalu memberikan semangat

o

Saudara, kakak, adik dan keponakan yang telah memberikan

bantuan, baik material maupun spiritual

o

Teman-teman seperjuangan, kakak-kakak, dan adik-adik

tingkatku di FKIP UNS yang banyak memberi dukungan

o

Bagi semua orang yang membutuhkan penulisan tugas akhir

ini

KATA PENGANTAR

(8)

viii

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “Ketuaan Sebagai Sumber Inspirasi Dalam Penciptaan Karya Seni Lukis” ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan dan kesulitan dalam penulisan ini, namun dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya hambatan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Drs. Tjahjo Prabowo, M. Sn. selaku ketua Program Pendidikan Seni Rupa sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam tugas akhir.

2. Adam Wahida, S. Pd., M. Sn. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam tugas akhir.

3. Drs. Sudarsono, M. Hum. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan banyak motifasi dan dukungan dari awal perkuliahan hingga proses tugas akhir ini selesai.

4. Drs. Suparno, M. Pd. selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah menyetujui permohonan pelaksanaan tugas akhir.

5. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan Tugas Akhir ini.

6. Seluruh dosen FKIP UNS yang mengajar dan membimbing.

7. Ayah, Ibu tercinta, dan keluarga yang telah banyak memberikan bantuan, baik yang berupa material maupun yang spiritual.

8. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan bantuannya.

9. Semua pihak yang telah membantu untuk kelancaran dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(9)

ix umumnya.

Surakarta,...2011

Penulis

DAFTAR ISI

(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

A. Latar Belakang Penciptaan ... 1

B. Rumusan Masalah Penciptaan... 3

C. Tujuan Penciptaan... ... 3

3. Prinsip-Prinsip Visual Seni... 19

(11)

xi

c. Kesatuan ... 20

d. Keseimbangan atau Balance ... 20

e. Distorsi dan Deformasi dalam Penciptaan Seni Lukis.. 20

4. Tema dalam Seni Lukis... 21

8. Karya kesembilan berjudul “ tiada lagi sang legenda ”... ... 37

2. Proses Penciptaan... 38

1. Persiapan atau Eksplorasi... ... 38

2. Inkubasi... 38

3. Ilumunasi atau Perwujudan... 39

a. Teknik Penciptaan Karya... ... 39

b. Penciptaan Karya... ... 40

4. Verivikasi atau Evaluasi... ... 48

BAB V PENUTUP... 49

(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA... ... 51

(13)

xiii

Halaman

Gambar 1. Referensi Foto Batang Pohon Randu... 6

Gambar 2. Referensi Foto Orang Tua/Nenek I... 6

Gambar 3. Referensi Foto Bencana Banjir... 7

Gambar 4. Referensi Foto Orang Tua/Nenek II... 7

Gambar 5. Referensi Foto Candi Borobudur... 8

Gambar 6. Referensi Foto Arca... 8

Gambar 7. Referensi Foto Tugu Monas... 9

Gambar 8. Referensi Karya Seniman... 23

Gambar 9. Referensi Karya Seniman... 23

Gambar 10. Jadwal Pelaksanaan... 25

Gambar 11. Foto Karya Berjudul “Sosok”... 26

Gambar 12. Foto Karya Berjudul “Kepedihan”... 27

Gambar 13. Foto Karya Berjudul “Peminta-minta”... 28

Gambar 14. Foto Karya Berjudul “Monas”... 30

Gambar 15. Foto Karya Berjudul “Bangkit”... 31

Gambar 16. Foto Karya Berjudul “Arca”... 33

Gambar 17. Foto Karya Berjudul “Kerut Wajah I”... 35

Gambar 18. Foto Karya Berjudul “Kerut Wajah II”... 36

Gambar 19. Foto Karya Berjudul “Tiada Lagi Sang Legenda”... 37

(14)

xiv

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Menyusun Skripsi/Tugas akhir... 52

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi/Tugas akhir... 53

Lampiran 3. Surat Peminjaman Alat Untuk Ujian Skripsi/Tugas Akhir... 54

Lampiran 4. Surat Bebas Perpustakaan... 55

Lampiran 5. Surat Permohonan Transkip Nilai... 56

Lampiran 6. Laporan Ujian Skripsi/Tugas akhir... 57

Lampiran 7. Lembar Berita Acara/Rekapitulasi Ujian... 58

Lampiran 8. Lembar Presensi/Rekapitulasi Ujian... 59

Lampiran 9. Sketsa Karya Tugas Akhir... 60

Lampiran 10. Foto Proses Berkarya... 62

Lampiran 11. Foto Pameran Tugas Akhir... 69

Lampiran 12. Desain Katalog Pameran... 74

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Manusia sebagai makhluk hidup menyadari sepenuhnya bahwa dirinya, alam serta segala isinya di muka bumi ini merupakan perwujudan karya agung Tuhan Yang Maha Esa. Manusia diciptakan untuk hidup bersama, saling membangun serta mengisi kehidupan sebagai makhluk ciptaan Allah di dunia.

Perkembangan yang terjadi dalam kebudayaan akan membawa pengaruh terhadap perkembangan kesenian-kesenian akhirnya merupakan bagian yang integral dari kebudayaan. Bahkan ada yang berpendapat kebudayaan kesenian itu sendiri (Koentjaraningrat,1987). Dua unsur itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam hal ini manusia sebagai obyek atau menjadi faktor penentu berkembang tidaknya kebudayaan maupun kesenian.

Selaras dengan perkembangan jaman disertai dengan semakin majunya peradaban manusia maka bentuk-bentuk kesenian mengalami perubahan pula. Perubahan itu tidak hanya terletak pada bentuk visualnya dan media yang digunakan, akan tetapi perubahan dalam hal maksud dan tujuannya, tetapi juga menyangkut aspek pikiran seniman. Dengan demikian akan nampak lebih jelas bahwa bagaimanapun juga seniman atau pencipta sangat berperan dalam maksud dan tujuan membuat karya seni. Sebab pada dasarnya karya seni itu akan mengekspresikan atau menggambarkan kehidupan jiwa seniman secara total (Rudi S. Bardi, 1976:54).

Dalam proses penciptaan karya seni lukis, setiap seniman memiliki pandangan dalam mengambil suatu tema atau pokok permasalahan. Untuk itu dalam tugas akhir ini diambil pokok permasalahan tentang ketuaan yang dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam penciptaan karya akhir.

(16)

Melukis adalah sebagai salah satu sarana berekspresi, penuangan ide atau gagasan, penyaluran energi batin yang terpendam dan memupuk dalam diri yang dituangkan kedalam media rupa dengan teknik tertentu dan menggunakan elemen-elemen seni rupa, serta tidak lupa memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa.

Dalam melukis diambil obyek yang berhubungan dengan “Ketuaan” sebagai tema, karena merupakan sesuatu yang artistik, berwibawa, misterius bahkan menakutkan atau mengerikan. Dalam hal ini bisa dilihat misteri tua dalam tingkah laku orang tua yang sudah lanjut usia, terkadang diluar dugaan. Terkadang hal yang sudah dilakukan diulangi lagi. Hal ini bagi masyarakat umum menjadikan sesuatu yang aneh atau tidak wajar. Akan tetapi sebagai orang yang berpendidikan harus bisa menyadari bahwa tingkah laku orang yang sudah lanjut usia atau tua, itu akan kembali seperti waktu kecil atau bayi. Ada pula yang di luar dugaan, karena daya fikir atau daya kerja otak yang bekerja sudah melemah atau berkurang tidak seperti waktu mudanya.

Selain itu misteri ketuaan bisa dilihat atau dirasakan saat berada di gedung atau bangunan kuno yang umurnya sudah ratusan, bahkan ribuan tahun. Adanya rasa takut, kagum, bahkan menjadikan penasaran. Karena keagungan Tuhan Yang Maha Esa yang begitu besar dan megah dan usia bangunannya yang sudah lama menjadikan suasana yang sepi, gelap dan membuat rasa takut atau angker itu muncul. Akan tetapi dari situlah muncul daya tarik yang lebih untuk divisualisasikan ke dalam karya lukis. Dengan teknik tertentu dan dengan berbagai alternatif perwujudan, baik dari sisi warna, tekstur, ataupun makna yang tersirat didalamnya

Dengan pernyataan-pernyataan di atas nampak jelas bahwa pendekatan terhadap karya seni tidak hanya terbatas pada fisiknya saja tetapi tinjauan bersifat filosofis sering kali lebih mampu mengungkapkan karya seni lebih dalam.

Jika hanya melihat visualnya dari ketuaan tanpa melihat keistimewaan, filosofi, warna, dan tekstur yang nampak, orang tidak akan mengetahui apa yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu dicoba untuk berfikir kreatif agar diperoleh sesuatu hal yang baru dari “Ketuaan” tersebut.

(17)

Dalam hal ini tidak hanya melukis orang tua saja, melainkan lebih dari pada itu. Misalnya dari orang tua itu bisa diambil bagian tertentu saja sebagai poin interest atau pusat perhatian. Misalnya kerutannya saja, ekspresinya atau bisa juga teksturnya. Selain orang tua obyek yang diambil adalah bangunan kuno, batang pohon tua yang sudah rapuh, ada juga seperti peninggalan-peninggalan sejarah yaitu candi dan arca. Karena obyek-obyek itulah yang membuat tertarik untuk didokumentasikan lewat karya seni, baik dari sisi visual (nilai artistik, unik, dan langka) maupun nilai-nilai sejarah yang terkandung didalamnya (peninggalan sejarah)

B. Rumusan Masalah Penciptaan

Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan judul karya tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang mendorong penulis mengambil tema tentang “Ketuaan” ?

2. Sejauh mana mengekspresikan ketuaan dalam penciptaan karya tugas akhir khususnya seni lukis ?

3. Teknik dan medium yang digunakan dalam penciptaan karya seni lukis ?

C. Tujuan Penciptaan

Bersumber dari permasalahan mengenai ketuaan tujuan pembuatan karya seni lukis ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa yang melatar belakangi penulis dalam penciptaan karya Tugas Akhir yang bertemakan tentang ketuaan.

2. Berusaha memahami image ketuaan lewat karya dua dimensi.

3. Mengeksplorasi teknik dan medium yang sesuai untuk memberi efek kesan tua.

(18)

D. Manfaat Penciptaan

Pembuatan karya tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Dengan penciptaan ini diharapkan menambah atau meningkatkan apresiasi pembaca terhadap karya seni lukis & proses kreasi seniman

2. Sebagai wacana baru untuk menambah pengetahuan khususnya tentang ketuaan dalam bidang seni lukis

3. Sebagai referensi bagi apresian atau pemula untuk berkarya seni baik dari keteknikan maupun medium yang digunakan.

(19)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sumber Penciptaan

Referensi atau sumber penciptaan diambil dari kehidupan sehari-hari, baik melalui pengamatan secara langsung ataupun tidak langsung seperti dari internet dan media massa. Salah satunya adalah pada saat berinteraksi secara langsung di masyarakat. Terutama pada orang tua atau orang yang sudah lanjut usia seperti kakek atau nenek. Dari segi penyampaiannya selalu hati-hati, pelan-pelan dan penuh pertimbangan. Sikap dan perilakunya selalu berwibawa dan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Begitu pula ekspresi wajahnya yang sangat menjiwai pada saat berinteraksi. Ketertarikan itu mendorong untuk mengkaji atau mendalami dan pada akhirnya untuk dilukis. Berbagai pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berhubungan dengan ketuaan merupakan sesuatu yang menarik untuk dijadikan sebagai dasar-dasar ide dalam pembuatan karya seni lukis. Bertolak dari keadaan dan pengalaman jiwa muncul tuntutan dari dalam diri untuk mendokumentasikan sosok dari orang tua yang hendak dituangkan dalam sebuah karya yaitu lukisan

Di bawah ini adalah potret sebuah batang pohon tua yang sudah rapuh secara alamiah menjadikan salah satu sumber ide dalam penciptaan karya tugas akhir. Dari referensi foto batang pohon tua di bawah tertarik dari sisi fisiknya yaitu tektur, kerapuhannya, serta warna yang nampak. Dari ketertarikan itu muncul keinginan untuk mendalami dan menggabungkan dengan referensi/obyek yang lain, untuk diolah dan pada akhirnya dituangkan ke dalam media rupa yaitu kanvas (lukisan).

(20)

Gambar 1

Batang Pohon Randu

( Dokumentasi : Heri Supriyatno, 2009 )

Selain itu ketika membuka web internet tentang gambar orang tua, ditemukan gambar atau potret seorang nenek yang ekspresinya sangat mengesankan dan penuh artistik seperti gambar dibawah ini. Disini tertarik dengan kerutan orang tua atau nenek yang muncul baik dari dahi, leher, tangan maupun dari berbagai tempat. Serta ekspresi wajah yang terfokus pada satu titik pusat perhatian, membuat orang yang melihat menjadi luluh dan merintih kasihan akan ekspresi wajah tersebut.

Gambar 2

(21)

Kemudian setelah melalui proses muncul ide atau gagasan untuk menggabungkan atau merubah background yang sudah ada dengan background

yang lainnya, seperti gambar bencana banjir di bawah ini, agar lebih berfikir kreatif dan juga merupakan hasil jerih payah sendiri.

Gambar 3

( Sumber : http://www.google.com/images/banjir.jpg )

Selanjutnya masih terinspirasi oleh ekspresi wajah orang tua atau nenek yang sumbernya dari internet pula. Dari Gambar dibawah yang membuat tertarik adalah ekpresi atau visual wajah yang penuh kesedihan serta kerut-kerutan yang muncul dari gambar tersebut.

Gambar 4

( Sumber : http://www.google.com/images/nenek tua.jpg )

(22)

Sumber yang selanjutnya adalah bangunan tua, yaitu candi. Disini tertarik dengan tekstur dan warna yang ada dalam relief candi, selain itu sejarah yang terkandung didalamnya.

Gambar 5

( Sumber : http://www.google.com/imgres?borobudur.jpg )

Masih mengulas tentang candi, yang membuat tertarik disini adalah tekstur yang muncul pada arca atau patungnya, serta warna alamiah yang muncul yaitu hitam-putih agak keabu-abuan menjadi nilai lebih.

Gambar 6

( Sumber : http://www.google.com/imgres?arca.jpg )

Referensi yang selanjutnya terinspirasi oleh bangunan-bangunan tua atau gedung-gedung megah, yang mana disini dambil obyek monas karena Monas melambangkan semangat juang bangsa Indonesia dalam perang kemerdekaan, yang dilambangkan pada tugu dan api abadi di puncaknya. Desain dan rencana Monas dibuat oleh arsitek Indonesia terkemuka saat itu, Soedarsono. Sedangkan penasihat konstruksi adalah Prof. Dr. Ir. Roosseno.

Ada tiga bagian penting dari Monas yang tampak jelas bahkan dari kejauhan. Yaitu yang pertama adalah tugu melambangkan lingga, alu atau antan, yaitu penumbuk beras.

(23)

memang kedua alat tersebut sudah sangat jarang ditemukan di kota besar seperti Jakarta, akan tetapi masih bisa ditemui di desa-desa. Dulunya kedua alat rumah tangga tersebut bisa ditemukan hampir disetiap rumah tangga pribumi Indonesia. Yoni dan lingga melambangkan negatif dan positif seperti halnya siang dan malam, lelaki dan perempuan, air dan api, bumi dan langit, lambang dari alam yang abadi.

Poin yang terakhir yaitu api yang menyala di puncak tugu melambangkan tekad bangsa Indonesia untuk berjuang dan membangun takkan surut sepanjang masa.

Gambar 7

( Sumber : http://www.google.com/imgres?monas.jpg )

B.Kajian Seni

Kajian teori tentang seni yang dimaksud adalah mempelajari atau mengkaji lebih dalam tentang seni secara umum. Wawasan seni mempunyai arti tinjauan, pandangan, dan penalaran mengenai bidang-bidang seni yang mempunyai ruang lingkup, sebagai berikut pengenalan tentang pengertian seni adalah seni mempunyai sinonim atau persamaan kata techne (Yunani), ars

(Latin), kuns (Jerman), dan art dalam bahasa (Inggris). Kesemuanya mempunyai pengertian yang sama yakni ketrampilan dan kemampuan ini dikaitkan dengan tinjauan dalam seni misalnya nilai estetis (keindahan), etis dan nilai praktis. Tujuan-tujuan tersebut nampaknya seni cenderung dikaitkan dengan nilai estetis sehingga ada pendapat bahwa seni sama dengan keindahan.

(24)

Seni rupa adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetik dengan elemen garis, warna, bidang, tekstur, dan gelap terang (Edy Tri Sulistyo, 2005: 90). Untuk melakukan pengkajian terhadap berbagi persoalan mengenai seni rupa maka tidaklah terlepas dari apa yang disebut komponen seni, antara lain: tema (subject matter), bentuk (form), dan isi (content), (Mulyadi, 2000: 14).

Menurut Denis Husiman pengertian seni adalah mencipta dalam arti luas (dalam Human Sahman, 1993:11) lebih jauh mengatakan bahwa dalam mencipta atau kegiatan seni mempunyai tiga sasaran utama yaitu: Pertama, nilai filosofis perangi dasar maksudnya latar belakang atau konsep mencipta merupakan hal yang utama dan pokok dalam penciptaan, kedua nilai psikologis sasarannya ialah aktivitas menghayati seni dan ketiga, mempunyai sarana yang berkaitan dengan fungsi seni. Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan timbal balik antara seniman sebagai pencipta seni, dan masyarakat sebagai pengamat. Hubungan timbal balik inilah bahwa seni disamping sebagai aktivitas seni juga sebagai media komunikasi. Selaras dengan pengertian ini Sudarso SP memberikan batasan tentang seni sebagai berikut, seni adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, disajikan secara indah dan menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin manusia yang menghayatinya (Mulyadi, 1984:3)

Seni adalah hasil karya atau kegiatan manusia yang telah dikenal kehadirannya semenjak jaman prasejarah. Pencipta suatu karya seni selain dimasudkan untuk memenuhi kebutuhan praktis dimaksudkan pula untuk memenuhi kebutuhan estetis. Apabila seseorang menciptakan rumah, mebel, pakaian dan sebagainya tentulah tidak hanya sekedar agar benda-benda tersebut dapat dipakai tetapi lebih dari itu mereka berharap agar benda-benda tersebut memiliki keindahan. Hal ini biasa dikatakan bahwa seni dan minat estetik benar-benar merupakan suatu fenomena dalam kehidupan manusia.

Karya seni diciptakan bukan hanya memenuhi kepentingan penciptanya tetapi agar juga bermanfaat bagi orang lain yang disebut penghayat atau konsumen seni. Konsumen seni dalam hal ini dapat dibedakan menjadi: konsumen seni yang bermaksud karya, dan konsumen seni yang bermaksud mengevaluasi

(25)

atau memberikan penjelasan tentang baik buruknya suatu karya selain itu jenis konsumen seni yang terakhir adalah senimannya itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan disini bahwa aktivitas evaluasi yang memberikan putusan tentang baik buruknya suatu karya seni, yang dinamakan aktivitas kritik. (R.C Kwant,1975)

Menurut Ki Hajar Dewantara, “Seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Dalam hal ini seni juga merupakan produk keindahan yang dapat menggerakkan perasaan indah orang lain yang melihatnya”. (P. Mulyadi,2000: 5).

Sedang menurut Sudarso SP, “Seni adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya; pengalaman batin tersebut disajikan secara indah dan menarik sehingga memberikan atau merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada manusia lain yang menghayatinya. Kelahiran tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan manusia yang pokok, melainkan merupakan usaha untuk melengkapi dan menyempurnakan derajad kemanusiaannya, memenuhi kebutuhan yang spiritual sifatnya. (P. Mulyadi,2000: 6).

Sedangkan menurut Sujoko (dalam Sudjoko, 2001:163) seni adalah kemahiran membuat atau melakukan sesuatu yang dipakai perangsang pengalaman estetik yang memuaskan. Pengertian puas disini masih dalam pengertian luas, sebuah perasaan puas bisa meliputi rasa senang, sedih, muak, jijik, terharu dan sebagainya. Rasa puas diperlukan oleh seorang seniman (si pencipta) tanpa rasa puas ia tidak akan menciptakan hasil seni yang baik. Jadi, kesimpulannya seni adalah hasil karya yang dibuat manusia yang dituangkan kedalam media rupa dengan memperhatikan prinsip-prinsip seni rupa, serta mengandung maksud dan tujuan tertentu.

(26)

C. Kajian Tentang Seni Rupa

Seni rupa ditinjau dari segi fungsi bagi masyarakat dibagi menjadi kelompok, yaitu seni murni (fine art) dan seni terapan (applied art). Seni murni (fine art) adalah kelompok karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Artinya bahwa kelahiran karya seni tersebut lahir dari adanya ungkapan atau ekspresi jiwa, tanpa adanya faktor pendorong untuk tujuan kegunaan praktis. Dengan kata lain seni tersebut bukan lagi merupakan kebuhan praktis bagi masyarakat tetapi hanya mengejar nilai untuk kepentingan estetika seni yang dimanfaatkan dalam lingkungan seni itu sendiri atau disebut sebagai seni untuk seni (Soedarso Sp, 1990:21).

D. Kajian Tentang Seni Lukis 1. Pengertian Seni Lukis

Seni lukis adalah suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dwi matra), dengan menggunakan medium rupa dapat dijangkau melalui berbagai macam jenis material seperti tinta, cat, atau pigmen, tanah liat, semen dan berbagai aplikasi yang memberi kemungkinan untuk mewujudkan medium rupa. Pengertian dan definisi seni lukis sangat beragam, namun kadang terjadi kesimpang siuran pengertian antara seni lukis dan menggambar atau seni gambar. Lukisan dan gambar tidak dapat dibedakan dengan sekedar memilahkan material yang digunakan, tetapi lebih jauh dari itu yang lebih memerlukan pertimbangan tentang estetik, latar belakang pembuatan karya dan sebagainya.

(27)

di dalam karya sketsa unsur ekspresinya sangat dominan. Melukis dapat dikatakan sebagai kegiatan menggambar, jika ungkapan perasaan (ekspresi) merupakan aspek yang paling dominan, oleh karenanya melukis dapat dikatakan dengan istilah menggambar ekspresi. Jadi, melukis menggunakan media seni rupa lazimnya berupa media cat minyak diatas kanvas atau cat air diatas kertas.

Untuk lebih jelasnya pengertian antara sketsa, gambar, dan lukisan, simak keterangan di bawah ini:

Sketsa (menurut kamus bahasa Inggris: sketch) yang artinya rencana, bagan, atau denah. Merupakan gambaran atau lukisan pendahuluan yang kasar, ringan semata-mata garis besar ataupun sebagai percobaan ataupun sebagai tanda mengingat-ingat, yang digunakan dalam gambar biasa catatan singkat tanpa bagian-bagian kecil yang mengengemukakan gagasan sesuatu.

Gambar merupakan bahasa yang universal dan telah berkembang sebelum ditemukannya bahasa tulisan. Sejak zaman prasejarah manusia primitif telah mengenal gambar sebagai bahasa rupa. Pada dasarnya, menggambar merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya, penggalian gagasan dan kreativitas, bahkan bisa menjadi sebuah ekspresi dan aktualisasi diri. Hal ini karena selain memiliki fungsi praktis, menggambar juga memiliki fungsi untuk terapi secara psikologis.

Lukisan merupakan karya seni lukis yang dituangkan kedalam media rupa (kanvas) dengan menggunakan unsur atau elemen desain dan memperhatikan prinsip-prinsip desain, serta mengandung maksud dan tujuan tertentu.

(28)

a. Tema

Subject matter atau tema pokok ialah rangsangan cipta seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan konsumsi batin manusia secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat menangkap hormoni bentuk yang disajikan serta mampu merasakan lewat sensitifnya. Subject matter sebagai stimulus atau rangsangan yang ditimbulkan oleh objek. Dalam sebuah karya seni hampir dapat dipastikan adanya subject matter, yaitu inti atau pokok persoalan yang akan dihasilkan sebagai akibat adanya pengolahan objek, baik objek dalam maupun yang terjadi dalam ide seseorang seniman dengan pengalaman pribadinya. Ada kalanya seseorang seniman mengambil alam sebagai objek karyanya, tetapi karena adanya pengolahan dalam diri seniman tersebut maka tidaklah mengherankan apabila bentuk (wujud) terakhir dari karya ciptaanya akan berbeda dengan objek semua. Subject matter merupakan bentuk dalam ide sang seniman, artinya bentuk yang belum dituangkan dalam media belum lahir sebagai bentuk fisik.

b. Bentuk

Bentuk bermakna memiliki dimensi tertentu. Dua dimensi (dimensi ketiga tidak diperhitungkan), namun masih mungkin menampilkan wujud tiga dimensi yang bersifat semu (seperti lukisan dengan lapisan cat yang tebal, relief, lukisan pada pot, piring atau lainnya). Dua dimensi secara fakta hanya diserap melalui indera mata dengan berbagai macam tipuan optik yang mengekploitasikan keberadaan ruang dan volume ke dalam bentuk.

c. Isi

(29)

berhak atas karyanya dalam mengubah atau menambah. Bentuk psikis seorang seniman pencipta merupakan bentuk yang disebut subject matter yang setiap saat dapat dibabarkan, sedang seniman penghayat adalah penghayat yang mempunyai bentuk psikis yang dihasilkan dari proses hayati oleh dunia idenya yang merupakan hasil proses imajinasi atau proses kreativitas (Dharsono Sony Kartika, 2004:30).

Tema atau pokok isi adalah hal-hal yang perlu dan hendak diketengahkan karya seni (subject matter). Menurut, The Marriem Webster Dictionary berarti

a subject or topic of artistic representation. Tema dapat berasal dari berbagai masalah, mulai dari kehidupan perasaan (emosi), kisah atau cerita, kehidupan keagamaan, sejarah, pengalaman intelektual, perlambangan-perlambanagan, atau peristiwa meta fisik lainnya. (Mikke Susanto, 2003:22).

2. Elemen Visual Seni Lukis

Dalam karya seni lukis terdapat elemen-elemen visual seperti garis, warna, bidang, tekstur, dan gelap terang, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Garis

Di dalam seni rupa (sebut saja seni lukis) pengertian garis bisa jadi titik-titik yang berhimpit berkelanjutan, kemungkinan lain merupakan pertemuan atau persilangan dari dua buah bidang atau warna, atau dapat pula sesuatu yang berdimensi memanjang atau sesuatu yang membatasi ruang dan bidang. Melihat bentuknya, garis dapat kita bagi dalam tiga macam yakni pertama garis lurus; horizontal dan vertikal (tegak lurus dan mendatar). Kedua garis lengkung atau bergelombang; bisa pendek atau panjang. Dan ketiga garis patah-patah; bentuk zig-zag, siku-siku atau membentuk sudut tajam.

Dari ketiga bentuk dasar tadi garis dapat memberikan kesan sifat simbol yang bermacam-macam antara lain:

1) Membentuk kesan kekuatan, misalnya pada bentuk-bentuk piramida, ka’bah, vertikal, diagonal. Bentuk-bentuk demikian disebut juga sebagai

raunded arches.

(30)

3) Bentuk bola-bola yang mengembang sebagai bentuk yang memberi sugesti, kegembiraan, riang, spirit pada jenis enpending spheres.

4) Bentuk garis tegak yang bagian ujungnya melengkung memberi kesan kelesuan, kesedihan, kedukaan atau disebut juga bending upright line. 5) Kesan sugesti dari garis yang berkobar, bersemangat atau berkekuatan

spiritual yang disebut upward swirls. Dari bentuk ini memberi kesan sugesti ketenangan, kemalasan, berirama atau disebut dengan rhytmic horizontal. 6) Bentuk garis yang memberi kesan pancaran keatas sugesti pertumbuhan,

idealisme atau bisa juga spontanitas. Bentuk ini disebut upward sprays.

7) Jenis garis yang secara ilusif memberi kesan melenyap, memperlihatkan jarak kejauhan, kerinduan disebut Diminisshing Perspective.

8) Penggambaran garis yang memberi kesan perluasan terbatas, pelebaran ruang disebut Inverted Perspective.

9) Bentuk garis yang secara ilusif memberi kesan pandangan tentang keadaan, ledakan, memusat, disebut Radiation Line.

10) Bentuk lain yang disebut dengan waterfall adalah bentuk garis yang memberi kesan gaya bebas, penurunan yang berirama.

11) Penggambaran garis-garis yang bertumpuk yang memberi kesan konflik, sesuatu peperangan disebut Conflicting Diagonals. ( Soegeng Toekio. M, 1983:18 )

Selain tersebut diatas, sifat garis yang cenderung mempunyai bentuk simbol ini antara lain juga termasuk: rythme curve, zig-zag line, rythmic horizontal, vertikal, diagonal, raunded arches, dan gothic arch. Kehadiran garis dalam seni lukis dapat menentukan kualitas suatu karya, misalnya kita pada karya Albert Durer yang menonjolkan satu olahan garis halus pada karyanya. Begitu pula garis-garis yang dibuat Michael Angelo, setiap goresan mampu memberikan kesan yang berbeda.

(31)

yang berbeda-beda. Garis lurus, patah, bengkok bisa menyarankan suasana marah, tegang, dan bisa menunjukkan watak kejantanan. Garis lengkung menggambarkan ketenangan, kedamaian, kehalusan, dan bisa menggambarkan kewanitaan. Kehadiran garis pada seni rupa, memang perlu diperhatikan karena dengan kekuatan garis dapat menentukan bobot (kualitas) suatu karya, baik garis tersebut pada seni lukis, seni patung, atau seni rupa lainnya, bahkan anak kecil yang suka melukis atau menggambar sebelum tertarik pada warna dalam penuangan emosinya ia lebih banyak-banyak bermain dengan pensil, pena, spidol, atau sejenisnya untuk membuat garis diatas kertasnya. Dengan begitu jelaslah sekarang bahwa garis mempunyai peran penting untuk menciptakan sebuah karya seni rupa.

b. Shape

Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. Di dalam karya seni,

shape digunakan sebagai simbol perasaan seniman didalam menggambarkan obyek hasil subyek matter, maka tidak heran apabila seseorang kurang dapat menangkap atau mengetahui secara pasti tentang obyek hasil pengolahannya.

c. Warna

Suatu benda dapat dikenali dengan berbagai warna seperti merah, kuning, hijau, dan sebagainya, karena secara alami mata kita dapat menangkap cahaya yang dipantulkan dari permukaan benda tersebut. Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur-unsur yang sangat penting, baik dalam seni murni maupun didalam seni terapan. Bahkan warna sangat berperan dalam segala aspek kehidupan manusia.

(32)

fisik, estetis juga memberikan pengaruh jiwa pelukisnya. Tiap-tiap pelukis berusaha memilih jenis warna sebagai kekhasan dalam karyanya. Sebagai contoh lukisan Affandi banyak ditandai warna hijau kusam dengan bersitan warna merah dan kuning di sana-sini. Lain halnya dengan karya Sapto Handoyo, hasil karyanya banyak ditandai warna-warna primitif seperti warna coklat bata, merah kecoklatan, putih, oker dengan kontur-kontur hitam. Warna-warna yang dipilihnya tersebut dapat merupakan medium kearah penemuan dirinya sendiri sehingga dapat menunjukkan ciri khas atau identitasnya.

d. Tekstur

Tekstur dalam seni lukis adalah sifat-sifat (kualitas) pemukaan bidang. Didalam menghasilkan tekstur, banyak cara yang ditempuh, tetapi pada garis besarnya ada dua macam. Pertama, tekstur nyata, artinya kesan yang diterima dengan pemukaan bidangnya memang sesuai. Misalnya sebuah lukisan jika dilihat dan diraba merasa kasar, timbulnya wujud kasar tersebut memang sudah disengaja oleh penciptanya, yakni dengan mencampurkan pasir atau serbuk lain dengan catnya sewaktu masih basah sehingga hasilnya menjadi kasar. Contoh tekstur nyata yang lain yakni plototan langsung cat dari tube yang selalu dilakukan pelukis Affandi.

Kedua adalah tekstur semu, artinya sifat kesan permukaan sesuatu bidang pada seni lukis hanya merupakan tipuan. Maksudnya, hasil penglihatan dengan dengan wujud yang sebenarnya adalah tidak sesuai. Timbulnya tekstur semu, karena hanya penguasaan teknik gelap terang didalam seni lukis. Kenyataannya jika diraba bidang tersebut halus saja, tetapi jika dilihat nampaknya kasar.

e. Gelap Terang

(33)

perbedaan tingkat kegelapan antara bagian-bagian yang berdekatan pada bagian detail sebuah lukisan atau gambar (Suryo Suradjijo, 2000:71).

3. Prinsip-Prinsip Visual atau Seni Rupa a. Komposisi

Komposisi secara sederhana adalah susunan (keseimbangan). Berhasil dan tidaknya suatu karya seni lukis atau seni rupa pada umumnya sangat ditentukan oleh susunan unsur-unsur sehingga susunan itu dapat membentuk ungkapan sesuai dengan yang dikehendaki penciptanya. Susunan unsur-unsur tersebut mencakup pada mengenai keseimbangan (balance) dapat terwujudkan apabila unsur-unsur garis, bidang, warna, dan sebagainya memberi rasa seimbang serta memuaskan kepada kita yang melihat atau merasakannya.

Untuk mencapai keseimbangan dalam seni lukis banyak cara ditempuhnya. Misalnya dengan jalan mengatur unsur-unsur secara simetris ataupun a-simetris. Keseimbangan simetris maksuknya ialah, apabila bagian kiri dan kanan atau bagian bawah dan atas dari sebuah desain sama besar (kekuatannya), sedangkan keseimbangan a-simetris maksudnya ialah, apabila bagian kiri dan kanan bagian atas dan bawah dari sebuah desain tidak sama besar (kuat), tetapi jika dilihat atau dirasakan masih terasa seimbang.

b. Dominasi

(34)

pandangan mata jika pemirsa melihatnya.

Ada kalanya center of interest hanya ditandai dengan warna yang mencolok dan menarik (warna terang) jika latar belakangnya warna-warna gelap, dan sebaliknya dengan warna gelap, jika latar belakang (background) nya warna-warna terang, atau dengan cara lain misalnya dengan menonjolkan salah satu bentuk dengan penggarapan secara detail.

c. Kesatuan (Totalitas)

Kesatuan (totalitas) adalah perpaduan atau keselarasan antara unsur-unsur visual menjadi satu kesatuan ungkapan dan kesatuan makna. Kesatuan ungkapan dan kesatuan makna inilah yang merupakan kesan keseluruhan dari karya seni. Demikian jelasnya dalam sebuah lukisan bila unsur-unsur tersebut diatas berpadu selaras dan membentuk suatu pernyataan atau ungkapan maka kita katakan lukisan itu berhasil. Jika tidak, karya itu hanyalah merupakan penyampaian elemen yang tidak memiliki kekuatan. Jadi pernyataan atau ungkapan yang terbentuk oleh paduan unsur-unsur merupakan kekuatan dalam karya seni.

Bicara masalah totalitas, tentu saja kehadiran atau keberhasilan suatu karya seni tidak bisa lepas dengan unsur lainnya. Tema atau isi, juga kreativitas dan gaya pribadi serta teknik tidak lepas dengan unsur visualnya. Karena itu unsur yang terakhir ini harus selaras dengan unsur visualnya. Jika hal itu terlaksana maka akan menghasilkan karya yang baik.

d. Keseimbangan (Balance)

Pengertian komposisi harus mencakup keseimbangan yang dimaksud (balance) adalah beberapa unsur karya seni dapat memberi rasa seimbang serta memuaskan kepada kita yang melihat dan merasakannya (Edy Tri Sulistyo, 2005:98).

(35)

e. Distorsi dan Deformasi Dalam Penciptaan Seni Lukis

Pada dasarnya distorsi adalah mengubah suatu bentuk dengan tujuan untuk lebih menampilkan karakter, atau watak dari bentuk tersebut. Sedang deformasi adalah mengubah bentuk dari bentuk aslinya. Pengertian distorsi dalam seni lukis, termasuk pula hal melebih-melebihkan warna dari obyek sesungguhnya dan juga perbedaan-perbedaan yang bersifat tekstural atau kualitas sesuatu permukaan (Sunarto, 1994:5-6).

Seperti halnya pada karya ketiga yaitu karya yang penulis beri judul “Pengemis”. Pada awalnya disini sumber ide yang ada tidak seperti hasil jadinya, yaitu yang awalnya tanpa ada tangannya kemudian dalam karya tugas akhir ini penulis menambahkan sebuah tangan yang menyimbolkan meminta atau mengemis agar unsur pengemis dapat tercapai.

4. Tema Dalam Seni Lukis

Dalam penciptaan karya tugas diambil tema tentang “ketuaan” yaitu sesuatu yang ada hubungan dengan tua, baik dari wujud, tekstur, maupun warnanya. Terutama disini lebih cenderung tertarik akan visualnya atau wujud nyatanya.

5. Medium

Pengertian media adalah sesuatu (bahan baku) yang dibutuhkan untuk media seni lukis, sedang alat adalah barang atau peralatan yang dipergunakan untuk menerapkan bahan dan teknik. Media yang lazim digunakan dalam seni lukis berupa kertas dan kanvas.

1) Kertas

Semua jenis kertas pada umumnya dapat digunakan untuk media lukis, yang diutamakan kertas tersebut polos atau tidak bergaris. Kertas yang berwarna ataupun tidak (putih) keduanya dapat dipergunakan sebagai media untuk melukis. Dalam hal ini dipilih kertas linen, karena tekstur dari pada kertas ini menyerupai kain sehingga tanpa diolah dengan teknik tertentu

(36)

hasilnya sudah bertekstur. Disamping itu daya tahan tehadap air lebih kuat dari kertas biasa.

2) Kanvas

Disamping kertas dan karton, kain kanvas yang sudah jadi sering digunakan dalam media seni lukis. Jika kertas cocoknya dengan pewarna cat air, pastel atau krayon, maka kanvas cocok bila digunakan dengan cat minyak (oil colour) atau akrilic. Sedangkan untuk kain kanvas disini penulis memakai kain kanvas buatan sendiri. Yaitu dengan menggunakan kain blaco atau kain seadanya yang sekiranya masih dapat dimanfaatkan kemudian dibentangkan dalam sebuah kayu spanram lalu dicat dengan cat tembok yang sudah dicampur dengan lem fox sebagai perekat kain hingga rata dan kering. Disamping menghemat uang juga menambah kretivitas seniman.

E. Landasan Penciptaan

Seorang seniman dipastikan mempunyai kondisi latar belakang yang berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan hasil karya yang diciptakan. Dalam hal ini tidak mengacu atau mengarah pada satu seniman saja, melainkan tak terbatas. Artinya dalam penciptaan karya tugas akhir ini diekspresikan dari berbagai sumber, referensi, corak, ragam, maupun dalam hal keteknikan.

Karena kalau mengacu pada satu seniman atau satu gaya tertentu, hal itu menjadi suatu keterikatan saja, serta mempersempit ruang lingkup dalam proses kreativitas. Sehingga dengan kebebasan dan tanpa ikatan tertentu, gagasan dapat diekspresikan dalam media rupa dengan mudah.

Salah satu karya seniman terkenal yaitu karya Leonardo Da Vinci yang dijadikan landasan dalam penciptaan karya tugas akhir ini bukan konsep atau isi yang dicermati, akan tetapi corak, gaya, maupun warna yang klasik yang ditampilkan dari karya seniman tersebut. Karena dari visual yang nampak, menimbulkan daya tarik tersendiri dan membuat orang yang melihat kagum.

(37)

Da Vinci dalam sebuah kapur merah, sekitar tahun 1512-1515. Warna dan goresan yang muncul dari lukisan itu begitu kuat, tegas, dan terarah seakan-akan tidak ada istilah salah atau keliru. Hal tersebut menjadikan rasa percaya diri untuk berkarya.

Kemudian Mona Lisa, yaitu lukisan minyak di atas kayu poplar yang dibuat oleh Leonardo da Vinci pada abad ke-16. Lukisan itu sering dianggap sebagai salah satu lukisan paling terkenal di dunia dan hanya sedikit karya seni lain yang menjadi pusat perhatian, studi, mitologi, dan parodi. Lukisan itu dimiliki oleh pemerintah Perancis dan dipamerkan di Musée du Louvre di Paris.

Begitu pula Sketsa Leonardo Da Vinci yang masih tersimpan hingga kini, setiap goresannya sangat indah, goresan penanya juga jelas, hal ini jarang dijumpai pada saat itu. Terutama pada bagian mata dan rambut, tidak saja lembut, juga mengandung suatu daya tarik. Ini menunjukan kematangan, kemampuan lukis tingkat tinggi.

Pemilihan obyek, warna, dan tekstur yang digunakan seniman itu dalam lukisannya, serta penekanan alat yang digunakan begitu tegas, yakin dan proporsional menjadikan hasil karyanya mempunyai nilai lebih. Sehingga hal ini dijadikan sebagai landasan dalam penciptaan karya tugas akhir yang dituangkan dalam media rupa, yaitu dua dimensi atau lukisan.

(38)

BAB III

METODE PENCIPTAAN

A. Metode Penciptaan

Dalam proses penciptaan karya seni lukis ini, diperlukan suatu metode untuk menguraikan secara rinci tahapan-tahapan yang di lakukan dalam proses penciptaan, sebagai upaya dalam mewujudkan karya seni, yaitu:

1. Pendekatan Empiris

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan langsung berinteraksi dengan orang tua di masyarakat, karena pengalaman dan pengamatan tersebut sangat penting sekali. Di dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi dengan orang-orang yang sudah tua dan berpengalaman. Banyak fenomena-fenomena beragam yang terjadi didalam masyarakat luas secara umumnya dan sesuatu yang berhubungan dengan ketuaan khususnya, baik dari bentuk, warna, maupun sifatnya merupakan kajian pokok dalam konsep pembuatan karya tugas akhir ini. Dari pengalaman itu muncul ide untuk divisualisasikan kedalam media rupa yaitu lukisan.

2. Pendekatan Estetik

Dari rasa ingin tahu tentang ketuaan, ketertarikan, berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespon objek yang dijadikan sumber penciptaan kemudian sampai proses pemahaman dan penghayatan melalui panca indra, banyak hal-hal yang diperoleh di masyarakat, misalnya: dari sesuatu yang sudah tidak berharga bahkan bisa dikatakan sampah, dapat dijadikan sumber ide atau inspirasi berkarya. Dengan melakukan berbagai macam percobaan-percobaan (eksperimentasi) dengan berbagai seleksi material dan penemuan bentuk-bentuk artistik, untuk mencapai integritas dari hasil percobaan yang telah dilakukan yang pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang sangat berharga indah, menarik dan memiliki nilai seni yang tinggi yaitu karya seni.

(39)

25

B. Jadwal Pelaksanaan

Tugas akhir ini dilaksanakan pada Bulan April 2009 sampai dengan November 2010. Kegiatan yang dilakukan mulai dari pengajuan judul sampai dengan ujian atau persentasi karya. Untuk menjelaskan kegiatan secara terperinci, di bawah ini terdapat tabel tentang jadwal pelaksanaan kegiatan.

No Kegiatan Tahun 2009/2010 April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

(40)

BAB IV

DESKRIPSI KARYA

A. Konsep Karya

1. Karya Pertama Berjudul “Sosok”

Terkadang apa yang kita lihat, kita rasakan, maupun kita dengar sehari-hari akan menjadi sebuah referensi atau inspirasi. Seperti halnya batang pohon tua yang sudah mati dan rapuh ini menjadi sebuah inspirasi dalam berkarya seni.

Gambar 11

Ukuran : 125cm X 125cm Media : Oil On Kanvas

Didalam karya ini mempunyai banyak kenangan dan pesan yang tersimpan. Salah satunya adalah siklus kehidupan. Begitu pula sesuatu yang ada dalam angan-angan ataupun hanya ilusi semata akan memperkuat daya imajinasi

(41)

kita dalam berkarya, dan pada akhirnya muncul ide atau gagasan. Berawal dari tidak ada menjadi ada atau lahir, kemudian tumbuh lama-kelamaan menjadi dewasa dan pada akhirnya tua. Setelah tua, maka akan mati dan rapuh menjadi makhluk yang tidak bernyawa dan akhirnya akan menghilang menjadi tanah yaitu kembali pada Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

2. Karya Kedua Berjudul “Kepedihan”

Gambar 12

Ukuran : 125cm X 125cm Media : Oil On Kanvas

Ketika manusia mendapatkan suatu kenikmatan yang lebih banyak yang melalaikannya. Lalai akan bersyukur kepada yang telah memberikan kenikmatan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga orang itu menjadi kufur dan murka. Sebaliknya ketika musibah datang menghampirinya, orang baru merasakan betapa perih, sedih bahkan kebingungan dengan bencana yang menimpanya. Manusia itu baru menyadari bahwa begitu dahsyatnya kuasa Tuhan.

(42)

Begitu pula dalam karya ini memberikan pesan dan kesan bahwa hidup didunia ini hanyalah sebentar, maka untuk itu agar digunakan dengan sebaik-baiknya.

3. Karya Ketiga Berjudul “Peminta-minta”

Gambar 13

Ukuran : 125cm X 175cm Media : Acrilik on Kanvas

(43)

yang menyalahgunakan pekerjaan ini walaupun pekerjaan ini tidak layak dilakukan, padahal dilain pihak orang tersebut masih mampu untuk bekerja keras selain meminta-minta.

Dalam karya ini sengaja dibuat extrime atau dengan teknik yang agak kasar. Karena dari unsur keropos, kotor dan warna tua yang nampak akan melambangkan sebuah pengorbanan yang besar, tak pernah lelah dan tidak mengenal rasa malu meskipun dalam keadaan kotor atau kumuh.

(44)

4. Karya Keempat Berjudul “Monas...?”

Gambar 14

Ukuran : 150cm X 200cm Media : Acrilik on Kanvas

Sesuatu hal tidak dapat dinilai atau dinikmati hanya melihat fisiknya saja. Akan tetapi lihatlah secara menyeluruh, baik dari proses pembuatannya, filosofinya, maupun tujuan atau manfaatnya. Salah satunya dalam hal ini adalah Monas. Dimana monas itu tidak sekedar tugu, melainkan apabila ita telusuri didalamnya masih banyak hal yang lebih penting lagi, baik dari sejarahnya, latar belakangnya sampai hal-hal yang terkandung didalamnya.

(45)

halnya dalam karya keempat ini, tugu monas yang sengaja dibuat retak-retak dan rapuh, bertujuan agar kita selaku pemuda generasi bangsa harus menjaga dan melestarikan budaya dan sejarah yang sudah dirintis para pejuang sebelumnya agar tidak punah dan hancur termakan waktu.

Bangunan semegah apapun kalau tidak dirawat dan dijaga dengan baik lama-kelamaan akan mengalami masa tua dan pada akhirnya akan rapuh dan hancur. Untuk itu peran pemuda sangat penting demi masa depan yang lebih baik. Karena kalau kita malas-malasan, mudah putus asa dan tidak semangat lama-kelamaan bangsa ini akan hancur dan tertinggal dari bangsa lainnya.

5. Karya Kelima Berjudul “Bangkit”

Gambar 15

Ukuran : 130cm X 120cm Media : Mix Media

Candi selain menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga menjadi pusat ibadat bagi penganut Buddha di Indonesia khususnya pada setiap perayaan Waisak. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan bahwa candi digunakan sebagai tempat meditasi penganut Budha.

(46)

Dalam hal ini ingin rasanya membangkitkan kepedulian terhadap bangunan-bangunan kuno, salah satunya disini adalah candi. Yang mana peninggalan sejarah ini kalau tidak dirawat dan dijaga kelestariannya lama-kelamaan akan punah. Suatu musibah atau bencana dapat dicegah atau dihindari apabila jauh-jauh hari sebelumnya sudah diperhitungkan dari resiko terburuk yang akan terjadi.

(47)

6. Karya Keenam Berjudul “Arca”

Kemudian yang selanjutnya dalam karya selanjutnya menggunakan media kertas, dan menggunakan spidol sebagai alat untuk melukisnya. Dibantu dengan cat air untuk mengimbangi pada sisi-sisi tertentu. Dan dalam karya ini digunakan teknik pointilisme atau dot, karena dengan teknik ini akan lebih muncul pada keteksturannya. Awalnya hanya melihat-lihat gambar pada buku bacaan tentang candi. Kemudian semakin lama muncul ide untuk menuangkan sebuah karya yaitu Arca.

Gambar 16

Ukuran : 100cm X 120 cm Media : Ink On Paper

(48)

dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.

Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari), atau murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam (kuningan, tembaga, emas), yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan

Arca tidak selalu ditemukan di dekat sebuah candi. Candi bisa jadi memiliki sebuah arca, namun sebuah arca belum tentu ada dalam sebuah candi.

(49)

7. Karya Ketujuh Berjudul “Kerut Wajah 1”

Gambar 17 Ukuran : 40cm X 60cm

Media : Ink On Paper

Kerut adalah lipatan yang letaknya di kulit. Kulit keriput biasanya muncul sebagai akibat dari penuaan proses seperti glikasi. Kerutan di kulit disebabkan oleh kebiasaan ekspresi wajah, penuaan, kerusakan akibat sinar matahari, merokok, hidrasi miskin, dan berbagai faktor lain. Kulit tidak berkembang secara merata, menyebabkan ia keriput.

Karya ini terinspirasi oleh kerutan pada nenek yang sudah sangat tua, waktu itu saat melihat sebuah sinetron di televisi. Kemudian lain waktu mencoba mencari insprirasi dan referensi lain yaitu dari internet. Akhirnya tercapailah hingga mendapat obyek wajah seorang nenek yang kerutannya sangat jelas dan ekspresif. Untuk karya ini dituangkan kedalam media kertas dengan menggunakan cat air atau akrilik.

(50)

mengagumkan, baik dari visualisainya, warnanya, maupun tekstur yang muncul. Untuk itu dari setiap kerutan dicoba didokumentasikan kedalam karya seni dua dimensi yaitu lukisan.

8. Karya Kedelapan Berjudul “Kerut Wajah 2”

Gambar 18

Ukuran : 120cm X 150cm Media : Mix Media

(51)

akan merasa nyaman, sebaliknya apabila mata itu terkena duri akan merasakan sakit. Itulah kuasa Tuhan, untuk itu dalam karya ini mata dijadikan suatu poin interest yang bertujuan sebagai teropong kehidupan. Yang mana semua kejadian yang dialami semasa hidupnya akan terekam dan terdokumentasikan.

9. Karya Kesembilan Berjudul “Tiada Lagi Sang Legenda”

Gambar 19

Ukuran : 120cm X 150cm Media : Mix Media

(52)

yang membuat penulis tertarik dan kagum adalah komitmen atau prinsip seniman ini tentang karya seni. Begitu menghargai atau menghormati dengan hasil karya seni. Bahkan hal yang sampai sekarang masih melekat dalam benak penulis dari seniman ini adalah bahwa beliau selalu menekankan kepada banyak orang bahwa pelukis Bali sesungguhnya bukanlah tukang. Dan seni lukis Bali diciptakan bukan sekedar hiasan. Ia memiliki “roh”

Dari situlah bisa diambil suatu pelajaran bahwa sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga. Manusia hidup di dunia sudah ditentukan oleh Sang Pencipta, dari hidup-matinya seseorang sampai dengan lika-liku kehidupan yang dilalui sehari-hari, seperti halnya ada kaya ada juga yang miskin, ada yang pintar dan ada juga yang bodoh dan seterusnya. Akan tetapi ketika orang itu sudah mendekati ajal dan bahkan sampai meninggal, semuanya akan berubah menjadi kenangan saja.

B. Proses Penciptaan

1. Persiapan atau Eksplorasi

Proses penciptaan karya seni adalah satu usaha untuk mewujudkan suatu karya dengan cara berimajinasi atau mencari ide-ide dengan melihat langsung, obyek tersebut yang ditangkap dalam satu pengindraan kedalam suatu bentuk.

Sebelum dimulai berkarya langkah yang utama adalah mempersiapkan alat, bahan, dan media yang harus digunakan terlebih dahulu. Kemudian baru pengolahan ide atau eksplorasi dengan didukung dari referensi-referensi yang ada. Dalam hal ini eksplorasi yang dilakukan adalah dengan memperbanyak membuat sketsa alternatif, baik hitam putih maupun warna. Kemudian ada juga dengan bereksplorasi pemanfaatan barang bekas untuk dijadikan figura yaitu triplek bekas. Disamping itu eksplorasi yang lain dengan memperdalam keteknikan, yaitu dengan sering-sering mencoba dan bereksperimen.

2. Inkubasi

(53)

dihayati, maka akan timbul rasa emosi, pemikiran dan seluruh kemampuan untuk menguasai pengolahan media melalui bahan, alat, dan teknik tertentu. Sehingga inspirasi atau gagasan mudah terpecahkan dan pada akhirnya dapat divisualisasikan lewat karya. Dari hasil eksplorasi yang sudah dilakukan kemudian diendapkan atau dipilih yang sesuai dengan konsep yang ada agar lebih terfokus.

3. Ilumunasi atau Proses Penciptaan karya

Setelah melewati tahap persiapan dan inkubasi atau pemecahan masalah mulailah tahap berikutnya proses perwujudan atau membuat lukisan. Yang pertama sketsa dasar harus dipindahkan di atas kertas ke kanvas dengan menggunakan cat minyak. Pada langkah berikutnya sebagai dasar penciptaan dibutuhkan teknik yang memadai serta alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat suatu karya seni lukis, tidak cuma alat dan bahan saja untuk memunculkan ide-ide kedalam media, dipilih obyek-obyek sesuai dengan konsep dan tema yang telah dibuat atau ditentukan yaitu tentang ketuaan.

a. Teknik Penciptaan Karya

Dalam karya tugas akhir ini teknik yang digunakan tidak terfokus pada satu teknik saja, melainkan tidak terbatas. Misalnya dalam karya yang berjudul peminta-minta, dikerjakan dengan menggunakan teknik yang terkesan kasar, kotor, dan tidak beraturan atau bebas yaitu ada sebagian oyek yang dikerjakan dengan teknik plototan tinta atau cat yang dibuat agak encer, sehingga akan mudah meleleh atau cat tersebut dapat dengan mudah menyebar kesegala arah yang diinginkan. Disamping itu pada bagian tertentu disapu dengan kuas lukis dan ada juga dengan menggunakan alat lainnya, seperti sikat dengan cara dipercikan atau teknik pointilisme. Dalam hal ini sengaja untuk melambangkan pengemis atau peminta-minta yang terkesan kotor, kumuh bahkan tidak mengenal rasa malu demi untuk bertahan hidup.

(54)

Kemudian dalam karya yang berjudul arca dibuat dengan teknik

pointilisme atau dengan kata lain titik-titik (dot). Dalam candi atau bangunan kuno cenderung banyak unsur kasar dan retak. Teknik

pointilisme ini bertujuan agar unsur bebatuan atau pasir yang kasar dalam arca ini dapat nampak terlihat kuno dan pada akhirnya memberi efek tua.

Selanjutnya dalam karya tang berjudul kerut I menggunakan teknik basah dengan menggunakan cat acrilic di atas kertas gambar. Sedangkan karya kerut II menggunakan teknik kering dengan memakai Bolpen dan tinta di atas kanvas. Dan pada bagian-bagian tertentu ada juga yang diarsir dengan dusel atau jari tangan.

Disamping itu ada juga yang menggunakan mix media yaitu pada karya yang berjudul Bangkit, tiada lagi sang legenda, merupakan karya lukis diatas kanvas yang dilengkapi dengan media pendukung yaitu figura dengan menggunakan triplek bekas agar terkesan alami dan bertektur. Di atas triplek itu juga dilukis sebagaimana lanjutan dari lukisan didalam kanvas, Sehingga mempeluas ruang dalam berkarya.

Dalam karya monas ada teknik tertentu yang lain dari karya-karya sebelumnya, yaitu dengan menggunakan teknik airbrush pada background, agar gradasi warnanya terkesan rapi, rata, dan lebih kelihatan bertekstur (tekstur semu)

b. Proses Penciptaan Karya

(1) Proses Penciptaan Karya Yang Pertama Berjudul “Sosok”

(55)

akhirnya selesai juga di sanggar lukis yang berada di pasar klodran pada waktu itu.

Awal mula karya ini tercipta pada saat melihat batang pohon yang sudah tua dan sudah keropos. Yang pada saat itu berada di persawahan yang tepatnya di daerah Malang pada saat berkunjung di rumah saudara. Dari setiap sudut dan detail pohon itu dicermati dan dihayati terlintas sesosok wajah manusia yang dilihat dari samping. Dan dari situlah muncul ide untuk divisualisasikan dalam karya lukis.

Proses awal yang dilakukan adalah kain kanvas yang masih lembaran atau gulungan dibentangkan dulu di atas spanram kayu yang sudah disiapkan. Setelah itu baru memindahkan sketsa gambar ke dalam media kanvas, kemudian setelah globalnya sudah terlihat, maka langkah yang selanjutnya mulailah menggoreskan cat atau warna di tas kanvas yang sudah disket. Untuk penuangan cat yang pertama dilakukan dengan warya yang dianggap muda dulu tau warna dasar. Kemudian sedikit demi sedikit mulai proses detail.

Dalam proses pengerjaan tidak lepas dari referensi, karena referensi adalah sumber inspirasi tau ide yang utama. Proses detail inilah ang banyak memerlukan waktu yang lama. Dari setiap sisi, letak, maupun sudut pandang harus tahap demi tahap untuk proses pendetailan. Setelah proses detai semuanya terlewati, langkah yang selanjutnya adalah proses finishing.

Dalam tahap ini yaitu finishing secara keseluruhan harus sudah selesai dalam detailnya, karena tahap inilah tahap yang paling akhir. Setelah itu baru dapat dievaluasi dari proses awal hingga karya itu jadi. Dimana letak kekurangan atau kelebihan karya dapat dilihat, sehingga pesan dan kesan yang disampaikan dapat terealisasi.

(56)

cukup tanpa figura maka tidak perlu diberi figura, karena dapat mempengaruhi sudut pandang apresian.

(2) Proses Penciptaan Karya Yang Kedua Berjudul “Kepedihan”

Karya ini dibuat dengan ukuran 125x125cm dan dikerjakan dengan menggunakan cat mnyak di atas kanvas. Karya ini dibuat di sanggar lukis, ide itu muncul pada saat membuka situs di internet tentang orang tua. Pada waktu itu ditemukan potret seorang nenek yang begitu mengesankan ekspresi wajahnya. Pada saat itu juga ada keinginan untuk mendokumentasikan ekspresi nenek tersebut dalam media lukis. Dengan berbagai alternatif dan referensi muncul ide untuk menggabungkan dengan obyek lain.

Dalam proses berkarya ini langkah yang pertama yang dilakukan adalah memindahkan sketsa gambar yang sudah ada ke dalam media kanvas. Setelah itu langkah yang kedua memulai menggoreskan kuas pada bagian yang disukai atau yang mudah dulu. Untuk karya ini dimulai pada bagian wajah, karena ekspresi yang muncul dari gambar nenek tersebut merupakan faktor utama yang mendorong untuk mendokumentasikan dalam karya lukis.

Kemudian langkah berikutnya baru mengerjakan bagian lainnya, seperti tangan, selendang, dan langkah yang terakhir pewarnaan pada bagian background, yaitu dikerjakan secara global dulu dengan pewarnaan dasar. Kemudian selanjutnya pemberian efek ombak sampai terkesan seperti ombak betulan. Kemudian baru pemberian efek percikan air yang berada didekat obyek orang tua atau nenek.

(57)

Dalam karya ini dikerjakan dengan teknik yang berbeda dari yang lainnya, begitu pula dalam pewarnaanya. Yaitu dengan ekspresif atau spontanitas dan cenderung kearah abstrak. Disamping itu hasilnya lebih terkesan kasar, kotor, dan tidak beraturan atau bebas. Karena kebebasan merupakan kepuasan tersendiri dalam berkarya.

Karya ini di lukis dalam sebuah kain kanvas dengan menggunakan cat acrilik dengan ukuran 125x175cm. Proses pengerjaan karya ini dilakukan di rumah, baik dari pemindahan sketsa gambar hingga proses pengerjaan karya.

Langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan sketsa gambar di atas kanvas hingga global gambar secara keseluruhan dapat terlihat. Setelah itu baru mengerjakan proses detail yaitu pada bagian wajah. Kemudian setelah obyek yang dirasa mudah atau lebih disenangi selesai baru mengerjakan pada bentuk lainnya.

(4) Proses Penciptaan Karya Yang Keempat Berjudul “Monas...?”

Karya ini dilukis dalam sebuah kain kanvas dengan ukuran 150x200cm dan menggunakan bahan mix media, antara lain dengan cat pigmen, cat tembok, bahkan dengan menggunakan cat minyak juga.

Proses penciptaannya diawali dengan memindahkan sketsa gambar, kemudian setelah selesai pemindahan sketsa baru mengerjakan tugu monasnya secara global. Semua global sudah terlihat langkah yang selanjutnya memberi warna gelap terang atau pencahayaan. Kemudian setelah gelap terangnya semua obyek sudah terlihat baru langkah yang selanjutnya memberi efek retak-retak pada tugu monas.

(58)

pewarnaan pada bagian background ini dimulai dari warna yang gelap dulu, agar warna muda atau pencahayaannya bisa terlihat. Dalam pewarnaan background ini dilakukan dengan menggunakan alat airbrush, agar efek gradasi warnanya bisa muncul dengan teratur dan terkesan rapi.

(5) Proses Penciptaan Karya Yang Kelima Berjudul “Bangkit”

Karya ini terinspirasi oleh karya seniman wanita atau seniwati lewat katalog yang menampilkan karakter seseorang yang ingin mengungkap jati dirinya yang sebenarnya, kemudian distilasi dan doperbaharui dalam sebuah konsep tentang ketuaan. Karya ini dibuat dalam mix media yaitu media kanvas dan triplek.

Disamping itu dalam pewarnaannya dengan menggunakan bahan cat minyak (lukis), pigmen, dan juga dalam finisingnya diberi vernis agar daya tahan karya ini dapat lebih terjaga. Dan karya ini dibuat dengan ukuran 130x120cm.

Langkah awal yang dilakukan adalah penuangan ide yang dikerjakan langsung kedalam media kanvas. Kemudian setelah semua global sudah tergambar, langkah yang selanjutnya pemberian warna dasar pada semua obyek. Dan diawali pada obyek yang disukai dahulu atau yang dianggap mudah. Yaitu dalam karya ini pada bagian background awan atau mendung sampai pada proses gelap terangnya selesai.

Setelah itu penekanan warna pada bagian yang paling utama yaitu pada obyek manusia, karena obyek ini adalah poin interestnya, sehingga harus hati-hati dan lebih teliti agar hasilnya dapat maksimal. Kemudian langkah yang selanjutnya pengerjaan pada bagian background candi.

Dalam pewarnaan tembok candi ini sengaja dibuat warna kusam atau lebih kearah gelap dan dikerjakan dengan teknik yang tidak

Gambar

Gambar 1 Batang Pohon Randu
Gambar 3 ( Sumber : http://www.google.com/images/banjir.jpg )
Gambar 5 ( Sumber : http://www.google.com/imgres?borobudur.jpg )
Gambar 7 ( Sumber : http://www.google.com/imgres?monas.jpg )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan model pembelajaran tersebut didasarkan oleh adanya penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Besse (2014) dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Kuesioner ini dibuat dalam rangka menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti selaku Mahasiswa Program Manajemen S1, Universitas Widyatama tentang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Partisipasi Pemakai, Pelatihan,

Analisis yang relevan dengan tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh hasil kajian untuk mengatasi permasalahan pada karakteristik sistem informasi akuntansi

Hasil peramalan ini sesuai dengan data yang digunakan dan nilai plot yang dihasilkan bahwa produksi sapi potong di Jawa Timur dengan menggunakan data tahunan dari tahun

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membangun suatu Aplikasi Optimalisasi Tata Letak dengan menggunakan Algoritma Genetika untuk menyelesaikan Concentration

Dengan demikian hipotesis Ha diterima dan menolak Ho karena F hitung > F tabel, artinya anggaran waktu audit, kompleksitas dokumen audit dan pengalaman auditor