• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MENGENAL AL GHAZALI

B. A1 Imam Antara Pro dan Kontra

Sesuatu yang wajar dan manusiawi di sepanjang sejarah hidup manusia bahwa seorang pemikir kontroversial akan selalu mendapati pihak yang pro dan kontra, yang mengutuk dan memuja. Demikian pula A1 Ghazali, ia seorang universal is t (tokoh dan pemikiran dalam berbagai disiplin ilmu) yang tak luput dari serangan pihak yang kontra dan dukungan pihak yang pro dengan pemikiran-pemikirannya.

Penelitian yang kritis, obyektif dan dalam, hendaknya menerima serta menyelediki segala pujian dan celaan yang datang, sebagaimana disinyalir Dr. Sulaiman dunya yang dikutip oleh A. Hanafi, MA:

"Maka adalah suatu kewajiban atas setiap orang yang mau mengenal A1 Ghazali supaya berpindah-pindah diantara berbagai golongan itu, sehingga membuka telinga terhadap pujian dan celaan. Sebab pemimpin tidaklah dapat dikenal dengan hanya mendengarkan cacian lawan atau pujian simpatisannya belaka, karena keduanya melampaui batas."23

Mereka yang menyanjungnya setinggi langit memberikan komentar "Tanpa kehadirannya ilmu-ilmu agama, akhlaq dan tasawuf pada abad belakangan ini telah pudar cahayanya". Oleh karena itu A1 Ghazali biasa dipanggil dengan beberapa julukan, diantaranya; Hujjatul Al Islam, Bapak Ahli Tasawuf, Pembela Ahlu Sunah Wa Al Jama'ah dan pemelihara Tauhid, pemusnah Syirik.

Sebaliknya dari pihak yang kontra, mereka sangat tajam melancarkan kritik terhadap Al Ghazali dan menuduhnya sebagai penyebab kemunduran

32

umat Islam dalam masalah duniawi karena anjurannya untuk hidup secara sufi, zuhud, serta 'uzlah', musuh ahli pikir, dan mengebiri kemerdekaan berpikir. Zamannya merupakan zaman bertolaknya kemunduran umat Islam anti ilmu pengetahuan umum dan sebagainya.24

Sebagaimana diketahui, A1 Ghazali mengkritik filosof-filosof dalam Tahafutu A1 Falasilah dalam 20 masalah berikut ini:

1. Alam Qodim (tidak bermula) 2. Alam kekal (tidak berakhir) 3. Tuhan tidak mempuyai sifat

4. Tuhan tidak dapat diberi sifat Al jin s (jenis) dan Al fa sl (diferensia) 5. Tuhan tidak mempunyai Maliyah (hakikat)

6. Tuhan tidak mengetahui Juz 'iyyah (perincian yang ada di alam) 7. Planet-planet adalah bintang yang bergerak dengan kemauan

8. Jiwa-j iwa planet mengetahui semua Juz 'iyyah

9. Hukum tidak berubah

10. Jiwa manusia adalah subtansi yang terdiri sendiri, bukan tubuh dan bukan pula 'ardh

11. Mustahilnya jiwa manusia akan hancur 12. Tidak adanya kebangkitan jasmani 13. Adanya tujuan bagi gerak planet-planet

14. Tuhan adalah pencipta alam dan alam adalah ciptaan Tuhan 15. Adanya Tuhan

16. Mustahilnya ada dua Tuhan 17. Tuhan bukanlah tubuh

18. Tuhan mengetahui wujud lain 19. Tuhan mengetahui Essensi-Nya 20. Alam yang qodim mempuyai pencipta

Tiga diantaranya dinilai oleh A1 Ghazali dapat membuat filosuf menjadi kafir, yaitu tentang qodimnya alam, tidak adanya Allah tentang rincian yang teijadi di alam, dan tiadanya hari pembangkitan jasmani.25

Diantara ulama besar yang mengecam A1 Ghazali antara lain: Ibnu Rusyd dan Ibn Thufail. Ibn Rusyd menyusun karya Tahafut A1 Tahafut yang mengcounter pemikiran A1 Ghazali. Dalam karya ini, Ibn Rusyd mendiskripsikan pemikiran-pemikiran A1 Ghazali yang ada di Tahafut A1 Falasifah, dan menilainya sebagai sebuah pembicaraan yang “ngelantur”. Ia menambahkan, buku ini semestinya bukan bemama Tahafut A1 Falasifah (kerancuan para filosof), melainkan A1 Tahafut A1 Mutlak (kerancuan total) atau Tahafut Ibnu Hamid (kerancuan Ibnu Hamid A1 Ghazali). Adapun Ibn Tufail menyerang dari segi mengindentifikasi beberapa kontradiksi dari pemikiran A1 Ghazali dan melihatnya dari perspektif kebenaran26. Ibnu Qoyyim pakar fiqh Islam menyatakan di lapangan ilmu dan hukum karena fatwa-fatwanya banyak berlawanan dengan syariah, yang terakhir Zammi

25 Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, Mizan, Bandung, 1995, him. 378-379

34

Mubarak mengecamnya di lapangan ilmu akhlak dengan tuduhan bahwa paham-paham A1 Ghazali melumpuhkan jiwa dan api Islam.

Sebenamya pertentangan A1 Ghazali dan para filosuf Islam tidak lepas dari penafsiran para teolog dan filosuf. Penafsiran yang diberikan filosuf Islam tentang beberapa soal keagamaan berbeda dengan yang diberikan oleh A1 Ghazali. Penafsiran filosuf Islam tampah lebih liberal daripada penafsiran A1 Ghazali yang menganut Asy'ariyah.

A1 Ghazali menjelaskan bahwa kecuali orang-orang atheis

(dahriyyun), semua filosof sepakat mengenai alam yang memiliki pencipta tunggal yaitu Tuhan. Tetapi teijadi distorsi yang tidak jujur atau prinsip- prinsip mereka (filosuf).

Yakni beberapa argumentasi yang mengemukakan mengenai adanya alam sebagai perbuatan dan penciptaan Tuhan adalah mustahil. Salah satu alasannya didapat watak pelaku yang kedua adalah watak perbuatan

(lM), dan yang ketika adalah hubungan antara perbuatan (cUi) dan pelaku ( ^ u).

Alasannya yang terdapat pada pelaku ( J ^ ) adalah bahwa ia harus memiliki kehendak berbuat untuk bebas memilih dan mengetahui apa yang dikehendakinya. Tetapi menurut para filosuf itu Tuhan tidak berkehendak, bahkan Dia sama sekali tidak bersifat. Segala sesuatu yang berhasil dari-Nya adalah suatu konsekuensi yang mesti.

Alasan yang kedua terdapat pada watak perbuatan adalah suatu perbuatan yang bermula, tetapi para filosuf itu mengatakan bahwa alam adalah kekal. Adapun alasan yang terdapat pada hubungan antara perbuatan dan pelaku bahwa Tuhan itu mulia dari segala segi. Dari yang Esa hanya muncul satu, tetapi kita lihat bahwa alam itu banyak, lalu bagaimana mereka berasal dari-Nya? Itulah diantara bantahan A1 Ghazali yang kemudian

28

mengundang pro dan kontra para filosof pada masanya.

Syafi'i Ma'arif pada simposium tentang A1 Ghazali yang diselenggarakan oleh BKS-PTIS (Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta) tanggal 2 Januari 1985 di Jakarta seperti dikutip oleh Zainuddin dkk, mengatakan:

"A1 Ghazali bukanlah tokoh yang menyebar benih anti intelektualisme, sebab beliau hanya menyerang dengan tuntas aspek metafisika dari filsafat A1 Farabi dan Ibnu Sina, terutama yang diserangnya dari aspek metafisik ini. Beliau tidak pemah menentang logika atau penggunaan penalaran, ^ang beliau tentang adalah klaim akal untuk mengetahui kebenaran."2

Terlepas dari semua itu, A1 Ghazali adalah sosok pribadi yang memiliki kharisma, kehidupan saleh, ketaqwaan tinggi, dan jasa yang besar. Beliau bagai bintang terang di sepanjang zaman. Hal itu dikuatkan bahwa sampai sekarang para ilmuwan Barat mengakui jasa besar A1 Ghazali dan pemikiran-pemikiran lainnya terhadap perkembangan peradaban Barat.

Kebesaran A1 Ghazali tampak pada keahlian yang dimilikinya serta setiap langkah yang diambilnya, baik terhadap filosuf, ahli kalam, para sufi, 28 29

28 Ibid, him. 13 29 Ibid, him. 13

36

maupun masyarakat umum. Beliau bertujuan menghidupkan semangat baru bagi umat dan agama Islam. Oleh karena itu sepantasnya gelar Hujjatul A1 Islam, Mujaddid (pembaharu sekaligus pembangun agama) itu dimilikinya.

Dalam kajian Abul A'la A1 Maududi ada delapan segi amaliah yang dilakukan A1 Ghazali pada masa hidupnya, yakni:

1. Pengkajian filsafat Yunani dengan cara mendalam dan teliti, lalu mengemukakan kritik tajam kemudian dimasukkan ke dalam hati dan jiwa kaum muslimin.

2. Meluruskan kekeliruan yang terjadi akibat upaya perbaikan yang dilakukan oleh ulama yang kurang menguasai logika.

3. Menjelaskan akidah-akidah Islami dan prinsip-prinsipnya melalui logika yang tidak bertentangan filsafat dan logika yang berkembang saat itu. Dia juga berusaha menjelaskan berbagai hikmah serta rahasia syariat dan ibadah dalam rangka meluruskan pandangan masyarakat yang selama ini diracuni suatu keyakinan bahwa agama mereka sudah tidak sesuai dengan akal.

4. Menentang semua aliran keagamaan yang pada masanya serta berusaha menemukan segi-segi perbedaan mereka.

5. Memperbaharui pemahaman keagamaan masyarakat dan menyatakan kebergunaan keimanan yang tidak disertai komitmen batin, mengikis habis taqlid buta di kalangan mereka dan berusaha mendorong umat agar kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits yang bersih serta menghidupkan kembali semangat ijtihad.

6. Melakukan kritik terhadap sistem pendidikan dan pengajaran yang telah usang, menggantikannya dengan sistem yang barn. Dalam sistem pendidikan dan pengajaran lama itu dia melihat dua kelemahan: pertama, pelarisasi ilmu agama dan ilmu umum yang tidak mustahil akan menyebabkan umat menerapkan sekularisasi. Menurut A1 Ghazali hal ini merupakan pandangan yang keliru. Kedua, masuknya banyak hal yang memiliki ilmu syari'at dapat mengakibatkan munculnya pemahaman dalam masyarakat yang menjurus kepada kesesatan.

7. Mengkaji moral umat dengan pengkajian mendalam, karena A1 Ghazali memang memiliki kesempatan luas untuk mengungkapkan kehidupan ulama, tokoh-tokoh agama, umat, pangeran-pangeran dan orang awam. 8. Mengkritik sistem pemerintahan dengan bebas dan berani serta

menghimbau perlunya perbaikan-perbaikan, lalu menyebarluaskan semangat kebangkitan di kalangan umat, agar mereka tidak pasrah terhadap kesewenang-wenangan yang dilakukan terhadap mereka, serta mendorong agar mereka mengemukakan pendapat-pendapatnya tanpa disertai rasa takut dan khawatir.30

Gelar Hujjatul A1 Islam dari dunia Islam yang diberikan kepadanya berarti bahwa umat Islam pada umumnya mengakui bahwa amal dan ilmu A1 Ghazali selama masa hidupnya merupakan hujjah, pembelaan yang berhasil menentang anasir luar yang membahayakan kepercayaan umat Islam.

Dalam hal ini Hasbullah Bakri menyebutkan dua macam serangan :

30 Abul A'la A1 Maududi, Langkah-langkah pembaharuan, teij. Ak-bar Zaini, Pustaka Bandung, 1974, him. 175

38

Pertama : Serangan dari dunia filsafat yang telah menjadikan ilmu tentang ketuhanan itu berupa pengetahuan yang umum dan mereka memberikan gambaran ketuhanan umat Islam umumnya.

Kedua : Perkembangan tasawuf dan kebatinan pada waktu itu yang terlalu sesat dan membahayakan amal syariat Islam.

Melalui pengalaman tasawufnya ia berhasil memadukan prinsip- prinsip filsafat dan tasawuf ke dalam sistem teologi Islamnya. Menurut A1 Maududi koreksi A1 Ghazali terhadap pembaharuan dilihat dari segi pandangan ilmiah memiliki tiga kelemahan utama :

Pertama : Kelemahan dalam segi selektivitasnya pemakaian hadits Kedua : Kuatnya pengaruh logika dalam dirinya

Ketiga : Terlihat terlalu dalam amaliah yang mengarah kepada tasawuf.' 1

Dokumen terkait