• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IMK Stasiun Kedalaman

1 2 3 (x ± SE) Barat 3 0,123 0,184 0,224 0,204 ± 0,054 10 0,497 0,351 0,277 0,278 ± 0,127 Timur 3 0,804 0,633 0,616 0,480 ± 0,163 10 0,606 0,604 0,601 0,605 ± 0,003 Selatan 3 0,148 0,192 0,232 0,196 ± 0,042 10 0,170 0,252 0,252 0,334 ± 0,082 Utara 3 0,302 0,342 0,380 0,343 ± 0,039 10 0,465 0,416 0,341 0,443 ± 0,066

Keterangan: 1: Juli 2005, 2: Februari 2006, 3: April 2006

1 2 3 4 5

47

Kelimpahan ikan Chaetodon octofasciatus

Dari persentase penutupan karang keras ini ternyata berhubungan positif dengan kelimpahan ikan Chaetodon octofasciatus. Sebanyak 420 individu ikan

Chaetodon octofasciatus yang terdata selama penelitian pada semua kedalaman. Stasiun barat dan selatan mempunyai kelimpahan tertinggi dengan jumlah 34 individu/250 m3. Sedangkan stasiun timur mempunyai kelimpahan terkecil yaitu 7 individu/250 m3 (Tabel 8).

Tabe l 8 . Rerata kelimpahan (individu/250m3) Chaetodon octofasciatus pada lokasi penelitian, data diambil dengan metode sensus visual (x ± SE)

Kelimpahan

Chaetodon octofasciatus (x± SE) Stasiun Kedalaman 1 2 3 Barat 3 31 29 42 34 ± 7 10 9 15 11 12 ± 3 Timur 3 2 8 12 7 ± 5 10 7 7 8 7 ± 1 Selatan 3 28 24 51 34 ± 14 10 7 5 10 7 ± 3 Utara 3 21 18 38 26 ± 11 10 12 13 12 12 ± 1

Keterangan: 1: Juli 2005, 2: Februari 2006, 3: April 2006

Berdasarkan penelitian Adrim dan Hutomo (1989) juga menemukan adanya hubungan positif antara persen penutupan karang hidup dengan jumlah dan jenis ikan Chaetodontidae di Laut Flores. Adrim et al. (1991) menyatakan bahwa di Kepulauan Seribu, Chaetodon octofasciatus yang dikenal dengan nama lokal Ikan Strip Delapan mempunyai kelimpahan yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis lain dari famili Chaetodontidae.

48

Tingkat pemangsaan oleh ikan Chaetodon octofasciatus

Dari sumberdaya karang yang tersedia pada lokasi tersebut, terlihat tingkat pemangsaan oleh ikan Chaetodon octofasciatus pada stasiun Selatan pada kedalaman 3 meter menunjukkan nilai tertinggi untuk jumlah pemangsaan total (48 ± 12 gigitan per 5 menit) dan stasiun Timur menunjukkan nilai terendah (14 ± 10,4 gigitan per 5 menit). Namun, secara keseluruhan stasiun Utara menunjukkan yang tinggi untuk kedua kedalaman (3 dan 10 meter ) yaitu 44 ± 36,8 dan 36 ± 20,3 gigitan per 5 menit (Gambar 20).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Jumlah pemangsaan (gigitan/5 menit)

3 meter 41 14 48 44

10 meter 17 15 26 36

Barat Timur Selatan Utara

Gambar 2 0 Perbandingan rerata tingkat pemangsaan (gigitan/5 menit) terhadap karang oleh C. octofasciatus di kedalaman 3 dan 10 meter pada masing-masing stasiun selama penelitian (x ± SE).

Pada Tabel 9 diperlihatkan tingkat pemangsaan pada jenis karang tertentu dari Chaetodon octofasciatus pada masing-masing lokasi penelitian pada kedalaman 3 dan 10 meter. Pada Gambar 21-23 ditunjukkan perbandingan rerata jumlah gigitan(bites) per 5 menit pada karang oleh Chaetodon octofasciatus

dengan % penutupan jenis karang yang dimangsa (% cover) di kedalaman 3 dan 10 meter di setiap stasiun selama penelitian berlangsung.

49

50 Untuk membuktikan perbedaan Tingkat pemangsaan Chaetodon octofa sciatus

pada masing-masing kedalaman dan lokasi penelitian maka digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan melihat tingkat signifikannya (taraf beda nyata) (Tabel 10). P ada kedalaman 3 meter antara Stasiun Barat dan Timur memperlihatkan tingkat pemangsaan Chaetodon octofasciatus yang berbeda nyata dengan tingkat signifikan 95%. Sedangkan antara stasiun timur dan selatan serta stasiun timur dan utara memperlihatkan perbedaaan pada taraf nyata 90%.

Tabel 1 0. Uji taraf nyata tingkat pemangsaan Chaetodon octofasciatus pada masing-masing kedalaman dan lokasi penelitian (* P<0.05, ** P<0.01, *** P<0.10, t.n. P>0,05 tidak nyata) Lokasi 3 m Tingkat signifikan 10 m Tingkat signifikan B vs T 0,042 * 0,344 tn B vs S 0,358 tn 0,199 tn B vs U 0,396 tn 0,111 tn T vs S 0,081 *** 0,099 *** T vs U 0,077 *** 0,067 *** S vs U 0,356 tn 0,141 tn

51

Gambar 2 1 Perbandingan rerata jumlah gigitan per 5 menit pada karang oleh

Chaetodon octofasciatus dengan % penutupan jenis karang yang dimangsa di kedalaman 3 dan 10 meter di setiap stasiun (A: Barat, B: Timur, C: Selatan, D: Utara) pada bulan Juli 2005

0 20 40 60 Jumlah gigitan 8,2 0,7 0,7 1,8 1,0 4,2 1,3 1,5 1,0 2,5 0,3 % penutupan 19,3 4,9 9,8 0,6 3,7 23,9 1,8 2,8 0,9 7,4 5,2 Acr Ech Fun Hyd Mer Mon Pac Pav Poc Por Ser

0 20 40 60 Jumlah gigitan 1,17 0,83 2,33 3,33 0,33 % penutupan 2,86 1,33 3,67 4,68 0,82 Fav Fun Mon Por Ser

0 20 40 60 Jumlah gigitan 1,17 0,17 0,33 0,33 0,50 % penutupan 2,40 0,80 12,80 35,20 4,80 Acr Ech Fun Mon Por

0 20 40 60 Jumlah gigitan 0,83 0,33 0,33 0,17 % penutupan 51,10 6,30 13,10 4,00 Acr Fun Mon Por

0 20 40 60 Jumlah gigitan 3,17 0,33 0,83 0,17 0,33 0,50 % penutupan 3,50 16,70 14,60 6,30 5,90 3,80

Acr Ech Fun Hyd Mon Por 0 20 40 60

Jumlah gigitan 1,00 0,33 0,17 0,17 % penutupan 2,10 5,40 13,20 3,60 Acr Fun Mon Por

0 20 40 60 Jumlah gigitan 7,00 0,50 0,33 0,33 0,50 0,50 0,33 % penutupan 13,10 7,20 19,30 3,80 18,10 3,80 7,70 Acr Ech Fun Hyd Mon Por Ser

0 20 40 60 Jumlah gigitan 13,83 0,67 2,17 0,50 % penutupan 5,40 0,10 10,50 9,00 Acr Fav Fun Mon

3 meter 10 meter

A

B

C

52

Gambar 2 2 Perbandingan rerata jumlah gigitan per 5 menit pada karang oleh

Chaetodon octofasciatus dengan % penutupan jenis karang yang dimangsa di kedalaman 3 dan 10 meter di setiap stasiun (A: Barat, B: Timur, C: Selatan, D: Utara) pada bulan Februari 2006

0 20 40 60 Jumlah gigitan 16,83 1,33 2,00 2,00 1,75 1,50 1,33 2,20 1,25 3,00 1,33 1,33 1,33 % penutupan 42,9 5,8 1,6 6,8 2,1 2,1 3,1 4,7 4,2 5,2 0,5 1,6 5,2

Acr Ech Fas Fun Gal Gon Mer Mon Pac Pav Poc Por Ser 0

20 40 60

Jumlah gigitan 3,75 3,20 1,50 6,25 2,00 1,67 3,00 2,50 1,33

% penutupan 2,2 10,1 6,0 9,8 2,8 6,6 7,9 6,3 5,4

Acr Ech Fav Fun Gal Mer Mon Pac Por

0 20 40 60 Jumlah gigitan 3,40 1,75 2,20 2,83 1,20 2,75 1,20 5,33 % penutupan 2,3 4,7 9,4 12,7 4,7 3,3 6,6 3,3

Acr Ech Gal Hyd Mot Mon Pac Por

0 20 40 60 Jumlah gigitan 2,40 5,00 2,20 5,20 1,75 1,25 1,83 1,80 2,00 % penutupan 1,6 6,2 3,6 13,0 4,9 3,6 16,3 18,9 4,7

Acr Fav Fas Fun Gal Lob Mon Pac Pav

0 20 40 60 Jumlah gigitan 9,67 8,33 1,50 4,67 2,50 2,00 1,33 1,50 8,00 1,50 14,00 16,00 1,25 % penutupan 8,8 18,4 1,0 12,3 1,0 1,0 5,1 3,1 13,1 2,7 9,8 3,3 8,6

Acr Ech Fav Fun Gal Gon Hyd Lob Mon Pac Pav Por Ser 0

20 40 60

Jumlah gigitan 3,50 4,00 2,00 10,60 1,75 1,33 2,00 3,00 1,50 4,75 1,33

% penutupan 1,1 0,8 1,9 19,7 4,0 10,4 9,3 3,5 8,5 8,3 2,4

Acr Fun Gal Gon Hyd Lob Mer Mon Pac Pav Ser

0 20 40 60 Jumlah gigitan 20,67 1,20 2,00 2,50 7,00 1,20 1,25 2,33 3,83 3,17 1,17 1,80 1,17 % penutupan 21,5 1,7 2,3 1,7 2,8 5,5 1,9 3,0 15,5 7,4 2,3 2,1 5,5

Acr Ech Fav Fun Gal Gon Hyd Lob Mon Pac Pav Por Ser 0

20 40 60

Jumlah gigitan 4,83 2,00 1,50 1,40 8,83 1,67 1,75 3,00 1,67 2,40 1,60 1,50

% penutupan 2,1 4,3 4,3 5,2 28,5 2,1 3,1 4,3 8,6 6,7 4,3 3,7

Acr Ech Fav Fas Fun Gal Gon Lob Mon Pac Pav Ser

3 meter 10 meter

A

B

C

53

Gambar 2 3 Perbandingan rerata jumlah gigitan per 5 menit pada karang oleh

Chaetodon octofasciatus dengan % penutupan jenis karang yang dimangsa di kedalaman 3 dan 10 meter di setiap stasiun (A: Barat, B: Timur, C: Selatan, D: Utara) pada bulan April 2006

Selektiv itas pemangsaan

Terdata sebanyak 76 jenis karang batu (scleractinian coral) di lokasi penelitian. Untuk seluruh lokasi penelitian, terdapat 24 jenis karang batu (scleractinian coral) yang menjadi makanan bagi ikan Chaetodon octofasciatus

selama masa penelitian. Pada Tabel 10 diberikan nilai Indeks Pilihan (E)

Chaetodon octofasciatus pada masing-masing lokasi penelitian. Ikan Chaetodon octofasciatus menyukai beberapa jenis karang dan keinginan untuk menghindari

0 20 40 60 Jumlah gigitan 17,1 1,50 1,50 4,75 8,50 1,67 2,00 9,33 3,80 2,80 1,33 5,00 2,25 1,67 % Penutupan 9,7 8,2 0,4 2,6 20,5 1,1 5,6 8,2 2,6 2,2 0,4 7,1 6,7 0,7

Acr Ech Fav Fas Fun Hyd Mil Mon Pac Pav Poc Por Ser Sym 0

20 40 60

Jumlah gigitan 3,80 1,20 2,40 2,00 2,00 2,33 2,00 1,50

% Penutupan 1,3 8,9 5,3 8,0 12,4 20,9 0,4 4,9

Acr Fas Fun Lob Mon Pav Pla Por

0 20 40 60 Jumlah gigitan 6,50 1,50 1,33 2,33 2,25 5,00 1,33 % Penutupan 13,7 4,3 2,2 5,0 10,1 29,5 1,4

Acr Fav Fas Hyd Mon Por Sty 0

20 40 60

Jumlah gigitan 9,33 1,50 3,40 2,20 4,75

% Penutupan 14,5 6,5 15,1 8,1 4,6

Fun Lob Mon Pac Por

0 20 40 60 Jumlah gigitan 15,67 1,33 1,75 3,00 9,40 1,50 2,50 2,50 18,67 5,67 3,50 % Penutupan 5,3 3,0 3,0 0,8 34,7 1,1 3,4 2,6 12,5 9,8 3,0

Acr Cyp Ech Fas Fun Hyd Mon Pac Pav Por Ser

0 20 40 60 Jumlah gigitan 9,00 1,33 1,50 5,00 3,00 6,20 8,40 5,00 % Penutupan 2,4 5,1 4,8 4,8 3,4 15,6 11,2 11,2

Acr Fav Fas Fun Lob Mon Pav Por

0 20 40 60 Jumlah gigitan 20,0 2,25 1,50 1,67 5,20 1,50 1,25 1,33 1,33 1,33 17,8 1,33 2,75 1,67 8,25 3,00 % Penutupan 14,2 6,3 1,1 3,0 6,7 1,9 3,0 0,4 0,7 0,4 17,2 1,9 0,7 1,1 4,9 11,6

Acr Ech Fav Fas Fun Gon Hyd Iso Lob MerM o

n Pac Pav Pla Por Ser

0 20 40 60 Jumlah gigitan 11,33 1,67 3,00 4,00 11,80 2,75 12,20 2,25 8,33 % Penutupan 3,4 0,3 2,0 1,7 23,1 5,8 15,0 8,8 2,0

Acr Dip Ech Fav Fun Lob Mon Pac Pav

3 meter 10 meter

A

B

C

54 jenis karang lainnya. Dari 24 genus karang yang menjadi makanan yang terdata selama penelitian, terdapat 18 genus yang memberikan karakteristik khusus terhadap pemangsaan yang dilakukan oleh Chaetodon octofasciatus (Gambar 24). Kategori selektivitas pemangsaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

(1) Kategori I (E> 0,5) : merupakan kategori yang menunjukkan jenis karang yang menjadi pilihan utama bagi ikan Chaetodon octofasciatus, yaitu

Acropora dan Pocillopora. Sedangkan untuk genus karang Diploastrea, Isopora, Platygyra, Stylophora, dan Symphyllia, meskipun nilai indeksnya lebih dari 0.5 namun hanya ditemukan pada sampling ketiga.

(2) Kategori II (0 = E = 0,5) : merupakan kategori yang menunjukkan jenis karang yang kurang disukai oleh ikan Chaetodon octofasciatus, yaitu

Fungia, Pavona, Porites, Favia, Galaxea, Goniopora , Montastrea, dan

Goniopora

(3) Kategori III (E< 0) : merupakan kategori yang menunjukkan jenis karang yang dihindari oleh ikan Chaetodon octofasciatus, yaitu Seriatopora, Cypastrea, dan Millepora. Ikan Chaetodon octofasciatus tidak menyukai jenis Seriatopora karena bentuknya yang runcing dan tipis, sedangkan

55

Tabel 11. Indeks pilihan (E) Chaetodon octofasciatus pada masing-masing lokasi penelitian di Pulau Petondan Timur

56

Gambar 2 4 Perbandingan rerata indeks pilihan (E) selama penelitian di semua kedalaman (3 dan 10 meter)

Chaetodon octofasciatus menempati karang Acropora sebagai tempat tinggal, reproduksi dan juga untuk makanan (Bouchon-Navaro et al. 1985). Ikan

Chaetodon octofasciatus ditemukan dengan kelimpahan yang tinggi di perairan yang agak keruh dan kelimpahan jenis Chaetodontidae lain sangat rendah (Manthacitra et al. 1991, Adrim et al. 1991). Hal ini sangat terkait dengan penelitian ini bahwa ikan Chaetodon octofasciatus sangat dominan pada lokasi penelitian. Hasil penelitian Harmelin-Vivien & Bouchon-Navaro (1981) juga menemukan bahwa pada jenis Chaetodon trifascialis memakan Acropora di perairan karang Jordanian Coast. Penurunan persentase penutupan Acroporidae

Juli 2005 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 Acropora

Cypastrea Diploastrea Echinopora

Favia

Favites Fungia Galaxea Goniopora Goniopora Hydnopora

Isopora

Lobophylia

Merulina Millepora Montastrea Montipora Pachyseris

Pavona

Platygyra

Pocillopora

Porites

Seriatopora Stylophora Symphyllia

Indeks pilihan (E)

Februari 2006 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 Acropora

Cypastrea Diploastrea Echinopora

Favia

Favites Fungia Galaxea Goniopora Goniopora Hydnopora

Isopora

Lobophylia

Merulina Millepora Montastrea Montipora Pachyseris

Pavona

Platygyra

Pocillopora

Porites

Seriatopora Stylophora Symphyllia

Indeks pilihan (E)

April 2006 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 Acropora

Cypastrea Diploastrea Echinopora

Favia

Favites Fungia Galaxea Goniopora Goniopora Hydnopora

Isopora

Lobophylia

Merulina Millepora Montastrea Montipora Pachyseris

Pavona

Platygyra

Pocillopora

Porites

Seriatopora Stylophora Symphyllia

57 dan Pocilloporidae akibat pemangsaan Acanthaster planci di Moorea, French Polynesia menyebabkan penurunan jumlah individual dari C.trifacialis, C. trifasciatus dan C. cintrilnellus (Bouchon-Navaro et al. 1985).

Laju pemangsaan ikan Chaetodontidae terhadap karang telah banyak dilakukan, misalnya di Pulau Virginia (Neudecker 1985) dan di Hawai (Tricas 1985). Dari dua penelitian ini berkesimpulan bahwa laju pemangsaan ikan berkorelasi dengan nilai kalori karang. Pemangsaan terhadap karang oleh ikan Chaetodontidae, karena karang menyediakan protein yang terkandung dalam polip dan kar bohidrat yang terkandung dalam alga simbion dalam jaringan (Reese 1977). Coles dan Strathman (1973) dalam Alwany et al. (2003) menambahkan bahwa lendir karang merupakan sumber energi dan nutrien. Benson & Muscatine (1974) melaporkan bahwa lendir dari Acropora mempunyai kandungan karbon yang lebih kaya di bandingkan dengan Porites. Hal ini yang mungkin mempengaruhi di penelitian ini, bahwa meskipun Porites mempunyai kepadatan yang tinggi (17,17 ind/50m2) akan tetapi pemangsaannya cenderung dihindari oleh ikan Chaetodon octofasciatus. Tricas (1985) menyatakan bahwa berdasarkan analisa kalorimetrik diindikasikan jaringan Porites spp mengandung energi yang relatif rendah, sedangkan Pocillopora mempunyai nilai kalori yang lebih tinggi. Hal inilah yang mungkin menyebabkan meskipun kepadatan Pocillopora rendah akan tetapi tetap menjadi pilihan utama (E>5) bagi ikan Chaetodon octofasciatus

dan banyak menghabiskan waktunya untuk memangsa karang yang mempunyai kandungan energi yang tinggi.

Pemangsaan terhadap karang juga dipengaruhi oleh fenomena alam seperti El- Nino. Penelitian dari Glynn (1985) menyatakan bahwa akibat kejadian El-Nino

58 pada tahun 1982-1983 di Panama mengakibatkan ukuran populasi dan pemangsaan biota koralivor menjadi berkurang. Hal ini disebabkan ole h dari peristiwa ini banyak koloni karang memutih dan akhirnya mati akibat suhu yang tinggi (30 dan 31ºC).

Oleh karena itu, Chaetodontidae yang pemangsa karang merupakan indikator ideal karena mereka memangsa karang secara langsung. Lebih lanjut, mereka menunjukkan tingkat kesukaan pada spesies karang tertentu sehingga mereka akan sangat sensitif apabila terjadi perubahan suatu sistem terumbu karang. Selain itu, karena mereka sangat teritorial maka akan sangat mudah memantaunya secara periodik. Ukuran teritori dari ikan kepe-kepe ditentukan oleh jumlah makanan karang yang tersedia. Jika ketersediaan makanan karang sedikit di suatu area terumbu karang maka ikan tersebut akan memperluas daerah teritorinya (Crosby & Reese 1996). Perubahan tingkah laku sosial tersebut menyediakan indikasi dini yang sensitif bahwa terjadi ketidakstabilan dan perubahan di dalam ekosistem tersebut.

Pola hubungan antara kelimpahan ikan Chaetodon octofasciatus dengan persentase penutupan karang batu

Untuk membuktikan perbedaan antara kelimpahan ikan Chaetodon octofasciatus dengan kedalaman dan lokasi, serta perbedaan antara lokasi penelitian maka digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan melihat tingkat signifikannya (taraf beda nyata) (Tabel 12). Dari uji taraf nyata ini didapatkan bahwa antara kedalaman 3 dan 10 meter berbeda nyata baik dari segi jumlah individu ikan (n) maupun persentase penutupan karang batu (%HC). Antara

59 lokasi penelitian, stasiun timur sangat berbeda nyata dengan stasiun penelitian lainnya (barat, utara dan selatan).

Tabel 1 2. Uji taraf nyata pada masing-masing kedalaman dan lokasi penelitian terhadap jumlah individu dan % penutupan karang batu (P <*0.05, P<**0.01, P<***0.10, P>0,05 t.n. tidak nyata) Kedalaman Lokasi B vs T B vs S B vs U T vs S T vs U S vs U Jumlah individu (n) 0 0,025 0,028 0,979 0,900 0,063 0,111 0,991 Tingkat signifikan ** * * tn tn *** tn tn % Karang Batu (HC) 0,001 0,001 0,001 0,762 0,823 0,010 0,008 0,999 Tingkat signifikan ** ** ** tn tn * ** tn

Keterangan: B: Barat, T: Timur, S: Selatan, U:Utara

Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara persentase penutupan karang keras (scleractinian coral) dengan kelimpahan ikan Chaetodon octofasciatus. Hubungan ini dibuktikan lebih lanjut dengan analisa melalui plot regresi. Pola hubungan antara kelimpahan ikan dan persentase penutupan karang batu adalah kuadratik. Pada kedalaman 3 meter menunjukkan hubungan yang sangat positif dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,711 atau 71.1% (Gambar 25), dan pada kedalaman 10 meter dengan nilai R2 sebesar 0,568 atau 56. 8% (Gambar 26). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Soekarno (1989), hubungan antara persentase penutupan karang hidup dengan jumlah ikan Chaetodontidae di Laut Flores menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,72. Namun, bentuk hubungannya berupa pola linier. Secara umum, dari penelitian tersebut juga menemukan hubungan regresi linier yang positif antara persentase penutupan karang hidup dengan jumlah jenis ikan di Kepula uan Seribu,

60 yaitu dengan nilai r sebesar 0,82, sedangkan di French Polynesia oleh Bell & Galzin (1984) sebesar 0,88. y = 0,005x2 + 0,0532x + 1,3192 R2 = 0,7113 0 10 20 30 40 50 60 0 20 40 60 80 100

Penutupan karang batu (%) Jumlah individu C. octofasciatus

Gambar 2 5 Hubungan antara jumlah individu ikan indikator dengan persentase penutupan karang batu (hard coral) pada kedalaman 3 meter

y = 0,004x2 - 0,1418x + 8,2056 R2 = 0,5688 0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 20 40 60 80 100

Penutupan karang batu (%) Jumlah individu C. octofasciatus

Gambar 2 6 Hubungan antara jumlah individu ikan indikator dengan persentase penutupan karang batu (hard coral) pada kedalaman 10 meter

Hal ini sejalan dengan penelitian White (1988) menyatakan jumlah total spesies Chaetodontidae menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap penutupan karang keras (hard coral). Bell dan Galzin (1984) juga menemukan hubungan

61 yang positif antara persentase karang hidup dengan kelimpahan jenis dan individu dari famili Chaetodontidae. Selanjutnya hal yang sama juga ditemukan oleh Chabanet et al. (1997) dan Bouchon-Navaro dan Bouchon (1989) bahwa ada hubungan positif antara persentase substrat terumbu karang dengan kehadiran ikan Chaetodontidae.

Adanya hubungan antara kelimpahan ikan Chaetodontidae dengan persentase karang hidup, sehingga banyak peneliti merumuskan bahwa beberapa anggota dari famili ini dapat bertindak sebagai bio-indikator struktur habitat dan gangguan terumbu karang. Seperti hasil penelitian Ohman et al. (1998) menyatakan hal yang sama di daerah terumbu karang Sri Lanka. Akan tetapi masih sangat perlu untuk melakukan penelitian tentang hal ini, karena hipotesa ikan kepe-kepe sebagai bio- indikator sangat tergantung kompleksitas ekosistem terumbu karang dan struktur komunitas ikan terumbu, sehingga penggunaannya secara global masih dipertanyakan.

Analisis makanan dan kebiasaan makan

Sebanyak 36 ekor ikan strip delapan Chaetodon octofasciatus di analisa isi perutnya di laboratorium untuk mengetahui makanan dan kebiasaan makannya. Didapatkan kandungan nematokis sebesar 99,41% dan 0,59% alga perifitik. Kandungan alga perifitik dalam perut ini dimungkinkan terjadi pada saat terjadi pemangsaan terhadap koral, misalnya jenis ini melekat pada tubuh karang atau jenis plankton tersebut mengendap, sehingga pada saat terjadi pemangsaan terhadap karang jenis tersebut ikut termakan. Dari hasil pengamatan didapatkan 9 tipe nematokis dan 5 jenis alga perifitik dari diatom (Fragilaria, Navicula, Nitzchia, dan Amphora) dan Cyanophyceae (Trichodesmium). Dari tipe

62 nematokis, Holotrich mempunyai persentase kelimpahan paling tinggi yaitu sebesar 26,87% . Dari penelitian Mariscal (1974) menemukan tipe nematokis yang paling sering ditemukan dan kelimpahannya tertinggi adalah Holotrich, microbasic p-mastigophore dan spirocyst dalam karang yang ditelitinya. Pada Tabel 13 ditampilkan hasil analisa kuantitatif kandungan perut ikan strip delapan

Chaetodon octofasciatus.

Tabel 13. Persentase dan rerata kelimpahan (ind/20ml) kandungan perut ikan strip delapan Chaetodon octofasciatus (x ± SE)

Jenis Isi Perut Rerata kelimpahan * (x ± SE) %

Holotrich 18922.56 ± 7692.8 26.87 Microbasic p-mastigophore 14158.25 ± 13396.2 20.11 Basitrich 8181.82 ± 8852.4 11.62 Microbasic amastigophore 7491.58 ± 33594.6 10.64 Spirocyst 7373.74 ± 3161.3 10.47 Atrich 5656.57 ± 18846.7 8.03 Heterotrich 3661.62 ± 7570.8 5.20 Microbasic b-mastigophore 3569.02 ± 26146.5 5.07 Macrobasic amastigophore 993.27 ± 10589.1 1.41 Alga perifitik (Fragilaria) 168.35 ± 153.7 0.24 Alga perifitik (Trichodesmium) 126.26 ± 147.6 0.18 Alga perifitik (Nitzschia) 50.51 ± 84.9 0.07 Alga perifitik (Amphora) 42.09 ± 629.2 0.06 Alga perifitik (Navicula) 25.25 ± 607.7 0.04 * Total ikan yang diidentifikasi sebanyak 36 ekor

Pada Gambar 27, diperlihatkan foto untuk beberapa jenis nematokis yang ditemukan dalam isi perut ikan Chaetodon octofasciatus, sedangkan untuk semua jenis nematokis yang ditemukan dapat dilihat pada Lampiran 9. Namun, dari jenis nematokis yang ditemukan di dalam perut ikan belum bisa dipastikan jenis karang apa yang dimakan, karena di dalam satu jenis karang akan terdapat banyak jenis nematokis. Untuk itu, dilakukan perbandingan jenis-jenis nematokis antara

63 anggota dari filum Cnidaria seperti anemon, karang dan ubur-ubur. Serta dilakukan juga perbandingan dengan spons, dimana sebenarnya untuk spons disebut spikul.

Gambar 2 7 Jenis-jenis nematokis (A: Microbasic p-mastigophore, B: Macrobasic amastigophore, C: Atrichs, D: Holotrich, E: spirocyst, F: Microbasic amastigophore, G: basitrichs, H: Heterotrichs, I: Microbasic b-mastigophore) dab alga perifitik (1: Navicula, 2: Fragilaria, 3: Nitzschia, 4: Trichodesmium, 5: Amphora): yang ditemukan dalam isi perut ikan Chaetodon octofasciatus (bar = 10 µm)

Pada saat melakukan identifikasi isi perut ikan, ada beberapa kandungan dari perut ikan ini misalnya kapur dan zooxanthellae (Gambar 28). Namun kedua jenis kandungan ini tidak dihitung persentasenya karena kelimpahannya sangat banyak. Kedua jenis kandungan ini hanya dipakai sebagai petunjuk besar bahwa ikan

Chaetodon octofasciatus memang benar memakan karang.

Zat kapur dan zooxanthellae yang terkandung dalam perut dipakai sebagai petunjuk bahwa ikan Chaetodon octofasciatus memang benar memakan karang.

A B C D E F G H I 1 2 3 4 5

64 Namun, dari jenis nematokis yang ditemukan di dalam perut ikan belum bisa dipastikan jenis karang apa yang dimakan, karena di dalam satu jenis karang akan terdapat banyak jenis nematokis. Untuk itu, dilakukan perbandingan jenis-jenis nematokis antara anggota dari filum Cnidaria seperti anemon, karang dan ubur- ubur. Serta dilakukan juga perbandingan dengan spikula dari spons.

Gambar 2 8 Kandungan zat kapur (A) dan alga uniselular Zooxanthellae (B) di dalam perut ikan Chaetodon octofasciatus (bar = 5 µm)

Dari penelitian Mariscal dan Bigger (1977) menemukan adanya perbedaan nematocyst antara octocorals (gorgonia) dan karang (scleractinian corals) berdasarkan uji coba SEM (Scanning Electron Microscopy) yaitu adanya perbedaan di struktur permukaannya, serta kelimpahan nematocyst di karang lebih tinggi dibandingkan dengan octocoralia. Selanjutnya dari penelitian den Hartog (1977) bahwa didapatkan sebesar 83% secara kuantitatif tipe nematokis Spirocyst di dalam karang Montastrea cavernosa.

Berbagai macam pertanyaan dan keraguan yang timbul terhadap penggunaan ikan kepe-kepe (butterflyfishes) sebagai biomonitor dan bioindikator. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah terdapat banyak spesies dari famili Chaetodontidae yang mempunyai hubungan kuat dengan karang dan mereka banyak bersifat obligate corralivores (pemangsa karang) (Reese 1991; Harmelin- Vivien & Bouchon-Navaro 1983). Dari penelitian ini juga menemukan bahwa

65 ikan strip delapan Chaetodon octofasciatus sangat dapat dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai indikator khususnya di Kepulauan Seribu.

Berdasarkan analisa makanan dan kebiasaan makan ditemukan bahwa yang menjadi makanan utama dari ikan ini adalah karang yang diidentifikasi dari kandungan nematokis sebesar 99,41% dan sebagai makanan tambahan (inside ntil) adalah alga perifitik sebesar 0,59%. Dari 36 ekor ikan yang diidentifikasi, hanya 12 ikan yang teridentifikasi adanya alga perifitik dalam jumlah yang sangat kecil. Namun, adanya alga perifitik sebanyak 0,59% yang ditemukan dalam usus ikan ini juga dimungkinkan dapat dijadikan sebagai pertanda bahwa ikan Chaetodon octofasciatus dapat mengubah pola makannya disesuaikan dengan ketersediaan makanan di daerahnya.

Gambar 2 9 Bentuk mulut ikan strip delapan Chaetodon octofasciatus pada saat normal (A) dan saat disembulkan untuk melakukan pemangsaan (B)

Pola makan dari ikan strip delapan Chaetodon octofasciatus sangat didukung oleh bentuk mulutnya. Bibir atas dan bawah sangat keras dan bentuknya yang membulat sesuai dengan ukuran polip. Pada Gambar 29 diperlihatkaan bentuk mulut ikan strip delapan Chaetodon octofasciatus pada saat normal dan saat disembulkan untuk melakukan pemangsaan. Bentuk rahang dan struktur mulut

B A

66 ikan Chaetodon octofasciatus menunjukkan bahwa ikan ini merupakan spesialis pemakan karang, dimana bibir atas dan bawah sangat keras dan bentuknya yang membulat sesuai dengan ukuran polip. Dari Effendie (1997) menyatakan bahwa kebiasaan makan dan jenis makanan sangat ditentukan dari morfologi tengkorak, rahang, alat pencernaan dan struktur mulut.

Tingkat kesukaan ikan terhadap makanannya sangat relatif dan terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu faktor penyebaran organisme sebagai makanan ikan, faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor -faktor fisik yang mempengaruhi perairan (Effendie 1997, Righton et al. 1998). Aktifitas mencari makan pada ikan dalam alam bebas meruapak pekerjaan harian yang rutin, dimana makanan tadi tidak diketahui oleh ikan dengan cara penglihatan, perabaan dan pembauan. Makanan yang tersedia di alam dan dimanfaatkan oleh ikan biasanya dapat diketahui dengan menganbil contoh makanan yang ada pada lambung dan ususnya.

Kajian ekobiologi

Berdasarkan kajian ekologi dan biologi dari ikan Chaetodon octofasciatus maka dapat dikatakan bahwa ikan ini sangat potensial menjadi bioindikator di daerah penelitian. Hal ini menegaskan dari penelitian Adrim et al. (1991) bahwa

Chaetodon octofasciatus di Kepulauan Seribu memungkinkan untuk dijadikan indikator degradasi terumbu karang akibat tekanan lingkungan, karena dilihat kelimpahannya yang tinggi pada area ini.

Dari segi analisa makanan dan kebiasaan makan juga menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bawole et al. (1999) dikemukakan bahwa kehadiran yang

67 dominan dari Chaetodon octofasciatus mengindikasikan bahwa terumbu karang sudah mengalami perubahan. Dari penelitian tersebut disarankan perlu adanya penelitian yang lebih lanjut tentang kebiasaan makan dan tingkah laku ikan Chaetodontidae. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa ikan inimerupakan pemakan karang sejati (obligate coralivor).

Gambar 3 0 Pemangsaan ikan strip delapan Chaetodon octofasciatus terhadap beberapa jenis karang yang ada pada lokasi penelitian

Dari data tingkat pemangsaan terlihat bahwa meskipun ikan C.octofasciatus

memangsa berbagai jenis karang-karang yang ada di sekitar areanya, tapi telihat bahwa ikan ini sangat menyukai karang Acropora, yang artinya C.octofasciatus

kemungkinan besar dapat dijadikan indikator bagi area terumbu karang yang kaya akan keberadaa n karang Acropora. Hal ini ditunjukkan dari hubungan antara kepadatan karang Acropora dan pemangsaannya memberikan nilai koefisien determinasi sebesar 0,98 artinya hubungannya sangat kuat (Gambar 31). Semakin

68 padat karang Acropora maka setinggi pula pemangsaan yang dilakukan oleh ikan

C.octofasciatus (Gambar 32). y = -0,0032x2 + 0,4334x + 0,5331 R2 = 0,9767 0 5 10 15 20 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kepadatan Karang (koloni/50 m2) Tingkat Pemangsaan (gigitan/5 menit)

Gambar 3 1 Hubungan antara rerata kepadatan karang genus Acropora dengan tingkat pemangsaan Chaetodon octofasciatus pada lokasi penelitian 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Barat Timur Selatan Utara

Tingkat pemangsaan (gigitan/5 menit) Kepadatan (koloni/50m2)

Gambar 3 2 Perbandingan antara rerata kepadatan karang genus Acropora

dengan tingkat pemangsaan Chaetodon octofasciatus pada lokasi

Dokumen terkait