BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
B. Implementasi Bimbingan Agama dalam Upaya
Timur.
Pembimbing agama Islam di yayasan Media Amal Islami (MAI) memegang peranan penting dalam meningkatkan karakter para anak pemulung.
a. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembimbing agama Islam di MAI berjumlah tiga orang yaitu Ustd Aslih Ridwan, Ratnasari, dan Yayah Kodariah. Dalam memberikan bimbingan kepada anak pemulung di yayasan mereka memiliki jadwal bimbingan yang berbeda. Jadwal bimbingan Ustd Aslih dilaksanakan pada hari Rabu 16.00-17.00 WIB di Aula yayasan Media Amal Islami. Sebagaimana yang Ustd Aslih kemukakan dalam wawancara:
“Saya memberikan bimbingan agama kepada anak pemulung di MAI yang dilaksanakan setiap hari setelah shalat ashar sampai menjelang waktu maghrib di Aula yayasan MAI dengan pengawasan saya sendiri. Dalam bimbingan agama ini, saya memberikan materi karakter. Saya berharap dengan memberikan materi karakter, anak dapat mengerti dan mengetahui bagaimana bertingkah laku yang baik, misalnya bagaimana cara menghormati orang tua dan berperilaku jujur.”8
Sedangkan tempat dan jadwal bimbingan pembentukan karakter oleh ratnasari dan yahya, dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan Jumat pukul 08.00-16.00 WIB. Sebagaimana yang diungkapkan beliau dalam pernyataan berikut:
“Kalau Ustd Aslih memberikan bimbingan selalu di luar kelas seperti di aula dan terkadang di lapak pemulung tergantung dengan kondisi saja, kalau di setiap harinya jam 08.00-16.00. saya dan kakak yahya memberikan materi tentang fiqih dan
8
Wawancara pribadi dengan Ustd Aslih, Pembimbing Agama Islam, yayasan, 2 Mei 2014
pembentukan karakter kepada anak-anak. Materi tentang karakter yang kita kenalkan kepada para anak-anak pemulung yaitu pertama, membaca Al-Qur’an dan shalat karena membaca Al-Qur’an dan shalat merupakan media atau alat untuk membentuk karakter anak. Kedua, menanamkan keyakinan kepada anak akan adanya hal-hal yang gaib seperti adanya Allah SWT, malaikat, dan setan. Mana yang harus mereka dekati dan mana yang harus mereka jauhi. Ketiga, berperilaku sopan kepada siapapun, baik terhadap orang tua, pengajar, teman, maupun masyarakat sekitarnya. Keempat, menyayangi teman, tidak mencaci maki kekurangan teman, tidak menggosip, dan menyakiti teman secara fisik.9”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulakn bahwa pelaksanaan bimbingan kakak Ratnasari dan Yahya dilakukan di dalam kelas yayasan Media Amal Islami (MAI). Bimbingan diberikan kepada anak-anak setiap hari dari pagi hingga menjelang maghrib. Kak Ratnasari dan Yahya berharap dengan memberikan materi pembentukan karakter, anak-anak mengerti bagaimana bertingkah laku yang baik, misalnya bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua dan berperilaku jujur. Pelaksanaan bimbingan kakak Ratnsari dan Yahya dilaksanakan di dalam kelas setiap hari senin hingga Jumat pukul 08.00-16.00 WIB dengan berbeda-beda kelas. Kak Ratna dan Yahya menyampaikan materi-materi bimbingan di antaranya:
a. Tata cara membaca Al-Qur’an dan melaksanakan shalat .
b. Menanamkan keyakinan kepada siswa akan adanya hal-hal yang gaib seperti adanya Allah SWT, malaikat dan setan.
c. Berperilaku sopan kepada siapapun, baik terhadap orang tua, instruktur, pegawai yayasan, teman, maupun masyarakat sekitarnya.
9
Wawancara pribadi dengan kakak Ratnasari, Pembimbing Agama Islam, MAI, 2 Mei 2014
d. Menyayangi teman, tidak mencaci maki kekurangan teman, tidak menggosip, tidak menyakiti teman secara fisik.
b. Materi Bimbingan
Materi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan bimbingan karena pemilihan materi yang sesuai akan membantu peserta bimbingan mencapai tujuan yang diinginkan.
Adapun materi bimbingan yang diajarkan pembimbing agama Islam di yayasan Media Amal Islami (MAI) Lebak Bulus, Cilandak Jakarta Timur dalam membentuk karakter anak adalah:
a. Al-Qur’an dan Al-Hadits, merupakan pondasi atau tuntutan hidup umat Islam, karena barang siapa yang selalu berpegang teguh kepada keduanya maka mereka tidak akan tersesat selama-lamanya. Untuk itu kita wajib mempercayai, memahami dan mengamalkan isi keduanya yang ada didalamnya.
b. Ilmu tauhid (keimanan), dengan menanamkan nilai-nilai keimanan kepada anak yang tercermin dalam rukun iman yang enam meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul, iman kepada hari kiamat, iman kepada qadha dan Qadar.
c. Aqidah akhlak, adalah ilmu yang berbicara tentang bagaimana cara berperilaku atau berkata yang benar sesuai dengan ajaran Islam, sehingga menciptakan akhlak mahmudah (terpuji).
d. Ilmu Fiqih, meliputi thaharah, shalat, bacaan-bacaan shalat, ayat-ayat pendek, puasa, zakat, sedekah, haji dan umrah.10
Bimbingan Menurut para ahli sebagai berikut:
a. Menurut crow and crow, bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita, yang memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari setiap usia, untuk menolongnya mengemudikan kegiatan, kegiatan hidupnya sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
b. Stoops mengatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuan secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya maupun bagi masyarakatnya.
c. Menurut Miller, bimbingan adalah bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan dirinya yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada keluarga dan masyarakat.
d. Djumhur dan Moh. Surya, mengatakan bimbingan yaitu suatu pemberian bantuan yang terus-menerus, sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self
understanding), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self
10 Wawancara pribadi dengan kakak yahya, Pembimbing Agama Islam, MAI, 5 Mei 2014.
acceptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction), dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (self realization), sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam
mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.
e. Menurut Jear Book of Education, bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan pribadi dan kemanfaatan social.11
Dalam hal ini pembimbing agama islam di MAI memberikan bantuan kepada anak-anak pemulung yang dilakukan secara berkala, yang bertujuan agar anak-anak tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam membentuk karakter di yayasan Media Amal Islami (MAI) sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 1 dan informan 2 :
“Pembimbing agama yang ada di sini itu menjelaskan materi karakter/perilaku yang baik kepada kita, kita diajarkan untuk selalu berperilaku baik saat di dalam kelas misalnya bagaimana bertingkah laku yang baik, bersikap ramah dengan teman, tidak jahil dan tidak mencuri milik teman. Pembimbing agama juga menjelaskan kepada kita mengenai keuntungan kalau orang yang perilaku baik akan disayang oleh orang di sekeliling kita, dan akan mempunyai banyak teman. Mereka juga menjelaskan kepada kita bahwa orang yang perilakunya buruk akan dikucilkan, tidak disenangi oleh orang yang ada di sekeliling kita dan mempunyai sedikit teman. Selanjutnya mereka juga selalu memberikan motivasi kepada kita yang berperilaku baik agar kita yang sudah berperilaku baik untuk selalu
11 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling Islam), (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hal 9-10
dipertahankan dan ditingkatkan, tapi kalo yang berperilaku buruk diberi nasehat dan teguran gitu deh kak.”12
“Ia kak, pembimbing agama mengajarkan kepada kita bagaimana bertingkah laku yang baik, misalnya bagaimana cara menghormati orang tua dan berperilaku jujur. Beliau menjelaskan kepada kita keuntungan orang yang mempunyai perilaku baik semua orang akan merasa senang dengan kehadiran kita, semua orang akan merasakan manfaat dengan kehadiran kita, apabila kita meninggal mereka merasa kehilangan. Sedangkan orang yang mempunyai perilaku buruk tidak disenangi dan dijauhi.”13
Dari hasil observasi dan wawancara kepada informan 2 bahwa upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam upaya membentuk karakter pada anak-anak pemulung di yayasan Media Amal Islami (MAI) Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 2 pembimbing agama Islam menjelaskan karakter kepada anak-anak yaitu menjelaskan kepada anak-anak keuntungan orang yang berkarakter/berperilaku baik dan bahaya orang yang berperilaku buruk. Anak-anak diajarkan bagaimana berperilaku yang baik saat berada di dalam kelas misalnya bersikap ramah dengan teman, tidak jahil, tidak mencuri milik teman, memberikan apresiasi dalam bentuk pujian kepada anak yang berperilaku baik, memberikan motivasi (dorongan) untuk selalu berperilaku baik dan memberikan nasehat serta teguran kepada anak yang berperilaku buruk.
12
Wawancara dengan Linah, siswa di yayasan Media Amal Islami (MAI) Lebak
Bulus, Jakarta pada tanggal 10 Mei 2014.
13
Wawancara dengan Siti, siswa di yayasan Media Amal Islami (MAI) Lebak
Berdasarkan dengan hasil wawancara penulis kepada salah satu seorang pembimbing agama Islam,
“karakter itu diperkenalkan kepada anak melalui materi tentang anak yang berkarakter, yaitu bagaimana anak bertingkah laku dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh yang baik terlebih dahulu kepada anak, yaitu dengan mengambil contoh yang baik dari sejarah Nabi Muhammad SAW. Bagi anak yang berperilaku baik, akan diberikan apresiasi dalam bentuk pujian dan untuk anak yang berperilaku buruk akan diberikan nasehat dan teguran serta menyuruhnya untuk menyadari atas perbuatan yang telah dilakukan.” 14
Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pembimbing agama Islam, seperti yang diungkapkan oleh kak Ratnasari dan Yahya:
“karakter dibentuk dengan keteladanan. Bimbingan dan arahan yang diberikan berupa memantau kehadiran anak, memberikan nasehat dan memberikan materi yang sifatnya membangun kesadaran anak tentang pentingnya berperilaku yang baik. Untuk memperbaiki perilaku anak yang buruk adalah dengan menegur dan menasehatinya agar anak tersebut tidak mengulangi perbuatan buruknya. Bagi anak yang berperilaku baik akan diberikan apresiasi dengan nilai yang baik. 15
c. Upaya Pembimbing Agama dalam Membentuk Karakter
Pembimbing agama Islam memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter anak di MAI. Seperti yang dikemukakan oleh menurut Stephen R. Covey, bahwa karakter adalah hasil pembiasan dari sebuah gagasan dan perbuatan. Dalam sebuah pernyataan disebutkan “Taburlah gagasan, tuailah perbuatan. Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaaan. Taburlah kebiasaan, tuailah karakter”. Karenanya, karakter terbentuk
14
Wawancara pribadi dengan kakak yahya, Pembimbing Agama Islam, MAI, 15 Mei 2014.
15 Wawancara pribadi dengan kakak Ratnasari, Pembimbing Agama Islam, MAI, 15 Mei 2014.
melalui perjalanan hidup seseorang.16 Ia dibangun oleh pengetahuan, pengalaman, serta penilaian terhadap pengalaman itu. Kepribadian dan karakter yang baik merupakan interaksi seluruh totalitas manusia.
Pembimbing yaitu seseorang yang memberikan bantuan bimbingan atau melakukan proses membimbing untuk membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah dengan memberikan nasehat – nasehat agama.
Jadi upaya pembimbing yaitu memberikan pembiasaan kepada anak-anak MAI sesuai materi atau pokok pembahasan yang dapat membentuk karakter pada anak itu sendiri. Selain itu para pembimbing juga memberikan contoh langsung kepada anak melalui aplikasi ibadah yang mereka jalankan atau lakukan dalam kegiatan sehari-hari seperti tata cara wudhu, salat, membaca Al-Qur’an dan membaca doa-doa sehari-hari.
Dalam kegiatan bimbingan agama yang dilakukan di yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan ada tiga orang pembimbing agama Islam yang memberikan bimbingan kepada anak-anak di yayasan tersebut yaitu Ustd Aslih Ridwan, Ratnasari dan Yahya. Ketiga pembimbing tersebut melakukan bimbingan dengan peran dan fungsi yang sama, namun berbeda dalam segi metode pendekatannya.
d. Pembentukan Karakter pada Anak Pemulung.
Menurut Suyanto17 “karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
16 Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Pendidikan ; Pengembangan
Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al
Quran, 2010), hal 134
17 Suyanto, Urgensi Pendidikan Karakter, 2014 (http://waskiamandiribk.wordpress.com). Diunduh pada tanggal 6 April 2014
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuatnya. Karakter anak-anak di yayasan dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh melalui hasil wawancara, sebagaimana yang diungkapkan oleh:
Informan 3:
“Alhamdulillah setelah menjadi siswa di yayasan ini saya melaksanakan shalat fardhu yang lima waktu. Bersama teman-teman, saya shalat secara berjama’ah di masjid, yayasan dan dirumah. Karena shalat fardhu hukumnya wajib..18
Dari hasil wawancara penulis kepada informan, bahwa karakter anak terhadap Allah SWT di yayasan dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh melalui hasil wawancara, sebagaimana yang diungkapkan oleh informan diatas. Selama belajar di yayasan, para informan telah mengalami perubahan perilaku yang dinilai cukup baik. Perubahan tersebut tampak dalam hal mereka selalu mendoakan kedua orang tua ketika selesai shalat, selalu membaca wirid-wiridan setelah selesai shalat, selalu melaksanakan shalat fardhu lima waktu secara berjamaah dan juga mengerjakan shalat tahajud. Hal ini disebabkan karena sesudah menjadi siswa dan mendapatkan bimbingan di MAI mereka baru menyadari bahwa shalat dapat menenangkan jiwa dan pikiran-pikiran yang kalut. Sebelum menjadi siswa dan mengikuti kegiatan bimbingan agama di yayasan MAI, para
18
Hasil wawancara dengan Syahril, siswa di yayasan Media Amal Islami (MAI)
informan ini jarang mendoakan kedua orang tua, tidak pernah membaca wirid-wiridan setelah selesai shalat dan jarang melaksanakan shalat fardhu. Hal ini disebakan karena sebelum mendapatkan bimbingan agama di MAI, pemahaman agama mereka masih sangat minim sehingga pelaksanaan ibadah pun dinilai masih kurang baik
Karakter anak-anak sebagaimana yang diungkapkan Ustd Aslih dalam pernyataan berikut:
“Menurut saya karakter anak-anak dalam menjalankan perintah agama terutama masalah shalat alhamdulillah sudah baik, yaitu baik dalam arti lebih banyak yang mau sendiri dibandingkan dengan disuruh-suruh. Walaupun sebagian masih ada yang bercanda ketika melakukan shalat.19”
Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi dengan hasil wawancara penulis bersama salah seorang pembimbing agama Islam, Ustd Aslih:
“Alhamdulillah setelah anak-anak masuk ke yayasan ini karakter mereka menjadi baik terutama masalah shalat sejauh ini sudah berjalan dengan baik meskipun awalnya anak-anak ini harus disuruh-suruh dulu untuk shalat dan sekarang sebagian besar sudah dengan kesadarannya sendiri shalat tanpa harus disuruh-suruh lagi. Anak-anak di yayasan akan terus dibiasakan untuk shalat, meskipun selalu ada penekanan dari kami untuk menyuruhnya shalat.20”
Hasil wawancara penulis kepada pembimbing agama Islam di atas, bahwa karakter anak pemulung khususnya yang berhubungan dengan ibadah seperti shalat alhamdulillah secara keseluruhan sudah baik, yaitu baik dalam arti lebih banyak yang mau mengerjakan shalat
19 Wawancara pribadi dengan kakak Ratnsari, Pembimbing Agama Islam, MAI, 15 Mei 2014
20
Wawancara pribadi dengan Ustd Aslih, Pembimbing Agama Islam, MAI, 02 Mei 2014.
sendiri tanpa harus disuruh-suruh. Kemauan untuk shalat ini merupakan salah satu perubahan perilaku yang cukup baik dari anak-anak di yayasan setelah mereka mengikuti bimbingan agama Islam, karena sebelum mengikuti bimbingan agama di yayasan mereka sulit diatur, terutama dalam hal shalat.
Karakter anak terhadap sesama manusia sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 2 dalam pernyataan berikut:
“Ketika ada seseorang yang lagi butuh pertolongan sebisa mungkin saya berusaha untuk menolong dan misalnya ketika ada teman saya lagi ada masalah kita selesaikan bareng-bareng dengan teman deket saya yang lain, kalo ada orang yang buat salah sama saya, saya maafin dan begitu juga sebaliknya. Kalau saya merasa punya salah sama teman, saya langsung minta maaf dan saya juga akan menempati janji kalo buat janji sama teman karena janji itu kan harus ditepati dan ngucapin salam ketika bertamu ke rumah orang karena kelihatan gak sopan kalo main nyelonong masuk aja ke rumah orang. Entar disangka saya anak tidak di didik sama orang tua lagi. Alhamdulillah banget yah setelah saya diberikan bimbingan di yayasan ini. Dibandingkan sebelum saya ngikutin kegiatan bimbingan saya ini orang nya sangat cuek sekali, gak mau minta maaf kalo ada salah sama orang, gak pernah menempati janji dan kalo masuk ke rumah sendiri kadang ngucap salam kadang enggak”.21
Dalam hal karakter terhadap sesama manusia, bahwa perilaku anak-anak di yayasan setelah mengikuti bimbingan agama Islam telah mengalami perubahan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh melalui hasil wawancara, sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 2. Informan menyatakan bahwa setelah mengikuti bimbingan agama Islam, ia mengalami perubahan perilaku yang lebih baik. Hal ini tampak dalam hal menolong orang yang
21
Hasil wawancara dengan syahril, siswa di yayasan Media Amal Islami (MAI)
membutuhkan pertolongan, memberikan solusi yang terbaik ketika ada seseorang yang meminta pendapatnya tentang suatu masalah, meminta maaf ketika mempunyai kesalahan terhadap orang lain, memaafkan kesalahan orang lain, menepati janji, dan mengucapkan salam ketika hendak bertamu ke rumah orang lain. Sebelum mengikuti kegiatan bimbingan agama di MAI, mereka memiliki sikap cuek, tidak mau menolong orang yang berada dalam kesusahan, suka memukul teman, tidak pernah mau meminta maaf jika mempunyai kesalahan terhadap orang lain, tidak pernah menepati janji ketika mempunyai janji dengan orang lain dan jarang mengucapkan salam ketika hendak bertamu ke rumah orang lain.
Hal ini juga dapat diperkuat dan dilengkapi dengan hasil wawancara penulis bersama salah satu seorang pembimbing agama Islam kakak Yahya mengenai karakter anak-anak pemulung di yayasan terhadap sesama manusia terutama pada temannya setelah masuk ke yayasan sudah banyak perubahan seperti lebih solider, menghargai perbedaan, dan saling membantu.22
Adapun kaitannya dengan karakter anak-anak pemulung terhadap lingkungan, penulis menilai bahwa karakter anak-anak pemulung terhadap lingkungan dinilai sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara penulis dengan anak pemulung di yayasan. Siswa menyatakan selalu membuang sampah tempat sampah yang
22
Wawancara pribadi dengan kakak Yahya, Pembimbing Agama Islam, MAI, 15 Mei 2014.
telah disediakan oleh yayasan, membersihkan halaman yayasan yang kotor, menjaga dan merawat keindahan yayasan dengan tidak mencoret-coret dinding kelas yayasan, tidak merusak tanaman orang lain, menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sebelum mengikuti kegiatan bimbingan agama di MAI. Mereka membuang sampah sembarangan, kurang menjaga kebersihan, dan suka mengambil milik orang lain.23.
C. Metode Bimbingan yang digunakan Pembimbing Agama Islam dalam Upaya Membentuk Karakter Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami (MAI) Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan.
Metode adalah segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. 24Metode dalam suatu bimbingan sangat diperlukan sekali agar materi yang disampaikan oleh pembimbing agama Islam dapat dimengerti oleh anak. Adapun metode yang digunakan oleh pembimbing agama Islam dalam upaya membentuk karakter anak pemulung di yayasan Media Amal Islami (MAI) Lebak Bulus Cilandak Jakarta Selatan :
1. Metode directive
Dalam teori ini, metode direktif merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena pembimbing atas dasar metode ini secara langsung memberi jawaban-jawaban terhadap problem yang klien disadari
23
Hasil wawancara dengan Syahril, siswa di Yayasan Media Amal Islami (MAI)
Lebak Bulus, Jakarta pada tanggal 10 Mei 2014.
24 M. Lutfi, MA, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 120.
menjadi sumber kecemasannya.25 “Pembimbing mengungkapkan metode direktif yang berupaya mengarahkan anak untuk bisa keluar dari permasalahan yang sedang dihadapinya. Misalnya untuk bimbingan perilaku dan ibadahnya seperti shalat fardhu yang lima waktu merasa kesulitan untuk diberi bimbingan, maka langka awal pembimbing melakukan pendekatan secara emosional agar anak mau bercerita tentang permasalahan apa yang anak pikirkan. Setelah anak menceritakan semua permasalah yang ia hadapi barulah pembimbing memberikan solusi sehingga pikiran mereka menjadi terbuka. Materi yang diberikan pembimbing kepada anak seperti : tata cara membaca Al-Qur’an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak dan pengetahuan lainnya. Di dalam bimbingan ini, pembimbing memberikan metode yang mudah dimengerti oleh anak MAI.
2. Metode Ceramah
Pembimbing agama Islam memberikan ceramah kepada anak-anak tentang sikap, kejujuran dan motivasi. Pembimbing juga menjelaskan secara singkat perilaku mulia yang dimiliki oleh Rasulullah SAW agar dapat dicontoh oleh anak-anak di yayasan. Pembimbing agama Islam menggunakan metode ceramah dengan durasi waktu kurang lebih 15 menit.
3. Metode bimbingan belajar Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan tuntunan hidup kaum muslimin, yang di dalamnya memuat jawaban atas semua permasalahan yang dihadapi
25 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Hamzah,2010), h.71.
manusia. Al-Qur’an juga mampu memberikan ketenangan pada hati dan