• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM UPAYA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK PEMULUNG DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM UPAYA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK PEMULUNG DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh :

SAJIDA MUSHOLATI NIM : 1110052000008

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H/2015 M

(2)
(3)
(4)

i ABSTRAK SAJIDA MUSHOLATI

1110052000008

Implementasi Bimbingan Agama dalam Upaya Membentuk Karakter pada Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami (MAI) Lebak Bulus

Pembimbing: Prof. Dr. Daud Efendi, A. M

Pembimbing agama memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter anak. Disamping itu pembimbing agama menjadi orang yang penting dalam mendidik, menunjukkan, memberi jalan, atau mengarahkan anak ke arah tujuan yang bermanfaat bagi banyak orang. Dalam melaksananakan tugasnya tersebut, pembimbing agama menempuh upaya tertentu dalam rangka memembentuk karakter anak. Berbagai upaya yang dilaksanakan oleh pembimbing agama sangat menentukan tercapainya tujuan yang diharapkan. Sehingga penelitian pembentukan karakter yang dilakukan oleh pembimbing agama Islam merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah minimnya pengetahuan agama anak tentang ajaran Islam. Disini mereka mendapatkan bimbingan di yayasan dengan porsi yang kurang dengan pertemuan setiap hanya satu sampai dua jam, dengan latar belakang pendidikan para siswa yang kebanyakan hanya tamatan SD dan SMP. Perumusan masalah dalam penelitian ini mencakup penerapan yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam membentuk karakter anak pemulung di yayasan dengan metode yang digunakan dan faktor pendukung serta penghambat pembimbing agama Islam dalam upaya membentuk karakter anak pada yayasan tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Informan dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang pembimbing agama Islam dan tiga orang anak yayasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan pembimbing agama Islam dalam membentuk karakter anak yaitu menjelaskan keuntungan orang yang berperilaku baik dan kerugian orang yang berperilaku buruk, memberikan nasehat dan teguran kepada anak yang memiliki perilaku buruk dan memberikan contoh yang baik kepada anak-anak binaan. Metode yang digunakan pembimbing agama Islam terdiri dari metode ceramah, diskusi, tanya jawab bimbingan baca Al-Qur’an dan praktik. Adapun faktor pendukungnya, pembimbing yang memiliki kapasitas ilmu yang memadai, adanya pengawasan dari para pembimbing, terbangunnya kesadaran pada anak untuk memperbaiki diri, serta sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah waktu penyampaian materi yang tidak cukup begitu juga dengan alokasi waktu yang seharusnya dilakukan pada waktu yang tepat dan kurangnya tenaga pembimbing agama Islam di yayasan tersebut.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia.

Allhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugerah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Implementasi

Bimbingan Agama dalam Upaya Membentuk Karakter pada Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus”.

Selanjutnya, ucapan terimakasih saya sampaikan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda dan Ibunda yang selama ini telah memberikan saya dukungan baik dari segi moril maupun materil, yang senantiasa ridho dengan langkah saya, yang tak letih berdoa disetiap penghujung malam, dan tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Suparto, M. Ed selaku Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Pembantu Dekan II, dan Bapak DR. H. Sunandar, M.A selaku Pembantu Dekan III.

(6)

iii

2. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terimakasih atas bimbingan dan masukan yang bermanfaat selama ini.

3. Bapak Drs. Noor Bekti Negoro M. Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

4. Prof. Dr. Daud Efendi, A. M, selaku dosen pembimbing skripsi ini yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua kebaikan Bapak.

5. Dosen penasihat akademik Drs. Helmi Rustandi. M. Ag

6. Kedua orang tua yang elah mendoakan penulis agas segera menyelesaikan penulisan dalam skripsi ini.

7. Suamiku tercinta, terima kasih yang telah mencurahkan kasih sayang, dorongan moril dan material yang senantiasa memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis.

9. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Keluarga Besar Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus yang telah membantu dalam segala hal hingga memperlancar terselesaikannya skripsi ini.

(7)

iv

Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua.

Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah khazanah pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.

Jakarta, Oktober 2014

Sajida Musholati NIM. 1110052000008

(8)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Implementasi Bimbingan Agama ... 18

1. Pengertian Implementasi Bimbingan Agama ... 18

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan ... 19

3. Bentuk-Bentuk Bimbingan ... 26

4. Metode Bimbingan ... 29

B. Karakter ... 32

1. Pengertian Karakter ... 32

2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 34

3. Dasar Pengembangan Pembentukan Karakter ... 34

C. Anak ... 41

1.Pengertian Anak ... 41

D. Pemulung ... 41

1. Pengertian Pemulung ... 41

2. Gambaran Anak Pemulung ... 43

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (MAI) LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN A. Profil Yayasan Media Amal Islami ... 45

B. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Lembaga ... 47

(9)

vi

D. Program Yayasan Media Amal Islami ... 49

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Informan ... 63

1. Pembimbing ... 63

2. Terbimbing ... 65

B. Implementasi Bimbingan Agama dalam Upaya Membentuk Karakter pada Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami ... 70

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 70

2. Materi Bimbingan ... 72

3. Upaya Pembimbing Agama dalam Membentuk Karakter ... ….75

4. Pembentukan Karakter pada Anak Pemulung ... 76

C. Metode Bimbingan yang digunakan Pembimbing Agama dalam Membentuk Karakter pada Anak Pemulung di Yayasan…. …... ... 83

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama Islam dalam Membentuk Karakter anak di Yayasan ... 86

1. Faktor Pendukung ... 85

2. Faktor Penghambat ... 87

E. Analisa SWOT pada lembaga ... 88

F. Analisis Hasil Upaya Pembimbing Agama Islam Dalam Membentuk Karakter pada Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami (MAI) Lebak Bulus Jakarta Selatan ... 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... ... 57

Tabel 2 Tabel Keorganisasia Lembaga…...………... 60

Tabel 3 Tabel Pembimbing Agama Islam………... 60

Tabel 4 Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin... 65

(11)

viii

LAMPIRAN

1. Transkip wawancara

2. Surat keterangan melakukan penelitian 3. Dokumentasi

(12)

1 A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang begitu cepat pada kota-kota di negara berkembang telah menyisakan berbagai problem sosial. Kemajuan teknologi melahirkan sebuah kemiskinan di masyarakat itu sendiri yang di akibatkan oleh persaingan yang ketat dalam memperoleh pendapatan serta minimnya lapangan kerja yang pada akhirnya melahirkan pekerjaan yang kurang terhormat seperti mengamen, memulung dan berbagai jenis patologi sosial lainnya, seperti merampok, mencopet, dan sebagainya. Dari akar sosial inilah yang memunculkan seperti anak-anak kurang mampu yang pada umumnya meliputi anak-anak yatim, anak-anak miskin dan anak-anak terlantar.

Mencari nafkah dengan cara yang mudah dan tidak memerlukan keterampilan yang dapat membuat terbebani adalah sebuah hal yang dirasakan oleh mereka sangat efektif walaupun tanpa mereka sadari bahwa kebutuhan hidup yang mereka jalani tidak terealisasikan secara maksimal. Permasalahan ini dialami oleh warga masyarakat di Indonesia khususnya pemulung. Hal ini merupakan fenomena sosial yang tidak bisa dihindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di daerah perkotaan. Dapat dilihat bahwa kondisi kehidupan sehari-hari pemulung sangat memprihatinkan. Kehidupan mereka di perkotaan cenderung kumuh, mereka tinggal ditempat yang sangat tidak layak untuk dihuni seperti dekat dengan lokasi pembuangan sampah atau dipinggir kali, bahkan ada yang tidur di dalam gerobak bersama

(13)

dengan anak istrinya. Mereka memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan keterampilan yang kurang memadai serta pengalaman kerja yang minim.

Ahmad Syauqi Beq mengungkapkan akibat dekadensi moral terhadap kelangsungan hidup suatu bangsa seperti dalam syairnya berikut:

“bangsa itu hanya bias bertahan selama mereka masih memiliki akhlak.

Apabila akhlak telah tiada dari mereka, maka bangsa itupun akan lenyap pula”1

Berdasarkan ungkapan Ahmad Syauqi Beq tersebut dapat disimpulkan bahwa moral sangatlah penting bagi suatu bangsa, sebab jika moral dalam keadaan krisis, maka kehormatan suatu bangsa akan hilang, bahkan akan menghambat kemajuan suatu bangsa.

Saat ini lembaga formal maupun nonformal yang berada di Indonesia selama ini hanya menekan pada kecerdasan intelektual dan seakan mengabaikan adanya kecerdasan lain yang jauh lebih penting, sehingga masalah karakter seolah lepas dari masalah yang ada. Padahal, karakter merupakan aspek yang penting untuk kesuksesan manusia di masa depan. Berangkat dari keresahan terhadap karakter anak-anak pemulung yang sangat memprihatinkan. Bimbingan yang diterapkan dalam keluarga pun belum efektif. Bahkan ada orang tua yang acuh bahkan membiarkan anak-anak mereka tidak sekolah atau tidak mengaji hanya untuk membantu orang tuanya mengumpulkan barang-barang bekas yang masih bisa dijual kembali untuk menghidupi keluarganya. Dengan kondisi yang seperti ini

1 Zuhairi, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Akasara, 2004), Cet ke- 3, hal

(14)

pergaulan anak-anaknya pun lebih dibebaskan, tidak terkontrol dan kurang perhatian2.

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang akan dimunculkan, diantaranya:

1. Adanya penyimpangan pemikiran dalam sejarah pemikiran manusia yang menyebabkan paradoks antarnilai, misalnya etika dan estetika. 2. Hilangnya model kepribadian yang integral, yang memadukan

kesalihan dengan kesuksesan, kebaikan dengan kekuatan, dan seterusnya.

3. Munculnya antagonisme dalam pendidikan moral.

4. Lemahnya peranan lembaga sosial yang menjadi basis pendidikan moral

Krisis moral ini menimbulkan begitu banyak ketidakseimbangan di dalam masyarakat yang tentunya tidak membuat masyarakat bahagia. Maka solusi yang sangat tepat bagi masalah ini hanya satu yaitu : Kembali menempuh jalan Allah (SWT), kembali kepada jalan islam, seperti ayat yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah: 38

                   Artinya:

“Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa

(15)

yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

Dari uraian tersebut penulis merasa perlu untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI

BIMBINGAN AGAMA DALAM UPAYA MEMBENTUK

KARAKTER PADA ANAK PEMULUNG DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis membatasi masalah hanya pada :

a. Konsep Karakter

Karakter adalah kumpulan tata nilai yang terwujud dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi, sikap, dan perilaku yang akan ditampilkan secara mantap. Dimana karakter dapat menjadi cirri khas pada individu itu sendiri untuk dapat hidup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, bangsa dan negara.

Sembilan karakter dasar yang menjadikan tujuan pendidikan dalam pembentukan karakter yaitu : 1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santu, 5) kasih saying, peduli, kerjasama, 6) percaya diri, kreatif, kerja kerasa dan pantang

(16)

menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati, 9) toleransi dan persatuan.

b. Bimbingan Agama

Kata bimbingan dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu secara berkesinambungan. Supaya individu itu dapat memahami dirinya sendiri sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat memahami dirinya sendiri dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tutunan dan memahami lingkungan sekitar, ekluarga dan masyarakat serta kehidupan pada

umumnya3. Sedangkan agama menyangku masalah yang

berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Agama sebagai keyakinan memang sangat sulit diukur secara tepat dan rinci. Hal ini pula yang membuat sulit pada ahli untuk mendefinisikan yang tepat tentang agama4.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :

a. Bagaimana implementasi pembinaan pendidikan karakter dalam bimbingan agama pada anak pemulung?

b. Bagaimana faktor penghambat dan pendukung dalam memberikan bimbingan agama untuk menerapkan pendidikan karakter pada anak pemulung?

C. Tujuan dan manfaat Penelitian

3 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksaan bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden

Teroyan Pres, 1998), Cet ke-2, hal 1

(17)

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui implementasi pembinaan pendidikan karakter dalam bimbingan agama pada anak pemulung

b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam memberikan bimbingan agama untuk menerapkan pendidikan karakter pada anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara akademis atau teoritis diharapkan memberikan pengetahuan dalam proses bimbingan dan penyuluhan agama terutama pengetahuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk memperbaiki kearah yang lebih baik. Manfaat secara empiris dalam penelitian ini diharapkan menjadi media informasi mengenai metode atau teknik dan memberi wawasan pada para pembimbing dan masyarakat (orang tua).

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu5. Metodologi penelitian dapat juga diartikan satu cara kerja untuk memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana penelitiana adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data secara triangulasi (gabungan),

5 Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: CV. Alfabeta,

(18)

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi6. Menurut Tailor sebagaimana dikutip oleh Lexi J.Moleong adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa dengan kata-kata tertulis lisan dari orang dan perilaku yang diamati.7

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (contohnya: Perilaku, sikap, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya) dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata yang tertulis dan bahasa, pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.8

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu9, penulis mengadakan wawancara dengan pembimbing agama yang merangkap sebagai pendidikanak pemulung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti.

6

Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), Cet ke- 8, hal 9

7Lexy J. Moleong. Metode penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), Cet ke- 15, hal 3

8

Lexy J. Moleong. Metode penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet ke- 33, edisi revisi, hal 4

9 Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: CV. Alfabeta,

(19)

b. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data dengan cara wawancara. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan tentang cara pembimbing agama membentuk karakter anak-anak pemulung tersebut melalui lembaga nonformal.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data berupa data-data tertulis, gambar , artikel serta website dari internat sebagai data pendukung. Termasuk semua data yang dihimpun selama melakukan penelitian dalam menganalisis metode atau teknik pembimbing agama terhadap pendidikan karakter anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus.

3. Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Jl. Lebak Bulus V No 34, Cilandak Jakarta Selatan. Observasi awal dilakukan pada hari jum’at tanggal 21 Oktober pukul 11.00 WIB dengan mendatangi lokasi penelitian. Sedangkan dari segi waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai bulan Juni 2014.

Alasan penulis memilih lokasi penelitian yakni lokasi tersebut merupakan sebuah yayasan independen non partisipan yang didirikan oleh H. Aslih Ridwan seorang pembimbing agama yang aktif dalam berdakwah baik melalui radio, televisi maupun media massa. Media Amal Islami sebagai media dakwah yang memadukan antara dakwah bil lisan dan dakwah bil hal, dalam mengaasi problem umat, terutama

(20)

pada kalangan bawah yaitu anak yatim, dhuafa, anak jalanan dan pemulung.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah mereka yang bertugas dalam pembimbing agama, yang terdiri dari 1 orang pimpinan, 1 orang pembimbing, dan 5 orang anak pemulung yang menjadi santri di Yayasan Media Amal Islami, karena dengan pertimbangan peneliti mereka adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, sehingga akan memudahkan peneliti untuk menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.

5. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu data primer dan data sekunder.Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari informan berupa catatan tertulis hasil wawancara. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang didapat dari buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya.

6. Teknik Analisis Data

Nasution (1988) menyatakan “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian10. Jadi yang dimaksud analisa data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dalam

10 Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: CV. Alfabeta,

(21)

teknis analisis data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif, dimana semua data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan, lalu menganalisisnya secara sistematis.Penulis juga menggunakan teori untuk dapat membahas masalah penelitian.

7. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Peneliti melakukan tinjauan pustaka dengan tujuan bahwa penulisan skripsi ini bukan merupakan hasil dari skripsi sebelumnya. Berikut ini judul-judul skripsi yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka :

1. Veny Okasari mahasiswa jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam “Pola Bimbingan Agama Pada Anak Komunitas Pemulung di Kelurahan Jurang Mangu Barat Pondik Aren Tanggerang Selatan”. Berisikan mengenai pola bimbingan agama dengan hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa orang tua pemulung masih mempunyai perhatian terhadap masalah agama untuk masa depan anaknya. Sedangkan dalam skripsi ini berisikan mengenai pembentukan karakter dengan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pembentukan karakter dilakukan tidak hanya dalam kegiatan pembelajaran di lembaga saja tetapi di dalam lingkungan

(22)

sehari-haripun sanga berperan penting dalam proses perubahan perilaku tersebut.

2. Hardiansyah, mahsiswa jurusan Pendidikan Agama Islam “Pendidikan Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara”. Berisikan mengenai pendidikan karakter, moral dan budaya yang sebenarnya sudah dirintis oleh Ki Hadjar Dewantara dengan tri pusat pendidikan yang dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial. Perbandingan dengan skripsi ini adalah proses perubahan perilaku yang di lakukan oleh suatu lembaga.

3. M. Nur Hidayat, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Islam”. Mengenai konsepsi pengembangan nilai-nilai kepribadian Rasulullah dalam kegiatan pendidikan. Kemudian melakukan explorasi dan pengembangan terhadap nilai-nilai utama pribadi Rasulullah yang menjadi pilar utama pembentukan karakter menuju konsep fitrah yang ditetapkan oleh Allah SWT. Sedangkan dalam skripsi ini berisikan tentang penerapan nilai-nilai dari karakter itu sendiri kepada anak pemulung.

4. Sofhal Jamil mahasiswa jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam. “Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak-anak Yatim di Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar Keluarahan Beji-Kota Depok ”. Mengenai peran dari pembimbing agama yang membentuk suatu kemandirian pada anak-anak yatim

(23)

agar kelak ketika mereka dewasa tidak terseret pada kasus patologi sosial, serta menjelaskan pendekatan yang digunakan oleh pembimbing agama dalam membentuk kemandirian anak-anak yatim. Sedangkan dalam skripsi ini menjelaskan mengenai peran pembimbing dalam menerapkan nilai-nilai karakter dengan pendekatan persuasif.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori berisikan tentang pengertian-pengertian yang di bahas dalam skripsi ini diantaranya, pengertian bimbingan, tujuan dan fungsi bimbingan, bentuk-bentuk bimbingan, pengertian pembentukan karakter, dasar-dasar pemikiran pentingnya pembentukan karakter, sumber-sumber pembentukan karakter, cirri-ciri orang yang berkarakter baik, implementasi pendidikan karakter.

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL

ISLAMI LEBAK BULUS

Gambaran umum ini berisikan tentang sejarah berdirinya, visi, misi, maksud dan tujuan, tugas dan fungsi, sasaran

(24)

bimbingan, penerimaan dan pelayanan, sarana dan prasarana.

BAB IV IMPLEMENTASI BIMBINGAN AGAMA DALAM

UPAYA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK PEMULUNG DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI

Berisikan tentang implementasi pembimbing agama dalam penerapan karakter pada anak-anak pemulung, metode pembimbing dalam menerapkan pendidikan karakter pada anak-anak pemulung, faktor pendukung dan penghambat dalam menerapkan pendidikan karakter pada anak – anak pemulung.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran ini berisikan tentang hasil keimpulan dari penelitian dan saran bagi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

(25)

14

A. Implementasi Bimbingan Agama

1. Pengertian Implementasi Bimbingan Agama

Implementasi bimbingan agama merupakan serangkaian dari tiga kata, yaitu implementasi, bimbingan dan agama. Dan dari ketiganya mempunyai keterkaitan makna, sehingga makna tersebut saling mendukung satu sama lainnya. Untuk lebih jelasnya, dari dua kata tersebut akan diuraikan dengan penjelasan masing-masing.

Kata implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan pelaksanaan, penerapan.1 Dimana kata penerapan itu sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan untuk menerapkan suatu hal.2 Sumber lain menyebutkan bahwa penerapan adalah menggunakan ilmu yang kita miliki untuk mengatasi suatu masalah yang timbul. 3 Artinya, memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh untuk membuat suatu solusi pada sebuah masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah penerapan ilmu yang sudah didapatkan untuk membuat solusi pada sebuah masalah.

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance” yang berarti ; “menunjukkan, memberikan

jalan, menuntun, bimbingan, bantuan, arahan, pedoman, dan petunjuk”.

Kata dasar atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide” yang

1 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995)

2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet ke-3,

hal 491

(26)

artinya “menunjukkan, menuntun, mempedomani, menjadi penunjuk

jalan, dan mengemudikannya”.4 Dari pengertian tersebut dapat disimpulakan bahwa pengertian yang paling umum digunakan adalah pengertian “memberikan bimbingan, bantuan dan arahan”

Kemudian pengertian yang lebih utuh dari kata bimbingan, adalah usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya, mengarahkan dirinya, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya, dan dengannya ia akan mewujudkan kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat di masa kini dan dimasa yang akan datang.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas lagi mengenai arti bimbingan, berikut ini akan kutipan berbagai definisi yang sudah dirumuskan para ahlinya, yaitu:

a. Menurut crow and crow, bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita, yang memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari setiap usia, untuk menolongnya mengemudikan kegiatan, kegiatan hidupnya sendiri, dan memikul bebannya sendiri.

b. Stoops mengatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dalam hal membantu individu dalam

4 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling Islam), (Jakarta:

(27)

perkembangannya untuk mencapai kemampuan secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya maupun bagi masyarakatnya.

c. Menurut Miller, bimbingan adalah bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan dirinya yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada keluarga dan masyarakat.

d. Djumhur dan Moh. Surya, mengatakan bimbingan yaitu suatu pemberian bantuan yang terus-menerus, sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self

understanding), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction), dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (self realization), sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam

mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.

e. Menurut Jear Book of Education, bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan pribadi dan kemanfaatan social.5

Melalui definisi-definisi tersebut dapat dipahami bahwa pada dasarnya esensi atau hakikat bimbingan itu merupakan suatu proses usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain (siapa saja)

5 Ibid, hal 9-10

(28)

dalam segala usia, yang dilakukan secara terus menerus (berkesinambungan) yang mana orang iu mengalami kesulitan atau hambatan dalam hidupnya (secara psikis), sehingga dengan bantuan atau pertolongan itu orang yang diberikan bantuan (terbimbing) dapat mengarahkan dirinya, mampu menerima dirinya, dapat mengembangkan potensinya untuk kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa hal yang principal dalam bimbingan ialah pemberian bantuan atau pertolongan yang dilakukan secara terus menerus kepada siapa saja, tanpa mengenal batas usia ataupun jenis kelamin. Karena, sesungguhnya hampir tidak ada seseorang yang secara utuh dan menyeluruh memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya dengan optimal tanpa adanya bantuan dan pertolongan dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan bantuan, supaya potensi (fitrah) yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan optimal seperti kutipan ayat al Quran berikut :                                      

(29)

                   



Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”. (QS. Almaidah: 2)

Dalam ayat ini jelas bahwa Allah SWT menyuruh umat manusia untuk saling membantu, tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan dan ketaqwaan. Di ayat ini juga menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendirian.

(30)

Sedangkan agama dalam kamus besar bahasa Indonesia agama diartikan kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.6

Sedangkan arti agama sendiri menurut Harun Nasution seperti yang dikutip Jalaludin, Pengertian agama menurut asal kata al-Din, religi

(relegere, religare) dan agama.7

Al-Din dalam bahasa Arab mengandung arti menguasai, mendudukan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata

religi (latin) berarti mengupulkan dan membaca. Adapun kata agama

terdiri dari a=tidak; gam=pergi, berarti mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.8

Sedangkan menurut Harun Nasution bahwa agama adalah:

a) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus di patuhi.

b) Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang mengakui manusia.

c) Mengikatkan diri kepada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan kepada sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

d) Kepercayaan terhadap suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

6 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1,

hal 9.

7 Jalaludin , Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), Cet ke- 3, hal

1

(31)

e) Suatu sistem tingkah laku manusia yang berasal dari kekuatan ghaib.

f) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber dari kekuatan ghaib.

g) Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

h) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.9

Tylor mendefinisikan agama adalah kepercayaan kepada wujud spiritual.10 Sedangkan D. Hendro Puspito mendefinisikan agama ialah suatu jenis sistem sosial yang berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.11

Dari pemaparan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang di maksud dengan agama adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa yang dilandasi oleh ketaatan pada ajarannya serta mempunyai aturan-aturan yang harus di ikuti oleh pengikutnya yang diwarisi secara turun temurun dengan bertujuan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya.

Yang dimaksud dengan bimbingan agama adalah individu yang diberikan bantuan oleh orang lain secara berkala dengan berlandasan

9 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Pers, 1979), jilid 1,

hal 10

10 Yurson Razak dan Ervan Nurtawab, Antropologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007), hal 13

(32)

kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa dengan bertujuan unuk mencapai keselamatan bagi dirinya sesuai apa yang diharapkannya.

Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa implementasi bimbingan agama adalah sebuah penerapan kegiatan

dalam proses pemberian bantuan kepada individu secara

berkesinambungan agar individu tersebut dapat melaksanakan peraturan Tuhan yang diturunkanNya kepada manusia dalam melaksanakan kehidupan dan penghidupan mereka di dalam segala aspeknya agar mencapai kejayaan hidup lahir batin di dunia dan akhirat

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan A. Tujuan Bimbingan

Setelah mengetahui pengertian bimbingan yang ditinjau secara umum, bahwa sangatlah tepat bila bimbingan diselenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Mengingat masalah itu meliputi pada diri setiap orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Manusia dimanapun dia berada akan selalu menghadapi masalah oleh karena itu manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi masalahnya. Dengan selalu berdoa, berusaha dan juga selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan timbul keyakinan bahwa pertolongan-Nya akan senantiasa siap untuk dianugerahkan kepada siapa saja yang dekat dengan-Nya. Orang-orang tersebut akan menghadapi masalah dengan tenang dan pikiran yang jernih.

Adapun tujuan bimbingan menurut Aunur Rahim Faqih adalah sebagai berikut:

(33)

a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah, maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik tetap menjadi baik, sehingga tidak menjadi masalah baginya dan orang lain.12

B. Fungsi Bimbingan

Bimbingan berfungsi mengarahkan individu agar terhindar dari masalah dan berusaha mengembalikan kondisinya menjadi lebih baik.

Bila dilihat dari tujuannya maka fungsi bimbingan menurut Aunur Rahim Faqih adalah sebagai berikut:

• Fungsi Preventif, yakni ,membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

• Fungsi Kuratif, yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

• Fungsi Preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi yang semula tak baik (mengandung masalah) menjadi baik dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good)

• Fungsi Pengembangan, yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik.

12 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,(Yogyakarta: UII Press,

(34)

Sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.13

3. Bentuk – bentuk Bimbingan

a. Bimbingan Kelompok (group guidance)

Bimbingan kelompok adalah cara pengungkapan jiwa/batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar, symposium, atau dinamika kelompok (group dynamics), dan sebagainya.14 Bimbingan kelompok ini dipergunakan untuk membantu anak atau sekelompok anak dalam memecahkan masalah-masalahnya dengan melalui kegiatan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk membantu seorang individu yang menghadapi maslah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok.15 b. Penyuluhan Individual (individual counseling)

Dalam bimbingan ini dilakukan dengan hubungan yang bersifat

face to face relationship (hubungan empat maa) yang dilaksanakan

dengan wawancara antara pembimbing dengan anak asuh. Maslah yang dipecahkan melalui teknik/bimbingan counseling ini ialah masalah-maslah yang sifatnya pribadi. Pada umumnya ada tiga teknik khusus dalam konseling yaitu:

• Directive Counseling, yaitu teknik konseling di mana yang paling berperan ialah counselor, counselor berusaha menyerah

counselee sesuai dengan maslahnya.

13 Ibid., hal 37 14

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon, 1982), Cet. Ke-1, hal 45

15 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.

(35)

• Non directive Counseling, teknik ini kebalikan dari teknik di atas, yaitu semuanya berpusat pada counselee. Counselor hanya menampung pembicaraan, yang berperan adalah

counselee.

Elective Counseling, yaitu campuran dari kedua teknik diatas.16 4. Metode Bimbingan Agama

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos”, yang terdiri dari dua suka kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.17

Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai suatu jalan atau cara yang digunakan dalam proses bimbingan atau bantuan sehingga tercapai maksud dan tujuan sesuai dengan harapan.

Didalam melaksanakan suatu proses bimbingan diperlukan metode agar dapat tercapainya maksud dan tujuan dari sebuah bimbingan yang diharapkan, yaitu sebagai berikut:

a. Metode Keteladanan

Keteladanan adalah sesuatu yang dapat dilihat dan ditirukan langsung oleh anak-anak.18 Ketika kedua orang tua menginginkan anak agar tumbuh dalam kejujuran, amanah, menjauhkan perbuatan

16 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.

Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-1, hal 49

17

Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers), Cet ke-1, hal 10

18 Ummu Shofi, Agar Cahaya Mata Makin Bersinar,(Solo: PT. Indiva Media Kreasi,

(36)

yang dilarang oleh agama, kasih sayang orang tua maka hendaklah orang tua memberikan teladan.19

Dan sebaik-baiknya keteladanan adalah meneladani sebuah karakter Rasulullah, sebagaimana Allah berfirman dan al-Quran surat al-Ahzab ayat 21:

                  Artinya:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

b. Metode Pembiasaan

Pembiasaan adalah salah satu cara yang efektif dalam pendidikan anak. Tanpa harus disuruh, seorang anak sudah tau apa yang harus ia lakukan misalnya pembiasaan membaca al Quran sesuai maghrib atau setiap selesai shalat, membiasakan dzikir setiap setiap selesai shalat, membiasakan cusi tangan sebelum makan dan lain sebagainya.20

c. Metode Nasihat

19

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), Cet ke-2, hal 178

20 Ummu Shofi, Agar Cahaya Mata Makin Bersinar, (Solo: PT. Indiva Media Kreasi,

(37)

Agar anak melakukan hal-hal yang baik, ia perlu nasehat. Demikian pula ketika anak melakukan kesalahan, maka perlu nasihat pula. Rasulullah SAW sering memberikan nasehat kepada para sahabat-sahabat. Ada beberapa cara Rasulullah dalam memberikan nasehat kepada anak, diantaranya:

1) Menggunakan dialog, untuk merangsang daya pikir. 2) Sambil bercanda, agar tidak jenuh dan ada daya tarik. 3) Sederhana dalam kata-kata, sehingga tidak membosankan. 4) Berwibawa yang meninggalkan bekas dalam hati

5) Dengan perumpamaan, sehingga memudahkan pemahaman. 6) Dengan peragaan atau gambar, agar anak lebih jelas

menangkap maksudnya.

7) Dengan amalan praktis, dengan melihat kesempatan.21

d. Metode Pengawasan/Perhatian

Kita harus selalu memperhatikan dan mengawasi anak-anak kita, sehingga bisa menegur dan menasihati mereka bila mereka lupa atau melakukan kesalahan. Perhatian dan pengawasan, kita lakuakn dalam seluruh aspek pendidikan meliputi:

1) Segi akidah, dengan mengenalkan tauhid sejak awal pertumbuhannya.

2) Segi moral, dengan mengenalkan anak akan sopan santun dan akhlak yang mulia.

21 Ibid, hal 98

(38)

3) Segi mental dan intelektual, membiasakan dengan hal-hal yang baik serta menjauhkannya dari hal-hal yang buruk 4) Segi jasmani, dengan membiasakan hidup teratur, makanan

yang halal dan sehat serta olahraga yang cukup.

5) Segi sosial, dengan membiasakan tolong menolong menunaikan hak orang lain.22

e. Hukuman (Sanksi) atau Penghargaan (Reward)

Hukuman dan penghargaan tidak kalah pentingnya dalam memberikan bimbingan terhadap anak. Rasulullah juga sering menggunakannya dalam membimbing anak. Contohnya bagaimana Rasullah membuat anak taat terhadap orang tunya dan menghindari sifat durhaka terhadap mereka.23 Beliau menyebutkan pahala berbakti yang begitu besar dan ancaman durhaka yang begitu menakutkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian hukuman adalah: 1). Hukuman baru boleh dilakukan, bila anak telah melakukan

kesalahan berkali-kali.

2). Tidak memberikan ancaman dengan hukuman-hukuman yang menyulitkan anak

3). Hukuman harus sesuai dengan kadar kesalahan yang dilakukan anak.

4). Beri dahulu arahan, sebelum menghukum anak.

22

Ummu Shofi, Agar Cahaya Mata Makin Bersinar, (Solo: PT. Indiva Media Kreasi, 2007), Cet ke- 1, hal 101

23 Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaidi, Cara Nabi Mendidik Anak, (Jakarta:

(39)

5). Hukuman tidak menyakitkan dan tidak meninggalkan bekas di badan anak, serta tidak melukai hati sang anak.

6). Berikan perintah atau peraturan yang sesuai dengan kemampuan anak.24

B. Karakter

1. Pengertian Karakter

Karakter adalah kumpulan tata nilai yang mewujudkan dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang akan ditampilkan secara mantap. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari yang menjadi bagian kepribadian seseorang. Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan, tentu karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, ditumbuhkembangkan, dan dibangun.

Sedangkan karakter, menurut Stephen R. Covey, adalah hasil pembiasan dari sebuah gagasan dan perbuatan. Dalam sebuah pernyataan disebutkan “Taburlah gagasab, tuailah perbuatan. Taburlah perbuatan, tuailah kebiasaaan. Taburlah kebiasaan, tuailah karakter”. Karenanya, karakter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang.25 Ia dibangun oleh pengetahuan, pengalaman, serta penilaian terhadap pengalaman itu. Kepribadian dan karakter yang baik merupakan interaksi seluruh totalitas manusia.

24 Ummu Shofi, Agar Cahaya Mata Makin Bersinar,(Solo: PT. Indiva Media Kreasi,

2007), Cet ke-1, hal 97-100

25 Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Pendidikan ; Pengembangan

Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al

(40)

Istilah “karakter” dalam bahasa Yunani dan Latin, character berasal dari kata charassein yang artinya ‘mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan’. Watak atau karakter merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Suyanto26 “karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi cirri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuatnya.

Kualitas moral seseorang yang tercerminkan dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku dan kebiasaan yang baik. Karakter ini dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan menjerumuskan. Menurut Ki Hadjar Dewantara karakter itu terjadi karena perkembangan dasar yang telah terkena pengaruh ajar, yang dinamakan ‘dasar’ yaitu bekal hidup atau bakat anal yang berasal dari alam sebelum mereka lahir, serta sudah menjadi satu dengan kodrat kehidupan anak (biologis). Sementara kata ‘ajar’ diartikan segala sifat pendidikan dan pengajaran mulai anak dalam kandungan ibu hingga akil baligh, yang dapat mewujudkan intelligible, yakni tabiat yang dipengaruhi oleh kematangan berfikir. Jiwa naak yang baru lahir diumpamakan sehelai

26 Suyanto, Urgensi Pendidikan Karakter, 2014 (http://waskiamandiribk.wordpress.com).

(41)

kertas yang sudah ditulis dengan tulisan yang agak suram. Padahal pendidikan itu wajib dan harus cakap menebalkan dan menerangkan tulisan-tulisan yang suram mengenai tabiat-tabiat yang baik, sehingga tabiat yang tidak dapat tertutup dan tidak terlihat karena tidak tumbuh terus.

Sebuah penerapan karakter dapat pula dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan anak-anak didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai moral sehingga anak-anak pemulung berperilaku sebagai insan kamil.

Tujuan dari penerapan karakter itu sendiri pada anak pemulung sebagai upaya untuk membentuk karakter yang merupakan perwujudan dari kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Oleh karena itu, penerapan karakter lebih menekankan aspek nilai religiusitas yang merupakan modal bagi pembentukan moral.27

2. Nilai – Nilai Pendidikan Karakter

Ada 18 (delapan belas) nilai yang dikembangkan dalam sebuah pendidikan karakter bangsa,28 sebagaimana dalam table berikut:

Tabel 1

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

NILAI DESKRIPSI

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

27

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia).

28 Ratna Megawati, Pendidikan Karakter solusi yang tepat untuk membangun bangsa,

(42)

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

(43)

menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar

10. Semangat Kebangsaan Cara berfikir, nertindak, dan

berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

(44)

keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

(45)

masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

3. Dasar Pengembangan Pembentukan Karakter

a. Dasar Pengembangan Pembentukan Karakter Dalam Sistem Bimbingan Agama

Adapun dasar pembentukan karakter dalam bangunan sistem sosial umat Islam, keteladanan akan sifat Rasulullah menjadi dasar dan acuan karakter umat islam. Firman Allah SWT:





































Artinya:

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Qs. Al Ahzab: 21

C. Anak

1. Pengertian Anak

Menurut pendapat sebagian besar orang, masa kanak-kanak merupakan masa terpanjang selama rentang waktu kehidupan. Elizabeth Hurlock mengemukakan bahwa masa kanak-kanak dimulai setelah melewati

(46)

masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk anak laki-laki.29

Pada UU Ri nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan, anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (KPBB) tentang hak anak-anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.30

Dalam kasus Psikologi, Child atau anak didefinisikan sebagai seorang anak atau individu yang belum mencapai tingkat kedewasaan. Bergantung pada referensinya, istilah tersebut bisa berarti seorang individu di antara kanak-kanak dan masa puberitas.31

Al Ghazali berpendapat bahwa anak merupakan amanat dan sebuah tanggungjawab yang diberikan Allah s.w.t kepada kedua orang tuanya. Jiwa seorang anak yang suci dan murni merupakan permata mahal dan bersahaja

29 Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendapat Sepanjang Rentang

Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), hal 108

30

Admin KPAI, “UU RI nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak”, http://www.pdat.co.id diunduh pada tanggal 6 februari 2014 pukul 09.00 WIB

31 J. P. Chapin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),

(47)

yang bebas dari ukiran dan gambaran kepada siapa saja ia cenderung kepadanya.32

Dari beberapa pengertian diatas, kita dapat mengetahui beberapa pengertian anak. Dengan demikian, kita dapat menarik kesimpulan bahwa anak adalah individu yang masih lemah, baik fisik maupun psikis yang diamanatkan Allah s.w.t kepada manusia. Hal ini ditujukan agar anak tersebut dapat dibimbing dan diarahkan, supaya mendapat kekokohan jiwa serta raganya, karena anak tersebut masih dalam tahapan perkembangan dan pertumbuhan baik jiwa dan raganya.

D. Pemulung

1. Pengertian Pemulung

Kata “pemulung” berasal dari kata “pulung”. Kata pemulung sendiri dilihat dari pengertiannya secara harfiyah adalah sebagai orang yang menjual barang-barang bekas kepada perusahaan atau juragan yang akan mengolahnya kembali menjadi kegiatan mengumpulkan barang-barang bekas (limbah) yang terbuang sebagai samapah untuk dimanfaatkan sebagai limbah produksi.33

Pengertian pemulung bekerja mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumuni muatan truk sampah yang tengah di bongkar, sebagian pemulung lainnya berputar-putar mengais barang bekas dari

32

Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradapan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1995), Cet ke- 33, hal 19

33 Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indoneisa,

(48)

tumpukan-tumpukan sampah.34 Beberapa ada juga yang mencari barang-barang bekas dengan berkeliling kompleks atau pemukiman warga.

Ada juga yang mengatakan para pemulung adalah kelompok sosial yang kerjanya mengumpulakn atau memilih barang yang dianggap berguna dan mempunyai nilai jual dari sampah tersebu, baik yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Sampah) maupun diluar TPA.35 Adapun jenis barang bekas yang diambil pemulung adalah sebagai berikut:

1. Besi bekas 2. Botol plastik 3. Karung 4. Kardus 5. Kertas 6. Botol kaca 7. Kaleng 8. Alumunium 9. Tembaga36

Barang-barang tersebut merupakan barang yang mereka cari setiap harinya di tempat tumpukan samapah, komplek atau pemukiman warga, dan pinggir-pinggir jalan. Jenis barang bekas yan diambil adalah barang yang dianggap berguna dan memiliki nilai jual. Sehingga barang tersebut bisa ditukar dengan uang.37

34 Nawardi, Koperasi Serba Daur Ulang-Jati Dua, (Bandung: Galang, 1983), Hal 41-55 35 Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan

Lingkungan UI, Sistem Pengelolaan TPA Bantar Gebang-Bekasi, (Jakarta: PPSML-UI, 2000), hal 36

36 Wawancara Pribadi dengan Bos Lapak Pemulung, tanggal 17 februari 2014 37 ibid

(49)

2. Gambaran Anak Pemulung

Anak – anak pemulung merupakan kaum-kaum minorotas yang nasibnya kurang beruntung dalam dunia pendidikan. Di usia mereka seharusnya mendapatkan hak menikmati bangku sekolah seperti anak-anak Indonesia lainnya, bukan mengais-ngais sampah atau kardus bekas.38 Anak pemulung merupakan komunitas yang selayaknya memperoleh hak-hak dasarnya dengan baik. Mereka dapat bermain dan belajar sebagaimana layaknya anak-anak yang lain bisa menikmati masa kanak-kanak dan terlindungi dari kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi.

Anak adalah anugerah terindah dari Sang Pencipta. Mereka hadir dalam kehidupan atas nama cinta. Perhatian dan kasih saying adalah senjata untuk menjadikan mereka generasi penerus bangsa yang memiliki nilai budi pekerti dan akhlak yang beik tentunya. Mulai dari lingkungan kecil seperti keluarga, hingga yang bersifat formal seperti sekolah, merupakan tempat dimana mereka seharusnya berada, bukan di jalan.

Namun tidak semua generasi penerus bangsa ini memiliki kesempatan untuk mengenyam bangku sekolah, terlebih lagi bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Banyak di antaranya mereka yang harus membenam mimpi mereka untuk mendapat pendidikan, terutama bagi anak-anak mereka. Padahal sekolah adalah tempatnya mencetak ‘Habibie’ berikutnya. Miris memang disaat negeri ini sedang berbenah diri menghadapi persaingan global menuntut sumber daya manusia berkualitas, Indonesia yang katanya punya segalanya kalah bersaing dengan bangsa lain.

38 Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi lokasi di komunitas pemulung Lebak

(50)

Kehidupan anak-anak pemulung sangat padat. Dunia anak-anak yang semestinya bisa mereka nikmati seolah hanya sebuah dongeng bagi mereka. Bayangkan saja, sepulang sekolah mereka harus membantu orang tua memilah-milah sapah hasil orang tua mereka memulung. Sesudah itu, anak-anak yang rata-rata masih SD ini harus mengasuh adik-adiknya. Dan memang, hampir tidak ada waktu unuk bermain menikamati dunia anak yang harusnya mereka dapatkan.39

Itu masih soal kesempatan mereka menikmati kehidupan sebagai anak-anak. Hal lainnya, yakni dalam urusan belajar, anak-anak pemulung harus rela belajar sendiri tanpa bimbingan orang tua. Bukan karena ibu dan bapaknya tidak peduli, tetapi orang tua mereka tak punya pilihan waku yang cukup untuk mendampingi anak-anak pemulung belajar. Seharian, para pemulung yang inggal di sekitar lokasi Tempat Pembuangan (sampah) Akhir (TPA) harus menguras keringat dan tenaga untuk memungut sampah yang selanjutnya dijual demi keberlangsungan hidup anak-anak mereka.

Selain keterbatasan waktu untuk menemani anak-anak belajar, pemulung juga mengalami kesulitan untuk belajar bersama anak-anaknya. Maklum saja, sebagian dari mereka memang tidak lancer baca tulis, bahkan sama sekali buta huruf. Mendatangkan guru privat bagi anak-anak mereka sepertinya, hal itu hanya sekedar hayalan bagi pemulung. Memenuhi mengikutkan anak-anaknya pada lembaga bimbingan belajar.

39 Hasil pengamatan peneliti saat mengunjungi komunitas pemulung Lebak Bulus pada

(51)

40

A. Gambaran Umum Yayasan Media Amal Islami1

1. Profil Yayasan Media Amal Islami

Media Amal Islami (MAI) adalah yayasana independen non partisipan yang berdiri sejak tahun 1999 dan terdaftar pada Akte Notaris Ny. Ratna Wijayanti No 01/2007 yang bergerak dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi.

Aktifitas Ketua Umum MAI, H. Aslih Ridwan, MA. Pengisi acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama) di Bens Radio, Wakil Sekjen KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), Account Excecutive di Majalah Aulia.

2. Visi dan Misi a. Visi

Menjadikan sebuah lembaga dambaan umat, yang unggul dalam menetaskan kaum dhuafa menjadi kaum yang mandiri dan berakhlak yang shaleh

b. Misi

a) Melaksanakan dakwah bil lisan dan bil hal kepada masyarakat dhuafa

b) Meringankan beban kaum dhuafa

1 Proposal Ramadhan MAI 1431 H/2010 M, Pembangunan Asrama Anak Yatim, Sekolah

(52)

c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan pelatihan bagi kaum dhuafa

d) Mengembangkan menejemen ilmu pengetahuan sehingga tercipta yang terus-menerus memiliki nilai tambah

e) Mengajak kaum yang berkemampuan untuk aktif dan peduli oterhadap kaum dhuafa

f) Mendorong dan memfasilitasi para Pembina yang terlibat aktif untuk menjadi pengajar dan pembinaan sejati dengan memberikan ruang dan kesempatan yang besar untuk mengembangkan diri, meningkatkan keilmuan dan kesejahteraannya. 3. Struktur Organisasi Sekretaris Umum Sigit Kuntoro Bendahara Umum Zhillan Sofandi Ketua Umum H. Aslih Ridwan, Ma

Wakil Ketua Umum M. Iqbal Siregar

Wakil Sekretaris Dina Banowati, S. Sos. I

Wakil Bendahara I Dzulfitri Sulaiman, S. Pd. I

Wakil Bendahara II Fathi Ihsan

(53)

a. Bidang Dakwah:

- Tebar da’I ke komunitas pemulung dan anak jalanan - Pembinaan akidah dan akhlak pemulung

- Pengajian orang tua, remaja dan anak-anak - Tafakur alam dhuafa

b. Bidang Pendidikan

- Program beasiswa anak asuh (Yatim) - Program peduli guru dan murid - PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

- Madrasah Diniyah Takmiliyah Gn, Sindur & Curug Parung - TPA anak pemulung

c. Bidang Sosial

- Relawan Kemanusiaan (REKAM) MAI - Santunan rutin anak yatim, dhuafa dan jompo - Tebar hewan kurban

d. Bidang Ekonomi: - Usaha aqiqah

- Koperasi Syariah simpan pinjam - Pembekalan keterampilan

e. Pembangunan Asrama Anak Yatim & Sekolah Dhuafa, Pemulung serta Anak Jalanan

(54)

43

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Informan 1. Pembimbing

Dalam bab ini, penulis memaparkan tentang deskripsi pembimbing dan terbimbing yang ada di Yayasan Media Amal Islami (MAI) Lebak Bulus, Cilandak Jakarta Selatan. Pembimbing agama Islam yang ada di Yayasan Media Amal Islami (MAI) yaitu dua orang pembimbing.

Tabel 3

Pembimbing Agama Islam

No Nama Tugas Hari/waktu

1 H. Aslih Ridwan, MA Pembimbing

Agama Islam

Rabu 16.00-17.00

2 Yayah Kodariah Pembimbing

Agama Kamis 11.00-16.00 3 Ratnasari Pembimbing Agama Islam Senin-jumat 08.00-16.00

Deskripsi mengenai Pembimbing Agama Islam di Yayasan Media Amal Islami (MAI) yaitu:

a. Bapak H. Aslih Ridwan, MA

Bapak Aslih adalah seorang Pembimbing Agama Islam di MAI lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1967. Bapak Aslih telah mendirikan yayasan MAI sejak tahun 2008.

(55)

Selain menjadi seorang pembimbing agama Islam di MAI, ia juga tercatat sebagai pengisi acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama) di Bens Radio, Wakil Sekjen KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), dan Account Executive Majalah Aulia. Berikut kutipan wawancara Ustd. Aslih dengan peneliti.1

b. Ratnasari

Ratnasari adalah seorang pembimbing agama Islam di MAI lahir di Karawang, 5 Maret 1994. Ia sekarang bertempat tinggal di Jl. Lebak Bulus 5 no 34, Cilandak Jakarta selatan.

Ia menjalankan tugasnya dengan cermat dan ikut serta menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak-anak di yayasan. Ada beberapa tugas yang dijalankan Ratnasari sebagai seorang pembimbing agama Islam di Yayasan meliputi:

1. Pengamatan perilaku anak.

2. Memberikan bantuan khusus kepada anak-anak yang bermasalah dan membutuhkan.

3. Mengadakan bimbingan kelompok atau individu kepada anak.2

2. Terbimbing

Adapun deskripsi mengenai terbimbing adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Terbimbing Berdasarkan Jenis Kelamin3

1

Wawancara pribadi dengan Ustd Aslih, Pembimbing Agama Islam, MAI, 25 April 2014.

2

Observasi di Yayasan Media AMal Islami, 25 April 2014

3

Data kegiatan Bimbingan Agama Islam di Yayasan Media Amal Islami, periode Juni 2014.

(56)

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 19 Orang

2 Perempuan 12 Orang

Jumlah 31 Orang

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terbimbing laki-laki berjumlah 14 orang dan terbimbing perempuan berjumlah 8 orang.

Tabel 5

Terbimbing Berdasarkan Usia4

No Usia Jumlah

1 10-12 Tahun 15 Orang

2 13-14 Tahun 10 Orang

3 15-17 Tahun 6 Orang

Jumlah 31 Orang

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terbimbing umur 10-12 tahun berjumlah 15 orang, terbimbing umur 13-14 tahun berjumlah 10 orang, dan terbimbing umur 15-17 tahun berjumlah 6 orang.

Terbimbing yang menjadi sampel penulis di Yayasan Media Amal Islami berjumlah tiga orang. Penulis hanya mengambil lima sampel

4

Data kegiatan Bimbingan Agama Islam di yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus, periode Juni 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, meskipun menggunakan protokol UDP(User Datagram Protocol), proses pengiriman data pada permainan dalam jaringan LAN(Local Area Network) dapat dikirimkan

Keterlibatan masyarakat anggota dalam seluruh aktivitas pengelolaan, yaitu perencanaan, penetapan batas areal kerja, pelaksanaan kegiatan, dan monitoring evaluasi, merupakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh pembelajaran micro teaching dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) terhadap minat menjadi guru mahasiswa

Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya, skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, DAYA TARIK IKLAN, DAN HARGA TERHADAP MINAT

Berdasarkan fakta tersebut maka diperlukan adanya kajian untuk melihat perbedaan asupan energi, protein, aktivitas fisik dan status gizi antara lansia yang mengikuti dan

Minyak jahe hasil ekstraksi menggunakan proses MAE memiliki kadar zingiberene yang lebih besar dari kadar zingiberene yang dihasilkan dari proses ekstraksi dengan

diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X) yang ada di dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama. Degan kata lain perlu ditentukan derajat hubungan

Ibukota Kecamatan dan sekitamya tentunya akan sangat berpengaruh terhadap lancarnya pemasaran, hasil pertanian. Demikian juga pembangunan / peningkatan ruas jalan dari Ampah Kota