• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

Matrik 1 Implementasi CSR UMKM Batik Tulis di Wukirsari

Corporate Social Responsibility Tingkat Pelaksanaan Tinggi ( 100-51% ) Rendah ( ≤ 50% ) Tema Lingkungan

 Mengurangi bahan kimia berbahaya dalam proses produksi batik

 Mengolah limbah hasil produksi

 Ikut serta dalam kegiatan perlindungan lingkungan (mengelompokkan jenis sampah)

 Menggunakan material yang dapat diolah kembali dalam proses produksi Tema

Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja

 Memberikan kompensasi kepada karyawan

 Memberikan hari libur kepada karyawan

 Memberikan bonus kepada karyawan

 Membekerjakan laki-laki maupun perempuan

 Memberikan pelatihan kepada karyawan bari

 Pemberian jaminan keselamatan kerja karyawan

 Memberikan jaminan keamanan kerja kepada karyawan

 Memberi bantuan kepada karyawan

Tema Komunitas Masyarakat

 Memberi sumbangan kepada masyarakat

 Melaksanakan aktivitas bersama masyarakat sekitar

 Berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah

 Mempekerjakan karyawan yang merupakan masyarakat lokal

 Memberikan pelatihan mebatik bagi masyarakat generasi lanjut

Tema energi  Menggunakan energi (Listrik, air, minyak, gas, dll) secara lebih efisien

Memanfaatkan barang bekas untuk

B. Implementasi Etika Bisnis pada Sentra UMKM Batik di Wukirsari

Etika bisnis adalah norma-norma atau kaidah-kaidah etis yang dianut dalam melaksanakan kegiatan bisnis (Kurniawati, 2008:8). Agar dapat diterima dengan baik, suatu usaha yang merupakan bagian dari kegiatan bisnis penting untuk menerapkan prinsip-prinsip etika. Penerapan prinsip-prinsip etika dalam dunia bisnis dapat diwujudkan dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis. Hal ini diperlukan karena dalam menjalankan suatu bisnis atau usaha banyak melakukan kegiatan atau interaksi sosial dengan masyarakat yang memiliki budaya dan norma-norma yang berbeda. Interaksi dalam hal ini meliputi interaksi dengan karyawan, masyarakat lingkungan sekitar UMKM, serta para pelanggan.

Ada pun penerapan etika bisnis dapat diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip etika pada umumnya. Dalam tulisan ini, prinsip-prinsip etika yang diungkapkan oleh Keraf (1998) menjadi acuan untuk melihat umplementasi etika bisnis pada UMKM batik tulis di Wukirsari. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: prinsip otonomi, prinsip kejujuran, prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik, dan prinsip keadilan. Berikut ini merupakan tingkat implementasi etika bisnis pada UMKM batik tulis di Wukirsari yang dihitung dengan rumus sebagai berukut (Sugiyono, 2001):

Persentase Deskriptif = Jumlah pernyataan yang diperoleh x 100% Jumlah pernyataan ideal

Keterangan: Jumlah pernyataan ideal adalah jumlah pernyataan bila responden menjawab “Ya” pada semua butir kuesioner

Hasil perhitungan berdasarkan rumus Deskriptif Persentatif menunjukkan bahwa tingkat implementasi etika bisnis pada UMKM batik tulis di Wukirsari adalah tinggi. Hal ini menunjukkan sikap UMKM dalam menjalankan bisnis yang beretika. Berikut ini merupakan hasil perhitungan implementasi etika bisnis dari para responden yang disajikan dalam tabel 3.2.

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa ada 30 responden yang memberikan jawaban pada 12 butir pernyataan. Adapun pernyataan tersebut menunjukkan implementasi prinsip otonomi, kejujuran, prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik, dan keadilan. Pada tabel 3.2 dapat dilihat bahwa pada umumnya responden memiliki tingkat implementasi yang tinggi, dengan rata-rata implementasi etika bisnis 99,44%. Hal ini menggambarkan bahwa pelaku usaha batik tulis di Wukirsari memiliki tingkat implementasi yang tinggi akan usaha yang beretika.

Berdasarkan tabel di atas, tingkat implementasi etikan bisnis setiap responden disajikan dalam nilai persentasi deskriptif pada kolom “Persentase”. Dari data tersebut, diketahui bahwa 28 dari 30 responden 100% mengimplementasikan etika bisnis berdasarkan pernyataan yang ada pada kuesioner. Melihat hasil perolehan dari kuesioner yang menunjukkan bahwa hampir semua responden memperoleh nilai ideal, ada kemungkinan responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Hal ini dapat disebabkan karena pernyataan pada kuesioner yang mengarah kejawaban ya. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawacara dan observasi yang dilakukan, UMKM yang juga merupakan anggota dari paguyuban batik tulis Giriloyo

memiliki tatanan nilai dan budaya dari paguyuban tersebut. Paguyuban sendiri memberikan tatanan nilai untuk menjaga hubungan baik antar sesama pengrajin, menjaga hubungan dan kepercayaan pelanggan, dan tetap menjalin hubungan baik dengan masyarakat lokal. Adapun implementasi etika bisnis oleh UMKM batik tulis di Wukirsari mencerminkan prinsip-prinsip yang dipaparkan oleh Keraf (1998) yaitu prinsip otonomi, prinsip kejujuran, prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik, dan prinsip keadilan.

Tabel 3.2 Data Implementasi Etika Bisnis UMKM Batik Tulis di Wukirsari Responden Jumlah Pernyataan yang dijawab “ya” Persentase (%) 1 12 100 2 12 100 3 12 100 4 12 100 5 12 100 6 12 100 7 12 100 8 12 100 9 12 100 10 12 100 11 12 100 12 12 100 13 12 100 14 12 100 15 12 100 16 12 100 17 12 100 18 12 100 19 11 92 20 12 100 21 12 100 22 12 100 23 12 100 24 12 100 25 12 100 26 12 100 27 12 100 28 11 92 29 12 100 30 12 100 Rata-rata 99,44%

1. Prinsip Otonomi

Dalam penerapannya, prinsip otonomi dalam etika bisnis menunjukkan sikap atau kemampuan manusia dalam bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut sadar sepenuhnya akan berbagai hal yang menjadi kewajibannya dalam berbisnis atau menjalankan usaha, sehingga ia mampu menentukan keputusan dan melakukan tindakan atas keputusan yang telah ditentukan.

Prinsip ini telah terapkan oleh para pengrajin batik tulis yang merupakan pelaku UMKM di Wukirsari. Mereka bertanggung jawab atas kegiatan usaha yang telah mereka lakukan. Khususnya dalam kegiatan produksi, ada beberapa UMKM yang lebih memilih bahan baku sintetis untuk proses pewarnaan. Hal tersebut merupakan keputusan bagi pihak UMKM, dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak yaitu limbah pewarna yang menjadi kosekuensi sekaligus tanggung jawab UMKM. Dari keputusan tersebut, pihak UMKM memiliki tanggung jawab untuk untuk tetap menjaga lingkungan dan ekosistem tetap terjaga, sehingga pihak UMKM berupaya agar limbah pewarna dapat dibuang dengan aman tanpa merusak lingkungan. Upaya tersebut diwujudkan pihak UMKM dengan mengolah limbah hasil produksi.

Pihak UMKM juga secara tidak langsung telah bertanggung jawab terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam urusan bisnis, dalam hal ini para pelanggan. Khususnya pemilik UMKM yang lebih memilih menggunakan

pewarna alam untuk menghasilkan produk yang aman. Keputusan ini sekaligus wujud tanggung jawab UMKM bagi para konsumen/pelanggan dengan menawarkan produk yang aman dengan menggunakan pewarna yang berasal dari alam.

2. Prinsip Kejujuran

Untuk mempertahankan usaha, UMKM juga perlu untuk menjalankan usaha dengan prinsip kejujuran. Adapun arti kata jujur dalam KBBI adalah tulus hati, berkata apa adanya, tidak curang yang dengan mengikuti aturan yang berlaku, sedangkan kejujuran adalah sifat jujur yang mencerminkan ketulusan dan kelurusan hati. Dalam bisnis, prinsip ini diwujudkan dengan berbagai aspek seperti: memenuhi syarat-syarat perjanjian dan kontrak usaha, menawarkan barang dan jasa dengan mutu yang baik, dan transparan mengenai sumber dan perhitungan gaji pegawai. Prinsip ini juga dianut oleh para responden. Seperti hasil wawancara pada tanggal 03 Maret 2017 yang menyatakan:

Ibu H

“Saya disamping mau melestarikan seni budaya, saya juga menjaga kualitas, jadi mbatiknya saya gak asal-asalan. Jadi batik saya itu saya bolah-balik mbak”

(Wawancara 03 Maret 2017)

Ibu I

“Mrining ya tetap bolak-balik. Jadi kalo misalnya saya mbatik sendiri tetap saya bolak-balik. Jadi misalnya harganya mahal, kualitasnya tetap saya pertahankan”

Dari hasil wawancara tersebut, dapat menunjukkan penerapan bisnis yang beretika. Dengan harga batik tulis yang mahal, memang sesuai dengan kualitas yang tetap dijaga oleh para pengrajin. Seperti yang diketahui, bahwa proses membatik membutuhkan waktu yang sangat lama dengan pengerjaan yang dilakukan oleh tangan. Hal ini yang menjadi alasan mengapa kain batik tulis lebih mahal dari jenis kain batik lainnya. Kain yang digunakan sebagai bahan juga bukan sembarang kain, tetapi kain sutera merupakan bahan yang digunakan pengrajin batik pada umumnya.

3. Prinsip Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik

Sebagai pekerjaan yang selalu melakukan interaksi sosial dengan berbagai pihak, UMKM dituntut untuk bersikap baik kepada siapa saja. Oleh karena ini, UMKM harusnya mewujudkan etika bisnis dengan prinsip tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik. Prinsip ini menuntut agar setiap orang tidak berbuat jahat kepada orang lain, sebisa mungkun dalam situasi apa pun tetap berbuat baik bagi orang lain. Dengan begitu, suasana damai dalam hidup bersosial akan tercipta. Prinsip inilah yang diterapkan UMKM batik tulis di Wukirsari. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil wawancara, dengan jumlah pengrajin batik tulis yang lebih dari 200 orang, masing-masing tetap menjalankan bisnisnya dengan bersaing secara sehat. Bahkan sering membantu UMKM yang bisa dikatakan sebagai kompetitor saat UMKM lain membutuhkan bantuan.

Seperti hasil wawancara dengan Ibu F pada tanggal 16 Maret 2017 menyatakan:

Ibu F

“Kita menjualnya dengan cara kita sendiri, tidak mau ngurusi kelompok lain gimana cara menjualnya. Yang penting kita gak menjelek-jelekkan kelompok orang lain. Kita jual batik kita sendiri, ini pewarnaannya kayak gini, kita terangkan semua. Setelah konsumen percaya kan ya mereka pasti membeli. Nah itu kita jaga sekali etika itu, karena etika kan sangat penting sekali. Jangan sampai kita kena komplain”

(Wawancara 16 Maret 2017)

Dari kutipan wawancara tersebut memperlihatkan responden sangat menjaga sikap dalam bersaing sehingga tidak ingin mencampuri cara pengrajin lain dalam memasarkan produk mereka. Ibu F merasa tidak harus menjelek-jelekkan UMKM lain untuk menarik para pelanggan, namun dengan menunjukkan kualitas dan penawaran yang baik sehingga konsumen dapat tertarik. Hak ini menggambarkan sikap berbuat baik Ibu F dalam menerapkan usaha yang beretika dengan tidak menjerumuskan orang lain untuk menjatuhkan pada hal yang jahat.

4. Prinsip Keadilan

Agar dapat tetap beroperasi dan diterima oleh masyarakat, UMKM juga perlu menerapkan etika bisnis dengan prinsip keadilan. Baik itu terhadap karyawan, masyarakat, atau pun para pelanggan. Prinsip ini juga telah diimplementasikan. Dari hasil wawancara dan penelitian ke lapangan, pemilik UMKM memberikan gaji kepapda karyawannya masing-masing sesuai dengan hasil kerja dan kualitas kerja para karyawan. Para karyawan juga telah memiliki hak dan kewajiban masing-masing

sesuai dengan keahlian mereka, dimana dalam proses prduksi batik tulis memiliki berbagai tahapan. Para karyawan telah memiliki peran masing-masing dengan hak dan kewajiban yang sama. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu G yang menyatakan:

Ibu G

“ Orang-orang sini kan banyak yang peran mereka itu di bidangnya masing-masing. Kalo batik tulis di sini kan ada tahap-tahapannya toh. Ada tahapan pola itu siapa, terus tahap berikutnya itu apa lagi. Kan setiap masing orang itu sudah memegang perannya masing-masing.”

(Wawancara 03 Maret 2017)

Selain memperlakukan karyawan dengan adil, para responden juga melayani pelanggan tanpa membedakan golongan, ras, jabata, dan kekayaan. Seperti yang dialami sendiri oleh penulis saat mendatangi salah satu show room UMKM yang ada di sekitar Paguyuban batik Giriloyo. Pihak pengelola menyambut dengan baik dan mempersilahkan untuk masuk melihat karya-karya yang dipajang tanpa mempertimbangkan jabatan atau ras. Hal ini juga telah menjadi strategi pemasaran UMKM batik tulis di Wukirsari pada umumnya.

Penerapan etika ini juga dapat dipengaruhi oleh tatanan nilai yang berlaku di wilayah Wukirsari yang masih merupakan bagian dari Provinsi Yogyakarta yang terkenal dengan sikap dan pembawaan masyarakat yang ramah dan santun. Hal ini yang masih diterapkan pihak UMKM dalam menghadapi para pelanggan.

C. Penerapan Corporate Social Responsibility serta Etika Bisnis Sebagai Faktor Pendukung Keberlangsungan UMKM Batik Tulis di Wukirsari

Keberlanjutan usaha merupakan suatu kondisi yang menunjukkan bahwa suatu usaha dapat tetap beroperasi dalam kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini, keberlangsungan UMKM akan dukur bedasarkan empat aspek, antara lain modal, sumber daya manusia, produksi, dan pemasaran. Tingkat keberlangsungan UMKM akan dideskripsikan dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2001):

Persentase Deskriptif = Jumlah pernyataan yang diperoleh x 100% Jumlah pernyataan ideal

Keterangan: Jumlah pernyataan ideal adalah jumlah pernyataan bila responden menjawab “ya” pada semua butir pernyataan

Pada tabel 3.3 disajikan tingkat keberlangsungan masing-masing responden yang dinyatakan dalam persentase deskriptif. Persentase tersebut berdasarkan jumlah jawaban “ya” para responden untuk 21 pernyataan pada kuesioner keberlangsungan usaha. Berdasarkan data tersebut, rata-rata keberlangsungan UMKM sebesar 83,56% yang termasuk kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pernyataan yang dijawab “ya” oleh para responden yaitu 14 pernyataan. Responden dengan tingkat keberlangsungan tertinggi yaitu 86,7% diperoleh oleh responden 2, 8, 10, dan 29, sedangkan responden dengan tingkat keberlangsungannya rendah adalah responden 19 dengan tingkat keberlangsungan 46,7%.

Pencapaian tingkat keberlangsungan UMKM telah meliputi aspek modal, sumber daya manusia, produksi, dan pemasaran. Berikut ini merupakan wujud kegiatan UMKM untuk meningkatkan keberlangsungan UMKM pada setiap aspek.

Tabel 3.3 Data Tingkat Keberlangsungan UMKM Batik Tulis di Wukirsari

Responden Jumlah Pernyataan yang dijawab “ya” Persentase (%) 1 12 80 2 13 86,7 3 11 73,3 4 12 66,7 5 11 60 6 10 73,3 7 9 80 8 11 86,6 9 12 80 10 13 86,7 11 8 53,3 12 8 53,3 13 9 60 14 9 60 15 9 60 16 9 60 17 11 73,3 18 12 80 19 7 46,6 20 12 80 21 12 80 22 10 66,7 23 11 73,3 24 10 66,7 25 9 60 26 9 60 27 12 80 28 12 80 29 13 86,7 30 12 80 Rata-rata 83,56 1. Modal

Ada 2 pernyataan yang disajikan untuk mengetahui tingkat keberlangsungan UMKM berdasarkan aspek modal. Dari data kuesioner, pernyataan tertinggi yang dijawab “ya” oleh para responden adalah pernyataan 2 dengan tingkat persentase 93%. Pernyataan 2 yaitu “adanya sumber modal tetap untuk menjalankan usaha” menunjukkan bahwa UMKM memiliki sumber modal tetap untuk menjalankan usaha.

Berdasarkan hasil wawancara, modal tetap UMKM pada umumnya adalah modal sendiri. Pihak paguyuban juga menjalin kerjasama dengan PT Primisima yang melayani pinjaman bagi para pengrajin dalam bentuk kain untuk menunjang proses produksi.

Data hasil kuesoner menunjukkan tingkat pelaksanaan dari para responden untuk pernyataan 1 adalah tinggi yaitu 77%. Pernyataan ini menunjukkan kelancaran perputaran modal para responden. Dari persentase tersebut diketahui bahwa 23 dari 30 responden menjawan “ya” untuk pernyataan ini.

2. Sumber Daya Manusia

Pengukuran keberngsungan untuk aspek sosial diwujudkan dalam 3 pernyataan. Pernyataan yang memperoleh jumlah tertinggi adalah pernyataan 2 dan 3 dimana 100% responden memberikan jawaban “ya” untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM telah menambah kualitas tenaga kerja untuk meningkatkan kualitas produksi, serta mempertahankan eksistensi tenaga kerja untuk meningkatkan loyalitas. Berdasarkan hasil wawancara, pihak UMKM biasanya meningkatkan kualitas karyawan dengan cara memberikan masukan yang membangun untuk menghasilkan produk batik yang lebih rapi dan halus untuk kualitas produk yang lebih baik. UMKM juga melakukan beberapa penyesuaian dengan masing-masing karyawan untk meningkatkan loyalitasnya. Pihak UMKM juga melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan.

Pernyataan 1 merupakan pernyatan dengan persentase pelaksanaan paling rendah, yaitu dengan persentase 33% . Hal ini menunjukkan bahwa hanya 10 dari keseluruhan responden yang mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja dalam kurun waktu usaha dijalankan.Berdasarkan hasil wawancara, pihak UMKM memiliki dua jenis karyawan, yaitu karyawan tetap dan tidak tetap. Mereka lebih cenderung memberikan pekerjaan bagi karyawan tetap. Karyawan tidak tetap hanya beretugas menggantikan karyawan tetap jika berhalangan atau pada saat pihak UMKM menerima pesanan dalam jumlah banyak. Pihak UMKM telah memiliki orang tertentu yang dipercaya untuk mengerjakan batiknya berdasarkan kualitas batik yang dihasilkan.

3. Produksi

Aspek produksi dijabarkan dalam 3 pernyataan untuk mengukur keberlanjutan. Pernyataan dengan jumlah pelaksanaan tertinggi adalah pernyataan 3 yaitu “menjaga kualitas bahan serta sarana untuk hasil produksi yang berkualitas”. Pihak UMKM melakukan hal ini dengan membersihkan peralatan membatik setelah melakukan proses membatik. Mereka juga menentukan tempat khusus untuk berproduksi agar peralatan dapat disimpan dengan baik dan tidak terjangkau oleh anak-anak.

Pernyataan selanjutnya yang juga memperoleh tingkat pelaksanaan yang tinggi adalah pernyataan 1 dengan tingkat persentase 83,3% disusul pernyataan 2 dengan tingkat persentase 80%. Pernyataan ini menunjukkan bahwa bahan baku selalu tersedia dan mencukupi untuk melakukan

produksi dan bertambahnya kapasitas produksi setiap tahun. Dalam proses produksi, pihak UMKM melakukan inovasi dengan menggunakan dua bahan perwarna. Bahan baku yang dibutuhkan juga masih mudah diperoleh, kecuali minyak tanah yang digunakan sebagai bahan bakar kompor sumbu untuk memanaskan lilin. Akan tetapi, UMKM mulai memanfaatkan kompor elektrik untuk mengatasi hal tersebut.

Berdasarkan data hasil kuesioner, responden yang menyatakan bahwa kapasitas produksinya bertambah setiap tahun adalah 80% dari total responden. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, UMKM menyatakan bahwa hasil produksi batik setiap tahunnya tidak menentu. Hal ini dipengaruhi pesanan pelanggan dan tingkat kerumitan motif dari suatu produk batik.

4. Pemasaran

Aspek permasaran disajikan dalam 4 pernyataan untuk mengukur keberlangsungan. Pernyataan dengan tingkat persentase tertinggi adalah pernyataan 3 disusul pernyataan 2 dengan persentase masing-masing 100% dan 93,3%. Pernyataan 3 menunjukkan kemampuan UMKM untuk menawarkan barang produksi sengan nilai dan estetika khusus sehingga membedakan dengan produk batik lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden, nilai dan estetika khusus yang ditawarkan UMKM terwujud dalam motif-motif setiap produk batik dengan ciri khas batik keraton Yogyakarta. Setiap motif juga memiliki makna dan nilai tersendiri untuk menggambarkan para pemakainya.

Selain itu, pernyataan dengan tingkat persentase terendah untuk aspek pemasaran adalah pernyataan 1 dengan persentase 43,3%. Tingkat persentase tersebut menunjukkan bahwa hanya 13 dari 30 responden yang menggunakan sarana media cetak untuk periklanan produk. Pihak UMKM pada umumnya menggunakan sarana media sosial atau media elektronik untuk memasarkan produk. Hal ini sesuai dengan pernyataan 2 yang tingkat persentasenya sebesar 93,3%. Pihak UMKM pada umumnya telah memiliki telefon genggam yang dapat lebih memudahkan para pelanggan untuk menjangkau para konsumen. Mereka dapat memasarkan produknya melalui pesan singkat (SMS), atau melakukan promosi melalui media sosial (Facebook, WhatsApp, Instagram, dll).

a. Corporate Social Responsibility sebagai Faktor Pendukung Keberlanjutan UMKM Batik Tulis di Wukirsari

Pada pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa UMKM batik tulis di Wukirsari telah melaksanakan kegiatan usaha yang merupakan implementasi CSR. UMKM juga memiliki tingkat keberlanjutan yang tinggi. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan keterkaitan antara implementasi CSR dan keberlangsungan UMKM berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara dengan para responden.

Dari data kuesioner, diperoleh informasi bahwa tingkat implementasi CSR UMKM batik tulis di Wukirsari adalah tinggi (71,1%), sedangkan tingkat keberlangsungan UMKM adalah tinggi (83,6%).

Adapun hubungan CSR dan keberlangsungan UMKM berdasarkan aspek-aspek keberlangsungan adalah sebagai berikut:

a. Modal

Aspek modal menunjukkan kondisi arus kas untuk kelangsungan kegiatan usaha. Berdasarkan data kuesiner dan wawancara, kegiatan CSR yang mendukung aspek ini adalah sebagai berikut:

1) Menggunakan material yang dapat diolah kembali (tema lingkungan) Kegiatan ini mendukung aspek modal pada keberlangsugan usaha, khususnya untuk melakukan efisiensi biaya. Pihak UMKM pada umumnya menggunakan bahan baku yang dapat diolah kembali, seperti lilin malam dan warna alam yang dapat digunakan berkali-kali. UMKM dapat melakukan efisiensi biaya untuk proses produksi. Pemanfaatan baha baku tersebut dapat mendukung kelancara modal UMKM karena untuk membeli bahan baku mereka hanya menggunakan modal yang tinggi pada awal kegiatan produksi sehingga produksi-produksi selanjutnya tidaklah membutuhka modal setinggi produksi awal.

2) Menggunakan energi secara lebih efisien (tema energi)

UMKM menggunakan energi secara lebih efisien dengan menggunakan satu kompor untuk digunakan 2 sampai 3 orang untuk memanaskan malam. Ada juga pihak UMKM yang memanfaatkan kompor elektrik untuk memanaskan malam karena biayanya lebih rendah dibanding menggunakan kompor minyak, seperti UMKM

milik Ibu Imaroh (Sri Kuncoro), Ibu Nur (Sido Mulyo), Bu Giyarti (Sungsang), Pak Jazier (Sekar Kedhaton),dan Ibu Agus (Suka Maju). 3) Mengurangi bahan kimia berbahaya dalam proses produksi batik

(tema Lingkungan)

Kegiatan ini mendukung aspek modal dalam mengurangi biaya yang digunakan dalam proses produksi. Sebagian dari UMKM bati tulis di Wukirsari lebih fokus berproduksi menggunakan bahan pewarna alam, contohnya UMKM batik milik Bu Ninik (Giri Indah), Bu Nur (Sido Mulyo), Bu Giyarti (Sungsang), Bu Imaroh (Sri Kuncoro), dan Bu Agus (Suka Maju). Selain tidak berbahaya bagi lingkungan, bahan tersebut dapat digunakan berulang kali. Hal ini dapat mengurangi biaya yang digunakan untuk proses pewarnaan.

b. Sumber Daya Manusia

Aspek Sumber daya manusia merupakan aspek untuk mewujudkan keberlangsungan usaha dengan meningkatkan kualitas karyawan dan mempertahankan loyalitas karyawan. Kegiatan CSR pihak UMKM yang terkait dengan aspek ini berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara antara lain sebagai berikut:

1) Mempekerjakan karyawan yang merupakan masyarakat lokal ( tema komunitas masyarakat)

Karyawan yang dipekerjakan oleh setiap UMKM batik tulis di Wukirsari merupakan masyarakat lokal yang berdomisili di Wukirsari. Pihak UMKM mempekerjakan masyarakat lokal untuk

membantu masyarakat yang pengangguran memiliki sumber penghasilan dengan membatik.

2) Memberikan pelatihan membatik bagi masyarakat generasi lanjut (tema komunitas masyarakat)

Dalam kegiatan usaha, UMKM menerima apabila ada masyarakat atau pengunjung yang tertarik untuk belajar membatik. Hal ini bertujuan untuk melestarikan kesenian batik dengan mewariskan keahlian membatik bagi generasi yang lebih muda.

3) Memberikan jaminan keselamatan kerja, kompensasi, serta bonus kepada karyawan (tema kesehatan dan keselamatan tenaga kerja). Beberapa dari pihak UMKM berupaya untuk meningkatkan loyalitas dan semangat kerja karyawan dengan memberikan kompensasi serta bonus, diantaranya yaitu ibu Imaroh (Sri Kuncoro)dan ibu Mukhoyaroh (Berkah Lestari). Walaupun dengan jumlah yang tidak terlalu besar, para pemilik usaha biasanya memberi kompensasi dan bonus pada akhir tahun atau pun menjelang hari raya lebaran. Pihak UMKM juga berupaya dalam menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Khususnya dalam proses produksi saat pewarnaan menggunakan bahan sintetis, pihak UMKM melengkapi karyawan dengan sarung tangan serta masker untuk menghindari efek samping dari zat kimia yang digunakan.

c. Produksi

Dalam mewujudkan keberlangsungan usaha, aspek produksi menunjukkan keberlangsungan usaha dalam memenuhi kebutuhannya untuk menghasilkan produk. Implementasi CSR pihak UMKM berdasarkan kuesiner dan wawancara yang mendukung aspek ini antara lain sebagai berikut:

Dokumen terkait