KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Implementasi Kebijakan Pendidikan 1.Rumusan Implementasi
3. Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan
Terdapat beberapa macam teori yang menjabarkan tentang implementasi kebijakan pendidikan yang digagas oleh para ahli. Diantaranya terdapat tiga teori yang paling menonjol. Menurut Arif Rohman (2009: 136-140) ketiga teori tersebut dikembangkan oleh:
a. Brian W. Hoogwood dan Lewis A. Gunn
Dua ahli ini berpandangan bahwa dalam mengimplementasikan suatu kebijakan yang sempurna (perfect implementation) diperlukan syarat khusus. Syarat tersebut diantaranya kondisi eksternal yang dihadapi instansi pelaksana tidak menimbulkan dampak atau kendala serius. Harus tersedia waktu dan sumber yang cukup bagi pelaksana program. Sumber –sumber yang dibutuhkan harus tersedia dan terpadu. Kebijakan yang akan diimplementasikan harus berdasar pada hubungan kausalitas yang handal. Hubungan kausalitas tersebut harus bersifat langsung dan minim rantai penghubungnya.
b. Van Metter dan Van Horn
Van Metter dan Van Horn menngembangkan sebuah teori yang disebut Model Proses Implementasi Kebijakan (A Model of the Policy Implementation Process). Kedua pakar tersebut kemudian membuat dua tipologi kebijakan. Pertama, yaitu
16
jumlah setiap perubahan yang akan dihasilkan. Kedua, jangkauan atau ruang lingkup kesepakatan terkait tujuan diantara pihak – pihak yang turut serta dalam proses implementasi. Berdasar pada dua indikator tersebut, suatu proses implementasi kebijakan akan berhasil jika pada sisi segi perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, dan pada segi yang lain terdapat kesepakatan terhadap tujuan dari para pelaksana dalam mengoperasikan program yang cukup tinggi.
c. Daniel Mazmanian dan Paul. A Sabatier
Teori yang dikembangkan kedua ahli ini dikenal sebagai a frame work for implementation anlysis atau Kerangka Analisis Implementasi (KAI). Peran dari teori KAI ini menunjukkan bahwa suatu kebijakan pendidikan adalah mengidentifikasi variabel – variabel yang dapat mempengaruhi terwujud tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan formal implementasi diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu; (a) tingkat kesulitan yang akan digarap atau dikendalikan, (b) kemampuan dari keputusan kebijakan untuk menyusun struktur yang tepat dalam proses implementasi, (c) pengaruh langsung variabel politik terhadap keseimbangan dukungan terkait tujuan yang terkandung dalam keputusan kebijakan tersebut.
17 4. Implementasi Kebijakan Pendidikan
Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang sangat penting dan penuh resiko. Apabila sebuah kebijakan sudah dibuat namun tidak ada tindak lanjut atas penerapan kebijakan tersebut hanya sia –sia, hanya menjadi wacana. Peran dari setiap elemen sangat dibutuhkan agar suatu kebijakan dan terealisasaikan. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi sumber keberhasilan atau kegagalan dari proses implementasi kebijakan, yaitu; (a) faktor yang terletak pada rumusan kebijakan, (b) faktor yang terletak pada personil pelaksana, dan (c) faktor pada sistem organisasi pelaksana (Arif Rohman, 2009: 147). Beberapa faktor tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam penerapan sebuah kebijakan.
Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri yang telah dimulai sejak manusia tersebut dilahirkan hingga mereka meninggal. Pendidikan akan menuntun seorang anak untuk tumbuh dan mengembangkan potensinya hingga anak menjadi dewasa. Pendidikan yang mampu memberikan bekal pengalaman bagi siswa pada masa yang akan datang. Proses pendidikan di keluarga sebagai bagian awal dari pembelajaran anak sudah berkembang seiring jaman dengan munculnya sekolah- sekolah. Saat ini proses pendidikan sudah banyak dilakukan di berbagai lingkungan baik itu formal, informal, atau non formal.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan tersebut dibutuhkan aturan yang akan mengelola proses pendidikan yang disebut sebagai
18
kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan sebagai keseluruhan tatanan proses dan hasil perumusan langkah strategis pendidikan yang digambarkan melalui visi, misi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu tertentu (H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 140). Kebijakan pendidikan menurut Arif Rohman (2009: 86) adalah
“ Kebijakan pendidikan sebagai bagian dari kebijakan publik yang secara khusus mengatur penyerapan sumber, alokasi, perilaku dan distribusi sumber dalam pendidikan”.
Jadi kebijakan pendidikan dapat dimaknai sebagai aturan tentang proses pendayagunaan berbagai sumber, alokasi, dan perilaku dalam pendidikan. Melalui kebijakan pendidikan tersebut maka tujuan dari lembaga pendidikan dapat tercapai. Implementasi kebijakan pendidikan sebagai proses yang tidak hanya menyangkut lembaga administratif yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program serta memunculkan kepatuhan kepada kelompok sasaran, melainkan faktor hukum, politik, sosial, ekonomi yang secara langsung maupun tidak dapat berpengaruh pada perilaku pihak yang ada dalam program (Arif Rohman, 2009: 135).
Tidak jarang munculnya kebijakan juga dipicu oleh adanya masalah yang terjadi antara kenyataan dan harapan yang berbanding terbalik. Seperti halnya dalam pemberian pelayanan pendidikan bagi setiap anak untuk bersekolah, namun memunculkan pandangan diskrimanasi pada anak berkebutuhan khusus. Harapan untuk meningkatkan profesionalisme guru di sekolah inklusi yang terbentur pada terbatasnya
19
pengetahuan guru terhadap penanganan anak berkebutuhan khusus. Beberapa hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor adanya kebijakan pendidikan.
Masalah yang dihadapi oleh suatu daerah atau bangsa tentunya berbeda- beda. Suryati Sidharto dalam Arif Rohman (2009: 87) mengatakan jika Indonseia sendiri mempunyai lima pokok masalah yakni
a) Relevansi pendidikan b) Daya tampung pendidikan c) Pemerataan pendidikan d) Kualitas pendidikan
e) Efisiensi dan efektifitas pendidikan
Kelima pokok masalah tersebutlah yang sering dihadapi oleh Indonesia dan perlu untuk segera diatasi, salah satu nya melalui perumusan kebijakan pendidikan. Kebijakan tersebut akan menjadi pedoman yang dapat bersifat sederhana, rumit, khusus atau umum dan dirumuskan secara proses politik terkait satu arah tindakan, rencana, atau program tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan (Arif Rohman, 2009: 86). Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa kebijakan pendidikan dibuat dan dirancang untuk mengatasi suatu masalah dalam dunia pendidikan, selain itu sebuah kebijakan hanya akan menjadi wacana jika tidak dimplementasikan dalam suatu program untuk mengatasi masalah dan mencapai tujuan yang diharapkan.
20 B.Pengertian Sekolah Inklusi