• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan tentang Implementasi Kebijakan a.Pengertian Implementasi Kebijakan a.Pengertian Implementasi Kebijakan

B. Deskripsi Teori

1. Tinjauan tentang Implementasi Kebijakan a.Pengertian Implementasi Kebijakan a.Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai organisasi, prosedur dan teknik bekerja sama untuk menjalankan suatu kebijakan dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Van Meter dan Van Horn, implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan individu atau kelompok

pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kepuutusan kebijakan sebelumnya. Tindakan yang mencakup usaha untuk mengubah keputusan menjadi tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha uuntuk mencapai perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan kebijakan (Winarno, 2007: 146).

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah:

Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) (Webster dalam Wahab, 2004: 64).

Menurut Nurdin Usman (Usman, 2002: 70) dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi yakni bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implemantasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Menurut Hanifah (Harsono, 2002: 67) Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program. Pengertian implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier adalah pelaksanaan keputusan

kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksanaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata baik yang dikehendaki atau yang tidak dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting (atau upaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan) terhadap undang-undang/peraturan yang bersangkutan (Wahab, 2004: 68).

Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan kebijakan adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang-undang dan kemudian didiamkan dan tidak dilaksanakan atau diimplmentasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu (Sunggono 1994: 137).

b. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Kebijakan Menurut pendapat George. Edwards III (Suharno, 2010: 188-189), mengajukan empat variabel atau faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu:

1) Komunikasi

Untuk menjamin keberhasilan implementasi kebijakan, pelaksana harus memahami betul mengenai apa yang harus dilakukan berkaitan dengan kebijakan tersebut. Selain itu kelompok sasaran kebijakan juga harus diinformasikan mangenai apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan.

2) Sumber Daya Manusia

Keberhasilan implementasi kebijakan selain ditentukan oleh kejelasan informasi juga ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki oleh implementor. Tanpa sumber daya yang memadai, tentu implementasi kebijakan tidak akan berjalan secara optimal.

3) Sikap Para Pelaksana

Menyangkut watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis, dsb. Hal ini merupakan salah satu variabel penting dalam implementasi kebijakan. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka

dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik sebagaimana yang diharapkan oleh pembuat kebijakan.

4) Struktur Birokrasi

Merupakan struktur organisasi yang bertugas untuk menerapkan kebijakan, dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Untuk mendukung keberhasilan impementasi kebijakan diperlukan sebuah prosedur operasional yang standar.

c. Hambatan Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan tidak selalu berhasil dilaksanakan. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa tujuan dari kebijakan tidak selalu berjalan seperti yang dicita-citakan. Hal tersebut dikarenakan terdapat berbagai hambatan. Menurut Gow dan Morss dalam Yeremias (2004: 73), hambatan tersebut bisa berupa:

1) Hambatan politik, ekonomi, dan lingkungan; 2) Kelemahan institusi;

3) Ketidakmampuan SDM di bidang teknik dan administratif; 4) Kekurangan dalam bantuan teknis;

5) Kurangnya desentralisasi dan partisipasi; 6) Pengaturan waktu;

7) Sistem informasi yang kurang mendukung; 8) Perbedaan agenda tujuan antara aktor;

Dari hambatan tersebut diperlukan solusi pemecahan. Ada cara yang dapat menjadi solusi untuk meminimalisasi hambatan penerapan suatu kebijakan. Menurut Marcus Lukman dalam Ridwan HR (2011: 184), agar hambatan bisa diminimalkan, penerapan atau penggunaan peraturan kebijakan harus memerhatikan hal-hal diantaranya sebagai berikut.

1) Harus sesuai dan serasi dengan tujuan Undang-Undang yang memberikan ruang kebebasan bertindak (beoordelingsvrijheid); 2) Serasi dengan asas hukum yang berlaku (asas-asas umum

pemerintahan yang baik), seperti:

a) asas perlakuan yang sama menurut hukum; b) asas kepatutan dan kewajaran;

c) asas keseimbangan;

d) asas pemenuhan kebutuhan dan harapan;

e) asas kelayakan dalam mempertimbangkan segala sesuatu yang relevan dengan kepentingan publik dan warga masyarakat. 3) Serasi dan tepat guna dengan tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu aktivitas atau kegiatan dinamis dalam pelaksanaan kebijakan untuk mendapatkan suatu hasil akhir yang sesuai dengan tujuan kebijakan. Suatu kebijakan dikatakan berhasil apabila tujuan dari kebijakan tersebut tercapai. Sebaliknya, kebijakan dikatakan gagal melalui implementasi apabila tujuannya tidak tercapai.

2. Tinjauan tentang Perizinan