• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Mengenai Perizinan Pembangunan Hotel di Kota Yogyakarta

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

C. Implementasi Kebijakan Mengenai Perizinan Pembangunan Hotel di Kota Yogyakarta

Peraturan atau kebijakan ditetapkan sebagai fungsi pedoman dan pengendali kegiatan yang ada disuatu daerah dimana ditetapkannya kebijakan tersebut. Kebijakan yang ada tentunya menimbulkan suatu peristiwa hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban baru bagi pihak-pihak yang terkait. Peristiwa-peristiwa tersebut dilaksanakan atau dijalankan harus sesuai dengan ketetapan yang ada, sehingga kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik dan benar. Dalam penelitian ini, implementasi kebijakan mengenai perizinan

pembangunan hotel di Kota Yoggyakarta mengacu pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel.

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel atau faktor, begitu pula kebijakan yang diambil oleh Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Menurut George D. Edwards III sebagaimana dikutip oleh Suharno (2010:188), terdapat empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, faktor tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat saling terkait satu sama lain. Faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Komunikasi

Pelaksana harus memahami betul mengenai apa yang harus dilakukan berkaitan dengan kebijakan tersebut. Selain itu kelompok sasaran kebijakan juga harus diinformasikan mangenai apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan. Untuk itu, maka perlu dilakukan sosialisasi yang intensif mengenai kebijakan tersebut. Sosialisasi dapat dilakukan melalui bermacam-macam cara, misalnya melalui penyuluhan, sosialisasi, media cetak atau media elektronik.

Menurut Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, pemerintah Kota Yogyakarta berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan calon investor dan warga masyarakat Kota Yogyakarta. Salah satu penerapan komunikasinya yaitu melalui penyuluhan atau

sosialisasi mengenai regulasi terkait yang diberikan oleh pejabat Kantor Dinas Perizinan kepada beberapa perwakilan dari warga masyarakat seperti Camat, Lurah, RW atau RT yang dimaksudkan untuk disampaikan kepada warga masyarakatnya. Selain komunikasi sebagai sosialisasi, komunikasi dalam hal ini juga digunakan sebagai cara dalam pengambilan keputusan pengeluaran izin oleh Kantor Dinas Kota Yogyakarta, yakni komunikasi dalam hal musyawarah untuk mencapai mufakat. Yang dimaksud dalam hal ini adalah pembicaraan antara ketiga pihak yang bersangkutan yaitu Pejabat Kantor Dinas Perizinan, calon investor dan warga masyarakat setempat mengenai rencana proses pembangunan hotel terkait yang harus disepakati oleh pihak-pihak tersebut sesuai dengan apa yang ada dalam peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan keterangan dari warga masyarakat, pemerintah memang selalu mengajak para warga untuk berdiskusi terkait pengambilan keputusan pengeluaran izin pembangunan hotel, namun pemerintah hanya meminta beberapa perwakilan saja, sehingga tidak semua warga tau tentang hal-hal tersebut. Sehingga banyak warga yang protes mengenai dampak negatif oleh pembangunan hotel yang tidak mereka ketahui, disitu warga sering merasa dirugikan.

Berdasarkan pemaparan keterangan narasumber diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang ada antara pemerintah dan warga masyarakat kurang begitu baik. Hal tersebut menyebabkan persepsi buruk warga masyarakat terhadap pemerintah daerah, dimana masyarakat

menilai hal tersebut hanya menguntungkan pihak pemerintah dan investor selaku pelaksana.

2. Sumber Daya

Keberhasilan implementasi kebijakan selain ditentukan oleh kejelasan informasi juga ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki oleh implementor. Tanpa sumber daya yang memadai, tentu implementasi kebijakan tidak akan berjalan secara optimal. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia yakni kompetensi implementor dan sumber daya finansial. Tanpa sumber daya, maka kebijakan hanya akan menjadi sekedar angan-angan ataupun dokumen semata.

Sumber daya yang dimiliki oleh Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta terdiri dari Kepala Dinas, Sekretaris, Kelompok Jabatan Fungsional, Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang, Kepala Seksi, Staf dan Naban. Kompetisi yang dimiliki sudah cukup baik, latar belakang pendidikan para pegawai yaitu S2, S1, D3 dan lulusan SLTA. Latar belakang pendidikan yang baik tersebut diharapkan sejalan dengan kinerja dan pelayanan yang baik pula guna diberikan kepada masyarakat.

Kepala Bagian Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa jumlah pegawai yang ada sangat memadai untuk pelaksanaan proses kegiatan yang ada. Sumber daya manusia tidak lagi menjadi hambatan Kantor Dinas Perizinan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain sumber daya manusia, faktor yang berpengaruh ialah sumber daya finansial. Kepala Bagian Pelayanan Kantor Dinas

Perizinan Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa sumber daya finansial sudah cukup baik untuk proses kegiatan di Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, dikarenakan dana sebagai penopang pelayanan terhadap masyarakat sudah dianggarkan. Dengan tercukupinya kedua sumber daya tersebut diharapkan dinas terkait dapat melayani kebutuhan masyarakat dengan baik pula.

Menurut salah satu warga selaku pemohon pengajuan izin, beliau menyatakan bahwa pegawai di Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah cukup, hal ini dibuktikan ketika beliau melakukan proses pendaftaran izin diberikan pelayanan yang cukup baik dan terarah, pegawai-pegawai di Kantor Dinas Perizinan juga memberikan pelayanan yang cukup baik sehingga sangat membantu proses pendaftaran izin tersebut, selain itu kepuasan warga masyarakatpun diiringi dengan adanya fasilitas cukup memadai yang diberikan oleh Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sehingga warga masyarakat merasa mudah dan nyaman dalam melakukan proses pendaftaran izin.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber daya yang dimiliki oleh Kantor Dinas Perizinan sudah sangat memadai dan sudah memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik untuk membantu warga masyarakat Kota Yogyakarta dalam melakukan proses pendaftaran izin.

3. Sikap Para Pelaksana

Menyangkut watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis, dsb. Hal ini merupakan salah satu variabel penting dalam implementasi kebijakan. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik sebagaimana yang diharapkan oleh pembuat kebijakan. Dengan kata lain, pada tahap ini komitmen dan kejujuran dari implementor sangat dibutuhkan.

Kepala Bagian Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa pegawai Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta berusaha untuk selalu menerapkan nilai kejujuran dalam melaksanakan tugas terutama dalam memilah dan memilih permohonan izin yang akan dikabulkan. Komitmen selalu dijunjung tinggi dan menjadi dasar pelaksanaan pelayanan, sehingga pelayanan yang diberikan berjalan dengan baik. Meskipun dalam pelaksanaannya sering mendapat keluhan dari masyarakat terkait dampak-dampak pengeluaran izin tersebut, pegawai Kantor Dinas Perizinan Kota Yoyakarta selaku pelaksana kebijakan selalu menerima dan menimbang serta meninjak lanjuti keluhan dari masyarakat-masyarakat untuk diperbaiki dan menjadikan kinerja yang lebih baik sehingga menghasilkan sesuatu yang baik pula untuk masyarakat Kota Yogyakarta.

Hal senada diungkapkan oleh salah satu pemohon yang sedang melakukan proses pendaftaran izin, beliau merasa para petugas yang ada di

Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta telah melaksanakan tugasnya dengan jujur dan berkomitmen. Hal tersebut dilandasi dengan belum dikeluarkannya surat izin membagun hotel dikarenakan beliau belum memenuhi beberapa syarat yang sudah ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan, padahal beliau sudah mengajukan pendaftaran Izin Mendirikan Bangunan (IMB) hotel sejak bulan November Tahun 2013. Beliau menggungkapkan bahwa pemerintah akan memproses izin tersebut ketika beliau sudah melaksanakan dengan benar persyaratan yang ada. 4. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan struktur organisasi yang bertugas untuk menerapkan kebijakan, dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Untuk mendukung keberhasilan impementasi kebijakan diperlukan sebuah prosedur operasional yang standar (Standart Operational Procedures atau SOP). SOP diperlukan sebagai pedoman operasional bagi setiap implementor kebijakan. Selain itu struktur organisasi birokrasi juga harus dirancang sedemikian rupa untuk menghindari prosedur yang terlalu panjang dan rumit. Penerapan struktur birokrasi di Kantor Dinas Perizinan secara umum sudah baik dan teratur sehingga mempermudah masyarakat dalam menyelesaikan urusan perizinan. Jadi Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sudah menerapkan SOP dengan baik dan harus dipertahankan dalam pelaksanaannya, hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan

Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dan tertuang dalam bagan struktur organisasi brosur Profil Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Keberhasilan pemerintah daerah dalam menerapkan kebijakan daerah dapat dilihat dari kualitas pelayanan publik beserta hasil nyata dari kinerja para pejabat Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta terutama pada lingkup perizinan. Menurut Utrecht (Sutedi, 2011: 167) perizinan merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh penguasa berdasarkan peraturan pemerintah atau undang-undang dalam keadaan tertentu, dalam hal ini yang berwewenang atau berkuasa mengeluarkan izin ialah pihak Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Izin yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah terkait perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta memiliki 2 (dua) sifat, yaitu:

a. Izin yang bersifat memberatkan, merupakan izin yang isinya mengandung unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan pada isi permohonan izin terkait. Di samping itu izin yang bersifat memberatkan biasanya merupakan izin yang memberi dampak beban kepada orang lain atau masyarakat sekitar. Misalnya, pemberian izin pada pendiriaan hotel. Bagi mereka yang tinggal disekitar hotel dan merasa dirugikan akan adanya izin tersebut merupakan suatu beban. Hal ini terbukti dengan adanya hasil wawancara terhadap dampak yang dirasakan oleh warga sekitar wilayah Prawirotaman 2 Kota Yogyakarta dimana warga merasakan kebisingan terkait dengan adanya acara-acara yang diadakan oleh

pihak hotel Green Host pada waktu malam hari, warga merasa terganggu dengan acara tersebut sampai pada akhirnya suatu waktu hotel tersebut mengadakan acara opening Art Jogja yang dilaksanakan di roof top hotel tersebut dan beberapa warga mendatangi serta memprotes acara tersebut, sehingga dengan terpaksa pihak hotel menghentikan acara yang ada. Selain itu warga juga merasakan kesesakan jalan akibat lahan parkir hotel yang kurang memadai sehingga sangat mengganggu aktivitas para warga sekitar hotel. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Edo selaku warga yang bertempat tinggal di belakang Hotel Green Host Prawirotaman 2.

b. Izin segera berakhir, merupakan izin yang menyangkut tindakan yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek, misalnya izin mendirikan bangunan (IMB), yang hanya berlaku untuk mendirikan bangunan dan akan berakhir ketika bangunan selesai didirikan (Sutedi, 2011 : 167). Masa berlaku sertifikat Izin Mendirikan Bangunan ialah 6 bulan. Jika dalam waktu 6 bulan sejak dikeluarkannya izin tersebut proses pembangunan tidak mulai dijalankan maka pemohon harus mengurus perpanjangan izin, namun ketika dalam masa perpanjangan belum juga berjalan maka pemerintah memberikan dua kali kesempatan dengan waktu masing-masing adalah 6 bulan. Bagi investor yang telah melakukan perpanjangan namun waktu tersebut tidak dimanfaatkan maka investor harus melakukan pendaftaran ulang terkait izin mendirikan bangunan.

Jika dalam pelaksanaannya ternyata terdapat pelanggaran atau mengganggu kehidupan masyarakat maka pemerintah berhak untuk memberhentikan proses pembangunan hotel tersebut dengan langkah awal mengkaji dan meninjau kembali proses dan tempat hotel itu dibangun, hal tersebut dilaksanakan oleh badan pengawasan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Bagi hotel yang terbukti melanggar atau proses pembangunan tidak sesuai dengan sertifikat Izin Mendirikan Bangunan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah, maka pihak hotel harus membuat atau mengajukan lagi sertifikat Izin Mendirikan Bangunan yang baru. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya pengeluaran izin mendirikan bangunan baru yang ditujukan untuk PT MENDUT NUSANTARA HOTEL di jalan Pasar Kembang No 49 Yogyakarta yang bernomor 0470/GT/2013-3804/01 Tanggal 27 Mei 2013 dengan fungsi pembangunan hotel dan nomor 0631/GT/2014-5013/01 Tanggal 14 Agustus 2014 dengan fungsi ruang ATM. Dalam penerapannya hotel ini belum memulai pembangunan hotel sampai sekarang. Dalam hasil wawancara dengan Bapak Andy Prayuda selaku Human Resources Development (HRD) beliau mengungkapkan bahwa belum terlaksananya pembangunan tersebut diakibatkan konflik internal berkaitan dengan finansial oleh pemilik hotel dengan kontraktor pelaksana pembangunan hotel tersebut. Dan dalam waktu dekat ini

pihak hotel akan segera mengurus permohonan izin mendirikan bangunan hotel lagi dikarenakan izin yang lama sudah melampaui batas waktu yang diberikan oleh pemerintah daerah.

Permohonan izin dalam kenyataannya tidak selalu dikabulkan, penolakan dalam perizinan terjadi apabila kriteria yang telah ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi, kriteria terkait perizinan pembangunaan hotel di Kota Yogyakarta termuat pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel.

Implementasi kebijakan tidak selalu berhasil dilaksanakan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tujuan dari kebijakan tidak selalu berjalan seperti yang dicita-citakan. Hal tersebut dikarenakan terdapat berbagai hambatan. Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Yogyakarta mengungkapkan hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan kebijakan perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta diantaranya adalah hambatan pada Pengaturan waktu. Dalam rangka memberikan pelayanan yang baik, salah satu perwujudannya ialah ketepatan waktu. Menurut Ibu Novi Setiani salah satu pemohon pengajuan izin pembangunan hotel di Kota Yogyakarta pelayanan dalam hal waktu tidak berjalan dengan baik karena menurut pengalaman beliau, beliau harus menunggu cukup lama untuk berkonsultasi dengan kepala bidang

pelayanan dikarenakan pihak terkait sedang tidak berada di tempat sedangkan beliau sudah membuat janji pada beberapa hari sebelumnya.

Perizinan tentu memiliki unsur atau elemen-elemen pokok dalam proses pelaksanaannya terkait dengan perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta, yakni sebagai berikut:

a. Wewenang

Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu prinsip negara hukum. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan harus berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Terkait dengan perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta pemerintah daerah terutama Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengacu pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel. Baik pemerintah daerah maupun investor harus menaati peraturan tersebut demi sukses berjalannya proses pengajuan sampai pengeluaran izin tersebut. Mulai dari proses pendaftaran hingga pengeluaran izin, pemerintah selalu menerapkan dengan baik apa yang tertera pada undang-undang yang berlaku. Mulai dari proses dan persyaratan semua harus sesuai. Ketika ada sedikit saja pelanggaran maka pengajuan

perizinan tidak akan diproses, hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Setiyono selaku Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara bersama Bapak Septa selaku pemohon izin mendirikan bangunan hotel di Kota Yogyakarta, dimana belum dikeluarkannya surat izin membagun hotel dikarenakan beliau belum memenuhi beberapa syarat yang sudah ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan, padahal beliau sudah mengajukan pendaftaran Izin Membangun Hotel (IMB) sejak bulan November Tahun 2013. Beliau menggungkapkan bahwa pemerintah akan memproses izin tersebut ketika beliau sudah melaksanakan dengan benar persyaratan yang ada.

b. Izin Sebagai Bentuk Ketetapan

Dalam negara hukum modern tugas dan kewenangan pemerintah tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan, tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum. Dalam melaksanakan tugas tersebut, pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan. Dari fungsi pengaturan muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret, yaitu dalam bentuk ketetapan. Ketetapan ini merupakan ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah izin.

Izin merupakan jenis ketetapan yang bersifat konstitutif, yakni ketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tidak tercantum dalam ketetapan itu. Dalam tahap pengeluaran izin, pemerintah selalu mengawasi berjalannya pembangunan hotel yang telah memiliki sertifikat Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Bahwa dalam pelaksanaannya pemerintah harus diyakinkan oleh para investor terkait proses pembangunan hotel tersebut. Meyakinkan pemerintah tidak hanya bermodalkan janji saja namun harus memberikan bukti berupa pemenuhan persyaratan terkait pembangunan hotel yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Lembaga Pemerintah

Lembaga atau kelembagaan secara teoretis merupakan suatu rule of the game yang mengatur tindakan dan menentukan apakah suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif. Dengan demikian, tata kelembagaan dapat menjadi pendorong pencapaian keberhasilan sekaligus juga bila tidak tepat dalam menata, maka dapat menjadi penghambat tugas-tugas termasuk tugas menyelenggarakan perizinan.

Lembaga pemerintah dalam kajian ini ialah struktur organisasi pada Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang terdiri dari Kepala Dinas, Sekretaris, Kelompok Jabatan Fungsional, Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang, Kepala Seksi, Staf

dan Naban. Pembagian struktur organisasi dengan pembagian tugas masing-masing jabatan tersebut berfungsi sebagai pendorong pencapaian keberhasilan dengan tujuan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat Kota Yogyakarta terutama pada bidang perizinan.

d. Peristiwa Konkret

Izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan, yang digunakan pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret dan individual. Peristiwa konkret artinya peristiwa nyata yang terjadi pada waktu tertentu, tempat tertentu dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkret ini beragam, sejalan dengan keragaman perkembangan masyarakat, izin pun memiliki berbagai keragaman.

Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa izin dalam pembangunan hotel di Kota Yogyakarta ditetapkan atau dikeluarkan setelah pihak pemohon memenuhi persyaratan yang ada pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yakni Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel dan dari hasil putusan perizinan tersebut muncul hak serta kewajiban bagi pihak-pihak terkait baik dalam hal waktu, tempat serta pemanfaatannya.

e. Proses dan Prosedur

Permohonan izin harus menempuh proses dan prosedur yang sudah ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Selain itu pemohon juga harus memenuhi persyaratan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah selaku pemberi izin. Proses dan prosedur serta persyaratan pada setiap permohonan berbeda-beda tergantung jenis izinnya.

Proses dan prosedur pengajuan izin mendirikan bangunan hotel bukanlah hal yang mudah. Pemohon harus melewati beberapa tahap yang telah ditetuntukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yakni pengisian formulir, pemenuhan persyaratan, tahap konsultasi oleh Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mengenai rencana pembangunan, pengecekan lahan, persetujuan masyarakat setempat, perencanaan tata ruang, dan lain-lain, hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Pelayanan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sebagai pelaksana pelayanan pengajuan izin pembangunan hotel di Kota Yogyakarta. Secara lengkap proses dan prosedur pengajuan izin membangun hotel tersebut tertuang pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung, yakni:

a. Pemohon mengajukan permohonan IMB secara tertulis kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan dengan melampirkan syarat administrasi dan syarat teknis yang telah ditetapkan.

b. Apabila persyaratan permohonan lengkap maka permohonan diterima dan didaftarkan, serta pemohon diberi bukti pendaftaran.

c. Apabila persyaratan permohonan tidak lengkap maka permohonan tidak dapat didaftarkan dan pemohon diberi surat keterangan kekurangan persyaratan.

d. Terhadap permohonan yang telah didaftar, selanjutnya dilakukan penelitian lapangan/lokasi untuk mengetahui kebenaran persyaratan administrasi dan teknis serta kesesuaian antara rencana kegiatan membangun dengan persil dan dokumen rencana kota.

e. Apabila berkas permohonan dan persyaratan dinyatakan lengkap dan benar, maka Walikota atau Pejabat yang ditunjuk wajib menerbitkan IMB.

f. Apabila berkas permohonan dan persyaratan dinyatakan kurang lengkap dan tidak benar, maka Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dapat menolak permohonan IMB dengan disertai dengan alasan penolakan.

f. Persyaratan

Persyaratan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh izin terkait permohonannya. Persyaratan tersebut berupa dokumen kelengkapan atau surat-surat. Persyaratan mengenai pembangunan hotel di Kota Yogyakarta tercantum pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pengendalian Pembangunan Hotel. Persyaratan tersebut berkaitan dengan syarat administratif dan syarat teknis, hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan Kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Persyaratan administrasi yang dimaksud telah tertuang pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung, yang terdiri dari :

a. Formulir permohonan IMB yang diisi lengkap dan mencantumkan tanda tangan pemohon, diketahui oleh tetangga, Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Lurah dan Camat

b. Fotocopy KTP pemohon dan atau pemilik bangunan yang masih berlaku

c. Fotocopy sertifikat hak atas tanah atau surat bukti kepemilikan tanah lainnya yang sah

d. Surat pernyataan bermaterai cukup bahwa tanah yang dimohonkan tidak dalam sengketa yang ditandatangani oleh pemohon, pemilik tanah dan calon pemilik bangunan.

Sedangkan dalam persyaratan teknis yang harus dipenuhi ialah:

a. Advice planning;

b. Gambar rencana arsitektur atau teknis meliputi :

1) Gambar Tapak Bangunan (site plan) yang meliputi: letak bangunan, akses jalan, parkir, penghijauan/RTH dan lain-lain;

2) Denah, Tampak Depan dan Tampak Samping; 3) Rencana Pondasi;

4) Rencana Atap; 5) Gambar Potongan;

6) Gambar Instalasi dan sanitasi;

7) Gambar Struktur meliputi gambar pondasi, kolom, balok, tangga, plat lantai, rangka atap baja;