• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kegiatan Loka Karya Musrenbang dan Integrasi Community Driven

Dalam dokumen 1 L a p o r a n K e g i a t a n (Halaman 11-27)

Bab II Implementasi Kegiatan

A. Implementasi Kegiatan Loka Karya Musrenbang dan Integrasi Community Driven

Level Distrik Dan Level Kampung Di Kabupaten Teluk Bintuni

A.1. Implementasi Kegiatan di Kabupaten Teluk Bintuni

Implementasi Kegiatan Loka Karya Musrenbang dan Integrasi Community Driven Program ke Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan pada Level Distrik dan Level Kampung di Kabupaten Teluk Bintuni dilaksanakan di Hotel Steenkool, Bintuni, pada tanggal 4-5 Juni 2018. Saat berkonsultasi dengan Kepala Bappelitbangda Kab. Teluk Bintuni, beliau meminta agar nama kegiatan dirubah menjadi Loka Karya Perencanaan Pembangunan dan Integrasi Community Driven Program ke Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan pada Level Distrik dan Level Kampung di Kabupaten Teluk Bintuni. Karena itu, nama kegiatan di backdrop saat pelaksanaan berubah sesuai permintaan beliau.

Sesuai dengan ToR awal dan undangan diberikan kepada 8 OPD yang terkait di Pemkab Bintuni berjumlah 30 orang. Namun dalam implementasi, kegiatan diikuti oleh 22 peserta yang berasal dari sejumlah Organisasi Pemerintah Daerah. Sebaran peserta dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1

Peserta Kegiatan Loka Karya

Musrenbang dan Integrasi Community Driven Program ke Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan

pada Level Distrik dan Level Kampung di Kabupaten Teluk Bintuni

NO NAMA JABATAN

1 Robert Irianto P Subag Perencanaan Dikpora

2 Agus Wiratno Kepala Distrik

3 Fredrick Bappeda

4 P.A. Womatoney Sekretaris Dinas Pertanian

5 Ari Murzi Staff Dinas Pertanian

8 | L a p o r a n K e g i a t a n

6 Daniel Sudung Sekretaris Dinas Kebudayaan

7 G. Manupputi Sekretaris Daerah

8 Benny ADC. Sekda

9 Mukyet PMDK

10 MIchael Sekretaris

11 A. Fertina Sekretaris

12 Ahmad Haryanudin Staf. Bappeda

13 Erick Bobenen Staf Bappeda

14 Jefri Ardiansyah Staf. Bappeda

15 Benny Staf Sekda

16 Satya Pers

17 La Karim Kabid Litbang

18 Johanes Lahankelan Bappeda

19 Marten Bappeda

20 Alimudin Bappeda

21 Agus M Bappeda

22 Asliana Bappeda

Hari Pertama, 4 Juni 2018

Secara umum, kegiatan dan materi pada hari pertama adalah:

1. Pembukaan Kegiatan Pelatihan:

a. Sambutan Perwakilan Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni.

b. Sambutan Tangguh LNG.

c. Sambutan Kemitraan.

d. Pembukaan Kegiatan Pelatihan.

2. Strategi Revitalisasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Tingkat Distrik dan Tingkat Kampung oleh Kepala Bappelitbangda Kabupaten Teluk Bintuni.

Secara umum, Kepala Bappelitbangda Kabupaten Teluk Bintuni mengidentifikasi sejumlah persoalan, terkait proses perencanaan dan penganggaran dari level Kampung sampai dengan level Kabupaten, yakni:

a. Adanya ketidaksinkronan antara siklus politik dengan siklus perencanaan dan penganggaran sehingga terjadi kesulitan untuk mengintegrasikan dokumen perencanaan dan penganggaran antar level pemerintahan.

9 | L a p o r a n K e g i a t a n

b. Musrenbang Kampung dihadapkan pada sejumlah persoalan antara lain:

- Limitasi data dan informasi.

- Limitasi pengalaman masyarakat Kampung.

- Limitasi pendidikan masyarakat Kampung.

- Limitasi partisipasi masyarakat Kampung.

Persoalan ini bermuara pada kesulitan untuk mengelola forum Musrenbang Kampung secara partisipatif, mengingat semua usulan berasal dari kepentingan kepala Kampung dan para elit Kampung.

c. Terjadi perbenturan antara logika bottom-up yang berbasis pada usulan dari masyarakat Kampung dengan logika top down dari pimpinan daerah sebagai konsekuensi dari janji politik pada saat kampanye.

d. Berdasarkan hal tersebut, Kepala Bappelitbangda mengusulkan untuk menghapus Musrenbang Kampung dan digabungkan langsung dengan Musrenbang Distrik.

3. Praktik Baik Pelaksanaan CDP-Paparan Good Governance Assessment dan pengalaman Tangguh LNG terkait CDP.

Berkaitan dengan sejumlah kondisi obyektif berbasis pada Good Governance Assessment dalam lingkup perencanaan dan penganggaran terdapat sejumlah catatan, antara lain:

a. Secara umum, model governance, idealnya, dapat diimplementasikan secara komprehensif dalam proses perencanaan dan penganggaran di tingkat lokal. Implementasi model governance yang kuat bisa dilakukan melalui mekanisme perencanaan baik yang bersifat bottom up mupun yang bersifat top down.

b. Baik untuk tingkatan Provinsi Papua Barat dan untuk tingkatan Kabupaten Teluk Bintuni, terkait dengan instrumen yang bersifat bottom up, Musrenbang dilakukan dengan melibatkan perwakilan dari pemerintah daerah, masyarakat, serta aktor strategis lainnya, seperti semua perwakilan korporasi yang mempunyai usaha ekonomi produktif di wilayah Provinsi Papua Barat (termasuk didalamnya pihak Tangguh LNG).

10 | L a p o r a n K e g i a t a n

Namun demikian, bila dicermati secara komprehensif, dalam ranah struktural, Perwakilan Pemerintah Daerah terlihat selalu mempunyai dominasi terhadap pihak lainnya, terutama dominasi kepada perwakilan masyarakat dan perwakilan korporasi.

c. Berkaitan dengan instrumen yang bersifat top down, proses Musrenbang di level Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Teluk Bintuni tidak bisa menolak semua program yang berasal dari dokumen RPJMD Provinsi Papua Barat dan dari dokumen RPJMD Kabupaten Teluk Bintuni. Sebab, secara politik, implementasi dokumen ini memperoleh dukungan politik yang sangat kuat dari Kepala Daerah karena dokumen RPJMD tersebut merupakan mekanisme untuk merealisasikan janji-janji kampanye dari Gubernur Papua Barat dan Bupati Teluk Bintuni.

d. Dalam aras institusional, praktek perencanaan dan penganggaran yang ada memperlihatkan adanya perbenturan logika bottom up dan top down. Dalam konteks ini, usulan kebutuhan masyarakat acap kali bertentangan dengan orientasi kebijakan para pimpinan daerah (Gubernur Papua Barat dan Bupati Kabupaten Teluk Bintuni) yang tertuang dalam dokumen RPJMD sebagai mekanisme untuk memenuhi janji politik pada saat para kepala daerah ini saat kampanye Pilkada.

e. Selain adanya perbenturan antara instrumen yang bersifat bottom up dan instrumen top down, dalam aras institusional, proses perencanaan dan penganggaran juga mengalami perbenturan siklus perencanaan dan penganggaran antara pemerintah di level provinsi dan pemerintah di level Kabupaten.

f. Pada aras institusional, sebagai akibat adanya perbenturan instrumen bottom up dan instrumen top down serta perbenturan siklus perencanaan dan penganggaran di level Provinsi Papua Barat dengan siklus perencanaan dan penganggaran di level Kabupaten Teluk Bintuni, maka proses perencanaan dan penganggaran di wilayah ini gagal untuk mengintegrasikan program pembangunan daerahnya.

11 | L a p o r a n K e g i a t a n

g. Berkenaan dengan faktor regulasi, proses perencanaan dan penganggaran di tingkat Provinsi Papua Barat dan di tingkat Kabupaten Teluk Bintuni kerap kali menghadapi sejumlah persoalan sebagai akibat dari dukungan regulasi yang minimalis.

h. Tidak jauh berbeda dengan realitas faktor struktural, dalam proses perencanaan dan penganggaran, perwakilan masyarakat tidak mempunyai kesetaraan kapasitas dengan kapasitas perwakilan dari pemerintah, baik yang berasal dari Pemerintah Provinsi Papua Barat maupun yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni.

i. Realitas masyarakat Papua memberikan fakta tidak ada faktor pemampu yang dapat mendukung logika politik serta logika teknokratis administratif dalam proses perencanaan dan penganggaran.

j. Lebih lanjut berdasarkan kondisi di atas maka integrasi program dari Pihak Ketiga tidak bisa dilakukan dalam tahun anggaran 2018 secara cepat, mengingat benturan berbagai siklus perencanaan dan penganggaran dengan siklus politik menghasilkan prasayarat adanya scenario transisi. Dengan demikian, diperlukan periode transisi untuk dapat mengintegrasi program pihak ketiga.

k. Bila dikaitkan dengan integrasi CDP ke dalam sistem perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah, proses transisi dapat dimulai di akhir tahun anggaran 2018 dan sepanjang tahun anggaran 2019.

Hari Kedua, 23 Mei 2018

Secara umum, materi yang disampaikan pada hari kedua adalah:

1. Integrasi TSDP ke Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Fakfak oleh Miftah Adhi Ikhsanto, SIP, Dipl. Ek, MiOP

Secara umum proses integrasi TSDP harus disesuaikan dengan alur perencanaan pembangunan daerah sebagaimana tertuang dalam bagan di bawah ini.

12 | L a p o r a n K e g i a t a n

Bagan 1

ALUR PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Dalam lingkup programatik, TSDP sebagai model bantuan pihak ketiga mempunyai tujuan: berkontribusi meningkatkan tata kelola pembangunan daerah yang adil, merata, dan berkelanjutan. Adapun sasaran TSDP adalah: PNS, Pejabat Terpilih, OMS dan Media setempat.

Terkait logika intervensi, TSDP memiliki dua komponen, yakni:

a. Komponen pemerintah berupa: (a) Bantuan teknis dan monitoring untuk Bappeda dan Sekda untuk perencanaan penganggaran dan pengawasan pembangunan, (b) Mengembangkan kapasitas Bappeda dan pemerintah Distrik dan Kampung tertentu untuk pelaksanaan Musrenbang, dan (c) Peningkatan kapasitas untuk pelayanan publik.

b. Komponen masyarakat sipil berupa: (a) Peningkatan kapasitas untuk OMS dan LSM terpilih dalam pengelolaan organisasi, advokasi atau keterampilan teknis, (b) Pelatihan untuk media lokal, (c) Peningkatan kapasitas perwakilan masyarakat (anggota DPRD) pada isu-isu kebijakan

13 | L a p o r a n K e g i a t a n

dan tugas utama, dan (d) Advokasi peraturan dan pelaksanaan pengelolaan DBH.

Pada level implementasi TSDP dalam lingkup program tata kelola pemerintahan mempunyai target:

a. Pelatihan perencanaan partisipatif di 3 Distrik Kamundan, Kokas, dan Aroba (2016-2017)

b. Terlaksananya model Musrenbang di Distrik Babo dan Distrik Kokas.

c. Terbentuknya forum multi pemangku kepentingan di Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Fakfak.

d. Lokakarya industri Migas dan DBH di Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Fakfak, dan Provinsi Papua Barat.

e. MoU dengan 2 LSM Lokal.

f. Adanya indeks tata kelola pemerintahan di Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Fakfak.

Integrasi Program TSDP ke dalam siklus tahunan perencanaan pembangunan daerah dilakukan dalam beberapa kegiatan, antara lain:

a. Musrenbang Desa/Kampung pada Bulan Januari.

b. Musrenbang Kecamatan/Distrik pada Bulan Februari.

c. Penyusunan Renja SKPD pada Bulan Februari dan Bulan Maret.

d. Musrenbang Pemerintah Kabupaten/Kota pada Bulan Maret.

e. Penyusunan RKA-SKPD dari Bulan Juli sampai dengan September.

f. Asistensi Dokumen RKA-SKPD pada Bulan September.

2. Identifikasi Fisibilitas dan Prasyarat Hukum, Teknokratis Administratif, dan Dukungan Politik untuk Integrasi CDP ke Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah melalui Penyusunan MoU dan Peraturan Bupati tentang Bantuan Pihak Ketiga.

Dalam sesi ini peserta secara bersama-sama mengisi beberapa kotak untuk mengisi materi-materi penting untuk pembuatan MoU antara Tangguh

14 | L a p o r a n K e g i a t a n

LNG dengan Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni dalam konteks Bantuan Pihak Ketiga. Selain bicara tentang MoU tersebut, peserta juga berdiskusi terkait dengan materi-materi yang penting untuk pembuatan PerBup atau Perda dalam mengelola atau mencatat Bantuan Pihak Ketiga.

Dalam lingkup hukum terdapat sejumlah konsep yang ditawarkan dalam diskusi sebagaimana tertuang dalam tabel di bawah ini.

15 | L a p o r a n K e g i a t a n

Tabel 2

Tawaran Konsepsi Bantuan Pihak Ketiga Dalam Konstuksi Hukum Siklus Perencanaan

Pembangunan Materi MoU Pemda &

Tangguh Materi Perbup

1. Bantuan Pihak Ketiga - Berupa program yang dapat dinilai dengan

16 | L a p o r a n K e g i a t a n

2. Bentuk Bantuan Pihak

Ketiga - Berupa program yang jasa yang tidak dapat ditarik kembali.

17 | L a p o r a n K e g i a t a n

4. Mekanisme Pemberian

dan Penerimaan Bantuan - Penerima dukungan adalah penerima

18 | L a p o r a n K e g i a t a n

- Besaran anggaran yang disediakan oleh

Bantuan Pihak Ketiga dinyatakan dengan surat pernyataan.

Bantuan Pihak Ketiga dalam pelaksanaannya

19 | L a p o r a n K e g i a t a n

akan ditindaklanjuti Perjanjian Hibah berdasarkan Perbup Bantuan Pihak Ketiga 5. Musrenbang Kampung

Di dalam Musrenbang olah raga, atau program lainya yang berhubungan

Tangguh LNG akan terlibat dalam setiap agenda Musrenbang Kampung.

Tangguh LNG bersama masyarakat akan memilih program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekaligus sesuai dengan program TSDP

Perencanaan program yang berasal dari Bantuan Pihak III harus diselaraskan dan bantuan Pihak III bisa dilakukan dalam

6. Musrenbang Distrik Di dalam Musrenbang Distrik, Tangguh LNG perlu mengawal bahwa program CDP yang telah disepakati di level

Tangguh LNG akan terlibat dalam setiap agenda Musrenbang Distrik.

Tangguh LNG bersama Distrik akan memastikan bahwa program yang telah disepakati dalam

Musrenbang Kampung tidak mengalami pergeseran secara politis.

20 | L a p o r a n K e g i a t a n kegiatan dari level

Kampung, baik yang akan dilakukan menggunakan mekanisme APBD maupun WP&B

7. Forum SKPD

Di dalam forum SKPD, program pengembangan yang akan dibiayai oleh Tangguh LNG akan dimasukkan ke dalam daftar sektoral OPD.

Untuk itu, Tangguh LNG harus memastikan bahwa program yang disepakati di tingkat Kampung dan Distrik sudah dimasukkan ke dalam sektor yang sesuai. Selain itu,

Tangguh LNG akan terlibat dalam agenda Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten.

Tangguh LNG dan SKPD bekerjasama untuk menjaga bahwa tidak ada pergeseran terhadap bahwa Tangguh LNG dan Pemerintah Kabupaten akan melakukan monitoring dan evaluasi program yang berasal dari Tangguh LNG 8. Musrenbang Kabupaten

dan Penetapan RKPD

21 | L a p o r a n K e g i a t a n Tangguh LNG harus masuk secara eksplisit sebagai bagian dari program pemerintah daerah dengan note pendanaan dari Tangguh LNG.

3. Penutupan dilakukan pada pukul 15.30 WIT.

a. Sambutan dari Miftah Adhi Ikhsanto selaku Perwakilan Kemitraan:

Kemitraan mengucapkan terimakasih kepada Pemkab Teluk Bintuni dan Tangguh-LNG yang mempercayakan untuk mengelola program ini. Lebih lanjut, Daftar Isian Masalah ini akan dikawal untuk menjadi naskah MoU, naskah Perbup, dan naskah Perda.

b. Sambutan dari Agustinus Poluakan selaku Perwakilan dari Tangguh LNG:

Tangguh LNG berharap kedepan makin minggir kesamping dan mundur ke belakang dan menjadi strategic partner. Industri ekstraktif lain juga diharapkan untuk ikut terlibat dalam proses perencanaan pembangunan, dan diwujudkan dalam bentuk program.

c. Sambutan dari Gustav Manuputty selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Teluk Bintuni:

Terkait masalah perencanaan, selama ini banyak program-program sudah dilakukan tetapi belum sempurna. Mekanisme perencanaan kalau dipahami dengan baik, akan bisa bekerja dengan baik. Ini salah satu awal yang baik karena beberapa OPD yang hadir mewakili pemberdayaan masyarakat, pemerintahan, pendidikan, bappeda, PU. Bappeda diharapkan menjadi tiang buat yang lain. Dalam dua hari ini ada hal-hal yang perlu dilakukan dengan mitra yang bermanfaat dengan masyarakat. Pemerintah melihat banyak

program-22 | L a p o r a n K e g i a t a n

program yang belum mengena ke masyarakat. Hal ini berarti terjadi pemborosan anggaran pemerintah daerah. Di dalam proses perencanaan selain memahami perencanaan pembangunan dan harus dipahami juga rencana keuangannya. Semoga ke depan terjadi integrasi program sektoral OPD ke Kampung yang akan berjalan dengan baik.

23 | L a p o r a n K e g i a t a n

B. Rekomendasi Dan Penutup

Dalam dokumen 1 L a p o r a n K e g i a t a n (Halaman 11-27)

Dokumen terkait