BAB IV LAPORAN KASUS
D. Implementasi
Tindakan implementasi yang dilakukan penulis sesuai dengan perencanaan pada intervensi keperawatan yang telah disusun. Pada diagnosa pertama yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, penulis melakukan tindakan selama 3 hari pengelolaan yang meliputi mengobservasi tanda-tanda vital, mempertahankan pemberian terapi O2 nasal kanul, mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan, menganjurkan untuk menurunkan stres, mengkolaborasikan dengan dokter pemeriksaan EKG, oksigenasi dan obat-obatan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis pada Nn.I dengan diagnosa keperawatan kedua yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi penulis sesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun, dalam 3 hari pengelolaan, adapun
implementasi pertama pada jam 10.30 WIB yaitu memantau adanya edema dengan tujuan untuk mengetahui kedalaman edema, pada Nn.I didapatkan data respon subyektif pasien mengatakan bengkak pada tubuhnya kurang lebih sudah 2 bulan, data obyektif bengkak pada wajah, perut dan kaki, bengkak pada kaki kanan kedalaman 3 mm kembali dalam waktu 11 detik, pada kaki kiri kedalaman 2,3 mm kembali dalam 9 detik. Melihat adanya
edema pada tubuh klien, penulis melakukan implementasi selanjutnya pada
jam 10.40 WIB dengan meninggikan posisi kaki 30 derajat, hasil yang didapatkan pasien mengatakan bersedia ditinggikan kakinya, data obyektif bengkak kaki kanan 3 mm, kaki kiri 2,3 mm sebelum ditinggikan.
Tujuan dari meninggikan posisi kaki 30 derajat untuk meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan mencegah timbulnya stasis vena (Siregar, 2010). Langkah-langkah tindakan peninggian posisi kaki menurut (Siregar, 2010) yaitu pertama menyiapkan jangka sorong, kain lap bersih, dan air hangat. Sebelum melakukan tindakan, lap kaki dengan air hangat kemudian tekan daerah edema sehingga membentuk cekungan kulit yang dalam, ukur dengan penggaris dan kemudian catat, setelah itu ditinggikan posisi kaki 30 derajat diatas tempat tidur dengan sudut 30 derajat agar posisi jantung lebih rendah dari kaki selama 3 menit, kemudian istirahat 1 menit lalu tinggikan kembali selama 3 menit, kemudian ukur kembali kedalaman edema.
Menurut Brunner and Suddarth (2001) dalam jurnal Siregar (2010), latihan ini dilakukan minimal 2 kali per hari dilanjutkan 4 kali per hari selama 3 minggu. Pada jurnal Siregar (2010) terjadi penurunan edema sebesar 1,8%
dengan total waktu 7 menit dengan peninggian posisi kaki ditinggikan selama 2 kali. Tahap-tahap yang dilakukan penulis dalam memberikan langkah-langkah peninggian posisi kaki pada Nn.I yaitu dilakukan pengukuran edema dengan menekan kaki diukur menggunakan penggaris cm dan dihitung waktu kembali, kemudian dilakukan peninggian kaki dengan bantal, kaki diletakkan diatas bantal yang sudah disusun lebih tinggi sehingga posisi kaki lebih tinggi dari jantung.
Intervensi terhadap pengurangan edema adalah memperbaiki sirkulasi perifer. Latihan yang digunakan untuk keefektifan pengurangan edema terhadap pengaruh posisi kaki dengan cara latihan postural aktif, seperti latihan Buerger Allen perlu dilakukan oleh pasien dengan insufisiensi suplai darah arteri ekstremitas bawah (Siregar, 2010).
Latihan kaki menurut Buerger Allen meliputi 3 posisi yakni : elevasi tungkai kaki, menggantungkan kaki, kemudian tidur dengan posisi horizontal. Pada pasien dengan insufisiensi vena, meletakkan ekstremitas bawah dalam posisi tergantung hanya akan memperburuk bendungan vena. Tarikan gravitasi akan menghambat aliran balik vena ke jantung dan menghambatkan stasis vena (pengumpulan darah dalam vena). Oleh sebab itu pasien dengan insufisiensi vena harus meninggikan kedua tungkainya lebih tinggi dari jantung sebanyak mungkin dan pasien harus menghindari berdiri atau duduk dalam waktu yang lama. Berjalan-jalan dapat membantu aliran balik vena dengan cara mengaktifkan “pompa otot”. Bila pasien dengan insufisiensi vena
sedang berbaring, maka bagian kaki tempat tidur harus sedikir ditinggikan (Siregar, 2010).
Pengaruh posisi kaki ditinggikan 30 derajat terhadap pengurangan edema adalah dapat membantu resusitasi jantung sehingga suplai darah ke organ-organ penting seperti paru, hepar, ginjal dapat mengalir secara sempurna. Tujuan utama dari peninggian posisi ini mencangkup peningkatan suplai darah arteri ke ekstremitas bawah, pengurangan kongesti vena, menguasahakan vasodilatasi pembuluh darah, pencegahan kompresi vaskuler (Mencegah dekubitus), pengurangan nyeri, pencapaian atau pemeliharaan integritas kulit (Siregar, 2010).
Implementasi selanjutnya yang dilakukan pada Jam 10.45 WIB memantau adanya edema dengan data subyektif pasien mengatakan bengkaknya berkurang, data obyektif bengkak kaki kanan 2,8 mm, kaki kiri 2 mm sesudah ditinggikan selama 7 mnit dengan sekali istirahat. Hasil dari tindakan yang dilakukan penulis didapatkan data Nn.I sudah ada perubahan penurunan edema.
Pada jam 10.55 WIB menganjurkan keluarga untuk membatasi cairan dengan data subyektif pasien mengatakan makan dan minumnya pasien sudah dibatasi, data obyektif keluarga tampak paham. Pada hari yang sama penulis melakukan implementasi kembali pada jam 16.40 WIB meninggikan posisi kaki 30 derajat dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia, data obyektif bengkak pada kaki kanan 2,8 mm kembali dalam 9 detik, bengkak kaki kiri 2 mm. Jam 16.47 WIB memantau adanya edema dengan data
subyektif pasien mengatakan bengkak berkurang, data obyektif bengkak kaki kanan 2,6 mm kembali dalam 7 detik, bengkak kaki kiri 2 mm kembali dalam 5 detik.
Pada hari kedua selasa, 11 januari 2016 penulis melakukan implementasi pada jam 08.10 WIB meninggikan posisi kaki 30 derajar dengan data subyektif pasien mengatakan dengan diberikan peninggian posisi kaki bengkak pada kaki pasien berkurang, data obyektif kedalaman edema kaki kanan 2,4 mm menghilang dalam waktu 7 detik dan untuk kaki kiri 1,8 mm menghilang dalam waktu 5 detik. Jam 16.05 WIB meninggikan posisi kaki 30 derajat dengan data subyektif pasien mengatakan bengkak di kaki berkurang, data obyektif kedalaman edema kaki kanan 2,2 mm menghilang dalam 5 detik, kaki kiri 1,6 mm menghilang dalam 4 detik.
Pada hari ketiga rabu, 12 januari 2016 penulis melakukan implementasi Jam 15.45 WIB meninggikan posisi kaki 30 derajat dengan data subyektif pasien mengatakan bengkak berkurang saat diposisikan 30 derajat, data obyektif bengkak kaki kanan 2 mm menghilang dalam 4 detik, bengkak kaki kiri 1,4 mm menghilang dalam 2 detik.
Penulis melakukan implementasi untuk diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum selama 3 hari, tindakan pertama jam 10.50 WIB mengobservasi kemampuan aktivitas pasien dengan data subyektif pasien mengatakan semua aktivitasnya seperti makan, toileting, berpakaian dibantu oleh ibunya, data obyektif saat duduk pasien tampak dibantu oleh ibunya, pasien tampak lemas. Implementasi selanjutnya Jam
10.55 WIB menganjurkan keluarga untuk membatasi cairan dengan data subyektif pasien mengatakan makan dan minumnya pasien sudah dibatasi, data obyektif keluarga tampak paham. Jam 11.00 WIB membantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala dengan mengubah posisi akan mengurangi resiko terjadinya dekubitus dan kekuatan otot (Udjianti, 2013). dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diubah posisinya secara berkala, data obyektif posisi pasien miring. Oleh karena itu penulis menganjurkan keluarga untuk membantu ADL pasien.