• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi layanan Perpustakaan pada Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH A Pendahuluan

E. Implementasi layanan Perpustakaan pada Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah

Kegiatan belajar mengajar mencakup usaha penataan dan penggunaan sarana dan bahan/materi pelajaran pada sebelum, sewaktu dan sesudah proses belajar mengajar itu berlangsung. Konsep ini penting dikemukakan untuk tidak menimbulkan kerancuan dengan pengertian 'proses belajar mengajar, dimana yang terakhir ini memang hanya trjadi pada waktu jam-jam pelajaran efektif.

Secara umum, implementasi program perpustakaan terhadap kegiatan belajar mengajar dapat diidentifikasikan sebagai berikut: (1) Membantu menumbuhkan dan mengembangkan aktivitas anak, (2) Menurunkan kadar ketergantungan siswa pada guru, dan (3) Efisiensi dan efektifitas upaya pencapaian tujuan pengajaran

1. Membantu menumbuhkan dan mengembangkan aktivitas anak.

Pertumbuhan dan perkembangan aktivitas anak dapat terjadi jika anak merasa dapat mengikuti (secara phisik dan psikhis) kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah itu. Untuk dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar terutama untuk bidang studi yang sifatnya lebih banyak kognitif dan afektif, maka perlu tersedianya suatu “resources” inilah (yang bisa berupa bahan pustaka) anak dapat berlonba untuk selalu siap mengikuti materi yang disampaikan. Media untuk dapat selalu siap inilah yang dimaksudkan dengan tumbuh dan berkembangnya aktivitas anak.

Perpustakaan yang lengkap koleksinya dan terkelola dengan baik, bila dimanfaatkan secara optimal akan dapat membuat siswa tidak terlalu tergantung kepada guru. Siswa akan berpandangan bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar. Pendekatan CBSA atau Student Active Learning

dalam kegiatan belajar mengajar menuntut siswa lebih aktif mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Disinilah letak peran perpustakaan sekolah sebagai resources

yang akhirnya dapat mengurangi ketergantungan siswa kepada guru. Guru berperan sebagai fasilitator, walaupun masih harus sebagai sumber utama.

3. Efisiensi dan efektifitas dalam upaya pencapaian tujuan pengajaran

Tujuan pengajaran yang dirumuskan dengan baik dan benar, selayaknya diupayakan pencapaiannya secara maksimal. Pemaksimalan pencapain tujuan pengajaran tersebut dapat dilakukan antara lain dengan menyediakan pelayanan perpustakaan yang memadai. Di perpustakaan sekolah siswa dapat melengkapi pemahamannya terhadap materi yang disampaikan guru sehingga tujuan pengajaran menjadi relatif lebih mudah untuk dicapai siswa.

Sedangkan Ruth Arn Davies dalam “The Shchool Library Media Program” (seperti yang disadur oleh Zainuddin NRL.) menguraikan penggunaan perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut.

1. Penggunaan perpustakaan dalam pengajaran ilmu sosial National Council for the Social di America di dalam garis besar program pengajaran sosial memberikan perhatianya kepada satu dari sembilan bidang utama kepada standar yang mengatakan bahwa strategipengajaran dan kegiatan belajar mengajar haruslah bersandar kepada sejumlah besar sumber-sumber belajar. Rasional yang diberikan oleh NCSS tersebut, untuk penggunaan sumber-sumber belajar antara lain sebagai berikut:

a. belajar dalam ilmu sosial membutuhkan sumber yang banyak; b. penggunaan satu texbook tidak memadai;

c. untuk mencapai tujuan yang mewakili semua komponen pendidikan studi sosial tergantung kepada lebih banyaknya informasi, sudut pandangan, dan kecocokan yang lebih untuk tiap murid secara individual;

d. media cetak harus tersedia untuk kemampuan membaca yang berbeda dan kebutuhan yang berbeda akan materi yang konkrit dan abstrak;

e. pelajar harus memiliki buku, majalah, referensi dasar, studi kasus, grafik, tabel, peta, artikel, dan bahan-bahan bacaan yang sesuai untuk mata pelajaran yang sedang dipelajari; Dari rasional di atas, jelas betapa pentingnya bagi guru ilmu sosial untuk merencanakan bersama ahli perpustakaan/media untuk mengintegrasikan yang sistematis sumber-sumber perpustakaan/media dan layanan pusat perpustakaan /media dalam rangka suatu program pengajaran menyeluruh.

2. Penggunaan perpustakaan dalam pengajaran bahasa

Dalam pengajaran bahasa, misalnya bahasa Inggris, tanggungjawab ahli perpustakaan/media merupakan tanggungjawab yang paling besar untuk menunjang program membaca. Untuk memungkinkan pengembangan yang optimum, baik yang informal maupun yang rekreasional, prpgram membaca merupakan masalah yang selalu ada dan tantangan yang berkelanjutan. Perlu disadari bahwa mata ajaran lebih penting dari mata ajaran lainya; tetapi pelajaran membaca adalah yang terpenting. Membaca adalah alat dasar untuk pendidikan mandiri dan pembaharuan intelektual. Orang yang tidak belajar membaca dan menulis secara efektif tidak saja mempunyai kekurangan di`dalam alat dasar untuk belajar lebih lanjut; mereka juga sering tenggelam dalam arus proses pendidikan.

Florence Cleary (dalam Kusmintardjo, 1992) berkeyakinan bahwa pusat perpustakaan/media harus berpartisipasi aktif dalam program membaca di sekolah dan keyakinannya di dasarkan pada asumsi:

a. membaca dapat merupakan faktor yang kuat dalam pengembangan ilmu, pengertian, apresiasi, nilai, dan keyakinan yang dibutuhkan oleh tiap individu dalam memecahkan masalah pribadi dan berhubungan secara efektif dengan orang lain;

b. ketrampilan dasar membaca perlu mendapat latihan ketrampilan lanjutan seperti membaca sepintas, membuat out line, membuat catatan, dan membuat laporan. Semuanya ini esensial dalam mengumpulkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan. Ketrampilan ini tidak dapat diperoleh secara kebetulan namun harus diajarkan;

c. walaupun anak telah pandai membaca dan bahan bacaan tersedia, tidak ada jaminan bahwa minat baca anak-anak akan berkembang dengan sendirinya. Para pimpinan pendidikan, pustakawan, dan guru harus meneruskan usahanya untuk menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat murid. Hanya apabila pustakawam dan guru membangun situasi belajar yang benar dalam bimbingan membaca barulah para murid belajar menyenangi membaca dan mengembangkan ketrampilan membaca agar bisa membaca sepanjang hayat.

3. Penggunaan perpustakaan dalam pengajaran sains

Jika siswa diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah ilmiah, teknologi, dan sosial pada masa yang akan datang dan tidak tenggelam dalam tugasnya sehari-hari, merka harus mempunyai dasar yang menyeluruh dalam keajaiban dari dunia alami dimana mereka hidup. Pada tangan merekalah terletak harapan untuk membuat sains dan masyarakat, kebudayaan dan alam menjadi seimbang dan harmonis. Pada hakekatnya anak-anak inilah yang merupakan masa depan itu.

Ahli perpustakaan/media mempunyai peran mendidik yang signifikan dalam membaca yang membawa kedalam, keluasan dan relevansi kepada kurikulum sains. Membatasi pendidikan sains kepada penggunaan sebuah buku teks saja merupakan strategi kuno.

National Science Teacher Assosiation di Amerika mengkombinasikan pendekatan multi media sebagai alat untuk menjadikan belajar sains lebih sesuai dengan kehidupan nyata. Tanpa bantuan logistik dari ahli perpustakaan/media, guru kelas atau guru bidang studi tidak cukup

waktu untuk mencari media yang berjumlah banyak dan bervariasi yang diperlukan dalam program sains modern. Malah dengan kita membeli multi media di pasaran bukanlah merupakan jawaban, karena program pengajaran yang bermutu tinggi mencerminkan pengalaman belajar yang orisinil disusun guru dan disesuaikan dengan kebutuhan muridnya sendiri., dan ini membutuhkan media pengajaran yang tidak terpenuhi olek kita yang bagaimanapun hebatnya. Program semacam ini akan memberikan lingkungan yang kaya akan sumber-sumber yang akan menggairahkan anak dan menjamin rasa ingin tahu mereka dan memberikan kesempatan kepada pelajar untuk merenung, menjelajah, mempertanyakan, menemukan jawaban, membentuk generalisasi dan mencipta.

Dokumen terkait